Anda di halaman 1dari 2

Renungan Kebaktian SPB ( Markus 2 : 23 – 28 )

Murid-Murid Memetik Gandum Pada Hari Sabat

1. Defenisi Hari Sabat


Kata shabbat dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja shabat, dalam bahasa yang sama,
yang secara harafiah berarti "berhenti", atau shev yang berarti "duduk". Meskipun shabbat
hampir secara universal diterjemahkan "istirahat" atau suatu "masa istirahat", terjemahan yang
lebih harafiah adalah "berhenti", dengan implikasi "berhenti dari melakukan pekerjaan". Jadi
Sabat adalah hari untuk orang berhenti bekerja, dengan implikasinya beristirahat.

Perkembangan Terbentuk Hari Sabat di Perjanjian Lama


Hari ketujuh Sabat memiliki banyak sejarah dalam keseluruhan periode sejarah manusia yang
dirangkum Alkitab. Dalam Kejadian 2:1-3 disebutkan bahwa Tuhan telah menyelesaikan
pekerjaannya dalam membentuk bumi dan segala isinya pada hari ketujuh. Karena itu Dia
beristirahat. Dan Tuhan memberkati hari ketujuh dan membuatnya kudus, karena pada hari itu
Dia beristirahat dari seluruh pekerjaanNya membentuk dunia. Perlu diketahui juga, sejak hari
penciptaan, satu minggu yang berisi 7 hari tidak pernah berubah. Seiring berjalannya
beradaban, pengukuran waktu menjadi lebih kompleks, mulai dari hari, minggu (7 hari), bulan,
dan tahun. Pada Perjanjian Lama, hari Sabat juga disebutkan dalam Kel 20:11, Im 23:3, dan Ul
5:12-15 untuk memberitahu orang Israel untuk berhenti bekerja dan beribadah pada Hari
Sabat.

Perkembangan Hari Sabat di Perjanjian Baru


Dalam Perjanjian Baru, disebutkan bahwa Yesus biasa pergi ke sinagoga setiap hari Sabat (Luk
4:16). Disebutkan juga bahwa Yesus mengajar di sinagoga pada hari Sabat (Luk 13:10). Pada
Mark 3:1-6, disebutkan bahwa Yesus menyembuhkan tangan seseorang pada hari Sabat di
sinagoga. Hal-hal di atas hanyalah beberapa catatan tentang aktivitas Yesus di hari Sabat.
KebiasaanNya pergi ke sinagoga setiap hari Sabat sangat signifikan. Pada jaman Perjanjian
Baru, sinagoga merupakan tempat dimana orang-orang Yahudi dan non-Yahudi yang takut
akan Allah berkumpul di hari Sabat untuk beribadah. Ibadat di sinagoga termasuk membaca
pendalaman Alkitab, berdoa, dan mendengarkan khotbah.

Perubahan Hari Sabat ke Hari Minggu


Seperti yang kita ketahui, umat Kristiani pertama hidup di bawah jajahan Romawi Kuno.
Konstantinus, Kaisar Romawi, memeluk agama Kristen. Untuk menyatukan orang-orang dan
memperkuat kekuasaannya, dia berusaha membuat orang-orang Romawi memeluk agama
baru tersebut. Dia mengubah perayaan-perayaan pagan (penyembah berhala) menjadi
perayaan-perayaan Kristen dengan maksud untuk mengkristenisasi orang-orang Romawi. Pada
kebiasaan orang Romawi, hari Minggu adalah saatnya melakukan ibadah di kuil dewa-dewi
mereka. Kaisar Konstantinus mengubah hari Minggu menjadi hari ibadah di gereja,
menggantikan sejarah hari Sabat. 66 tahun kemudian, tepatnya tahun 387 Masehi, hari
Minggu disebut sebagai “Hari Tuhan” di undang-undang Romawi.
Saat ini, sebagian besar gereja merayakan ibadah hari Minggu. Hari “Minggu” sendiri
diadaptasi dari bahasa Spanyol dan Portugis untuk hari minggu tersebut, yaitu “Domingo”,
yang berarti “Hari Tuhan”. Tetapi, ada juga saudara kita, yaitu Umat Adven, yang tetap
merayakan hari Sabat pada hari Sabtu. Umat Advent tidak merayakan Natal. Kalau menurut
saya pribadi, merayakan ibadah di gereja pada hari Sabtu atau Minggu itu sama saja, yang
paling penting adalah niat dan tujuan kita ke gereja.
2. Apa yang Seharusnya Dilakukan Pada Hari Sabat/Minggu

1). Pergi ke gereja ; 2). Istirahat, Sediakan waktu untuk keluarga dan teman-teman, 3).
Habiskan waktu pribadi bersama Tuhan, 4). Lakukan hal-hal yang akan menyenangkan Anda
dan Tuhan, 5). Lakukan hal-hal yang perlu dilakukan.
Misalnya :
Jika orang terkasih jatuh sakit pada hari Sabat, Anda seharusnya bergegas ke toko untuk
membeli obat atau ke sisinya untuk merawatnya. Meskipun mungkin bukan kegiatan yang
mendukung “istirahat”, ini penting, dan kasih yang Anda tunjukkan untuk orang itu
mencerminkan kasih Tuhan; Dengan cara yang sama, jika satu-satunya pekerjaan/kedinasan
yang dapat Anda temukan menuntut Anda untuk bekerja pada hari Sabat, tidak perlu merasa
bersalah melakukannya. Memenuhi kebutuhan keluarga merupakan tindakan kasih yang, sekali
lagi, mencerminkan kasih Tuhan)

3. "Keselamatan" Jiwa Lebih Penting dari "Hari"


Bahkan sekarang pun, pemikiran bahwa doa adalah cara Allah melayani kita sulit untuk
dipahami. Kita dapat saja berpikir bahwa istirahat Sabat hanyalah untuk mengikuti aturan-
aturan Allah, padahal berada bersama Yesus adalah tujuan sejati dari Sabat itu. Susahnya
dalam hal orang Farisi adalah bahwa mereka begitu penuh dengan ide-ide mereka sendiri
tentang Sabat, sehingga luput melihat kehidupan yang Yesus mau berikan kepada mereka.
Tidak saja mereka melihat kesalahan pada Yesus, mereka pun menghalang-halangi orang lain
untuk mengalami istirahat-Nya.
Pada hari apa kita berdoa bukanlah hal terpenting. Yang terpenting adalah Allah hadir ketika
orang-orang berkumpul bersama dan menyembah Dia. "Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Matius 18:20).
Sehingga, di manapun dan kapanpun kita beribadah, kehadiran Allah adalah jauh lebih penting
dibanding hari apa kita beribadah.

Anda mungkin juga menyukai