Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak adalah cairan organik yang bersifat hidrofobik dan ada yang bisa
digunakan untuk bahan bakar atau memasak. Berdasarkan asalnya minyak dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu: minyak nabati, minyak hewani, dan minyak bumi. Pada
umumnya minyak nabati dan hewani digunakan untuk makanan dan minyak bumi
digunakan untuk bahan bakar.
Minyak yang sering disebut trigliserida adalah anggota keluarga lipid. Sebagai
bahan makanan, golongan ini merupakan sumber masalah kegemukan dan bersama-
sama dengan lipid lainnya, yaitu kolesterol dicurigai sebagai zat pengeras pembuluh
nadi. Namun, trigliserida tidak selamanya buruk. Senyawa ini berfungsi sebagai
pembawa vitamin larut minyak, yaitu vitamin A, D, E, dan K. Mengurangi lemak dalam
makanan juga berarti mengurangi pengambilan zat gizi tersebut. Trigliserida tertentu
berfungsi sebagai sumber utama asam linoleat yakni asal lemak tak jenuh. Karena
senyawa ini tak dapat disintesis oleh tubuh, asam linoleat dianggap sebagai asam lemak
esensial. Akhirnya, trigliserida menunda rasa lapar sesudah makan karena senyawa ini
meninggalkan lambung secara perlahan-lahan.
Lipid mudah dibedakan dari karbohidrat, protein dan asam nukleat karena
kelarutannya dalam pelarut organik nonpolar. Secara kimiawi, lemak dan minyak
adalah campuran ester dari asam lemak dan gliserol. Minyak dapat diperoleh dari
berbagai macam sumber, baik dari tumbuh-tumbuhan seperti kelapa sawit, kacang-
kacangan, biji-bijian, dan lain-lain maupun dari hewan. Kandungan minyak beragam
bergantung pada sumbernya.
Karena sumber minyak beraneka macamnya, maka setiap jenis minyak berbeda
sifat fisik dan kimianya. Dengan menganalisis sifat fisika dan kimianya dapat
ditentukan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap minyak tersebut sebelum
digunakan untuk keperluan manusia, misalnya untuk memasak.
Dalam hal ini, sifat-sifat kimia minyak yang sering dianalisis antara lain bilangan
penyabunan, bilangan asam dan asam lemak bebas (FFA) dan bilangan peroksida.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 1


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan praktikum “Analisis Sifat Fisika dan
Kimia Minyak Jelantah” ini.

1.2 Tujuan Percobaan


 Untuk mengetahui sifat fisis dan kimia pada minyak jelantah.
 Untuk mengetahui spesifik gravity, angka penyabunan, dan derajat keasaman
pada minyak jelantah.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 2


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak
Minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan
asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan, kacang-
kacangan, biji-bijian, akar tanaman, dan sayur-sayuran. Dalam jaringan hewan lemak
terdapat di seluruh badan, tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan adipose dan
sumsum tulang. (Anwar et.al, 1996)
Secara kimia yang diartikan dengan minyak adalah trigliserida dari gliserol dan
asam lemak. Berdasarkan bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai hasil
kondensasi ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak, sehingga
senyawa ini sering juga disebut sebagai triasilgliserol. Jika ketiga asam lemak penyusun
lemak itu sama disebut trigliserida paling sederhana. Tetapi jika ketiga asam lemak
tersebut tidak sama disebut dengan trigliserida campuran. Pada umumnya trigliserida
alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak. Trigliserida jika dihidrolisis akan
menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi
hidrolisis trigliserida dapat digambarkan sebagai berikut: (Sudarmadji et.al, 1989)
O
O R1 CH2OH R1COOH
O
3H2O
O
O
R2 CHOH + R2COOH

O R3 CH2OH R3COOH
trigliserida gliserol asam lemak

Minyak merupakan senyawa trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester


dari gliserol”. Jadi minyak juga merupakan senyawa ester. Komponen minyak terdiri
dari gliserida yang memiliki banyak asam tak jenuh sedangkan komponen lemak
memiliki asam lemak jenuh. Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivate asam-
asam lemaknya, dengan cara menggantikan akhiran –at pada asam lemak dengan
akhiran –in. Misalnya, tristearat dari gliserol diberi nama tristearin. (Fieser, Fieser.
2000)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 3


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

2.2 Sifat Fisis Lemak dan Minyak


Lemak yang sebagian besar tersusun dari gliserida asam lemak jenuh akan
berwujud padat pada suhu kamar. Kebanyakan lemak binatang tersusun atas asam
lemak jenuh sehingga berupa zat padat. Lemak yang sebagian besar tersusun dari
gliserida asam lemak tidak jenuh berupa zat cair pada suhu kamar, contohnya adalah
minyak tumbuhan. Lemak jika dikenakan pada jari akan terasa licin, dan pada kertas
akan membentuk titik transparan. Dapat disimpulkan bahwa keadaan fisis, yaitu cair
atau padat, memberikan gambaran mengenai jenis residu asam lemak yang ada. Telah
menjadi kebiasaan untuk menamakan trigliserida padat sebagai lemak dan yang cair
sebagai minyak.

2.3 Reaksi Trigliserida


Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang
disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi
Fiedel-Craft.
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan
minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak
tersebut.
Dalam reaksi penyabunan atau saponifikasi, reaksi ini dilakukan dengan
penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap,
lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan
penyulingan.
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam
lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan
dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat
plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.

2.4 Penentuan Angka Penyabunan


Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar.
Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti
mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 4


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

besar dan sebaliknya bila minya mempunyai berat molekul yang besar, maka angka
penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg)
NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. (Herina,
2002)
Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH
berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga
molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang
tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi
dapat diketahui. (Pine, dkk, 1998)
Penentuan angka penyabunan dapat dinyatakan dengan rumus :
(B−A)ml x 28.05
Angka penyabunan =
berat lemak atau minyak dalam gram

Penentuan angka penyabunan berbeda dengan penentuan kadar lemak. Penentuan


bilangan penyabunan ini dapat dipergunakan untuk mengetahui sifat minyak dan lemak.
Pengujian sifat ini dipergunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan yang
lainnya. Selain untuk mengetahui sifat fisik lemak atau minyak, angka penyabunan juga
dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.

2.5 Penentuan Derajat Keasaman


Jumlah asam lemak bebas semakin meningkat dengan lama waktu proses
penggorengan. Asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng digunakan
sebagai salah satu indikator kualitas minyak goreng. Pada awal proses penggorengan,
asam lemak bebas dihasilkan dari proses oksidasi. Tetapi, pada tahap selanjutnya asam
lemak bebas dihasilkan dari proses hidrolisis yang disebabkan oleh keberadaan air. (L.
A, Albert : 1987)
56,1 x T x V
Bilangan asam : AV =
m

Keterangaan : AV = bilangan asam


T = normalitas KOH hasil standarisasi
V = volume KOH yang digunakan untuk titrasi
M = jumlah sampel yang digunakan (gram)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 5


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

Kadar asam lemak bebas menggambarkan aam-asam lemak bebas yang


terkandung dalam lemak, dengan prinsip pengukuran yang sama dengan bilangan asam.
Kadar asam lemak bebas dihitung dengan rumus :
MxTxV
KA =
10 x m
Keterangan : KA = kadar asam (%)
T = normalitas KOH
V = volume KOH yang digunakan untuk titrasi
m = jumlah sampel yang digunakan (gram)
M = berat molekul sampel

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 6


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Skema Percobaan


3.1.1 Penentuan Spesific Gravity Minyak

Membersihkan piknometer

Menimbang piknometer kosongan

Menimbang piknoeter yang berisi minyak

Menghitung spesifikasi grafity

Gambar 3.1 Skema Penentuan Spesific Gravity Minyak

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 7


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

3.1.2 Penentuan Angka Penyabunan

Timbang minyak sebanyak 6 gram

Masukkan ke dalam labu. Tambahkan dengan pipet KOH alkoholik 0,5 N


sebanyak 75 ml ke dalam labu tersebut

Pasang kondensor, lalu direfluk di atas penangas air selama 1 jam. Setelah
refluks selesai, campuran didinginkan kemudian ditambahkan PP 1% dan
titrasi dengan standart HCl 0,5 N

Lakukan pula titrasi blangko seperti di atas (tanpa minyak hanya 25 ml


KOH alkoholik)

Lakukan titrasi sebanyak 3 kali

Gambar 3.2 Skema Penentuan Angka Penyabunan

3.1.3 Derajat Keasaman

Minyak ditimbang sekitar 6 gram didalam labu. Kedalam labu tadi


ditambahkan etanol netral absolute 95% sebanyak 150 ml.

Campuran direfluks dalam penangas air sehingga mendidih dan labu


dikocok agar minyak larut. Setelah itu, minyak dititrasi terhadap larutan
kalium hidroksida 0,1 M dengan indikator PP.

Lakukan titrasi sebanyak 3 kali

Gambar 3.3 Skema Penentuan Derajat Keasaman

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 8


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

3.2 Alat dan Bahan Percobaan

3.2.1 Alat yang Digunakan :


 Beaker glass 500 ml 1 buah
 Beaker glass 250 ml 1 buah
 Refluks kondensor 1 buah
 Labu bundar 1 buah
 Pipet ukur 25 ml 1 buah
 Pipet bola 1 buah
 Buret 1 buah
 Statif dan klem 1 buah
 Erlenmeyer 250 ml 3 buah
 Pipet tetes 2 buah
 Piknometer 10 ml 1 buah
 Batang pengaduk 1 buah
 Kompor 1 buah
 Panci 1 buah
 Neraca analitik 1 buah

3.2.2 Bahan yang Digunakan :


 Minyak jelantah 12 gram
 Larutan KOH alkoholik 0,5 M 100 ml
 Larutan HCl 0,5 N 60 ml
 Larutan Etanol 95% 150 ml
 Larutan KOH 0,1 M 25 ml
 Indikator Phenolphtalein secukupnya
 Aquadest 100 ml

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 9


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

3.3 Gambar Alat

Gambar 3.4 Beaker Glass 500 ml Gambar 3.5 Beaker Glass 250 ml

Gambar 3.6 Refluk Kondensor Gambar 3.7 Labu Bundar

Gambar 3.8 Pipet Ukur 25 ml Gambar 3.9 Pipet Bola

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 10


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

Gambar 3.10 Buret Gambar 3.11 Statif dan Klem

Gambar 3.12 Erlenmeyer 250 ml Gambar 3.13 Pipet Tetes

Gambar 3.14 Piknometer 10 ml Gambar 3.15 Batang Pengaduk

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 11


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

Gambar 3.16 Kompor Gambar 3.17 Panci

Gambar 3.18 Neraca Analitik

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 12


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Penentuan Angka Penyabunan Sampel (A)
Volume
No. Data
Sampel HCl 0,5 N
1. Titrasi I 25 ml 10 ml
2. Titrasi II 25 ml 10,3 ml
3. Titrasi III 25 ml 10 ml
Volume Rata-Rata 25 ml 10,1 ml

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Penentuan Angka Penyabunan Blanko (B)

Volume
No. Data
Sampel HCl 0,5 N
1. Titrasi I 25 ml 9,3 ml
2. Titrasi II 25 ml 9,8 ml
3. Titrasi III 25 ml 9 ml
Volume Rata-Rata 25 ml 9,367 ml

Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan Derajad Keasaman


Volume
No. Data
Sampel HCl 0,5 N
1. Titrasi I 25 ml 2,9 ml
2. Titrasi II 25 ml 2,8 ml
3. Titrasi III 25 ml 2,8 ml
Volume Rata-Rata 25 ml 2,833 ml

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 13


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

4.2 Data Hasil Perhitungan


Tabel 4.4 Penentuan Spesifik Gravity Minyak

Komponen Hasil

Densitas minyak goreng 0,8907 gr/ ml

Densitas aquades (refrensi) 1 gr/ ml

Spesifik gravity 0,8907

Tabel 4.5 Penentuan Angka Penyabunan

Komponen Hasil

A (volume HCl larutan blangko) 10,1ml

B (volume HCl larutan minyak) 9,367 ml

Berat molekul HCl 36,5 gr/mol

Berat minyak 6 gram

Angka penyabunan -3,427ml/gram

Tabel 4.6 Penentuan Derajat keasaman

Komponen Hasil

Berat molekul KOH 56,1 gr/mol

T (konsentrasi KOH) 0,1 M

V (volume KOH yang digunakan untuk titrasi) 2,83 ml

m (jumlah sampel minyak ) 6gram

Derajat keasaman 15,876

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 14


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

Tabel 4.7 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas

Komponen Hasil

V (volume KOH yang digunakan untuk titrasi) 2,83 ml

T ( konsentrasi KOH) 0,1 M

m ( jumlah sampel minyak goreng ) 6gram

M (berat molekul trigliserida) 763,38 gr/mol

KA ( kadar asam lemak bebas ) 3,6006 %

4.3 Pembahasan dan Diskusi

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan kimia, spesific gravity,
angka penyabunan, dan derajat keasaman pada minyak jelantah. Minyak adalah cairan
organik yang bersifat hidrofobik dan ada yang bisa digunakan untuk bahan bakar atau
memasak. Minyak yang sering disebut trigliserida adalah anggota keluarga lipid.
Sebagai bahan makanan, golongan ini merupakan sumber masalah kegemukan dan
bersama-sama dengan lipid lainnya, yaitu kolesterol dicurigai sebagai zat pengeras
pembuluh nadi. Namun, trigliserida tidak selamanya buruk. Senyawa ini berfungsi
sebagai pembawa vitamin larut minyak, yaitu vitamin A, D, E, dan K. Mengurangi
lemak dalam makanan juga berarti mengurangi pengambilan zat gizi tersebut.
Trigliserida tertentu berfungsi sebagai sumber utama asam linoleat yakni asal lemak tak
jenuh.
Dalam percobaan penentuan spesific gravity minyak jelantah, kami menggunakan
piknometer 10 ml. Dari data hasil percobaan yang kami dapatkan dan data hasil
perhitungan massa jenis minyak jelantah sebesar 0,8907 gr/ml. Seperti yang kita ketahui,
pada suhu dan konsentrasi yang sama, massa jenis minyak lebih kecil dari massa jenis
air. Hal ini sesuai dengan fungsi massa jenis air sebagai referensi terhadap massa jenis
larutan. Spesific gravity minyak jelantah yang kami gunakan sebesar 0,8907.
Penyabunan adalah proses pemutusan lemak netral menjadi gliserol dan asam
lemak dengan adanya alkali. Angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan
berat molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 15


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

berantai C pendek berarti mempunyai angka penyabunan relatif besar dan sebaliknya
dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil. Bilangan
penyabunan dinyatakan sebagai jumlah basa yang diperlukan untuk menyabunkan
sejumlah lemak atau minyak, dinyatakan sebagai miligram KOH yang dibutuhan untuk
menyabunkan 1 gram sampel.
Percobaan penentuan angka penyabunan diawali dengan merefluks campuran
antara sampel minyak sebanyak 6 gram. Selanjutnya ditambahkan dengan larutan KOH
alkoholik 0,5 M sebanyak 75 ml selama ±1 jam. Penambahan alkohol dimaksudkan
untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar dapat membantu mempermudah
reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun. Apabila sampel yang akan diuji
disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi
dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau
lemak. Larutan alkali yang tertinggal tersebut kemudian ditentukan dengan titrasi
dengan menggunakan asam, sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui.
Proses refluks ini bertujuan untuk mereaksikan sampel minyak dengan larutan KOH
dalam Alkohol agar proses saponifikasi tersebut dapat berlangsung secara sempurna.
Karena dalam proses saponifikasi tersebut, reaktan yang digunakan yaitu KOH-alkohol
bersifat mudah menguap bila dipanaskan, sehingga untuk mencegah reaktan tersebut
menguap selama proses pemanasan maka dilakukanlah proses refluks. Sedangkan
ditambahkan alkohol pada KOH bertujuan sebagai pelarut untuk memudahkan
pencampuran KOH dengan sampel minyak selama proses refluks.
Selanjutnya campuran hasil refluks tersebut dititrasi dengan HCl 0,5 N dan
menggunakan indikator Phenolphtalein (PP). Untuk mengetahui kelebihan larutan
KOH, maka dilakukan titrasi blanko, yaitu titrasi tanpa adanya sampel dengan prosedur
yang sama.
Persamaan reaksi yang berlansung :
O
O R1 CH2OH
O O
O R2 + 3KOH 3R O K + CHOH
O
O R3 CH2OH
Trigliserida Sabun Gliserol
Gambar 4.1 Persamaan reaksi Trigliserida dengan KOH
Laboratorium Dasar Teknik Kimia 16
FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

Berdasarkan percobaan, volume HCl 0,5 N rata-rata yang dibutuhkan hingga


sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna) yaitu 10,1 ml dan penentuan ini
dilakukan tiga kali (triplo). Untuk mengetahui hasil pengujian tersebut benar atau tidak,
maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko yang diperoleh sebanyak 9,367 ml HCl
yang terpakai. Sehingga melalui perhitungan dapat ditentukan angka penyabunan dari
percobaan ini sebesar -3,427 ml/gram.
Selanjutnya, adalah penentuan derajat keasaman yang didefiniskan sebagai
jumlah KOH dalam miligram yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas
dalam satu gram zat. Bilangan asam ini menunjukan banyaknya asam lemak bebas
dalam suatu minyak. Mula-mula sampel uji yang digunakan dilarutkan dengan pelarut
NaOH yang dimasukkan ke dalam labu. Kemudian di dalamnya ditambahkan etanol
absolute 95% sebanyak 150ml, campuran direfluks sampai mendidih dan labu dikocok
agar minyak larut. Hasil campuran dititrasi menggunakan KOH dengan tambahan
indikator PP. Hasil titrasi volume KOH adalah 2,83ml. Kemudian kami menghitung
derajat keasaman dan diperoleh hasil 15,876. Selanjutnya juga menghitung kadar asam
lemak bebas dan menghasilkan kadar asam lemak bebas sebanyak 3,6006 %.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 17


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan dari Praktikum ini adalah:


1. Sifat fisis dan kimia pada minyak dapat diketahui dengan menggunakan cara
penentuan angka penyabunan dan derajat keasaman.
2. Spesifik gravity dapat diketahui dengan cara perbandingan antara densitas
minyak dan densitas aquades. Pada praktikum kami menghasilkan spesifik
gravity 0,8907. Sedangkan hasil dari derajat keasaman kami adalah15,876.
Selanjutnya angka penyabunan yang kami peroleh adalah −3,427 ml/gr
sampel. Kadar asam lemak bebas praktikum kami menghasilkan kadar
sebanyak 3,6006 %.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 18


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, M.S. 2009. Monosakarida.


http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0606811/monosakarida.h
tml. Diakses tanggal 1 Mei 2017.
Habibana. 2014. Karbohidrat. Diakses pada tanggal 1 Mei 2017
http://habibana.staff.ub.ac.id/files/2014/06/KARBOHIDRAT.pdf
Irawan, M.A. 2007. Aplikasi Karbohidrat. Jurnal Polton Sports Science and
Performance.
Khopkar, S. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Pine, S., H., Hendrickson, J., B., Cram, D., J., dan Hammond, G., S. 1988. Kimia
Organik 2. Edisi Keempat. Bandung : ITB.
Respati. 1990. Analisa Karbohidrat. Jakarta : Erlangga.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 19


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

APPENDIKS
A. Penentuan Spesifik Gravity Minyak
 Penentuan Berat Jenis Minyak
 Massa Pikno kosong (W1) = 11,496 gram
 Massa Pikno berisi minyak (W2) = 20,403 gram
ρ = massa picnometer berisi minyak – massa picnometer kosongan(gr)
V picnometer(ml)
= 20,403 gram – 11,496 gram
10 ml
= 0,8907 gram/ml
 Berat jenis aquades = 1 gram/ml
 Penentuan Spesifik Gravity Minyak
ρ = Berat Jenis Minyak
Berat Jenis Air
= 0,8907 gr/ml
1gr/ml
= 0,8907 gr/ml

B. Penentuan Angka Penyabunan


 A (volume HCl larutan blangko) = 10,1 ml
 B (volume HCl larutan minyak) = 9,367 ml
(B-A)ml x 28,05
 Angka penyabunan =
Berat dalam gram
(9,367 − 10,1)ml x 28,05
=
6

= −3,427 ml/gr sampel

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 20


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jelantah

C. Penentuan derajat keasaman


 Konsentrasi KOH = 0,1 M
 Volume KOH yang digunakan titrasi = 2,83 ml
 Massa sampel minyak = 6 gram
56,1 x T x V
Derajat keasaman =
m

56,1 x 0,1 x2,83


=
6

= 15,876

D. Penentuan kadar lemak bebas


 Volume KOH yang digunakan untuk titrasi = 2,83 ml
 Normalitas KOH = 0,1 N
 Jumlah sampel yang digunakan = 6 gram
 Berat molekul ( BM trigleserida) = 3 x 254,46 = 763,38 g/mol
V × T× M
KA =
10 ×m

2,83 × 0,1 × 763,38


KA =
10 ×6

= 3,6006 %

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 21


FTI - ITATS

Anda mungkin juga menyukai