Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1

PERENCANAAN PROGRAM KOMUNIKASI

NAMA : NIKO ARZENI

NIM : 042359786

SOAL

1. Buatllah Ringkasan Modul 1, 2 atau 3 SKOM4206 pilih salah satu modul


saja
2. Ringkasan dengan format 1-2 halaman font 11, spasi 1,5 ukuran kertas A4
3. Carilah kata kunci pada modul yang sudah Anda ringkas tersebut.

JAWAB

Saya akan memilih untuk meringkas dari Modul 1, yakni membahas tentang Perencanaan
Program Komunikasi (PPK). Dimana pada modul 1 ini PPK dibagi menjadi 3 kegiatan
belajar, yakni Pengertian PPK, Ruang Lingkup PPK dan Signifikansi PPK.

1. Pengertian PPK

Perencanaan Program Komunikasi (PPK) yakni upaya membuat rancangan pelaksanaan


suatu program komunikasi untuk mengkampanyekan, menyosialisasikan,atau
mempromosikan suatu “produk” (program barang, jasa, atau lembaga) kepada khalayak
sasarannya dengan harapan tercapainya tujuan PPK yang ditetapkan.

Tentunya pada tahap awal ini menjelaskan dan memperkenalkan tentang apa dan
bagaimana ssitem dari PPK tersebut.
Ditahap awal ini, banyak pakar yang menyampaikan jika program komunikasi ialah
kampanye komunikasi. Dan para pakar yang menyampaikan ini yakni, Sven Windahl,
Bennn H. Signitzer dan Jean T. Olson (1992:19). Dan para pakar ini mengatakan jika
kampanye komunikasi adalah sebuah usaha terencana dari seorang komunikator (sender)
untuk memengaruhi khalayak (audience) melalui satu atau seperangkat pesan dengan
tujuan tertentu.

Selain Windahl dan kawan-kawan, juga tedapat pakar lainnya, yakni Simmons (1990:4)
dan Mujica (1978) yang mengatakan jika kampanye komunikasi agar dapat berjalan secara
optimal, diperlukan perencanaan kampanye yang efektif (effective campaign planning).

Agar dapat berjalan lancarnya pelaksanaan PPK ini, terdapat 3 pihak yang saling berkaitan
dalam sebuah PPK, yakni pemilih produk (A), khalayak sasarn (B), dan pelaksana (PPK).

Pada 3 pilar yang saling terkati dalam pelaksaan PPK tersebut telah djabarkan lebih lanjut
pada modul 1 ini.

Dari apa yang telah dibaca sebelumnya dalam model modul komunikasi kampanye tersebut
bahwa di titik berangkat (point of departure) pelaku kampanye mesti memperhatikan 4
unsur, yakni ;

1. Tujuan untuk keinginan yang ingin dicapai (intended effect),


2. Objek yang akan dikomunikasi (communication object)),
3. Kegiatan komunikasi yang menyaingi (competing communication), dan
4. Khlayak sasaran (target population).

Dan untuk memstikan adanya tujuan yang tercapai (obtained effect) perlu dilakukan upaya-
upaya memanipulasi sejumlah faktor (manipulative factors). Adapun maskdu manipulasi
disini bukanlah untuk melakukan hal curang, melainkan untuk mengatur strategi dan taktik
secara cermat faktor-faktor yanh memengaruhi tercapainya tujuan PPK.

Dan untuk mendukung hal tersebut, terdapa 3 faktor yang harus dimanipulasi disini, yakni
;

1. Pesan yang hendak disampaikan kepada khlayak sasaran,


2. Media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan, dan
3. Komunikator yang akan menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran.

Dalam pelaksanaannya, PPK diselenggarakan secara sistematis dan terukur.


Selanjutnya, agar strategi komunikasi setelah yang dipilih bisa diaplikasikan di lapangan
maka harus diterjemahkan ke dalam taktik kampanye. Tanpa taktik, strategi tidak dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan.

Untuk meaksanakan suatu kegiatan PPK sudah tentu diperlukan tata kelola (manajemen)
yang baik dan benar, artinya dalam pelaksanaannya tim PPK mesti dituntun oleh prinsip-
prinsip manajemen yang baik. Denga kata lain, dalam rangka pengembangan kegiatan
PPK, tim harus menguasai ilmu manajemen.

Dalam pendekatan manajemen ini, terdapat 2 tindakan yang dapat diambil oleh PPK
dengan berorientasi pada tujuan (management by objective/MBO), yakni ;

1. Penetapan tujuan atau efek yang ingin dicapai dari suatu kampanye, dan
2. Agar tujuan atau efek yang direncanakan itu dapat dicapai, para perencena
komunikasi (communication planner) mesti membuat perencanaan yang kreatif
dan sistematis (systematic and creative communication planning).

Lebih lanjut, disini dijabarkan semua terkait pendekatan manajemen yang diambil
oleh PPK.

2. Ruang Lingkup PPK

Secara garis besar ruang lingkup PPK mencakup perencanaan komunikasi instrumentaslis
dan perencanaan komunikasi strategis. Pertama, PPKyang berbasis manajemen yang
berorientasi pada tujuan, dan kedua PPK yang mengemban fungsi manajemen strategis dari
sebuah organisasi dalam rangka mewujudkan misi lembaga atau korporasi. Dan tentunya
kedua lembaga ini saling berkaitan.

Berdasarkan bentuk kampanyenya, ruang lingkup PPK dapat meliputi kegiatan hubungan
masyarakat (public relation ), pemasaran (marketing), periklanan (advertising),
penyuluhan, dan pendidikan.

Dan pada segi substabsi masalahnya, ruang lingkup PPK instrumentaslis dapat mencakup
bidang barang dan jasa (products and services), humas perusahaan (corporate PR),
komunikasi keoorganisasian (organizational cpmmunication), bidang politik (politics),
masalah kesehatan (health), pemasaran layanan sosial (spcial services marketing), bidang
seni (arts), program pengembangan komunitas (community development) dan penyuluhan
pertanian (Simmons, 1990: 1). Substansi untuk PPK sinergis adalah mengenai organisasi
atau korporasi.

Dalam setiap tindakan (program) komunikasi setidak-tidaknya terdapat 3 hal utama yang
saling berkaitan, yakni ;

1. Sumber atau komunikator yang menyampaikan pesan yang terdapat dalam


program komunikasi itu,
2. Khalayak baik individual, kelompok, ataupun organisasiyang menerima pesan
tersebut, dan
3. Pesan yang akan disampaikan kepada khalayak.

Selain itu, terdapat 2 hal lain yang penting dalam setiap bentuk program komunikasi, yakni
;

1. Saluran atau media yang dipakai guna menyampaikan pesan, dan


2. Efek atau dampak yang ditimbulkan dalam PPK yang hasilnya sangat bergantung
pada siapa yang menjadi komunikator, bagaimana dan kepada siapa pesan
disampaikan, dan media apa yang dipergunakan.

Dari kelima aspek komunikasi tersebut sering dihimpun dalam model SMCRE (Source
Message Channel Receiver Effect).

Terkait SMRCE diatas telah diuraikan lebih lanjut pada modul ini.

Dengan demikian, dari jurusan komponen proses komunikasi ruang lingkup PPK meliputi
6 hal, ykani SMCRE plus Monev, yang sebetulnya tidak dapt dipisahkan satu sama lain.
Keenam hal tersebut, adalah perencanaan ;

1. Sumber,
2. Pesan,
3. Khalayak,
4. Media,
5. Dampak (efek), dan
6. Monitoring dan evaluasi (monev).
Dan jika keenam perencanaan PPK diatas ini kita hubungkan dengan model SOSTAC,
maka kurang lebih padanannya menjadi perencanaan ;

1. Khalayak tercakup didalam analisis situasi (Situation Analysis),


2. Damapak (efek) sejajar dengan sasaran (Objective),
3. Pesan, perencanaan media, dan perencanaan sumber berda pada taktik (Tactic), dan
4. Monitoring dan evaluasi (monev) setara dengan control.

Ruang linkup PPK juga bisa dilihat dari segi tahapan pelaksanaan sebuah program
kampanye dilakukan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, setiap pelaksanaan kampanye
komunikasi pada dasarnya mencakup empat tahapan yaitu sebagai berikut ;

A. Tahap Pra Desain.

Pada tahap ini kegiatan PPK dimulai dengan pengenalan “produk”, penetapan khalayak
sasaran, dan mncermati situasi komunikasi yang potensial memengaruhi sesuksesan
kampanye. Dalam analisis situasi dilakukan 3 pendalaman medan kampanye, yakni ;

1. Analisis produk,
2. Analisis khalayak, dan
3. Analisis media.

B. Desain.

Tahap ini boleh dikatakan sebagai tahap membuat sebuah “buku rencana” atau plan book
dari sebuah PPK. Berikutini diuraikan secara global, isi sebuah buku PPK.

1. Pendahuluan,
2. Perumusan tujuan PKK,
3. Penetapan strategi kampanye,
4. Pemilihan taktik kampanye dan rencana penerapan,
5. Rencana monev,
6. Menyusun rencana anggaran, dan
7. Susunan tim PKK beserta uraian tugasnya.

C. Ekseskusi.
Sebuah desain kampanye yang tertera di plan book tak ada artinya jika tidak dilaksanakan.
Setelah segala sesuatunya dianggap memadai, kini saatnya melaksanakan rencana aksi
tersenut. Tahap ekseskusi adalah saat sebuah kampanye yang telah didesain diluncurkan
kepada publik. Sesuai rencana aksi maka semua aspek yang telah didesain kini memasuki
tahap pelaksanaan.

1. Ekseskusi media ATL,


2. Eksekusi media BTL,
3. Eksekusi event, dan
4. Eksekusi media baru.

D. Monev.

Tahap terkahir dalam sebuah kampanye adalah monitoring dan evaluasi (monev) .

Mengenai pelaksanaan monev ini, pada dasarnya setiap tahapan kampanye pra-desain,
desain dan eksekusi bisa dilakukan monitoring dan evaluasi. Yang jelas,
monitpring/evaluasi kampanye hendaknya bersifat terukur, artinya monitoring/evaluasi
tersebut harus dilakukan dengan metoe yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Signifikansi PPK

Pada tahap ini, PPK dikatakan memiliki karakter dasar sistematis dan terukur tampaknya
memenuhi syarat sebagai salah bentuk alternatif pemecahan masalah sosial yang efektif
dan akuntabel. Dengan begitu, baik dari segi substansi maupun admnistratif, PPK sangat
signifikan untuk menjawab permasalahan sosial dari perspektif komunikasi.

Tanpa adanya perencaan yang matang seperti yang disampaikan pada kegiatan belajar
kedua di modul 1 ini, maka sukar mendapatkan keberhasilan sebuah PPK baik dari proses
maupun isi kampanye.
Lebih jauh dari segi substansi dan proses, penyusunan PPK juga mengisyaratkan mengenai
tidak mudahya menyampaikan pesan kepada khlayak karena mereka terdiri dari
bermacammacam lapisan sosial, tingkat pendidikan, perbedaan jenis kelamin dan umur,
perbedaan kepentingan dan tujuan dalam berkomunikasi dan seterusnya. Dalam dunia
komunikasi kondisi sosiopsikologis khalayak dikenal dengan fenomena gunung es (ice
berg) kominukasi yang menunjukkan betapa kompleksnya.

Dengan memahami fenomena gungu es ini, kita bisa mengatakan bahwa penyusunan PPK
akan sangat membantu kesuksesan kampanye komunikasi.

Namanya fenomena gunung es (biasanya gunung es berada di lautan) maka ada bagian-
bagian yang tampak dan ada yang tidak kelihatan karena berada di bawah permukaan.
Berikut ini 3 aspek yang tercakup dalam fenemone gunug es, yakni ;

1. Orang (people), selaku pihak yang terlibat dalam komunikasi baik sebagai
kominikator maupun sebagai komunikan.
2. Simbol (symbol), untuk komunikasi tertulisatau visual, simbol-simbol yang
digunakan dalam komunikasi seperti kata, angka, gambar, grafik, dan sebagainya
dapat dilihat.
3. Media, sebagai alat penyampai pesan media baik media massa (koran, majalah,
radio, tv) maupun non-media massa (surat,telepon, leaflet) juga dapat dilihat.

Sekalipun orang , simbol dan medianya dapat dilihat bukan berarti komunikasi yang terjadi
otomatis mengenai sasaran. Boleh jadi prosesnya berlangsung lancar, tetapi tidak ada yang
langsung dapat menjamin bahwa hasil atau efek komunikasi yang muncul sesuai yang
diinginkan oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Hal ini
karna banyaknya hal yang tidak tampak dalam komunikasi yang sangat berpengarus
terhadap efek komunikasi. Berikut ini hal-hal yang tidak tampal dalam komunikasi.

1. Makna (meaning).
2. Belajar (learning).
3. Subjektivitas (subjectivity).
4. Tawar-menawar (negotiation).
5. Budaya (culture).
6. Tingkatan dan konteks (level and context).
7. Acuan diri (self-reference).
8. Refleksi diri (self-reflexivity)
9. Ketakterhindaran (inevitability).

Disamping itu, apabila elemen-elemen dasar komunikasi sudah lengkap, belum merupakan
jaminan bahwa ekseskusi komunikasi itu sudah lengkap pun, belum merupakan jaminan
bahwa eksekusi komunikasi akan lancar. Seorang komunikator yang mengirimkan pesan
kepada komunikan (penerima) melalui suatu saluran belum tentu lancar, apalagi
menghasilkan efek sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pelaksanaannya, komunikasi
tidaklah berdifat linear dan sering terhambat oleh berbagao gangguan (noise).

Berkenaan dengan tidak linearnya komunikasi dapat dilihat dari 4 karakteristik


komunikasi, yakni ;

1. Komuniksi adalah proses bahwasanya komunikasi itu tidak statis, tetapi dinamis
(dua-lebih arah), dimana terjadi pertukaran pesan antara sumber dan penerima.
2. Komuniksi merupakan hal mendasar untuk individu, hubungan dengan orang lain,
kelompok, organisasi, masyarakat.
3. Komunikasi melibatkan penerimaan dan penciptaan pesan.
4. Komunikasi melibatkab hubungan dengan lingkungan dan orang lain, maknanya
komunikasi mengenal konteks sosial budaya.

Untuk yang berkaitan dengan gangguan (noise), dalam dunia komunikasi lazimnya diknela
3 jenis noise, yaitu teksni (gangguan pada alat-alat komunikasi). Semantik (gangguan pada
makna akbiat perbedaan latar belakang budaya di anatara para partisipan komunikasi), dan
fisik (gangguan pada pancaindra para partisipan).

Oleh karna itu, komunikasi harus direncanakan dengan baik dalam sebuah program yang
tertera dengan baik. Dengan adanya perencanaan yang baik sebuah program komuniksi
akan berjalan secara terkendali, efisien, efektif,dan mudaj dievaluasi. Bagaimanapun
perancangan kegiatan komunikasi akan berguna untuk beberapa hal, seperti untuk ;

1. Memastikan komponen-komponen apa saja yang harus terlibat dalam kegiatan


komunikasi (PPK)
2. Menentukan tahapan-tahapan mana yang harus dilalui
3. Memprediksi tingkat kerumitan yang bakal dihadapi dalam pelaksanan sebuah
kegiatan komunikasi
4. Menduga-duga keberhasilan dan/atau kegagalan suatu kegiatan komunikasi
5. Mengukur tingkat keberhasilan sebuah kegiatan komunikasi.
Alhasil, pengusaan atas PPK sebaiknya tidak hanya pada level teoritis (pengetahuan)
melainkan pula pada tingkat penerapan. Pengusaan PPK yang baik niscaya akan berguna
bagi peningkatan profeisonalisme dan pengembangan pribadi para perencana komunikasi.
Dalam konteks ini, boleh jadi pemilik prosuk (A) yang bermaksud memengaruhi khalayak
sasarannya (B) belum tentu dapat melakukannya dengan sukses bilaman ingin
melaksanakannya sendiri. Karena itulah, diperlukan tim PPK yang berpengetahuan dan
berpengalaman.

Dan untuk kata kunci pada Modul 1 ini yang membaha terkait Perencanaan Program
Komunikasi (PPK), yakni bagaimana komunikasi dapat terjalin dengan lancar dan baik
dengan tentunya memulai dari perencanaan sebuah komuniaksi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai