Anda di halaman 1dari 6

GEREJA PROTESTAN INDONESIA DI PAPUA

Anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia


MAJELIS PEKERJA SINODE
Jl. Imam Bonjol, Telp.(0956) 22426,E-mail :gpi_papua@yahoo.co.id
FAKFAK – PAPUA BARAT
Nomor : 880-A1/S.XXXIX/2023 18 November 2023
Lampiran : Ada
Perihal : PEMBERITAHUAN

Kepada Yth,
MAJELIS PEKERJA KLASIS SE-GPI PAPUA
Di -
Tempat.

Salam Sejahtera,
Menyikapi dinamika pelayanan menjelang Perayaan Masa Raya Adventus dan Natal Kristus tahun
ini, maka bersama ini kami sampaikan beberapa hal sebagai penegasan:
1. Bahwa hingga kini GPI Papua belum melakukan perubahan Peraturan tentang Perayaan Masa
Raya Adventus maupun Natal Kristus. Karena itu perayaan-perayaan tersebut diatas masih
tetap dilakukan berdasarkan Petunjuk Teknis Perayaan hari-hari Besar Gerejawi (terlampir).
2. Bahwa dinamika dan percakapan tentang hal ini di Sidang Sinode X 2022 di Merauke tidak
menghasilkan keputusan bersama tentang perubahan waktu perayaan Masa Raya Adventus
maupun Natal.
3. Pada prinsipnya kami sangat memahami dinamika yang terjadi di setiap wilayah pelayanan
GPI Papua namun kami juga sangat mengharapkan kita sama-sama menjunjung hasil
keputusan dan pergumulan percakapan kita melalui sidang-sidang jabatan yang telah kita
gumuli dan lakukan bersama selama ini.

Demikian surat ini, atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terima kasih. “Tuhan
Yesus memberkati”.

MAJELIS PEKERJA SINODE


GEREJA PROTESTAN INDONESIA DI PAPUA
K e t u a, Sekretaris,

Pdt. Donald E. Salima, S.Th, SE. Pdt. Bayanangky A. Lewier, M.Th


NIPG : 1 251274 1196 1 0131 NIPG : 1 180472 0897 1 0139

Tembusan :
1. Ketua Badan Pertimbangan GPI Papua di Tempat;
2. Ketua BPP GPI Papua Lingkup Sinode di Tempat.
PETUNJUK TEKNIS
PELAYANAN HARI-HARI BESAR GEREJAWI

BAB I

A. PENDAHULUAN
1. Istilah hari-hari Besar Gerejawi (HBG) biasanya dipakai untuk menerangkan apa yang
dimaksud dengan “Hari-hari Raya Gerejawi”. Secara umum, orang Kristen mengartikannya
sebagai hari khusus yang diisi dengan beribadah kepada Tuhan (selain hari Minggu sebagai
hari beribadah).
Ibadah HBG ini dilakukan bukan untuk menghormati harinya, melainkan untuk
memuliakan Tuhan.
2. Hari-hari Besar Gerejawi (HBG) merupakan warisan sejarah, yang kadang-kadang tanpa
disadari telah dirayakan sebagai sebuah kebiasaan tanpa menghayati maknanya. Orang
Kristen hanya terpaku pada perayaan sesaat, yang kemudian berlalu tanpa memberikan
dampak lanjut dalam diri dan kehidupan orang-orang yang merayakannya.
3. GPI Papua perlu mengupayakan agar warganya tidak sekedar mewarisi tradisi
perayaannya, tetapi juga mewarisi nilai-nilai yang terkandung di dalam perayaan HBG
tersebut untuk membangun kehidupan spiritualitasnya.
4. Yang dimaksudkan dengan pelayanan HBG dalam Petunjuk ini yaitu :
Pelayanan Ibadah Minggu-minggu adven (4 Minggu adven)
Hari Natal Kristus
Minggu-minggu Sengsara Tuhan Yesus (7 Minggu Sengsara)
Hari Kematian Tuhan Yesus (Jumat Agung)
Hari Kebangkitan Tuhan Yesus (Paskah Kristus)
Hari Kenaikan Tuhan Yesus
Hari Keturunan Roh Kudus (Pantekosta)

B. D A S A R
1. Tata Dasar GPI Papua BAB II pasal 4 tentang PENGAKUAN GEREJA.

C. T U J U A N

1. Memberikan penjelasan tentang tugas panggilan Gereja (GPI Papua) di tengah perubahan
dan perkembangan dunia yang berlangsung terus-menerus. Penjelasan dimaksud
merupakan pertanggungjawaban pengharapan dan pengakuan imannya kepada Allah Bapa,
Anak dan Roh Kudus.

2. Menjadi panduan bagi GPI Papua sebagai persekutuan, Lembaga dan Pelayanan serta
warga jemaat, di dalam memahami dan menjawab/menentukan sikap imannya terhadap
tuntutan perubahan dan perkembangan dunia.

3. Agar tercipta keseragaman pemahaman dan pelayanan tentang tugas panggilan gereja
(GPI Papua) di lingkungan jemaat-jemaat se-GPI Papua.

D. PENGERTIAN
1. Adven (Kata Adven berarti “Kedatangan”).
1.1 Kata ini mengartikan periode menyongsong kelahiran Kristus ketika Gereja
mengantisipasi kedatangan Mesias. Walaupun Adven mengisyaratkan permulaan
tahun gereja, namun nampaknya Adven ditetapkan untuk mempersiapkan jemaat
bagi Kelahiran Tuhan kita. Gereja Roma mengangkat perayaan empat Minggu
sebelum Natal Kristus, suatu praktek yang diterima secara universal.
Masa persiapan menjelang hari perayaan Natal Kristus itu disebut Adven, masa raya
yang menghubungkan kedatangan Yesus yang pertama dan yang kedua. Oleh karena
itu 4 minggu sebelum hari Natal Kristus ditetapkan sebagai hari-hari perayaan
Minggu-minggu Adven (Dokumen GPI, h. 106-107).
1.2 Adven adalah masa menantikan kedatangan Tuhan kedua kali dan mempersiapkan
Natal (kisah Kelahiran Yesus) atau Epifania (kisah awal Pelayanan Yesus). Makna ke
dua hari raya tersebut mengandung arti eskatologis.
(Rasid Rachman, Hari Raya Litiurgis, BPK Gunung Mulia, h.114-115)
1.3 Merupakan suatu kenyataan bahwa banyak gereja dan persekutuan Kristen tidak
tahan dengan saat-saat penantian itu, sehingga banyak gereja yang merayakan
Natal pada waktu Adven. Hal ini menunjukkan bahwa banyak gereja kurang
menghargai Adven sebagai saat penantian dan persiapan. Banyak gereja ingin
langsung saja merayakan Natal tanpa berlama-lama di Adven. Adven hanya menjadi
sekedar ornamen pada kebaktian hari-hari minggu, sementara Natal tetap dirayakan
di luar hari Minggu pada masa Adven. Sejak tanggal 3,4 atau 5 Desember telah
banyak perayaan Natal yang dilakukan, baik oleh kelompok-kelompok Kristen,
keluarga, maupun gereja sendiri, padahal Adven baru dimulai awal Desember. Gejala
Natal dirayakan sejak Adven atau bahkan sebelumnya itu tidak bedanya dengan
toko-toko kaset dan aksesori Natal di Mall Modern; bernatalan secepat mungkin.
(Rasid Rachman, Hari Raya Litiurgis, BPK Gunung Mulia, h. 115)
1.4 Dalam rangka meningkatkan spiritualitas gereja dan berdisiplin dengannya, adalah
baik jika Natal baru dirayakan setelah 25 Desember. Sebaiknya Adven tetap
dirayakan sebagai Adven, yakni masa pengenangan (akan kelahiran-Nya) dan
pengharapan (akan kedatangan-Nya kembali). Jangan dulu menyanyikan “Malam
Kudus” dan “Hai Mari Berhimpun” pada masa Adven, agar hari Natal tidak berkurang
bobotnya karena telah jenuh di Adven. Kedua hal ini : Adven sebagai sebagai masa
pengenangan dan pengharapan, dilakukan dengan kesabaran dan ketabahan oleh
gereja dalam masa penantian yang disebut Adven.
(Ibid, h. 115)
1.5 Adven adalah perayaan memperingati inkarnasi (Allah menjadi manusia) dan betitik
tolak dari peristiwa inkarnasi itu, dibangunlah suatu kesungguhan dan kesukacitaan
menantikan parousia (kedatangan-Nya kembali)
(Ibid, h. 115)

2. Natal Kristus.
2.1 Hari Natal Yesus menjadi hari raya istimewa. Tidak ada seorangpun yang tahu pasti
hari kelahiran Kristus yang sesungguhnya. Mulai Abad ke 4 gereja-gereja di Barat
telah menerima tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus.
Bagaimana sampai tanggal itu ditetapkan sebagai hari Kelahiran Yesus, agak sukar
untuk ditelusuri lagi. Ada yang berpendapat bahwa penentuan tanggal itu
dihubungkan dengan kepercayaan tentang hari kematian Yesus pada 25 Maret
diantara Gereja Romawi Purba karena kelahiran dipahami sebagai hari mulainya
kehidupan maka tanggal 25 Desember dipandang pula sebagai hari kelahiran Yesus.
Disamping itu pengambilan tanggal 25 Desember sebagai hari Kelahiran Yesus
merupakan suatu usaha kontekstualisasi mengkristenkan hari raya SATURNALIA
dalam kehidupan orang Romawi dan mengambil alih pesta MITHRAIS (NATALIS
INVICTUS) di mana dalamnya orang Romawi Purba merayakan kelahiran Matahari
dan berakhirnya musim dingin. Sebutan lain untuk perayaan musim dingin di
kalangan orang Romawi adalah SOL INVICTUS atau “Perayaan untuk Matahari yang
tak terkalahkan”. (Dokumen GPI)
2.2 Abad ke-4 Natal dari tradisi Romawi dirayakan sebagai perayaan dies natalis solis
invicti (hari kelahiiran Dewa Matahari yang Tak Terkalahkan) yang dirayakan pada
tanggal 25 Desember 274, dan dirayakan oleh Gereja Roma pada tahun 336.
(Rasid Rachman, Hari Raya Litiurgis, BPK Gunung Mulia, h. 49)
3. Minggu-minggu Sengsara Tuhan Yesus
a. Masa 40 hari persiapan Paskah (Quadraginta dierum exercitatio = masa empat puluh hari
pelatihan spiritual) telah ditetapkan sejak awal abad ke-4 di Roma. Umat mempersiapkan diri
dengan “membasuh nista” selama hidup sesehari. Konsili Nicea ke-4 menamakannya
Quadragesima paschea (empat puluh hari sebelum paskah). Istilah Qiadragesima digunakan
dalam beberapa bentuk pada masa Prapaskah ini. Masa ini diisi dengan berpantang dan
berpuasa untuk mempersiapkan Paskah.
(Rasid Rachman, Hari Raya Litiurgis, BPK Gunung Mulia, h.55-56)
b. Masa Sengsara menunjuk pada satu periode persiapan sebelum Paskah. Pada mulanya Masa
Sengsara ditempatkan dalam persiapan Kathekumen sebelum baptisan. Penempatan di
samping suatu masa persiapan baptisan ditelusur balik se awal dengan Didakhe yang
disaksikan oleh Justinus Martyr dan dirinci dalam Tradisi Apostolis oleh Hippolytus. Secara
berangsur-angsur masa persiapan itu disesuaikan dengan angka 40. Angka 40 itu diambil dari
beberapa kisah Alkitab, yakni perlambang masa pengujian dan persiapan = Musa
menghabiskan 40 tahun dalam mempersipakan misinya; orang Israel mengadakan
pengembaraan selama 40 tahun di padang belantara; Elia mengadakan perjalanan 40 hari 40
malam; Yesus menghabiskan 40 hari dii padang gurun. Dengan demikian peringatan masa
Sengsara Yesus dimulai pada 40 hari sebelum pasakah.
(Dokumen GPI, h. 109)
4. Jumat Agung (Hari Kematian Tuhan Yesus)
4.1 Jumat Agung adalah hari Jumat sebelum hari Kebangkitan Kristus dari antara orang
mati (Hari Paskah). Hari itu adalah hari kematian Tuhan Yesus di atas Salib. Pada
hari tersebut orang Kristen mengadakan perayaan/peringatan akan kematian Yesus
Kristus. Dalam Gereja Protestan, pada Jumat Agung diadakan ibadah dan pelayanan
Perjamuan Kudus.
(Drs. F. D. Wellem, M.Th, KAMUS SEJARAH GEREJA, BPK gunung Mulia 1997, h. 107)
4.2 GPI Papua merayakan Jumat Agung sebagai perayaan mengenang atau
memperingati kematian Tuhan Yesus yang mengorbankan diri untuk menyelematkan
dunia dan manusia. Pada Jumat Agung diadakan ibadah dan pelayanan Perjamuan
Kudus yang dilambangkan dengan roti dan anggur sebagai lambang tubuh dan darah
Tuhan Yesus yang dikorbankan untuk keselamatan manusia dan dunia.
5. Paskah (Hari Kebangkitan Tuhan Yesus)
5.1 Kata Paskah, mengingatkan pada Paskah Yahudi, berasal dari kata Yunani “Pascha”
atau Ibrani “Pesach”, yang artinya : melewati atau menyeberangi. Perbudakan di
Mesir telah dilalui oleh Israel dan kini mereka menuju ke tanah perjanjian.
Dalam bahasa Yunani, Paskah disebut pascha anastasimon (anastasis = kebangkitan),
untuk membedakannya dengan Jumat Agung : pascha staurosimon (stauros = salib).
(Rasid Rachman, Hari Raya Litiurgis, BPK Gunung Mulia, h. 77)
5.2 Perayaan Paskah yang dilakukan oleh orang Kristen adalah transformasi dari Paskah
Yahudi. Kalau pada hari Raya Paskah Yahudi diadakan Korban Anak Domba Paskah,
maka dalam Paskah Kristen dipahami bahwa Anak Domba Paskah itu adalah Yesus
Kristus sendiri, yang telah mati di kayu Salib yang menang atas maut dalam
kebangkitan-Nya dihari ketiga. Oleh karena itu, sekarang ini Paskah lebih diisi
dengan peringatan akan kebangkitan Kristus.
6. Pentakosta
Istilah Pentakosta berarti “Lima Puluh” menunjukkan pada lima puluh hari sesudah Paskah,
ketika orang-orang Yahudi merayakan Pesta di bidang Pertanian dimana dirayakan akhir
panen sejenis biji-bijian dan mulainya panen gandum. Dalam kalender Kristen, istilah itu
dihubungkan dengan kedatangan Roh Kudus dan permulaan Gereja.

BAB II
PELAYANAN IBADAH
HARI-HARI BESAR GEREJAWI (HBG)

1. Minggu Adven :
1.1. Minggu Adven dirayakan selama 4 minggu berturut-turut sesuai kalender gereja
yang ditetapkan oleh GPI Papua.
1.2. Sebagai masa persiapan menjelang hari Perayaan Natal Yesus Kristus, juga masa
raya yang menghubungkan kedatangan Yesus yang pertama dan yang kedua, maka
minggu-minggu Adven harus dirayakan sesuai maknanya sehingga selama minggu-
minggu Adven, jemaat-jemaat di Lingkup GPI Papua harus mengisinya dengan
kegiatan-kegiatan yang menampakkan nuansa Adventus sehingga umat dapat
sungguh-sungguh memaknai minggu-minggu Adven dan benar-benar
mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan dan Juruselamat dunia
dan manusia.
1.3. Untuk Jemaat-jemaat di Lingkup GPI Papua, baik persekutuan jemaat (sektor/Unit)
maupun wadah-wadah pelayanan kategorial, tidak dibenarkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan pelayanan yang lain selama minggu-minggu Adven, seperti :
1.3.1. Merayakan Natal Kristus didalam minggu-minggu Adven;
1.3.2. Melaksanakan Pelayanan Pernikahan ataupun pertunangan;
1.3.3. Melaksanakan Pelayanan Baptisan Kudus;
1.4. Penyalaan lilin didalam minggu-minggu Adven diatur sebagai berikut :
1.4.1. Lilin Induk/lilin utama dinyalakan lebih dahulu setelah lilin-lilin simbol
Adventus dinyalakan.
1.4.2. Lilin-lilin simbol Adventus diletakkan pada Meja Persembahan.
1.5. Guna memperkaya penghayatan gereja maka perlu memperhatikan tema Adven,
liturgi dan nyanyian-nyanyian pada Minggu-minggu Adven, yakni :
- Adven pertama dan Adven kedua (atau hingga tanggal 16 Desember)
menekankan segi eskatologis, yakni parousia.
- Adven ketiga dan Adven keempat (atau mulai tanggal 17 Desember)
menekankan segi kelahiran Tuhan, yaitu pada anamnesis (pengenangan) dan
inkarnasi.

2. Perayaan Natal:

2.1. Perayaan Natal Kristus di lingkup GPI Papua dimulai/diawali dengan Perayaan
Malam Natal (24 Desember) dilanjutkan dengan Natal I (25 Desember), Natal II (26
Desember) yang di dalamnya dilaksanakan pelayanan Baptisan Kudus.
2.2. Perayaan Natal Kristus Lingkup Jemaat dilaksanakan setelah tanggal 25 Desember.
2.3. Pelayan Firman/Sakramen (Pendeta GPI Papua) tidak diperkenankan
melayani/memimpin Ibadah-ibadah Natal yang dilaksanakan di minggu-minggu
Adven.
2.4. Pelayan Firman/Pendeta atau Pelayan Umum (PELUM) dapat diminta kesediaannya
untuk melayani Ibadah Natal (24-25 Desember) dengan persetujuan Majelis Jemaat.

3. Minggu Sengsara Tuhan Yesus :

3.1. Minggu Sengsara Tuhan Yesus dilaksanakan selama 7 minggu berturut-turut sesuai
kalender gerejawi yang ditetapkan oleh GPI Papua.
3.2. Minggu-minggu sengsara harus diisi dengan kegiatan-kegiatan pelayanan yang
mengarahkan umat untuk berpuasa dan bertobat melalui pengakuan, disiplin,
praktek penyesalan dosa, puasa dan doa.
3.3. Lilin-lilin minggu sengsara dinyalakan setelah lilin Induk/lilin Utama dinyalakan dan
lilin-lilin tersebut diletakkan diatas meja persembahan.

4. Perayaan Kematian Tuhan Yesus (Jumat Agung) :


4.1. Perayaan Kematian Tuhan Yesus (Jumat Agung) dilaksanakan pada hari jumat
sesuai kalender gerejawi yang ditetapkan oleh GPI Papua.
4.2. Perayaan Jumat Agung di jemaat-jemaat lingkup GPI Papua dilaksanakan dalam
ibadah Jumat Agung dan dilanjutkan dengan pelayanan Perjamuan Kudus.
5. Perayaan Paskah :
5.1. Perayaan Paskah menjadi masa raya kesukaan, karena itu jemaat-jemaat di lingkup
GPI Papua harus merayakan/mengisi masa raya Paskah ini dengan kegiatan-
kegiatan yang menampakkan sukacita kebangkitan Kristus sehingga umat yang
merayakan Paskah Kristus merasakan damai dan sukacita serta memuji Allah dalam
kehidupan setiap hari.
5.2. Khotbah pada masa raya Paskah ini diarahkan pada penampakan Yesus Kristus
sesudah kebangkitan dan persiapan murid-muridNya untuk menyaksikan Kerajaan
Allah.
5.3. Antara masa raya Paskah dengan Pentakosta dirayakan hari Kenaikan Yesus ke
Surga, yang jatuh pada hari kamis ke enam sesudah hari Paskah.
5.4. Dalam Perayaan Paskah II (Syukur Paskah) dilaksanakan Pelayanan Baptisan Kudus.

6. Perayaan Pentakosta :
6.1. Pentakosta adalah masa raya terpanjang dalam gereja yang memiliki 22 sampai 27
hari minggu, tergantung pada tanggal hari Paskah. Minggu-minggu Pentakosta
berakhir pada masa raya Adven.
6.2. Penekanan pada minggu-minggu Pentakosta adalah pada perkembangan gereja
lama, dengan suatu penekanan khusus pada kuasa Roh Kudus dalam pelayanan
Para Rasul. Karena itu dalam minggu-minggu Pentakosta GPI Papua (dalam ibadah-
ibadah jemaat) harus menyampaikan pengajaran-pengajaran tentang iman Kristen
bagi pertumbuhan iman anggota-anggota jemaat.
6.3. Perayaan Pentakosta II (Syukur Pentakosta, di dalamnya dilaksanakan Pelayanan
Ibadah Baptisan Kudus).

Ditetapkan di : Timika

Pada tanggal : 07 Februari 2008

Anda mungkin juga menyukai