UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 2023 Artikel yang menggunakan metode analisis data kuantitatif .
HASIL ANALISIS DATA YANG TERDAPAT PADA :
Artikel 1 : DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP
PERILAKU BULLYING Hasil studi yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan berikut: 1. Peserta didik di SMA Taruna Andhiga lebih banyak yang memberikan dukungan secara positif dibandingkan yang negatif; 2. Peserta didik di SMA Taruna Andhiga rmempunyai kecenderungan berperilaku bullying dibandingkan yang tidak berperilaku bullying; 3. Terdapat hubungan antara dukungan sosial teman dengan perilaku bullying; 4. Peserta didk SMA Taruna Andhiga beresiko berperilaku bullying dibandingkan yang tidak mendapat dukungan sosial. Atas dasar hasil kesimpulan tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat disarankan yaitu: 1. Membangun lingkungan sekolah dimana peserta didik dapat bersosialisasi dengan teman-teman di sekitar sekolah, agar memiliki relasi hubungan pertemanan yang baik dan terhindar dari perilaku bullying, serta lebih memilih kegiatan-kegiatan positif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah; 2. Sekolah perlu meningkatkan program anti bullying yang tepat bagi peserta didik; dan 3. Diperlukan kajian lebih mendalam tentang perilaku bullying dengan menggunakan variabel lain, seperti lingkungan pendidikan di rumah, konsep diri Artikel 2 : FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH Enam variabel yang diteliti berpengaruh nyata terhadap anak putus sekolah dengan tingkat signifikansi = 0,05. Variabel tersebut adalah pendidikan kepala rumah tangga, kepemilikan Kartu/Program Iindonesia Pintar, jumlah anggota rumah tangga, aktivitas anak yang bekerja, anak yang tinggal di rumah tangga miskin, dan daerah tempat tinggal yaitu daerah perkotaan dan perdesaan. Variabel yang paling dominan dengan nilai odds ratio sebesar 4,838 adalah kepemilikan Kartu/Program Indonesia Pintar (KIP/PIP). Artinya anak yang tidak memiliki/mendapat KIP/PIP mempunyai kecenderungan untuk putus sekolah sebesar 4,838 kali dibandingkan dengan anak yang memiliki/mendapat KIP/PIP. Persamaan regresi logistik yang dihasilkan dalam penelitian ini, dapat digunakan untuk memprediksi probalitas anak putus sekolah dengan kondisi tertentu. Dari hasil temuan tersebut, diharapkan pemerintah dapat menyalurkan dan menambah anggaran KIP/PIP untuk masyarakat yang membutuhkan agar angka putus sekolah dapat ditekan. Masyarakat juga diharapkan dapat mendukung program hak belajar 12 tahun.
Artikel yang menggunakan metode analisis data kualitatif.
HASIL ANALISIS DATA YANG TERDAPAT PADA : Artikel 1 : PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM SEKOLAH INKLUSI BERDASARKAN KEBUTUHAN PERSEORANGAN ANAK DIDIK Teknik Analisis Data : Teknik analisis data dilakukan untuk menggambarkan keseluruhan data hasil penelitian yang berkaitan pada model kurikulum yang telah dimodifikasi untuk sekolah inklusi, termasuk dimensi akurasi atau ketepatan isi, keterbacaan pedoman dan keberhasilan model di dalam ujicoba.
HASIL DAN PEMBAHASAN : Model kurikulum anak inklusi yang telah
ditransformasi di sini ialah muatan kurikulum yang mencakup penyesuaian standar kemampuan (SK) kompetensi dasar(KD) mata pelajaran MTK, PPKN IPA, IPS, dan B. Indonesia pada SD/MI. Muatan kurikulum tersebut diistilahkan prototipe pedoman. Prototipenya terdiri dari: a) Prototipe penelitian acuan pedoman transformasi kurikulum tingkat pertama pada ABK ringan; b) Prototipe penelitian acuan pedoman transformasi kurikulum tingkat kedua pada ABK sedang. Pengembangan prototype dengan tujuan menelaah SK, KD menurut esens ikeilmuan, selanjutnya dilaksanakan modifikasi beberapa bagian untuk disesuaikan pada kompetensi serta kendala yang dirasakan para ABK level ringan maupun sedang. Hasil kajian SK-KD untuk ABK ringan. Penelitian ini menunjukkan hasil yang sesuai dengan pernyataan Suharso sebagai pakar pembaharuan atau rehabilitasi kepada ABK di Indonesia bahwa anak yang ABK ringan mempunyai kendala di dalam belajar meskipun pada tingkatan minimal, ialah kurang lebih 21,1%. Sedangkan untuk anak yang ABK tingkat sedang, mereka membutuhkan dukungan orang lain yang lebih maksimal, karena kendalanya kurang lebih 37,3%. Keberadaan atau eksistensi ABK di kelas inklusi juga mengharuskan guru melaksanakan transformasi strategi atau metode yang dipergunakan di dalam pembelajaran tersebut.
Artikel 2 : STRATEGI PENERAPAN DOMAIN AFEKTIF DI LINGKUP
PERGURUAN TINGGI Menerapkan pembelajaran berbasis web atau online learning dengan mengubah model dari strategi pembelajaran yang bersifat konvensional ke lebih moderat. Sebab dengan menerapkan pembelajaran berbasis web atau e-learning namun tidak mengubah strategi pembelajaran konvensional yang lebih terpusat ke pengajar, maka luaran yang diharapkan tidak akan tercapai (Mc Glone, 2011: 8). Akan tetapi dengan pengubahan strategi pembelajaran di dalam e-learning dapat menyebabkan pembelajar berada di level valuing pada domain afektif khususnya di sub level komitmen. Sebagai contoh, dengan menerapkan model crowdsourcing berbasis wiki pada e-learning dapat secara signifikan meningkatkan partisipasi mahasiswa di dalam e-learning karena adanya keterikatan layaknya yang didapat mahasiswa di dalam situs jejaring sosial. Hal tersebut didukung adanya kompetisi secara sehat dan reward yang bersifat sebagai reinforcement bagi mahasiswa (Borst, 2010: 131). Selain itu dapat menjamin luaran di domain afektif khususnya di level penerimaan (receiving), yaitu pada saat mahasiswa dapat menjadi toleran terhadap perbedaan sekaligus berada di level willingness to receive sebagai salah satu modal penting bagi seorang pembelajar untuk menuju ke level knowledge di dalam domain kognitif.