Anda di halaman 1dari 30

1.

1 Latar Belakang

Banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada era modern ini
membuat mereka tidak sempat untuk memikirkan dan membuat masakan untuk
mereka konsumsi, akhirnya makanan instanlah yang dipilih. Hal itu yang
melatarbelakangi munculnya berbagai makanan ringan. Melihat peluang pasar
yang terbuka lebar, membuat produsen makanan semakin kreatif dalam membuat
ide-ide baru dalam hal makanan ringan.

Akhirnya tidak sedikit dari para produsen makanan yang menambahkan


zat-zat kimia untuk membuat produk mereka menjadi lebih enak dan nikmat,
sehingga konsumen akan terus mengkomsusmsi produk tersebut. Padahal
produsen makanan ringan jelas-jelas mengetahui bahaya dari penggunaan zat-zat
kimia apabila di konsumsi dalam waktu yang lama. Macam-macam zat kimia
yang disebut-sebut sebagai salah satu pelengkap pada produk makanan pun
beragam diantaranya, MSG (monosodium glutamat), pewarna buatan yang bukan
digunakan untuk makanan (rodamin B), melmin (C3H6N6) dan masih banyak zat
kimia yang lain.

Kasus penggunaan zat-zat kimia yang terdapat dalam makanan ringan


bukan baru pertama kali terjadi. Sebelumnya pernah terjadi kasus yang sama pada
produk makanan Anak Mas, yaitu makanan ringan yang menggunakan MSG
berlebih didalamnya sehingga sangat berpengaruh pada kesehatan bila dikonsumsi
dalam jangka panjang.

Diantara banyak kasus yang beredar tentang penggunaan zat-zat kimia


pada produk makanan, salah satu produk yang di sebuat adalah oreo. Oreo adalah
makanan ringan yang di produksi oleh PT. KRAFT. Zat kimia yang terkandung
dalam produk oreo adalah melamin.Melamin (C3H6N6) adalah sebuah zat kimia
berbentuk kristal putih yang digunakan untuk membuat produk plastik,
pupuk,bahan perekat,bahan untuk produk tahan api,polimer dan pembersih. Pada
konsentrasi tinggi, zat kimia ini bisa menyebabkan batu ginjal dan gagal ginjal,

1
khususnya pada bayi.Ketika dicerna,metabolisme menghasilkan amonia di dalam
tubuh yang menyebabkan kegagalan ginjal.

Ketika rumor ini beredar di masyarakat, hal ini menyebabkan berbagai


macam krisis yang terjadi pada PT.KRAFT, diantaranya krisis kepercayaan dan
menyebabkan berbagai macam kerugian, kerugian secara material maupun
immaterial.

2
1.2 Kiat Dan Teknik Membangun Citra

A. Metode Perencanaan Dan Penggiatan Komunikasi


Kiat dan metode Circle PR Programming & Communication yang terdiri
dari rangkaian perencanaan, pelaksanaan dan komunikasi public relations hingga
dievaluasi atau pengawasan secara sistematis, dapat memudahkan perekayasaan
pencapatan tujuan dan sasaran utama perusahaan atau organisasi. Antara tujuan
dan sasaran, hubungannya erat sakali. “Tujuan" bersifat kualitatif dan abstrak atau
umum, sedangkan bersifat kuantitatif atau secara konkretnya menitikberatkan
pada hasil akhir yang akan dicapai.

Rangkaian perencanaan, pelaksanaan dan komunikasi public relations


tersebut merupakatn blueprint yang disusun secara sistematis. Blueprint tersebut
akan menjadi pedoman dan digambarkan dalam suatu pola tahapan-tahapan
perencanaan saksama, simple, dan mudah dipahami serta dilaksanakan dengan
baik. Komponen-komponen perencanaan dan pelaksanaan atau penggiatan
komunikasi tersebut dibentuk secara melingkar dan difokuskan pada "tujuannya",
sedangkan fokus sebagai "sasaran” atau target yang hendak dicapai terletak di
lingkaran paling tengah. (Lihat gambar hlm 45).

3
Mulai dari tahapan langkah awal untuk menganalisis atau mengidentifikasi
situasi dan kondisi, merumuskan tujuan menentukan publikasi, job description
personel, hubungan media, komunikasi, alokasi anggaran (dana) serta rencana
(plan) dan serta perencanaan tahap terakhir untuk mengevaluasi (kepengawasan).

Tahap yang menjadi titik perhatian suatu rangkaian tujuan terdiri dari
tujuh perencanaan dan penggiatan tugas serta fungsi public relations. Hal ini telah
merincikan tugas personel yang terlibat, komponen pendukung lainnya, hingga
tahapan paling akhirnya adalah untuk mencapai target dan feedback atau respon
dari target audience yang hendak dicapai. Target terdiri dari lima unsur yakni,
citra, kepercayaan, realitas, manfaat dan keterikatan.

B. Langkah Sukses Mencapai Citra


Penggiatan tujuan dan target dari rangkaian perencanaan dalam metode
Circle PR Programming & Communication yang akan dicapai tersebut bisa
berupa “citra” atau “kepercayaan" dari publik sasaran atau masyarakat umum.

Tujuan dan sasaran pokok tersebut harus realistis, bukan khayalan serta
dapat diukur, baik secara kualitas maupun kuantitas, bermanfaat bagi semua orang
atau individu, menyebutkan jangka waktu pencapaian dan jangka waktu berlaku.
Tujuan dan sasaran tersebut dapat mengikat, baik untuk kepentingan organisasi
dan publik internal maupun publik eksternal dan sebagai feedback-nya adalah
dapat menciptakan citra positif.

Metode rangkaian tahapan perencanaan, penggiatan dan komunikasi


Circle PR Programming & Communication melalui rangkaian delapan langkah
sukses perencanaan untuk pencapaian tujuan dan sasaran pokok perusahaan
tersebut yang disusun secara sistematis dan logis. Terdapat unsur-unsur
fleksibilitas dan dinamika, baik dalam keadaan perusahaan normal, untuk
menghadapi berbagai tantangan situasi dan kondisi suatu perencanaan dan
penggiatan komunikasi yaitu mulai dari promosi, meluncurkan suatu produk

4
barang atau jasa, Circle PR Programming & Communication dapat dipergunakan
untuk suatu “solusi” atau pemecahan (problem solving) menghadapu krisis
kepercayaan yang sewaktu-waktu bisa terjadi pada setiap perusahaan atau
organisasi.

Metode penyusunan perencanaan dan penggiatan melalui proses


komunikasi hingga pemecahan suatu masalah yang dihadapi, baik organisasi
maupun personel, sebelumnya sudah dikenal dengan perencanaan organisasi
dalam fungsi ilmu manajemen. Formula 4-P,seperti dikemukakan oleh Koontz
dan Terry. Formula ini terdiri dari perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan
pengawasan (planning, organizing, actuating, controlling). Seperti juga metode
penyampaian message dalam tugas dan fungsi public relations, yang ditampilkan
dalam buku A Public Relations Primer Thinking and Writing in Contex oleh
Paula Marantz Cohen dikemukakan suatu pencapaian target audiences
(khalayak sasarann). Ini berkaitan erat dengan tugas dan fungsi public relation,
untuk menyampaikan suatu pesan, kemudian diteruskan dan diterima oleh publik
internal atau publik eksternal secara positif.

Teori dan definisi public relations lainnya yang tak kalah penting, menurut
Scott M. Cutlip dan Allen H. Centre, dalam bukunya berjudul Effective Public
Relations ialah bagaimana berkomunikasi secara efektif dan efisien melalui teknik
dan tahapan proses penggiatan dalam manajemen humas/PR, sebagai komponen-
komponennya, yaitu fact finding, planning communicating, dan evaluating
(pencarian fakta, perencanaan, berkomunikasi, dan pengawasan). Perencanaan
manajemen sistematis dalam suatu organisasi yang berkaitan erat dengan tugas
dan fungsi public relations, bukan hanya esensial dipergunakan oleh semua
manajemen dan organisasi, tetapi juga oleh semua tingkat dan berbagai jenis
perusahaan.

5
C. Persiapan Perencanaan Program PR Terpadu
Sebelum melangkah untuk pelaksanaan, perlu adanya suatu perencanaan
yang terpadu (integrated) mulai dari awal (preprogam), dan selama berlangsung
atau mengimplementasi program (in during) hingga ke taraf penyelesaian tugas
secara step by step serta taraf pengawasan atau evaluasi (post program) untuk
meneliti hasil-hasil dan tujuan yang telah dicapai. Public relations officer
menjawab pertanyaan di bawha ini, sebagai acuan dalam menghadapi tugasnya
yang cukup berat dan menantang yaitu sebagai berikut :
1. Whew are we now ?
Dimana posisi kita kini ?
2. What business characteristic are we in ?
Apa karakteristik bisnis yang kita hadapi sekarang ?
3. Where are we heading for ?
Ke mana tujuan atau arah kita ?
4. Who supports us ?
Siapa yang akan mendukung kita ?
5. Who and how are our public ?
Siapa dan bagaiaman publik yang menjadi sasaran program yang dimaksud ?
6. How to motivate action ?
Bagaiamana memotivasi suatu kegiatan ?

Diharapkan dengan metode Circle PR Programming & Communication


yang sistematis dan disusun secara logis melalui “delapan langkah menuju
sukses” untuk melaksanakan tujuan dan sekaligus meraih saaran seperti yang
dikehendaki tersebut, diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
menantang tersebut di atas. Selain itu, bagaimana rangkaian program tugas
(tujuan) tersebut menjadi outline atau pedoman kerja bagi public relations officer
beserta staf pendukungnya (press/media relations, customer relations, company
relations dan stockholder relations dan lain-lain).

6
Khususnya yang paling urgent adalah dukungan dari pimpinan puncak
yang berkaitan dengan masalah pendanaan. Tidak kalah penting pula support dari
bagian manajemen lainnya, seperti departemen sumber daya manusia (HRD),
general affairs, operations, marketing, financial, promotions dan sebagainya
dalam mencapai tujuan bersama.

Kemudian, bagaimana dukungan dari pihak luar (publik eksternal) seperti


media relations, situasi dan kondisi target audiences atau khalayak sasaran.
Terakhir, bagaimana kesiapan diri (mental) dan motivasi untuk mencapai prestasi
dan personel PRO itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya ? setelah disinggung
di atas, dalam melaksanakan kegiatan (activities), tugas dan fungsi tersebut perlu
dilengkapi dengan unsur-unsur pendukung, baik kesiapan unsur pendukung
lainnya maupun mekanisme bagi sukses atau tidaknya suatu program public
relations yang diluncurkan untuk mencapai sasaran yang dikehendaki oleh
perusahaan atau organisasi, yakni yang dikenal dengan Six-M yaitu method,
material, machine, men, money and marketing (metode, bahan-bahan, mesin dan
peralatan, sumber daya manusia, pendanaan (biaya) dan pemasaran)

D. Rangkaian Perencanaan Dan Penggiatan


Sebagai penjelasan yang lebih mendalam dari tahapaa-tahapan Circle PR
Programming & Communication atau melalui rangkaian perencanaan dan
penggiatan berkomunikasi untuk menuju sukses dan meraih target yang pertama
disebut “tujuan”. Tujuan berkaitan dengan program, penggiatan dan komunikasi
(action plan) yang disusun secara berurutan “tujuh langkah sukses”. Hal itu
dimulai dari perincian analisis situasi dan berkomunikasi, menentukan tujuan dan
waktu, sasaran khalayak (target audience) dan job description bagi semua personel
yang terlibat, dukungan sarana media, anggaran hingga perencanaan tugas,
pengecekan dan menganalisis hasil (eveluasi) dari pelaksanaan untuk mencapai
tujuan akhir (target) dan public relations tersebut.

7
Tetapi dalam hal ini metode tersebut bisa fleksibel dan dinamis sebagai
bahan acuan untuk, PR Programming & Communication lainnya dan tergantung
pada “apa” dan “bagaimana” masalah yang akan dihadapi atau diinginkan (case
study) oleh setiap perusahaan melalui tugas dan fungsi PR-nya.

Kemudian langkah kedua, yakni disebut sebagai “sasaran”. Sasaran


tersebut konkret atau merupakan wujud dari hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya. Sasaran ini merupakan target yang akan dicapai oleh perusahaan,
setelah melalui persyaratan-persyaratan tertentu, baik persyaratan teknis maupun
mekanis, proses penggiatan tugas dan fungsi dari beberapa perencanaan program
kerja PR dan tujuan yang telah disusun sebelumnya secara
terperinci,sistematis,dan logis (blueprint)

Kemudian dari sekian banyak target yang akan dicapai tersebut secara
garis besar atau yang disimpulkan dan disederhanakan, yakni berupa citra,
kepercayaan, realitas, dan manfaat, dan keterikatan. Kelima target tersebut
berkaitan dengan "target audience” atau "target khalayak sebagai sasaran" bagi
kepentingan citra perusahaan (corporate image) Perusahaan yang dimaksud
adalah perusahaan yang selama ini telah memberikan suatu produk atau pelayanan
kepada publik sasaran (konsumen, pelanggan, nasabah khususnya dan masyarakat
luas pada umumnya). Sebaliknya, pihak publik sasaran akan menerima, manfaat
(benefit) dari produk atau jasanya. Ada unsur jual-beli antara produsen dan
konsumen secara materiil, dan konsumen memperoleh keuntungan secara material
(tangible), dan pihak perusahaan memperoleh citra baik dari prestasi yang
dihasilkan (intangible) berdasarkan program kerja dan tujuan yang ditetapkan
sebelumnya.

Yang dimaksudkan dengan fungsi dan peranan public relations di sini,


seperti diuraikan pada bab sebelumnya, berbeda secara mendasar jika
dtbandingkan dengan fungsi dari bagian marketing dan promosi, yang secara
"persuasif ' memperkenalkan atau menjual barang dan jasa kepada konsumen

8
(product oriented), sedangkan public relations adalah "membeli" sesuatu yang
bersifat abstrak "kepercayaan" dan masyarakat berupa opini dan persepsi yang
baik terhadap citra baik perusahaan (corporate image) dan sebaliknya perusahaan
dituntut memberikan pelayanan yang baik pula.

Sehubungan hal tersebut di atas, perusahaan akan memperoleh "citra"


yang positif dari masyamkat. Sebagai akibatnya akan muncul tanggapan atau
respon karena saling mempercayai, kerja sama yang menguntungkan bagi kedua
belah pihak, dan sebagainya. Jadi, fungsi public relations disini yang
sesungguhnya bukan membangun aset perusahaan (what), tetapi bagaimana (how)
menjual "kredibilitas" perusahaan kepada masyarakat.

E. Perincian Tujuan
Penjelasan dari tujuan " rangkaian perencanaan dan penggiatan tugas dan
fungs public (circle of PR Programming & Communication)antara lain ditempuh
melalui rangkaian "tujuh langkah untuk menuju sukses" sebagai berikut.

1. Tahap Menganalisis Situasi dan Komunikasi


Perlu PR atau Humas mengadakan suatu analisis atau mengidentifikasi,
baik penelusuran situasi maupun kondisi, kemampuan, keuangan, besar
kecilnya jenis perusahaan yang diwakili.Kuantitas dan kualitas serta
macam/jenis produk atau jasa yang akan diluncurkan untuk diperkenalkan
kepada sasaran khalayaknya, Bagaimana situasi dan kondisi publiknya? Sejauh
mana dukungan pimpinan puncak dan manajemen, staf pendukung, keadaan
dan situasi perekonomian? Apakah, paket-paket kebijakan pemerintah dapat
menciptakan suatu iklim yang kondusif untuk pengembangan bisnis atau tidak?
Bagaimana menghadapi persaingan? Apakah dan bagaimana strategi, sistem
atau metode PR tersebut cocok untuk program perencanaan saat ini ?
Bagaimana jenis, kualitas serta kuantitas promosi, publisitas dan publik yang
diinginkan?

9
Selanjutnya, apa dan bagaimana melaksanakan atau menentukan suatu
komunikasi melalui penelitian (research) sistem, mekanisme, bentuk
ketrampilan dalam berkomunikasi yang dipergunakan untuk penyampaian
pesan perusahaan kepada khalyak publiknya ? Apakah teknik komunikasi yang
digunakan bersifat informatif, deskriptif, persuasif, imperatif, koersif
(paksaan), reaktif dan sebagainya ? Tujuannya ialah untuk melihat feedback
dan meneliti sejauh mana pandangan, opini publik atau persepsi masyarakat
terhadap perusahaan atau organisasi.

2. Merumuskan Tujuan dan Menetapkan Waktu


Merumuskan tujuan atau tema yang hendak dicapai. Tujuan harus
mengacu kepada kepentingan dan tujuan sentral (target) membangun “citra”
organisasi atau perusahaan (corporate image) di mata khalayak tertentu atau
masyarakat luas. Pada akhirnya tujuan menularkan “citra baik” (halo effect)
bagi produk maupun jasa yang dihasilkan.

Hal ini ditempuh melalui pembinaan atau membangun hubungan yang


harmonis baik hubungan ke dalam (intemal relations) maupun hubungan ke
luar (external realtions) dengan sistem dan mekanisme saluran komunikasi dua
arah (paradigmatis) atau menggunakan sistem publikasi tertentu, untuk
mempengaruhi komunikasi agar mempunyai persepsi dan opini seperti yang
dikehendaki oleh perusahaan. Jangka waktu perencanaan, pelaksanaan,
komunikasi, dan pengawasan harus ditentukan tepat waktu dan tepat guna
untuk mencapai efisiensi dan efektivitas agar program kegiatan public relations
tercapai dengan optimal, tidak membuang waktu (wasting time). Apakah
rangkaian PR Program Planning &Communication tersebut untuk jangka
wakturelatif pendek (short time), seperti periode mingguan dan bulanan,
misalnya untuk kegiatan sponsorship, pameran, kongres, dan sebagainya?

10
Kemudian perlu ditetapkan program dalam langka waktu relatif panjang,
tahunan (long time). misalnya meluncurkan suatu produk atau jasa baru untuk
diperkenalkan kepada sasaran khalayak atau publiknya (target
audiences).Proses ini akan memerlukan waktu lama agar bisa diterima dan
diakui. Maka, proposal programnya dalam bentuk flowchart atau agenda
setting programme yang sudah memuat acara promosi atau publikasi selama
dua belas bulan, dan setiap bulan sudah dipastikan program of special events
atau acara tertentu yang dikaitkan dengan promosi atau publikasinya

Aplikasi
Aplikasi pelaksanaan tujuan dan penetapan waktu kampanye humas (PR
Campaign) yakni menerapkan teknik-teknik publikasi dan promosi dalam ke-
PR-an dalam menunjang kegiatan pemasaran dan penjualan produk barang atau
jasa. Dalam hal ini jelaslah bahwa acuannya adalah produk atau jasa itu sendiri
karena tiap-tiap produk barang dan jasa yang ingin diluncurkan tersebut tentu
memiliki karakteristik yang berbeda dan khas, sehingga akan menuntut teknik
atau pendekatan (approach) kampanye PR yang berbeda-beda pula.

Misalnya Strategi kampanye PR untuk meluncurkan produk mobil mewah


tentu berbeda dengan pola pendekatan dan teknik public relations-nya untuk
memperkenalkan produk baru rokok atau kosmetilc. Begitu pula dengan pola
promosi, publikasi dan advertising-nya yang bisa berbentuk hard sell atau soft
sell. Usia produk (product life cycle) juga akan mempengaruhi cara kampanye
dan teknik promosi serta publikasi kehumasan apa yang akan dipergunakan.

Produk barang atau jasa baru yang akan diperkenalkan (launching),


kepada masyarakat konsumen memakai promosi dan teknik advertising
tertentu yang temanya mungkin lebih menekankan aspek rekognisi merek
(produk). Di pihak lain, teknik campaign public relations akan menyoroti
aspek prestasi, manfaat (benefit), aneka daya tarik baru (novelty) atau identitas
dan citra suatu produk tertentu.

11
Produkyang relatif mapan, dalam memenangkan pangsa pasar tertentu,
lebih efektif mempertahankan pangsa pasarnya dengan pendekatan yang
menonjolkan manfaat (benefit) atau kegunaan produk selama ini (product in
use aproach). Begitu juga dalam memperluas strategi pemasaran, dan tugas PR
(humas) dalam keadaan seperti ini adalah menyampaikan proses
pengembangan produk tersebut yang menekankan approach tertentu untuk
tujuan dan manfaat suatu produk barang atau jasa kepada, calon masyarakat
konsumen. Karena itu, teknik dan pendekatan publikasi dan promosi public
relations, pada prinsipnya adalah sebagai penunjang yang ampuh, dalam
aktivitas pemasaran dan sekaligus bisa memproyeksikan untuk menciptakan,
citra positif perusahaan (corporate image), yang pada akhirnya akan
memayungi citra, produk atau jasa (product image) di bawahnya.

3. Menentukan Publik dan Personel yang Terlibat


Bagaimana dan siapa publik yang akan menjadi atau sasaran yang akan
digarap (target audiences) dalam perencanaan PR Programming &
Communication tersebut? Apa jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, strata
sosial dan tingkat kehidupan ekonomi, Bagaimana membina hubungan dengan
publik eksternal yang juga menjadi sasaran seperti customer relations,
consumer relatioms, supplier relations, comaninity relations, humanity
relations, dan government relations, hingga hubungan dengan pers sebagai
pendukung publisitasnya (publicity support)? Bagaimana membina hubungan
dengan publik internal pegawai (employee relations) dan hubungan dengan
pemegang sah. (stockholder relations)?

Kemudian, menentukan job description bagi personel yang terlibat dalam


rangkaian tugas pelaksanaan dan penggiatan program tersebut. Di sini juga
dirinci pembagian tugas dan fungsi secara jelas, siapa yang bertanggung jawab
dan berwenang. The right man on the right place.

12
Dalam strukturisasi organisasi dan manajemen public relations, biasanya
sudah dirinci, siapa yang bertanggung jawab sebagai public relations manager,
asisten manajer, staf khusus yang mampu melaksanakan operasionalisasi
konsep dari program kerja dan hingga menginterpretasikan atau menangani
persoalan employee & industrial relations, media & press relations, promotion,
internal relations, external relations. government relations, customer relations,
dan sebagainya; staf dokumentasi dan file foto, clipping news/press, sekretaris,
keuangan, dan sebagainya.

4. Menentukan Medla (Mecila Planning)


Menentukan media sebagai pendukung alat (tool) atau saluran (channel)
perecanaan tugas public relations sangat penting. Bahkansebagai barometer
(tolok ukur) keberhasilan bagi public relations untuk menjangkau target
audience atau khalayak yang tersebar luas di berbagai tempat. Pengertian
media sebagai alat komunikasi tersebut ada beberapa macam, misalnya
hubungan media (media relations) melalui audio visual media elektronik dan
media cetak, pameran, sponsorship, seminar, periklanan.d» sebagainya. Media
public relations, yaitu mulai dari memantaatkan media massa event media,
media sarana (logo, warna dan lambang), media pertemuan (presentasi, diskusi,
rapat dan seminar), media personal (lobby & negotiation) dan hingga media
internal PR (company profile, annual report dan printed material)

Publikasi melalui media massa, yaitu media cetak dan media elektronik,
selain mempunyai kredibilitas untuk menyampaikan pesan kepada khalayak
yang jangkauannya lebih luas, juga memiliki efek keserempakan (simultaneity
effect) dalam penyampaian berita secara serentak. Ada lagi media tak bermassa
(nirmassa) melalui korespondensi, surat menyurat, faksimilie, teleks, poster,
spanduk, film dokumenter dan sebagainya.

13
5. Anggaran (Budget)
Dalam rangkaian PR Programming & Communication, perlu diprediksi
atau diperkirakan besarnya anggaran (budget) yang akan dialokasikan, Semua
program, pelaksanaan kegiatan dan pencapaian tujuan atau target diperkirakan
dan dirinci secara sistematis. Tanpa biaya atau dukungan pendanaan, program
yang telah disusun itu akan menemui kegagalan dan tidak berjalan
sebagaimana mestinya.

Dalam hal ini, diperlukan komitmen pimpinan puncak (biasanya tingkat


direktur) untuk terlibat langsung menentukan dan menyetujuai besar kecilnya
anggaran tersebut karena kegiatan public exposure, publisitas, promosi,
advertising, sponshorship, pameran, acara seremonial, pemberian cendera
mata, dan sebagainya membutuhkan biaya yang tidak kecil (high cost centre)

6. Program dan Perencanaan (Programming and Planning)


Program kegiatan atau perencanaan adalah suatu cara untuk
memformulasikan rencana yang sistematis dan logis ke dalam bentuk gambar
flowchart atau matrix programme. Hal ini bisa berbentuk lebih konseptual,
agenda of setting PR Programme yang lengkap untuk memudahkan
pemantauan dan pengecekan dari tahapan-tahapan tugas (evaluasi) dengan
mudah. Langkah awal hingga langkah akhir dari suatu pekerjaan bisa dilihat
dengan teliti, apa yang sudah tercapai atau belum terlaksana.

Singkatnya, dari setiap langkah perencanaan dapat diketahui berapa


banyak personel yang terlibat, biaya yang dikeluarkan, target audiences, batas
waktu kampanye promosi dan publikasi yang diperlukan, dan press relations.
Semuanya akan tergambar dengan sistematis. Pada akhirnya diharapkan
efektivitas tenaga dan waktu dimanfaatkan secara tepat dan efisiensi alokasi
dana investasi akan tercapai dengan baik dan sukses.

14
7. Analisi Hasil Akhir (Evaluasl)
Dalam tahap ini, PRO mengidentifikasi atau menganalisis hasil akhir atau
evaluasi, yakni lebih bersifat checkpoint satu per satu dari komponen atau
tahapan-tahapan perencanaan dan penggiatan (PR Programming &
Communication), sudah berjalan atau belum. Mulai dari pengidentifikasian dan
penelitian secara saksama mengenai langkah-langkah rencana pertama (R-1),
rencana kedua (R-2), rencana ketiga (R-3) dan rencana keempat (R-4),
seterusnya hingga (R-7). Yang terlihat adalah apakah semua komponen
rencana dan kegiatan tersebut sudah berjalan sebagaimana mestinya.
Hasil eveluasi dapat memberi gambaran apakah secara kuantitatif dan
kualitatif program sudah memenuhi persyaratan atau masih terjadi kekurangan.
Aktivitas diteliti dan dianalisis secara saksama dari berbagai persoalan atau
pihak yang terlibat kemudian ditarik suatu kesunpulan tentang sukses atau
tidaknya PR Programming & Communication tersebut. Kalau terjadi barrier
atau hambatan serta kegagalan bisa dilihat dari salah satu komponen yang
kurang berfungsi dengan baik atau tidak berjalan sesuai dengan yang
direncanakan.

F. Tolok Ukur Mencapai Sasaran Citra Positif


Dari semua rencana dan kegiatan Circle PR Programming &
Communication tersebut mulai dari rencana pertama hingga rencana terakhir (R-1
s.d. R-7), diteliti kembali mengenai faktor-faktor, baik teknis maupun
mekanismenya, bagaimana “tujuan” dari perencanaan dan penggiatan setiap
langkah-langkah tersebut sebelumnya, siapa yang dilibatkan sebagai pendukung
(internal dan external relations). Semua itu harus mengacu kepada tujuan paling
utama. Apakah sasaran yang hendak dicapai oleh perusahaan menguntungkan atau
tidak? Hasil yang diharapkan akan tercapai yaitu,
 citra,
 kepercayaan.
 realitas,

15
 manfaat,
 keterikatan

Penjelasan lima target pokok Circle PR Programming & Communication


tersebut, yang merupakan tujuan utama dan sekaligus sebagai prestasi yang diraih
untuk menggapai target sasaran perusahaan, adalah sebagai berikut.

1. Citra

Citra merupakan tujuan pokok sebuah perusahaan. Terciptanya suatu citra


perusahaan (corporate image) yang baik di mata khalayak atau publiknya akan
banyak menguntungkan. Misalkan, akan menularkan "citra'' yang serupa kepada
semua produk barang dan jasa yang dihasilkannya, termasuk bagi para pekerjanya
(employee relations) akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri, akan
menimbulkan sense of belonging terhadap company tempat mereka bekerja.

Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi wujudnya bisa
dirasakan dari hasil penilaian, penerimaan, kesadaran, dan pengertian,baik
semacam tanda respek dan rasa hormat, dari publik sekelilingnya atau masyarakat
luas terhadap perusahaan sebagai sebuah badan usaha atau pun terhadap
personelnya (dipercaya, profesional dan dapat diandalkan dalam pemberian
pelayanan, yang baik).

Untuk membentuk citra (image) ini, pihak perusahaan harus mengeluarkan


biaya promosi dan publikasi terus-menerus selama setahun misalnya 100 juta
rupiah, namun hasilnva yang diraih beberapa tahun kemudian senilai 500 juta
rupiah dan kalau dikaitkan dengan kampanye kepedulian terhadap pelestarian
lingkungan hidup atau berpartisipasi dalam program sosial dan kemasyarakatan
serta pembangunan nasional, diharapkan gemanya lebih terasa, maka perusahaan
akan memperoleh nilai tambah (added value) sebesar 1 miliar rupiah. ini
merupakan hasil yang diperoleh dari membangun citra perusahaan yang tidak lagi

16
intangible tetapi sudah riil, khususnya dalam bentuk dukungan moril dan
tanggapan positif dari berbagai kalangan di masyarakat

Perusahaan mungkin tidak bisa memuaskan semua orang Indonesia


memiliki lebih dari 200 juta penduduk, yang terdiri dari berbagai suku, etnis dan
bangsa, tingkat intelektual, pendidikan serta beragam tingkat kehidupan sosial dan
ekonomi. Kalau inging membangun citra perusahaan (corporate image
development), masyarakat mana yang akan menjadi publik sasarannya (target
audiences).

Sebagai jawabannya untuk membentuk citra perusahaan tersebut dapat


dibagi beberapa publik sasaran sebagai penentunya, antara lain :
a. Pemerinta sebaga pengelola negara yang sangat menentukan eksistensi
setiap perusahaan.
b. Opinion Leader yang juga sebagai penentu atau panutan b agi masyarakat
lainnya mengenai tanggapan positif atau negatif tentang aktivitas dan
operasional perusahaan.
c. Konsumen dan pengguna jasa yang harus mendapat pelayanan terbaik dan
merasa nyaman dan puas.
d. Mitra kerja dan rekanan perusahaan sebagai penunjang keberhasilan bisnis
dan usaha perusahaan.
e. Para generasi muda sebagai penerus pemimpin bangsa di kemudian hari
yang perlu mendapat pembinaan yang positif,
f. Publik internal, karyawan, pemilik dan pemegang saham sebagai
pengelola atau pekerja perlu diperhatikan sebagai penunjang kekuatan dari
dalam perusahaan
g. Media massa sebagat mitra kerja untuk membentuk opini publik
menguntungkan

17
2. Kepercayaan
Suatu kepercayaan berkaitan erat dengan atau hampir sama dengan istilah
citra. Boieh dikatakan, "citra" Iebih bersifat "abstrak" mengenai suatu pandangan,
persepsi, opini, penilaian secara umum yang mengandung pengertian positif.
"Kepercayaan" tersebut lebih "konkret" sifatnya, lebih mengarah kepada kesan
dan pendapat atau penilaian positif, yang bersifat pandangan pribadi atau individu
yang bersangkutan terhadap suatu perusahaan atau organisasi. Kalau kepercayaan
individu-individu tersebut terhimpun dalam jumlah publik atau masyarakat yang
lebih luas akan tercipta suatu citra

3. Realitas
Tujuan pokok (sasaran) yang hendak dicapai oleh perusahaan atau
organisasi. melalui rangkaian PR Programming & Communication tersebut bukan
tujuan khayalan atau tanpa hasil yang nyata. Tetapi tujuan di sini adalah realistis,
jelas berwujud, dapat diukur dan hasil dari program tersebut dapat dipertanggung
jawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis. Hasilnya atau
keuntungan-keuntungannya bisa dirasakan oleh semua pihak. Semua biaya,
tenaga, dan buah pikiran yang telah dikeluarkan tersebut sehilria ini tidak akan
sia-sia dan bisa dilihat imbalannya nanti. Pada akhirnya, keberhasilan serta
keuntungan tersebut bisa diraih, baik berupa nilai materiil maupun moril bagi
perusahaan, karyawan, dan khalayak publiknya.

4. Kerja Sama yang Saling Menguntungkan (Mutual Symbiosis)


Semua hasil kerja (mutual symbiosis), saling mempercayai (mutual
confidence), saling menghargai (mutual appreciation) dari berbagai pihak baik
dari pemilik, karyawan, maupun masyarakat, nasabah dan pelanggan atau
khalayak luas akan terasa bermanfaat bila tujuan pokok (sasaran) perusahaan bisa
tercapai sukses dan nienguntungkan semua pihak. Hal ini semacam sirkulasi
(perputaran) suatu mekanisme produksi dalam sebuah perusahaan industri, mulai
dari bahan proses produksi, hingga menghasilkan suatu produk atau jasa tertentu,
dipasarkan dan manfaatnya sampai ke tangan konsumen.

18
Hasilnya tidak saja akan mendatangkan keuntungan (materiil) bagi
perusahaan, karyawannya, pemasok dan distributor, tetapi juga bermanfaat
(mutual benefit) bagi konsumennya karena telah menikmati produk barang atau
jasa tersebut. “Bukan mencari keuntungan dari masyarakat, tetapi bagaimana
bekerja sama yang saling menguntungkan" (mutual symbiosis).

5. Mengikat Semua Pihak


Suatu rencana yang telah dibuat dan disepakati harus konsisten dapat
dilaksanakan (lex loci executionis) sampai tuntas dan berhasil. Hal ini merupakan
komitmen yang mengandung asas “konsensual” yang harus mengikat erat secara
yuridis, teknis maupun mekanis perencanaan dan penggiatan, mulai dari awal R-1
(rencana program) hingga R-7 & dari Circle of PR Programming & Comunication
dan kemudian dukungan para personel yang terlibat, baik publik internal maupun
publik eksternalnya. Rencana juga harus berorientasi pada suatu tujuan tertentu
dan menghasilkan suatu demi kepentingan bersama (mutual interest)

Kalau "prestasi" ini gagal, secara yuridis dan de facto, karena adanya
pelanggaran azas konsensual (kesepakatan bersama) yang mengikat semua pihak.
Tentunya tidak saja merugikan, baik secara materiil maupun moril atas
perusahaan, termasuk pihak public relations itu sendiri gagal dalam melaksanakan
tugasnya, tetapi juga akan merugikan masyarakat, yang dampak akhirnya adalah
akan kehilangan kepercayaan. Ada pepatah mengungkapkan, "Qui ascendit sine
labore, descendit sine honore". Artinya, "jangan naik panggung tanpa persiapan,
akibatnya turun pun tanpa kehormatan".

19
1.3 Analisis Masalah

 Mengatasi Persoalan Substansial Di PT.Pertamina BBM

Konversi minyak tanah ke gas dimulai sejak tahun 2007 hingga sekarang.
Kegiatan konversi ini telah mampu diterima oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Namun, dalam perkembangannya beberapa kasus telah terjadi akibat
tabung gas elpiji. Beberapa Tabung gas elpiji mengakibatkan kecelakaan dan
ledakan yang menimbulkan beberapa korban. Baik korban yang mengalami luka
ringan hingga luka berat sampai mengalami kerugian yang berjumlah puluhan
hingga ratusan juta rupiah. Kecelakaan yang terjadi di sebabkan oleh beberapa
faktor antara lain, akibat kelalaian dari pengguna dan tabung yang mengalami
kerusakan atau sudah tidak layak pakai.]

Beberapa kecelakaan yang terjadi adalah dikarenakan kelalaian


pemakaian, proses perawatan dan kebocoran tabung gas yang diakibatkan oleh
beberapa agen yang melakukan kecurangan-kecurangan seperti yang telah banyak
diberitakan di media.

Humas mempunyai keterlibatan penuh untuk memperkuat komunikasi


dengan kalangan eksternal dan internal suatu instansi baik pemerintahan maupun
swasta. Begitu pula dengan Humas PT. Pertamina, beliau harus selalu dilibatkan
dalam segala hal yang berhubungan dengan menjaga reputasi perusahaan dimata
khalayak internal pada umumnya, dan eksternal pada khususnya, disesuaikan
dengan ruang lingkup pekerjaan dan tanggung jawab beliau sebagai praktisi
humas.

Peranan humas PT. Pertamina (Persero) adalah :


1. Sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber)
Humas PT.Pertamina membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah
yang berhubungan dengan public. Misalnya dalam kasus ledakan elpiji, Humas

20
PT.Pertamina (Persero) BBM bekerja sama dengan divisi Gas Domestik untuk
menyelesaikan kasus ledakan gas elpiji yang terjadi.
2. Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator)
Humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu medengar
apa yang menjadi keinginan dan harapan publik. Biasanya dilakukan melalui
contact pertamina maupun surat dari publik.
3. Fasilitator Pemecah Masalah (Problem Solving Process Fasilitator)
Humas bertindak sebagai membantu proses pemecahan masalah. Mulai dari ide
sampai pada proses pelaksanaan penyelesaian kasus.

Langkah – langkah tersebut sebagai kontribusi PT. Pertamina (Persero)


dalam memberikan manfaat terhadap perusahaan dan publik, sesuai dengan visi
perusahaan, yaitu menjadi unit usaha terbaik, tanggung jawab, dan terpercaya.
Visi ini erat kaitannya dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan publik
sekitar karena publik adalah bagian yang penting untuk menunjang kelangsungan
suatu perusahaan. Terutama adalah saat perusahaan mengalami suatu krisis dalam
mempertahankan citranya dimata masyarakat karena suatu kasus yang berkaitan
dengan produk dan hubungan perusahaan dengan publik secara langsung. Dalam
hal inilah seorang Humas harus memberikan perannya secara maksimal dalam
menyelesaikan kasus tersebut agar citra perusahaan tetap terjaga.

21
1.4 Pemecahan Masalah

1. Program PR (publiEc relation)


a. komunikasi krisis
Parahnya masalah yang melanda PT.Pertamina ini terkait masalah citra
lembaga yang sedang hancur terkait beberapa masalah yang
terjadi maka hal yang perlu dilakukan seorang PR adalah Komunikasi dengan
publik yang dikenal dengan komunikasi krisis.
Komunikasi krisis adalah komunikasi antara organisasi dengan public
sebelumnya, selama, dan setelah kejadian krisis. Komunikasi ini dirancang
melalui program-program untuk meminimalisir kerusakan terhadap citra
organisasi (Frearn Banks, dalam Prayudi 1998: 38).
Ketika organisasi mengalami krisis maka kebutuhan akan informasi
seputar krisis terus meningkat. Hal ini karena berkaitan dengan berbagai
kepentingan publik organisasi tersebut. Publik organisasi yang memiliki
kepentingan akan merasa khawatir ketika organisasi mengalami krisis.
Kekhawatiran ini dapat mengarah pada tindakan-tindakan yang mungkin
merugikan organisasi, Menurut Coombs (1994) (dalam Prayudi, 1998: 39) ada
lima strategi yang biasanya digunakan dalam komunikasi krisis, yaitu:
1. Non – existence strategies. Strategi ini diterapkan oleh organisasi yang
kenyataanya tidak mengalami krisis, namun ada rumor bahwa organisasi sedang
menghadapi krisis. Bentuk pesan bisa berupa penyangkalan (denial), penjelasan
disertai alasan (clarification),menyerang pihak penyebar rumor (attack), dan
mengancamberdasarkan hukum (intimidation).
2. Distance strategies. Digunakan organisasi yang mengakui adanya krisis dan
berusaha untuk memperlemah hubungan antara organisasi dengan krisis yang
terjadi. Bentuk pesan bisa berupa penolakan bahwa organisasi tidak bermaksud
melakukan hal-hal negatif dan penyangkalan kemauan (excuse) dan melakukan
klaim bahwa kerusakan yang terjadi tidak serius (justification).
3. Ingratiation strategies. Strategi ini digunakan organisasi dalam upaya mencari
dukungan publik. Bentuk pesan bisa berupa pengingatan kepada publik akan hal-

22
hal positif yang dilakukan organisasi, menempatkan krisis dalam konteks yang
lebih besar, dan mengatakan hal-hal baik yang dilakukan publik (praising others).
4. Mortification strategies. Organisasi berusaha meminta maaf dan menerima
kenyataan bahwa memang benar terjadi krisis. Bentuknya bisa berupa kompensasi
kepada kepada korban, meminta maaf kepada publik, dan mengambil tindakan
untuk mengurangi krisis.
5. Surffering strategies. Organisasi menunjukkan bahwa ia jugamenderita
sebagaimana korban dan berusaha memperoleh dukungan dan simpati publik.
Sebuah rencana komunikasi krisis yang baik paling tidak
mempertimbangkan publik organisasi, model komunikasi yang mencakup tujuan
untuk masing-masing publik, pesan yang harus disampaikan, juru bicara, dan
upaya mendapatkan dukungan pihak ketiga. Dalam upaya komunikasi
krisis,bentuk modis yang biasa digunakan oleh public relations akan banyak
membantu seperti:
a) Press release, merupakan pernyataan tertulis yang menjelaskan bagaimana
organisasi menangani krisis dan pimpinan yang berwenang.
b) Press kits, merupakan map yang berisi beberapa press release yang memiliki
nilai berita bagi media massa. Biasanya perusahaan juga melampirkan profil
organisasi, atau daftar telepon juru bicara perusahaan.
c) Konferensi pers, merupakan upaya agar media massa menerima informasi yang
tepat dari juru bicara organisasi dan menghindari mis-informasi seandainya
wawancara dilakukan secara terpisah.
d) Newsletter, merupakan publikasi perusahaan yang berisi berita dan
perkembangan terbaru perusahaan (Prayudi, 1998: 39-40)

Walaupun ada media lain seperti aktivitas sosial yang dijalankan


organisasi, keempat media diatas termasuk yang sering dilakukan. Pendekatan
dengan komunikasi interpersonal dan dua arah biasanya akan mendapatkan
dukungan dari publik. Komunikasi krisis perlu disusun dengan
mempertimbangkan model komunikasi, strategi pesan, publik organisasi dan
tujuan perusahaan secara luas.Upaya membina hubungan dengan publik sejak dini

23
merupakan faktor pendukungkrusial ketika perusahaan mengalami krisis.
Organisasi harus menyadari bahwa kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh
krisis adakalanya tidak terduga, karena dapat mengakibatkan kebangkrutan,
pengambilalihan kendali dan usaha jatuhnya nama baik (good image),
menurunnya permintaan atas produk dan jasa, dan rusaknya kinerja organisasi.

b. Tindakan PR di masa krisis


Public Relations memiliki peran penting dalam merencanakan program
persiapan krisis, manajemen krisis itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi
setelah krisis selesai ditanggulangi. Hal itu hanya dimungkinkan bila praktisi
public relations mengenal gejala-gejala krisis dari awal dan melakukan tindakan
yang terintegrasi dengan aktor-aktor penting lainnya dalam perusahaan. Ada
beberapa tahapan yang perlu dilakukan public relations dalam krisis antara lain:
1) Pendalaman data dan fakta
Melakukan riset mendalam mengenai isu yang berkembang. Riset yang
dikembangkan secara kualitatif.

2) Menyiapkan paket informasi


Menyiapkan information sheets standar yang berisi berbagai informasi yang
diberikan oleh Public Relations kepada semua stakeholders.

3) Membuat batasan isu dan dampaknya


Menganalisis dan membuat batasan setiap isu tentang dampak yang mungkin
ditimbulkan bagi masyarakat atau konsumen pengguna produk.

4) Posisikan citra perusahaan


Pastikan bagaimana citra perusahaan akan diposisikan dihadapan public berkaitan
dengan isu yang sedang berkembang.

24
5) Siapkan Tim Crisis Centre
Siapkan tim yang siap dipakai ketika krisis benar-benar terjadi, serta buat simulasi
untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

6) Menunjuk Unofficial Spoke Persons


Crisis Center sebaiknya tidak hanya melibatkan internal perusahaan (official
person) tapi juga pihak lain atau pihak ketiga yang direkrut untuk membantu
menyelesaikan krisis (Agung 2005: 38)

Peranan Humas PT.Pertamina dalam menangani kasus ledakan gas elpiji 3


kg.

Sebagai seorang Humas dalam menghadapi kasus ini melakukan beberapa


tindakan. Tindakan yang di lakukan telah sesuai dengan teori yang ada yaitu teori
dari (Cutlip dan Center, Iriantara,2007:14) mengenai pendekatan manajerial.
Pendekatan itu dengan cara:
1. Mencari penyebab kejadian
Humas biasanya mengetahui berita kecelakaan gas elpiji 3 kg dari
pengaduan warga, media dan juga dari pemberitahuan karyawan PT.Pertamina
sendiri. Setelah mendengar berita tersebut, Humas bekerjasama dengan pihak Gas
Domestik yang merupakan penanggung jawab kegiatan konversi gas elpiji 3 kg
turun kelapangan langsung untuk mengetahui fakta yang ada. Kegiatan pencarian
fakta untuk menanyakan tentang seluk beluk kejadian di lakukan dengan turun
langsung ke lapangan dan dengan melakukan pendekatan persuasive melalui
wawancara kepada korban langung maupun dengan tetangga-tetangga korban.
Kegiatan tersebut biasanya dilakukan langung ke rumah korban dan apabila ada
korban jiwa dalam kecelakaan ini, maka kegiatan wawancara dilakukan di rumah
sakit tempat korban dilarikan untuk mendapatkan pertolongan.

25
2. Memberikan bantuan kepada korban
Mencari penelusuran fakta yang ada, harus dapat diketahui jumlah korban
dan kerugian material yang harus ditanggung baik itu fisik rumah maupun
perawatan kesembuhan korban. Dari hasil penilaian itulah, maka Pertamina harus
merencanakan untuk memberikan suatu asuransi yang mana semua orang yang
mendapatkan kompor dan tabung gas elpiji telah mendapatkan asuransi jiwa dari
PT.Pertamina.Sedangkan jumlah dan saratnya telah ditentukan dan proses
pemberian asuransinya harus sesuai dengan prosedur. Bantuan yang disebut
dengan tali asih ini merupakan program dari PT.Pertamina sebagai rencana yang
telah diperhitungkan apabila suatu saat akan terjadi kecelakaan akibat pemakaian
gas elpiji.

Perencanaan yang telah ditetapkan dan di ukur sesuai dengan jumlah


kerugian segera diberikan langsung kepada korban agar mereka bisa langsung
mendapatkan perawatan dan tidak merasa dirugikan atau merasa tidak
mendapatkan perhatian dari pihak Pertamina. Tindakan berikutnya setelah
perencanaan tentang jumlah bantuan dana tali asih ditentukan, maka pihak
Pertamina dengan segera memberikannya kepada korban. Selain itu, tidak lupa
diberikan pengetahuan tambahan cara penggunaan elpiji yang aman agar tidak
terjadi lagi hal yang serupa. Serta, korban diberikan surat pernyataan yang isinya
tidak melakukan penuntutan terhadap PT.Pertamina setelah proses tali asih dari
PT.Pertamina telah berakhir.

Untuk membantu mengkomunikasikan kepada publik luar, Humas


PT.Pertamina juga bekerjasama dengan pihak media untuk melakukan
pemberitaan kepada publik mengenai kasus ledakan gas elpiji dan tindakan
penyelesaian kasus kecelakaan

26
3. Melakukan tindakan evaluasi
Tahap terakhir adalah evaluating. Setelah selesai pemberian bantuan
kepada korban, pihak Pertamina mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan,
apakah sudah bisa diterima baik oleh korban dan tindakan tersebut apakah telah
mampu mengembalikan lagi citra perusahaan di mata korban.

4. Melakukan upaya pencegahan kasus agar tidak terjadi lagi.


Dengan beberapa jumlah kasus kecelakaan akibat gas elpiji yang terjadi
maka PT.Pertamina harus melakukan upaya guna mencegah kasus kecelakaan gas
elpiji terjadi kembali. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan
resosialisasi. Proses resosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
yang lebih kepada pihak-pihak konsumen agar lebih mengerti bagaimana cara
pemakaian dan perawatan yang benar sesuai prosedur yang ada.

Selain itu dilakukan pula Quality Control setiap harinya dengan


melakukan pengecekan terhadap tabung elpiji, mulai dari proses kelayakan pakai
tabung gas, perlengkapan dan aksesoris tabung hingga proses pendistribusian ke
agen-agen. Proses ini dilakukan untuk mengurangi kelalaian agar tidak
mendistribusikan tabung yang tidak layak pakai dan dapat mengakibatkan
kecelakaan terjadi lagi.

27
1.5 Kesimpulan
Citra merupakan tujuan pokok sebuah perusahaan. Terciptanya suatu citra
perusahaan (corporate image) yang baik di mata khalayak atau publiknya akan
banyak menguntungkan. Misalkan, akan menularkan "citra'' yang serupa kepada
semua produk barang dan jasa yang dihasilkannya, termasuk bagi para pekerjanya
(employee relations) akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri, akan
menimbulkan sense of belonging terhadap company tempat mereka bekerja.

Public relations secara umum diartikan sebagai semua kegiatan yang


dilakukan oleh suatu lembaga atau organisasi dan badan usaha melalui para
petugas public relations officer (PRO) untuk merumuskan organisasi atau struktur
dan komunikasi guna menciptakan saling pengertian yang lebih baik antara
lembaga itu dengan khalayak (pihak-pihak yang harus selalu dihubunginya). Jadi,
Public Relations dapat dipandang sebagai alat atau medium untuk menciptakan
hubungan-hubungan dengan siapa saja yang dianggap dapat membawa
keuntungan dan kemajuan bagi organisasi atau lembaga yang bersangkutan.

Penampilan dan sikap seorang public relations dapat menciptakan kesan


tersendiri, baik itu positif maupun negatif. Pada akhirnya kesan ini dapat melekat
dan mempengaruhi pula citra nama instansi atau perusahaan yang mereka
sandang. Oleh karena itu, sesuai dengan code of ethics public relations, serta
didukung oleh semangat etos kerja yang tinggi, maka public relations akan tetap
berpegang teguh pada tugas dan fungsinya sebagai public relations yang
profesional.humas atau public relations dari lembaga PT.Pertamina harus bisa
meyakinkan publik bahwa

Peran Humas PT. Pertamina (Persero) BBM dalam menyelesaikan kasus


kecelakaan elpiji 3 kg yaitu :
1. Humas menyelesaikan kasus kecelakaan gas elpiji 3 kg ini dengan cara
bekerjasama dengan divisi Gas Domestik memberikan bantuan yang disebut tali

28
asih kepada pihak korban. Bantuan itu diberikan dalam bentuk uang maupun
biaya perawatan rumah sakit.
2. Humas melakukan kerjasama dengan kader-kader di tiap kelurahan untuk
melakukan resosialisasi mengenai cara aman menggunakan gas elpiji kepada
masyarakat secara langsung.
3. Humas melalui pihak Gas Domestik melakukan Quality Control terhadap
SPBE agar setiap tabung gas elpiji yang beredar kepada masyarakat sudah sesuai
dengan standart kelayakan dan aman untuk dikonsumsi masyarakat.
4. Humas memberikan infomasi kepada pihak media mengenai penyelesaian
kasus kecelakaan elpiji 3kg.

29
DAFTAR PUSTAKA

http://temanggungcity.wordpress.com/2009/03/10/konversi-minyak-ke-
gas/

http://amarsuteja.blogspot.co.id/2013/01/analisis-tentang-peran-public-
relation.html

http://taufikbudiarto.blogspot.co.id/2013/11/studi-kasus-
humas_2.html?m=1

Rosady Ruslan, praktik dan solusi public relations dalam situasi krisis dan
pemulihan citra, Ghalia Indonesia, 1995, hal:42 – 52

Public Relations, Ardianto Elvinaro, Penerbit Simbiosa Rekatama Media,


2014, hal 62

30

Anda mungkin juga menyukai