Dosen Pengampu
Oleh
NOVEMBER 2023
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan taufiq
dan inayah serta karunia-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat penulis
realisasikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW dan umatnya.
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
F. Gambarkan Cita-Citaku..............................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
belum cukup memiliki ilmu ketuhanan dan hakikat akan dapat menerima
penjelasan Allah yang memang mereka belum mengimani dan meyakini dengan
haqqul yaqin tentang kebesaran dan kekuasaan-Nya yang Maha suci lagi Maha
luas. Perlu diketahui bahwa roh berbeda dengan jism, dimana jism tidak memiliki
daya tanpa roh. Adapun roh tidk dapat berwujud tanpa jism dan bersifat dinamis,
yaitu dia dapat berpindah dari suatu dimensi ke dimensi lain.
1. Nama roh
Syekh Nuruddin ar-Rainy r.a menyatakan, bahwa roh yang agung (ruh
al’Adzim) adalah roh insan dan ia adalah khalifah pada alam insan, khalifah
dari sekalian para ulama suci, ulama mutakallimin, hukama (ahli hukum).
Dan menurut beliau, roh itu memiliki beberapa nama, dan dari nama tersebut
dapat diketahui fungsinya, antara lain:1
1
Syekh Nuruddin ar-Raniry, Asrar al-Insan fi Makrifat ar-Ruh wa ar-Rahman (Balikpapan: tp., tt.),
hlm. 2-5, dalam Adz-Dzaky, Psikoterapi & Konseling Islam: Penerapan Metode Sufistik, hlm. 38-39.
3
Potensi dan aktivitas roh dapat dilihat dari sisi lima martabat dan sisi
empat macam roh. Potensi roh ilahiah yang utama adalah memberikan hidup
dan kehidupan yang hidup secara hakiki, dalam habitat dan ketuhanan dan
serumpun bersama-sama para Rasul , Nabi, dan ahli waris mereka. Jasmani
orang-orang yang potensi roh ilahiahnya eksis, mereka akan terjaga, dan
terbimbing dengan cahaya roh-Nya dari kehancuran dan tipu daya setan.2
a. Roh Namiya, yaitu yag ada pada manusia, hewan, dan tumbuh-
tumbuhan. Pekerjaannya memelihara dan menumbuhkan.
b. Roh Mutaharrika, yaitu yang terdapat pada manusia dan hewan, tidak
ada pada tumbuh-tumbuhan, ia disebut juga dengan roh hewani, sebab
hewan bergerak karenanya.
2
Adz-Dzaky, Psikoterapi & Konseling Islam: Penerapan Metode Sufistik, hlm. 40
3
Syekh Nuruddin ar-Raniry, Asrar al-Insan fi Makrifat ar-Ruh wa ar-Rahman (Balikpapan: tp., tt.),
hlm. 221, dalam Adz-Dzaky, Psikoterapi & Konseling Islam: Penerapan Metode Sufistik, hlm. 38-
39.
4
Ibid
4
c. Roh Natika, yaitu khusus bagi manusia, tidak ada pada hewan dan
tumbuh-tumbuhan, ia juga disebut dengan roh insan, yang terjadi
dalam Amr.
d. Roh Kudus, yaitu faid (penjelmaan) Nur Dzat Allah bagi semua nabi
dan wali yang ada mukjizad dan karahmah, mereka paham akan semua
ma’ni dan batin. Semuanya dari ta’hrir (pengaruh) roh.
Rindu kepada Allah dan ridha-Nya merupakan sifat dan ciri utama dari orang
yang beriman. Rindu kepada Allah dan ridha-Nya yang menjadikan kita selalu
berusaha untuk melakukan hal-hal yang mendekatkan diri kepadaNya. Ini
merupakan sifat dan kemuliaan yang Allah SWT jadikan bagi hamba-hamba yang
dipilihNya di dunia. Sehingga balasan untuk mereka Allah jadikan balasan
khusus. Rindu kepada Allah tentu menjadikan seorang hamba ingin mengetahui
jalan untuk bisa mengungkapkan rasa rindunya. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW: “Barang siapa yang mengharapkan/cinta untuk berjumpa dengan Allah,
maka Allah SWT pun cinta dan merindukan perjumpaan dengan dirinya.” (HR.
Tirmidzi)5
“Pertama, adalah cara berpikir, khayalan, I’tibar. Setiap pencinta (orang yang
mencintai) niscaya merindukan kekasih (orang yang dicintainya) ketika seorang
kekasih tidak dihadapkan secara fisik...6
5
Abdullah Taslim, (2021) Ceramah Singkat: Rindu Kepada Allah, Ngaji.ID
6
Imam Al-Ghazali, (2011) Ihya Ulumuddin (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama), hal. 291
5
Kedua, kita tidak akan menemukan batas dan tepi bagi rahasia-rahasia Ilahi,
tapi sebagian dari rahasia-rahasia ini terungkap kepada setiap manusia. Tidak pula
tepi bagi perkara-perkara yang tesembunyi...7
Ketiga, rindu kepada Allah. Kerinduan kepada Allah Azza wa Jalla tidak akan
terpuaskan di dunia ini. Kerinduan ini tidak akan terpuaskan di dunia ini.
Kerinduan ini tidak mempunyai akhir di dunia dan baru akan berakhir
(terpuaskan) di akhirat nanti...”8
Sejatinya kerinduan kepada Allah SWT tidak akan terpuaskan di dunia ini.
Pada dasarnya kerinduan itu tidak mempunyai akhir di dunia dan baru akan
terpuaskan di akhirat kelak. Ilmu mengenai Allah sama dengan pengenalan
terhadap Allah atau bisa di sebut dengan ma’rifatullah. Dimana hal tersebut tidak
memiliki batas dan tepi. Sedangkan pengetahuan manusia itu sangatlah terbatas.
Ketika seseorang telah menanamkan cintanya kepada Allah maka akan timbul
rasa rindu kepada-Nya, dengan hal ini ia akan senantiasa mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Sangat penting untuk seorang hamba menekankan rasa cinta serta
rindu kepada Allah agar selama hidup di dunia tidaklah sia-sia. Selanjutnya akan
ditunjukkan dengan keridhaan-Nya terhadap ketetapan yang dibuat oleh yang
dicintainya.
7
Ibid, hal. 291
8
Ibid, hal. 291
9
Ahmad Niam Syukri Masruri, Ridha Allah Sumber Segala Kenikmatan, Jateng.nu.or.id
6
Orang yang tidak menyekutukan Allah pasti ia akan merasakan aman dan
nyaman dalam hatinya karena ia yakin apapun yang terjadi pada dirinya semua itu
dikembalikan kepada Allah SWT. Ia menyadari bahwa semua di alam semesta ini
milik Allah SWT. Manusia yang percaya kepada Allah SWT dan yakin bahwa dia
diciptakan sebaik-baiknya ciptaan maka ia tidak akan merasa rendah diri, pesimis,
konsep negatif, dll. Orang yang memiliki konsep diri positif sangat mengenal
akan dirinya, mengetahui kekuatan dirinya, sehingga ia selalu mengasah
potensinya yang ada, dimana potensi tersebut dapat berkembang menjadi profesi.
Bagaimanapun situasi kita, pasti memiliki kelebihan, dimana kelebihan tersebut
dapat mengangkat derajat kita melalui rindu dan ridha-Nya.10
10
Armawati Arbi, Komunikasi Intrapribadi, hlm. 234
11
Irta Sulastri, “Komunikasi Terapeutik Kajian,” Journal komunikasi dan penyajian I, no. 1 (2018):
12.
7
mengacu pada kesetiaan perawat atau terapis dalam membangun hubungan yang
dipenuhi dengan kepercayaan, keterbukaan, dan empati dengan pasien.
Komunikasi terapeutik juga melibatkan interaksi antara perawat profesional dan
pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan, keamanan, kepercayaan,
atau kesehatan dan kesejahteraan pasien. Dalam hal ini, loyalitas dalam
komunikasi terapeutik menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan dengan
penuh perhatian, memberikan dukungan, dan membangun hubungan yang positif
dengan pasien untuk mencapai tujuan terapi. Dalam praktiknya, loyalitas dalam
komunikasi terapeutik juga mencerminkan sikap empatik, hangat (ramah), dan
tulus (besungguh-sungguh) dari perawat atau terapis. Hal ini menunjukkan bahwa
kesetiaan dalam komunikasi terapeutik memainkan peran penting dalam
menciptakan lingkungan yang mendukung bagi pasien untuk berbagi
pengetahuan, perasaan, dan informasi dalam rangka mencapai tujuan perawatan
yang optimalDengan demikian, kepribadian manusia yang loyal dalam
komunikasi terapeutik menunjukkan kesediaan untuk membangun hubungan yang
dipenuhi dengan kepercayaan, keterbukaan, dan empati dengan pasien, serta
memberikan dukungan dan perhatian penuh untuk mencapai tujuan terapi.12
12
Surya Atika, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Religius, Cinta Tanah Air Dan Disiplin) Di SLB Al
Ishlaah Padang,” E-JUPEKhu (Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus) 3, no. 3 (2014): 747–755.
8
4. Sabar dan Syukur: Mereka memiliki kesabaran dalam menghadapi cobaan
dan kesyukuran dalam kebahagiaan. Ini mencerminkan kesadaran terhadap
takdir Allah.
5. Tawadhu' (Kerendahan Hati): Kepribadian loyal dalam tasawuf mencakup
sifat tawadhu', di mana seseorang rendah hati dan tidak menyombongkan diri.
6. Muhasabah (Introspeksi Diri): Orang yang loyal dalam tasawuf cenderung
melakukan muhasabah, yaitu introspeksi diri untuk memeriksa perbuatan,
pikiran, dan niat mereka secara berkala.
7. Tafakkur (Merenung): Seseorang yang loyal dalam tasawuf seringkali terlibat
dalam tafakkur, yaitu merenungkan makna-makna spiritual dan tujuan hidup.
8. Kasih Sayang dan Keadilan: Mereka menunjukkan kasih sayang terhadap
sesama makhluk dan berusaha untuk menjalani kehidupan dengan prinsip
keadilan.
9
Islam, seperti kesetiaan, kepercayaan, dan keterbukaan, serta pengembangan sifat-
sifat yang mencerminkan kebaikan, kejujuran, dan kepedulian terhadap sesama.
10
seorang umat Islam. Zamakhsyari dalam mukaddimah Tafsir al-Kasysyaf,
berpendapat bahwa mempelajari tafsir al-Quran merupakan fardu ayn.
Untuk memahami tujuan al-Quran, Qur ' an terlebih dahulu harus mengetahui
periode turunnya al-Qur'an. Karena dengan mengetahui periode-periode tersebut,
tujuan-tujuan al-Qur'an lebih jelas. Berdasarkan ringkasan sejarahnya, tampaknya
bahwa Tuhan menurunkan ayat-ayat al-Qur'an sejalan dengan pertimbangan
dakwah yang diperintahkan kepada Rasulullah. Dengan demikian Al-Qur'an
diturunkan sedikit demi sedikit bergantung pada kebutuhan dan hajat. Apabila
dakwah telah menyelu ruh, dimana orang-orang telah berbondong-bondong untuk
memeluk agama Islam, maka berakhirlah penurunannya dan datang pulalah
penegasan dari Allah SWT. Artinya ayat-ayat alQur'an disesuaikan dengan
keadaan masyarakat saat itu. Tetapi ini bukan berarti ajaran-ajarannya hanya dapat
diterapkan dalam masyarakat yang ditemuinya atau pada waktu itu saja melainkan
hanya dijadikan sebagai argu-mentasi dakwah. AlQur'an dapat diumpamakan
sebagai seseorang yang dalam menanamkan idenya tidak dapat melepas-kan diri
dari keadaan, situasi atau kondisi masyarakat yang merupakan objek dakwah.
Dimana metode yang digunakannya harus sesuai dengan keadaan, perkembang-an
dan tingkat kecerdasan objek tersebut.
11
ayat atau tidak dapat dilepaskan dari konteks kata tersebut dengan keseluruhan
kata kata dalam redaksi ayat tadi. Contohnya seperti dalam (QS. 27-88) yang
artinya dan engkau lihat gunung-gunung itu kamu sangka tetap pada tempatnya,
padahal ia berjalan sebagaitnna jalannya awan memahami ayat ini terlebih dahulu
harus dipahami konteks ayat ini dengan ayat- ayat sebelumnya dan ayat-ayat
sesudahnya. Apakah ia berbicara tentang keadaan gunung di dunia kita saat ini
ataukah keadaan gunung setelah kiamat nanti. Terbukti bahwa ayat ini
membicarakan keadaan bumi saat ini, bukan di hari kiamat nanti dengan
munculnya teori gerakan bumi, baik mengenai peredarannya mengel ilingi
matahari maupun gerakan lapisan pada perut bumi. Selanjutnya dalam peristiwa
perjalanan rasulullah dari Makkah ke Bayt alMaqdis, kemudian naik ke Sidrat al-
Muntaha, lalu kembali ke Makkah dalam waktu sangat singkat, merupakan
tantangan terbesar sesudah al-Qur'an disodorkan oleh Tuhan kepada umat
Manusia.
Bagi kaum empiris dan rasionalis yang terlepas dari bimbingan wahyu tentu
tidak akan mempercayai kejadian dan keajaiabn yang terjadi pada diri rasul.
Berangkat dari peristiwa ini, untuk menje-laskannya, Shihab mengutip pendapat
al-Suyuthi dalam Asrar Tartib al-Qur'an yang mengatakan bahwa pengantar satu
uraian dalam al-Qur'an adalah uraian yang terdapat dalam al-Quran adalah uraian
yang terdapat dalam surat sebelumya. Dengan demikian, maka pengantar uraian
peristiwa Isra' adalah surat yang dinamai Tuhan dengan sebutan Al-Nahl, yang
berarti lebah. Dikatakan dengan Lebah kare-na mekhluk ini memiliki keajaiban
yang bukan hanya terlihat pada jenisnya. Keajaibannya juga terlihat dari bentuk
sarangnya bersegi enam dan di-selubungi oleh selaput yang sangat halus,
menghasilkan madu untuk kesehatan, dan masih banyak lagi. Lebah dipilih Tuhan
untuk menggambarkan keajaiban ciptaan-Nya agar menjadi pengantar penjelasan
manusia seutuhnya. Berdasarkan hal di atas kita dapat mengetahui bahwa
penyusunan ayatayat atau surat dalam al Qur'an tidak didasarkan pada kronologis
masa turunnya, tetapi pada korelasi maknanya, sehingga kandungan ayat atau
surat terdahulu selalu berkaitan dengan kandungan ayat atau surat kemudian.
Itulah sebabnya hubungan antara ayat atau surat dengan lainnya dalam al-Qur'an
satu sama lain dalam hubungan yang sangat serasi.
12
Problematika Pembumian AI-Qur'an Pembumian AI-Qur'an walaupun sejak
masa berdirinya Islam atau turunnya ke bumi sudar terns diupayakan, namun
dalam persinggungannya dengan historis, perkembangan pemikiran manusia,
penyebaran ragamnya kebudayaan dan terlebih perkembangan ilmu pengetahuan
tak semuanya berjalan mulus. Problematika yang nampak dalam pembumian AI-
Qur'an di antaranya disebabkan beberapa hal di bawah ini:
13
3. Perbedaan bentuk atau dasar negara (kekuasaan)Sebagai agama universal
yang telah disempumakan, Islam tidak hanya memberikan pedoman hidup
pada aspek akidah, ibadah, akhlak, tetapi juga dalam bidang
kemasyarakatan (kekuasaan). Untuk bisa melaksanakan seluruh aturan Al-
Qur'an, bebcrapa pemikir Islam seperti: Jbn al-Farra, al-Mawardi, Sayyid
Qutb, menegaskan perlunya sebagai legitimasi dipentingkan mengingat
banyak dari adanya perbedaan bentuk atau dasar negara, hukum
kemasyarakatan yang berkaitan dengan hukuman pidana, seperti: pencurian
(QS 5:58), zina (QS 24:2), menuduh zina (QS 24:4-5), membunuh (QS 2: I
78), minumanminuman keras (QS 5:90), murtad, ta'zir dan lainnya tak
dapat dilaksanakan. Padahal ini merupakan masalah penting untuk menolak
orang-orang melampaui batas kemuliaan, moral, untuk menjamin
keamanan, keadilan, kemerdekaan, di samping untuk merelaisasikan
keseimbangan dalam menghormati hak dan kewajiban, serta kemas!ahatan
umum umat manusia.
4. Dominasi dasar-dasar ide atau nilai berpengaruh pada kendalarekayasa
prasarana yang menjembatani upaya pembumian.13
13
M Luthfi, “Membumikan Al-Qur’an: Peluang Dan Tantangan,” Al-Qalam 20, no. 98,99 (2003):
21–40.
14
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/
14
satu kemampuan yang wajib dimiliki seorang pemimpin adalah kecakapan dalam
berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud sendiri tidak hanya sekadar bisa
berbicara, namun juga melibatkan kemampuan mendengarkan dengan
baik.Dengan demikian, percaya kepada pemimpin dalam konteks komunikasi
intrapribadi mencakup kemampuan pemimpin dalam berkomunikasi secara
efektif, mendengarkan dengan baik, memiliki keahlian berbicara, serta
membangun hubungan yang dipenuhi dengan kepercayaan, keterbukaan, dan
empati dengan anggota organisasi.
15
digambarkan sebagai tingkat kepercayaan para anggota dalam suatu organisasi
terhadap niat baik para pemimpinnya yang secara khusus merefleksikan sejauh
mana para anggota mampu mempercayai kejujuran, keikhlasan dan objektifitas.
Giffin (1967 dalam Rahmat, 2007: 130) menyebutkan 3 unsur yang membuat
seseorang dapat dipercaya yakni
16
lain bahwa orang tersebut akan berperilaku seperti yang diharapkan dan
dibutuhkan. Ketika seseorang memutuskan untuk mempercayai orang lain maka
harapannya terhadap orang tersebut adalah dapat mewujudkan harapan-harapan
yang ada pada dirinya. Dari 5 (lima) faktor yang mendasari kepercayaan,
17
F. Gambarkan Cita-Citaku
_______________
18
2. Qadha dan takdir menurut catatan Allah SWT bagi segala sesuatu.
Manusia tidak mengetahui apapun apa yg baik dan buruk bagi dirinya.
Setiap mukmin harus tunduk pada Qadha dan takdir Allah SWT mereka tidak
perlu merasa risau atas hikmah dibalik apa saja yg telah ditakdirkan Allah SWT
bagi dirinya.setiap mukmin berusaha kebaikan seoptimal mungkin dengan niat yg
ikhlas,dan bersikap pasrah dan tawakal atas ketetapan Allah SWT.
Perkara kedua Qadha dan takdir yg dilihat dari sisi catatan Allah, yaitu
dimana hubungan keduanya sangat erat dengan perhitungan manusia atas segala
perbuatan yg dilakukan.
Perkara ketiga, Qadha dan takdir dari sisi kehendak Allah terbagi menjadi
2 sudut pandang. Yang pertama, yaitu kehendak yg tertuang dalam kitab suci Al
Qur'an.
19
kualitas kinerja pemerintahan dalam pemenuhan hak bagi kebutuhan masyarakat.
Karena pada dasarnya, manajemen publik dapat dikatakan sebuah usaha internal
organisasi penyedia layanan publik dalam melakukan perbaikan secara
berkelanjutan mengenai kualitas dalam pelayanan yang diberikan sesuai dengan
kondisi perubahan yang terjadi, khususnya di lingkungan luar organisasi.
(Suparman, 2017).
Selain itu, dijelaskan oleh Zeithaml dkk, komunikasi termasuk salah satu
dimensi dalam penentuan kualitas pelayanan terhadap publik. Dimana komunikasi
dalam pelayanan diukur dari kesiapan pemberi layanan untuk menyerap aspirasi
para penggunan layanan dan kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi
baru terhadap publik. Jika melihat dari pemaparan tersebut, penekanan primer
komunikasi terhadap pelayanan bertumpu pada kemampuan petugas layanan
dalam melakukan komunikasi. Petugas layanan sebagai perangkat terdepan dalam
penyelenggaraan pelayanan , sepatutnya menyadari bahwa penilaian kualitas
pelayanan yang diberikan pengguna, didapatkan setelah mereka memberikan
pelayanan. Makadari itu kemampuan komunikasi efektif diwajibkan dimiliki oleh
seluruh perangkat penyelenggara pelayanan, demi terciptanya pelayanan yang
efektif dan efisien (Abdal et al., 2020)
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belum cukup memiliki ilmu ketuhanan dan hakikat akan dapat menerima
penjelasan Allah yang memang mereka belum mengimani dan meyakini dengan
haqqul yaqin tentang kebesaran dan kekuasaan-Nya yang Maha suci lagi Maha
luas. Rindu kepada Allah dan ridha-Nya merupakan sifat dan ciri utama dari orang
yang beriman. Rindu kepada Allah dan ridha-Nya yang menjadikan kita selalu
berusaha untuk melakukan hal-hal yang mendekatkan diri kepadaNya.
Kepribadian loyal dalam komunikasi intrapribadi mencakup karakteristik seperti
kesetiaan, kepercayaan, dan keterbukaan, orang dengan kepribadian loyal
cenderung memiliki sikap yang sangat perhatian terhadap hal-hal di sekitar
mereka. Membumikan karakter Al-Qur’an berarti mengaplikasikan nilai-nilai dan
ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
mencakup pengembangan karakter dan kepribadian yang sesuai dengan ajaran
Islam. Menurut ajaran tasawuf dalam Islam dapat membentuk kepribadian Insan
Kamil, yaitu manusia yang sempurna secara spiritual. Percaya kepada pemimpin
dalam konteks komunikasi intrapribadi merupakan hal yang penting dalam
membangun hubungan yang sehat di dalam organisasi. Manusia yang memiliki
manajemen cita-citanya, biasanya menulis dibuku diarinya rencana-rencana
mingguan, bulanan, bahkan tahunannya. Secara rutin, ia terus mengupdate dan
merevisi kembali cita-citanya, seperti tentang cita-citanya dan proses yang sedang
ia lakukan. Manusia tidak mengetahui apapun apa yg baik dan buruk bagi dirinya.
Setiap mukmin harus tunduk pada Qadha dan takdir Allah SWT mereka tidak
perlu merasa risau atas hikmah dibalik apa saja yg telah ditakdirkan Allah SWT
bagi dirinya.setiap mukmin berusaha kebaikan seoptimal mungkin dengan niat yg
ikhlas,dan bersikap pasrah dan tawakal atas ketetapan Allah SWT. Pelayanan
publik dapat diartikan sebagai aktivitas pelayanan yang dilakukan pemerintah atau
organisasi tertentu serta individu lainnya dengan maksud dan tujuan dalam
merespon keinginan individu maupun organisasi kelompok, yang berhubungan
langsung dengan kepentingan dalam kependudukan.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Taslim, A. (2021). Ceramah Singkat: Rindu Kepada Allah. Diambil kembali dari
Ngaji.ID: https://www.ngaji.id/ceramah-singkat-rindu-kepada-allah/
23
24