Anda di halaman 1dari 34

Adakah kekudusan hari Minggu diajarkan dalam Perjanjian Baru?

Suatu keberuntungan yang menggoda sedang menanti orang yang menemukan ayat
Alkitab dimana tercatat penunjukkan hari Minggu sebagai hari perhentian dan perbaktian
bagi umat Kristiani, dan perintah untuk memelihara hari Minggu itu. Walau ribuan dolar
ditawarkan bagi yang menemukan ayat tersebut dan walau diadakan pencarian dengan
intensif, ayat yang menyesatkan tidak ada. Kata Hari Minggu juga tidak terdapat di
dalam Alkitab. Namun ada (9) sembilan ayat dalam Alkitab Perjanjian Baru yang
menyinggung hari pertama dalam minggu, dan ada satu ayat yang mengatakan
hariTuhan. Karena argumentasi mereka tentang kesucian hari Minggu didasarkan
atas ayat-ayat tersebut maka kita perlu telitui dengan seksama.
Ayat pertama (Matius 28:1)
Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama
minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
Ayat ini menyatakan bahwa pada pagi-pagi buta hari pertama minggu itu, sesudah lewat
hari Sabat, sahabat-sahabat Yesus datang untuk melihat kuburan-Nya. Namun tidak ada
gelar kesucian diberikan pada hari pertama itu, tidak ada saran untuk menguduskan yang
dihubungkan dengan ayat itu, dan tidak ada perintah untuk memeliharanya.
Ayat kedua (Markus 16:2)
Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit,
pergilah mereka ke kubur.
Ini juga adalah cerita sejarah yang langsung dan tidak ada perintah. Markus mencatat
kunjungan ke kuburan itu sama seperti catatan Matius 28:1 tetapi menggunakan kata-kata
yang sedikit berbeda.
Ayat ketiga (Markus 16:9)
Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula
menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah
mengusir tujuh setan.
Ini sama juga. Ayat ini mencatat fakta dan laporan tentang kebangkitan Yesus dan Ia
memperlihatkan diri-Nya kepada Maria Magdalena.
Ayat keempat (Lukas 24:1)
tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur
membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.
Ayat ini menambah keterangan atas ayat di atas, dan menjelaskan tujuan rasul-rasul itu
untuk berkunjung ke kuburan itu; yaitu untuk mengurapi tubuh Yesus. Kelihatannya
mereka masih mengharapkan untuk menemukan tubuh Yesus masih dalam keadaan mati.
Ayat kelima (Yohanes 20:1)
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah
Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.
1

Ayat ini juga mencatat kunjungan Maria dan penemuannya bahwa kuburan itu sudah
terbuka. Ternyata kelima ayat Alkitab tersebut tidak perlu menahan kita lama dalam
usaha untuk mencari bukti dari Alkitab Perjanjian Baru mengenai kesucian hari Minggu.
Kelima ayat di atas hanya mencatat bahwa Yesus bangkit dari kubur pada hari pertama
minggu itu, dan bahwa kuburannya yang sudah kosong itu dikunjungi beberapa rasul
Yesus pada pagi hari itu.
Walaupun bagaimana, ayat-ayat ini tidak merekam teladan Ilahi untuk memelihara hari
pertama dalam minggu itu. Ayat itu tidak berisi perintah Ilahi untuk memeliharanya.
Tidak mengandung hal yang suci pada hari pertama itu dan tidak memberi alasan untuk
dipelihara. Dari segi lain, ayat ini menunjukkan bahwa rasul-rasul Kristus melakukan hari
pertama itu sebagai hari kerja biasa karena mereka sudah siap untuk meminyaki dan
menaruh rempah-rempah pada tubuh Yesus pada hari pertama, suatu pekerjaan yang
mereka tidak mau lakukan pada hari Sabat (Breaden 2002, hlm 131-132). Maria
mengunjungi makam sementara hari masih gelap (Perhatikan ayat-ayat di atas tidak
mengindikasikan bahwa adanya kekudusan hari tersebut, karena mereka bahkan belum
tahu bahwa Yesus telah bangkit (Finley 2008, hlm 54)
Finley (2010) menambahkan bahwa kelima ayat di atas menunjukkan bukti sejarah
bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari pertama minggu itu. Jelas sekali
tidak satu pun ayat-ayat tersebut bahkan hanya untuk menganjurkan sedikit pun untuk
berbakti pada hari itu. Tampak terbukti bahwa pengikut-pengikut Yesus terdekat
sekalipun tidak menganggap hari pertama minggu itu sebagai hari perbaktian. Perhatikan
bahwa mereka datang ke kubur untuk memberi rempah-rempah pada mayat Yesus pada
hari pertama itu, sesudah mereka... beristirahat pada hari Sabat sesuai dengan hukum
Taurat (Lukas 23:56). Jadi jelas kelihatan bahwa murid-murid Yesus adalah pemeliharapemelihara hari Sabat (Finley 2010, hlm 129).
Mari kita periksa tiga ayat yang sisa dengan teliti sekali.
Ayat keenam (Yohanes 20:19)
Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah muridmurid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka
takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di
tengah-tengah mereka dan berkata: Damai sejahtera bagi kamu!
Ayat ini mencatat pertemuan murid Yesus pada malam hari kebangkitan itu dan juga
mencatat alasan mengapa mereka berkumpul dengan pintu terkunci: Karena takut
akan orang Yahudi. Motivasi mereka dalam perkumpulan itu ialah ketidakpercayaan
dan takut, bukan iman dan kebaktian.
Ada beberapa orang mengatakan bahwa rasul-rasul itu berkumpul untuk merayakan
kebangkitan Yesus, tetapi Markus 16:14 dan Lukas 24:41 menunjukkan bahwa
kebanyakan rasul itu berada dalam suasana sedih dan belum percaya pada kebangkitan
Yesus sampai Ia menampakkan diri (Breaden 2002, hlm 132).
Finley (2010) juga memberikan penjelasan:

Ya benar! Tetapi pokok penting untuk ditanyakan di sini adalah: Mengapa mereka
berkumpul? Apakah tujuan perkumpulan mereka? Murid-murid Yesus baru saja
menyaksikan kematian Tuhannya. Seluruh harapan mereka hancur. Ketakutan dan
keragu-raguan kelihatan seperti gunung di hadapan mereka. Alkitab menyatakan bahwa
mereka ... berkumpul karena takut akan orang Yahudi... Itu sebabnya semua pintu
dikunci, Yesus datang kepada mereka untuk memberitahukan kebangkitan dan
kemenangan-Nya. Sekarang kita merayakan berita penting itu melalui perjamuan kudus
dan upacara baptisan (I Kor 11:24-27; Roma 6:2-20). Tetapi tidak ada perintah untuk
berbakti pada hari pertama itu (Finley, 2010, hlm 130).
Ayat ketujuh (Kisah Para Rasul 20:7)
Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecahmecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia
bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung
sampai tengah malam.
Tentang ayat ini marilah kita membaca beberapa penjelasan dalam berbagai sumber.
Ayat ini merekam/mencatat suatu pertemuan sekelompok umat Kristen dalam suatu kota
kecil pada hari pertama minggu itu. Namun dalam konteks ayat ini dinyatakan bahwa itu
adalah pertemuan khusus yang diadakan sebagai pertemuan perpisahan untuk
menghormati Paulus. Ini adalah juga suatu peristiwa yang agak lain dari yang lain karena
kematian seorang anak muda pada pertemuan itu dan keajaiban yang membawa dia hidup
kembali sehingga pertemuan itu dapat dilanjutkan lagi (ayat 8-12). Tidak ada bukti dalam
ayat ini bahwa pertemuan ini atau pertemuan Kristiani lain semacam ini berlangsung
secara tetap dan teratur sebagai kumpulan kebaktian pada hari pertama dari minggu itu.
Tidak ada bukti bahwa mereka atau umat Kristen lainnya mengasingkan seluruh hari
pertama untuk kegiatan keagamaan. Ayat ini menyatakan bahwa pertemuan perpisahan
semalam suntuk itu dilakukan bukan dihubungkan dengan hari perhentian dan kebaktian,
tetapi diadakan karena kegiatan umum, kegiatan sehari-hari seperti mengadakan
perjalanan. Tidak ada gelar yang suci diberikan pada hari pertama itu dan tidak terbukti
juga bahwa umat Kristen di Troas atau di tempat lain mempunyai kebiasaan untuk
mengadakan perjamuan kudus pada setiap hari pertama. Sebenarnya tidak mungkin kita
membuktikan dari ayat ini bahwa Perjamuan Kudus dilakukan pada pertemuan itu karena
tidak disebut mengenai anggur dan lagi pula istilah memecahkan roti sering
digunakan dalam Perjanjian Baru sebagai makan yang biasa (Lukas 24:30, 35; Kisah Para
Rasul 2:42, 46; 27:35). Jadi untuk menemukan bukti tentang kesucian hari Minggu kita
harus membaca ayat yang tidak ada dalam Alkitab. Selain dari keterangan di atas,
perkumpulan itu menurut catatan mulai menjelang tengah malam yang kita sebut
sekarang ini Sabtu Malam atau malam Minggu. Jika pertemuan itu diadakan pada hari
Sabtu malam maka perkumpulan itu berlanjut hingga beberapa jam sesudah hari Minggu
modern (ayat 11) (Breaden 2002, hlm 132-133).
Menurut Alkitab, setiap hari dimulai pada saat matahari terbenam dan berakhir pada saat
matahari terbenam 24 jam sesudahnya (Kejadian 1:5,8,13,19,23,31; Imamat 23:32) dan
bagian yang gelap dari suatu hari (biasa disebut malam) adalah bagian yang lebih dulu.
3

Jadi Sabat dimulai pada matahari terbenam Jumat petang dan berkhir pada matahari
terbenam hari Sabtu petang. Pertemuan di Kisah 20 ini terjadi di bagian yang gelap dari
hari Minggu, atau yang biasa kita sebut Sabtu malam. The New English Bible mencatat
Kisah 20 ini begini: Pada Sabtu malam, ketika kami berkumpul... Waktu itu adalah
pertemuan Sabtu malam, dan berlangsung hingga tengah malam. Paulus sedang
mengucapkan selamat tinggal dan dia tahu dia tidak akan bertemu lagi dengan orangorang itu sampai akhir hidupnya (ayat25). Pantas saja dia berbicara begitu lama! (Ibadah
Sabat biasa tidak akan berlangsung sampai tengah malam). Paulus bermaksud untuk
berangkat pada keesokan harinya. Pemecahan roti di sini tidak mengandung makna suci
sama sekali, karena mereka memecahkan roti setiap hari (Kisah 2:46). Tak ada tersirat di
Alkitab bahwa hari pertama adalah hari suci. Juga tidak ada bukti sekecil apapun bahwa
Sabat telah diubah. Tanpa makna penting sama sekali, peristiwa ini ditulis hanya untuk
mencatat mujizat bangkitnya Eutikhus sesudah dia jatuh sampai mati dari jendela tingkat
tiga. Di Yehezkiel 46:1, Tuhan menyebut hari Minggu sebagai salah satu dari enam hari
kerja. The Delegates of the Oxford University Press and The Syndics of The Cambridge
University Press, 1961,1970. Digunakan atas izin. (Buku 07 Hari yang Lenyap dari
Catatan Sejarah 2004, hlm 9).
Finley (2008) menyatakan bahwa pertemuan itu dilakukan pada malam hari. Dilakukan
pada saat bagian malam di hari pertama dalam minggu (Kisah 20:7). Alkitab menyatakan
bahwa malam hari mendahului siang hari (Kejadian 1:15). Hari Sabat dipelihara dari hari
Jumat saat matahari terbenam hingga hari Sabtu sore saat matahari terbenam (Imamat
23:32 dan Markus 1:32). Jika pertemuan itu dilakukan pada malam hari di hari pertama
minggu itu jelaslah bahwa pertemuan itu dilakukan pada hari Sabtu malam. Paulus telah
mengadakan pertemuan dengan orang-orang percaya sepanjang hari Sabatnya. Dia akan
berangkat pada besok harinya, hari Minggu, jadi pertemuan itu dilanjutkan hingga hari
Sabtu malam. Besok harinya Minggu, Paulus mengadakan perjalanan dengan berjalan
kaki ke Asos kemudian berlayar ke Metilene. Untuk mendukung pernyataan bahwa
pertemuan itu diadakan pada Sabtu malam, marilah kita melihat ayat yang sama dalam
beberapa versi Alkitab. Dalam terjemahan NEB (Finley 2008 hlm 50-51), Alkitab
Todays English Version, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari dan Alkitab Perjanjian
Baru terjemahan Bahasa Sabu (bahasa daerah asal penulis) Kisah 20:7 juga menegaskan
bahwa hari yang dimaksud di sini ialah hari Sabtu malam karena Paulus akan
mengadakan perjalanan di hari Minggu. Untuk lebih jelasnya mari kita baca Kisah 20:7
itu dalam tiga versi bahasa (Inggris, Indonesia, dan Sabu):
On Saturday evening we gathered together for the fellowship meal. Paul spoke
to the people and kept on speaking until midnight, since he was going to leave
the next day (Acts 20:7 dari Alkitab Elektronik, Alkitab Todays English
Version, Lembaga Alkitab Indonesia, 1992).
atau

Malam minggu kami berkumpul untuk makan bersama secara bersaudara. Paulus
bercakap-cakap dengan orang-orang, karena besoknya ia berniat berangkat.
Sampai tengah malam Paulus berbicara terus. (Alkitab Elektronik-Alkitab
Bahasa Indonesia Sehari-hari, Lembaga Alkitab Indonesia 1985).
atau
4

Pa dhara maddha do ta hedhape lodho Migu ta pekupu ke jhi ta nga'a hela'u-la'u


mii tuahhu he. Ta pedai-dai lii ke Paulus nga ddau he rowi bhale ma jhammi-ae
ne do ddhei ta pekaddhi ke jhi. Tade dhai hape la awe telora maddha he, pee
koma Paulus nga pedai lii teru (Alkitab Elektronik-Perjanjian Baru Sabu,
Lembaga Alkitab Indonesia 1999).
(Pa dhara maddha do ta hedhape lodho Migu artinya pada malam menjelang/sebelum hari
Minggu atau yang sekarang disebut dengan malam Minggu/ Sabtu malam ).
Jika Paulus menganggap bahwa hari Minggu adalah hari yang suci untuk menghormati
kebangkitan Yesus, mengapa dia harus menghabiskan seluruh waktunya di hari Minggu
itu untuk mengadakan perjalanan dan tidak mengadakan kebaktian? Catatan ini
menunjukkan bahwa Paulus adalah pemelihara hari Sabat/Sabtu (Kisah Para Rasul 13:14,
42-44; Kisah Para Rasul 16:13; Kisah Para Rasul 17:2; dan Kisah Para Rasul 18:4)
(Finley 2008 hlm 50-51).
Alkitab Edisi Studi (2011 hlm 1821) memberi penjelasan: Pada hari pertama dalam
minggu itu: Hari Minggu adalah hari pertama dalam seminggu. Menurut orang Yahudi,
hari dimulai ketika matahari terbenam, maka pertemuan mungkin dimulai setelah
matahari terbenam pada hari Sabtu sore.
Penjelasan yang tertera di dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (hlm 1620 dan
1756) bahwa Kitab Lukas dan Kisah Para Rasul ditulis oleh Rasul Lukas. Kitab Lukas
ditulis sekitar tahun 60-63 M dan Kisah Para Rasul ditulis sekitar tahun 63 M. Dengan
kata lain, kedua kitab itu ditulis dalam kurun waktu yang hampir bersamaan. Pada abad
pertama (waktu Lukas menulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul) orang-orang Kristen
tidak pernah menyucikan/menguduskan hari pertama karena hanya hari Sabat yang
disebut hari kudus. Mereka sadar bahwa hanya Allah yang berhak
menentukan/menetapkan suatu hari disebut Hari Kudus dan hanya hari ketujuh atau hari
Sabatlah satu-satunya hari yang dikuduskan oleh Allah setelah Penciptaan (Kejadian
2:2,3). Orang-orang Kristen sama seperti orang Yahudi tetap memelihara hari Sabat
sebagai hari perhentian, hari kudus Tuhan. Mereka tidak pernah berusaha memindahkan
hari Sabat ke hari Minggu karena jika mereka melakukannya maka akan melanggar
Sepuluh Hukum Allah yang kekal. Jika melanggar hukum Allah mereka akan berdosa (I
Yohanes 3: 4). Hari Sabat adalah hari yang kudus bagi Allah (Yesaya 58:13 dan Keluaran
31:15) dan hari Sabat adalah juga hari yang kudus bagi manusia (Keluaran 31:14). Lukas
dengan sadar telah membedakan hari yang disebut hari perhentian (hari Sabat) dan hari
pertama. Dia konsisten menyebut hari pertama untuk hari Minggu (Lukas 24:1 dan Kisah
20:7) dan tidak pernah menyebut hari pertama sebagai hari perhentian atau hari untuk
mengadakan kebaktian di rumah Tuhan seperti halnya kebaktian pada hari Sabat karena
Allah tidak mungkin mengilhaminya untuk menulis hal yang bertentangan dengan para
penulis Alkitab lainnya tentang hari Sabat. Rasul Lukas adalah salah satu rasul Tuhan
Yesus dan dia melaporkan bahwa sepanjang hidup-Nya Yesus selalu memelihara hari
Sabat (Lukas 4:16). Seperti Yohanes, dia mendengar secara langsung dari mulut Yesus
sendiri dan mencatat bahwa Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat atau pemilik hari Sabat
itu (Lukas 6:5). Sepanjang Lukas mengikuti Tuhan Yesus, dia tidak pernah mendengar
kata-kata yang keluar dari mulut-Nya bahwa hari Sabat akan dipindahkan ke hari Minggu
5

setelah Yesus bangkit. Pada Lukas 23:56b Lukas malah memberitahu kepada kita bahwa
hari Sabat tetap dipelihara oleh para pengikut Tuhan Yesus yaitu perempuan yang
bersama-sama dengan Yesus dari Galilea setelah Yesus disalibkan. Bahkan sampai hari
kenaikan-Nya ke sorga, Lukas tidak melaporkan bahwa ada perintah baru dari Yesus
Kristus untuk menggantikan hari Sabat dengan hari kebangkitan-Nya. Tambahan pula
beberapa tahun setelah kenaikan Yesus ke Sorga rasul Lukas menulis bahwa dia dan para
rasul seperti Paulus tetap memelihara hari Sabat (Kisah 13:14,42,44; Kisah 16:13; Kisah
17:2,3 dan Kisah 18:4). Jadi, jika kebanyakan umat Kristen menganggap bahwa
pertemuan hari pertama yang dilakukan Paulus itu adalah suatu pertemuan untuk
mengadakan kebaktian dan perjamuan kudus sama dengan kebaktian hari Minggu
sekarang maka anggapan itu sangat keliru dan telah melampaui bukti-bukti yang ada di
Alkitab. Mereka berkumpul bukan untuk mengadakan kebaktian karena acara kebaktian
biasanya dilakukan pada pagi atau siang hari dan bukan pada malam hari. Mereka
memecahkan roti untuk makan bersama karena makanan pokok mereka adalah roti, sama
seperti kita berkumpul dan makan nasi bersama (lihat kembali terjemahan ayatnya dalam
Alkitab menurut tiga versi bahasa di atas). Mereka tidak mengadakan perjamuan kudus
atau perjamuan Tuhan karena tidak ada keterangan dalam ayat itu maupun ayat
sesudahnya mengenai anggur perjamuan.
Jika ayat dalam Kisah Para Rasul 20:7 di atas dijadikan dasar bagi pemeliharaan hari
Minggu oleh kebanyakan umat Kristen pada zaman sekarang maka hal itu akan menjadi
sesuatu yang lucu karena Paulus sendiri adalah pemelihara hari Sabat yang taat (Kisah
Para Rasul 13:14, 42,44; 16:13; 17:2 dan 18:4). Paulus setia memelihara Sepuluh Hukum
Allah baik sebelum maupun sesudah dia bertobat. Dia tidak pernah menjadikan
pertemuan pada hari pertama (hari Minggu) untuk menggantikan hari Sabat karena dia
tahu akan bertentangan dengan Sepuluh Hukum Allah. Andaikata Paulus pergi ke
sinagog dan mengajarkan orang Yahudi di Pisidia (Kisah 13:42) untuk memelihara hari
Sabat yang lain misalnya hari Minggu karena pada hari tersebut Tuhan Yesus bangkit
dari kematian-Nya, maka sudah tentu orang-orang Yahudi melemparinya dengan batu
sampai mati atau paling tidak mereka menolak ajarannya karena orang Yahudi dimana
pun mereka berada sangat setia memelihara hukum Allah termasuk hari Sabat dan mereka
tahu pelanggaran terhadap hari Sabat adalah hukuman mati (Keluaran 31:14) tetapi justru
orang-orang Yahudi di sana mengundang Paulus dan Bernabas untuk membicarakan
pokok itu pada hari Sabat berikutnya (Kisah 13:42, 44). Ingat, ayat-ayat Firman Tuhan
dalam Alkitab tidak akan pernah bertentangan mulai dari Kejadian-Wahyu karena
sumbernya adalah Satu, yaitu Tuhan (Kuntaraf dan Kuntaraf 2008 hlm 56, 57-60).
Jadi, tidak ada dasar secara alkitabiah untuk menganggap perkumpulan yang dilakukan
Paulus dalam Kisah 20:7 sebagai dasar untuk pemeliharaan hari pertama (hari Minggu)
untuk menggantikan hari Sabat karena bertentangan dengan apa yang dilakukannya
sendiri di tempat lain.
Tidak ada terdapat dalam Alkitab bahwa mengadakan pertemuan pada hari tertentu, selain
dari hari yang disucikan Allah, membuat hari itu menjadi hari Sabat atau hari kebaktian
yang menetap. Jika dengan hanya mengadakan pertemuan keagamaan sudah otomatis
menyucikan suatu hari, maka setiap hari dalam minggu itu akan berhak dinamai
manjadi hari Sabat (Breaden 2002, hlm133).

Ayat kedelapan ( I Korintus 16:2)


Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing sesuai
dengan apa yang kamu peroleh menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di
rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.
Agar tidak salah paham tentang ayat ini, marilah kita membaca penjelasan dalam Alkitab
Edisi Studi dan Alitab Penuntun Hidup Berkelimpahan mengenai I Kor 16:1-3:
Pengumupulan uangke Yerusalemmenyampaikan pemberianmu: Meskipun Paulus
lebih banyak memberitakan Injil di Asia, Makedonia, dan Yunani, ia tetap peduli terhadap
jemaat Kristen di Palestina dan mengumpulkan uang untuk mendukung mereka yang
miskin di sana (Alkitab Edisi Studi, 2011 hlm 1887). Selain itu dalam I Korintus pasal
16 Paulus memberikan petunjuk mengenai pengumpulan uang bagi orang percaya yang
miskin di Yerusalem, menjelaskan rencananya untuk hari depan dan berbicara tentang
rekan kerjanya dalam Tuhan (Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan 2010, hlm
1940)
Metcalf (2011) memberi catatan:
Perhatikan tidak ada disebutkan gereja atau pertemuan ketika Paulus memperingatkan
orang-orang suci untuk menyimpan di rumah sejumlah uang sesuai dengan apa yang
diperolehnya dari Allah. Masing-masing "menyimpan di rumah." dan mereka harus
menyimpannya hingga itu diperlukan. Paulus menganjurkan pemberian yang sistematis
dengan menabung, bukan secara mendadak. Alasan Paulus mengumpulkan pada hari
Minggu, karena pada Jumat petang orang akan menutup tokonya lalu bersedia untuk hari
Sabat. Kemudian, pada hari Minggu pagi mereka akan memeriksa hasil penjualan minggu
sebelumnya. Ayat ini tidak menyatakan kesucian hari Minggu. Paulus tidak menyebutkan
suatu pemungutan yang tetap setiap minggu, tetapi ini adalah suatu pemberian/ proyek
khusus, yang diadakan oleh gereja-gereja bukan Yahudi untuk orang-orang suci yang
miskin di Yerusalem. Paulus membawa pemberian itu dengan utusan-utusan tertentu dari
setiap kelompok yang akan mempersembahkan tanda kasih itu. Baca I Korintus 16:34;
Roma 15:24-28. Ini juga disebutkan lagi dalam II Korintus 8:1-4 dan II Korintus 9:1-5
(Metcalf 2011, hlm 107).
Finley (2010) juga menjelaskan:
Ada orang yang merasa, Paulus menganjurkan pengumpulan persembahan di gereja pada
hari pertama dalam minggu itu. Lalu mereka menggunakan ayat ini untuk menyokong
penyucian hari Minggu. Analisis yang cermat atas ayat itu dan juga analisis atas seluruh
isinya, sesuai dengan konteksnya membuktikan sebaliknya. Rasul Paulus sedang
mengajukan satu proyek khusus demi kepentingan umat-umat Tuhan yang miskin di
Yerusalem (ayat tiga). Jadi dia menganjurkan supaya orang-orang Kristen di Korintus
mengasingkan satu jumlah tertentu dari pendapatan mereka untuk umat percaya di
Yerusalem setiap hari pertama setiap minggu. Alasan Paulus untuk rencana itu karena
7

biasa orang pada masa itu memeriksa keuangan dari hasil usaha minggu sebelumnya pada
tiap-tiap hari pertama (Minggu) pagi untuk persediaan usahanya pada minggu berikutnya.
Pada hari Jumat petang mereka akan menutup toko-tokonya lalu bersedia untuk hari
Sabat. Kemudian pada hari Minggu pagi mereka akan memeriksa hasil usaha/penjualan
minggu sebelumnya. Paulus hanya meminta kepada mereka untuk memisahkan sejumlah
uang setiap minggu supaya bila dia datang, pemberian itu sudah tersedia untuk dibawa ke
Yerusalem.
Upacara memisahkan secara harfiah berarti oleh dia sendiri: Dalam naskah bahasa
Yunani ucapan itu juga sepadan artinya dengan kata bahasa Inggris di rumah. Jadi
Paulus meminta mereka melakukan pemisahan uang itu di rumah, bukan seperti
dikatakan beberapa orang, pada saat kumpulan di gereja. Sebaliknya untuk menegakkan
perbaktian pada hari Minggu, ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa tidak ada
pengertian khusus dikaitkan pada hari pertama itu (Finley 2010, 130-131).
Metcalf (2011) memberi catatan:
Perhatikan tidak ada disebutkan gereja atau pertemuan ketika Paulus memperingatkan
orang-orang suci untuk menyimpan di rumah sejumlah uang sesuai dengan apa yang
diperolehnya dari Allah. Masing-masing "menyimpan di rumah." dan mereka harus
menyimpannya hingga itu diperlukan. Paulus menganjurkan pemberian yang sistematis
dengan menabung, bukan secara mendadak. Alasan Paulus mengumpulkan pada hari
Minggu, karena pada Jumat petang orang akan menutup tokonya lalu bersedia untuk hari
Sabat. Kemudian, pada hari Minggu pagi mereka akan memeriksa hasil penjualan minggu
sebelumnya. Ayat ini tidak menyatakan kesucian hari Minggu. Paulus tidak menyebutkan
suatu pemungutan yang tetap setiap minggu, tetapi ini adalah suatu pemberian/ proyek
khusus, yang diadakan oleh gereja-gereja bukan Yahudi untuk orang-orang suci yang
miskin di Yerusalem. Paulus membawa pemberian itu dengan utusan-utusan tertentu dari
setiap kelompok yang akan mempersembahkan tanda kasih itu. Baca I Korintus 16:34;
Roma 15:24-28. Ini juga disebutkan lagi dalam II Korintus 8:1-4 dan II Korintus 9:1-5
(Metcalf 2011, hlm 107).
Dengan demikian maka kita sudah selesai membahas kedelapan ayat Perjanjian Baru
yang menyinggung masalah hari pertama dari minggu itu. Sekarang kita akan
membahas ayat yang mengatakan Hari Tuhan yang dianggap beberapa orang sebagai
kunci untuk kesucian hari Minggu. (Breaden 2002, hlm 133).

Ayat kesembilan (Wahyu 1:10)


Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu
suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,

Ayat ini menyinggung seorang secara harfiah- Yohanes: suatu tempat secara harfiahPulau Patmos: keadaan secara harfiah- dikuasai oleh Roh, dan waktu secara harfiahHari Tuhan. Ini membuktikan dan tidak diragukan lagi bahwa dalam era Kristiani,
Allah masih memiliki satu hari yang dinyatakan-Nya sebagai milik-Nya sendiri.
Namun tidak ada angka yang dikaitkan dalam ayat ini, misalnya pertama, kedua, ketiga,
dsb. Atau tidak baik bagi kita untuk menerka hari keberapa dari minggu itu yang
dimaksudkan di sini. Hanya Alkitab yang dibiarkan untuk memecahkan pertanyaan
ini. Untuk mengetahui hari yang keberapa dari minggu itu dinyatakan Allah menjadi
milik-Nya, kita harus membuka ayat lain, Misalnya Keluaran 20:8-11; Yesaya 58:13,14;
Yehezkiel 20:12, 20; Markus 2:27, 28. Ayat-ayat ini membuktikan bahwa satu-satunya
hari dalam minggu itu yang dinyatakan Allah sebagai milik-Nya adalah hari ketujuh.
Jika kita bertekad untuk membiarkan Alkitab dan hanya Alkitab yang memecahkan
permasalahan ini, maka hanya hari Sabatlah satu-satunya hari Tuhan yang benar
(Breaden 2002, hlm 133, 134).
Yohanes yang mendapat Wahyu dari Tuhan di Pulau Patmos adalah orang yang sama yang
menulis salah satu Kitab Injil yaitu kitab Yohanes (Pinkoski 1998, hlm 43), yang ditulis tahun
80-95 M (Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, hlm 1694). Dia juga menulis kitab I
Yohanes, II Yohanes, III Yohanes tahun 85-95 M, (Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, hlm
2115, 2130, 2134). Kitab Wahyu diitulis tahun 90-96 M (Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, hlm 2147). Yohanes paham benar tentang perbedaan hari pertama (Minggu) dan
hari Tuhan (Sabat) karena dua kali sebelumnya, Yohanes berkesempatan menunjukkan hari
Minggu dengan menyebutnya sebagai hari pertama dalam minggu. Yohanes menyebut hari
pertama untuk hari kebangkitan Yesus dan hari penampakan diri-Nya kepada muridmurid-Nya (Yohanes 20:1 dan Yohanes 20:19). Yohanes juga tahu betul bahwa hanya hari Sabat
yang disebut hari Tuhan (Keluaran 20:10; Ulangan 5:14; Yesaya 58:13; Matius 12:8; Markus
2:28; Lukas 6:5). Jika hari Minggu yang dirujuk sebagai hari Tuhan dalam Wahyu 1:10 oleh
Yohanes seperti yang selama ini dipahami oleh kebanyakan umat Kristen yang menyucikan hari
Minggu, maka tentu dia menulis Pada hari pertama minggu itu aku dikuasai oleh Roh...
(Silalahi 2008, hlm 97) seperti yang telah ditulisnya dalam Yohanes 20:1 dan Yohanes 20:19.
Selain itu, dalam kurun waktu yang sama (80-96 M), Yohanes menulis empat kitab yaitu kitab
Yohanes; I, II, III Yohanes; dan kitab Wahyu dan mustahil Yohanes mengacaukan pikiran
pembacanya dengan menyebut hari pertama sebagai hari Tuhan dalam Wahyu 1:10 karena dia
tahu bahwa Allah tidak pernah menyatakannya sebagai hari-Ku atau hari kudus-Ku. Yesus pun
tidak pernah berfirman untuk menjadikan hari kebangkitan-Nya (hari pertama) sebagai hari
kudus-Nya atau Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari pertama (hari Minggu). Dalam
menulis keempat kitabnya, kita yakin bahwa Yohanes selalu diilhamkan Allah karena segala
tulisan diilhamkan Allah (II Timotius 3:16). Allah tidak mungkin mengilhami Yohanes untuk
menulis/menyebut hari Tuhan merujuk ke hari pertama/hari Minggu karena akan bertentangan
dengan apa yang Allah ucapkan sendiri dari mulutnya bahwa: ...hari ketujuh adalah hari Sabat
TUHAN, Allahmu... . Tuhan juga menyebut hari Sabat adalah hari kudus-Nya (Yesaya 58:13).
Ingat, Allah berkata, ..., dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah (Mazmur 89:35).
Baca juga Yesaya 40:8 dan Ulangan 4:2.
Pada waktu Yohanes menulis kitab Wahyu, hari Minggu tidak pernah dikuduskan atau disucikan
oleh orang Kristen. Berkhof dan Enklaar (2009 hlm 49) dalam bukunya SEJARAH GEREJA
9

mengungkapkan bahwa baru pada abad keempat dikeluarkan undang-undang penyucian hari
Minggu. Hal ini juga terdapat dalam Kamus Alkitab (Browning 2010, hlm 272). Ini berarti hari
Minggu tidak pernah dianggap suci atau kudus oleh gereja sebelum undang-undang itu
dikeluarkan. Dengan demikian pada waktu Yohanes dikuasai oleh Roh pada hari Tuhan (Wahyu
1:10), hari yang dimaksudkannya adalah hari Sabat dan bukanlah hari Minggu seperti yang
selama ini dipercayai oleh kebanyakan orang Kristen yang memelihara hari Minggu karena
menurut Vierra (2006 hlm 88,89) pada abad-abad pertama hari Sabat (hari Sabtu) yang benar
telah dipelihara oleh semua orang Kristen. Lebih lanjut Vierra menjelaskan bahwa orang-orang
Kristen menjaga kehormatan Allah, dan percaya bahwa hukum-hukum-Nya adalah kekal Mereka
juga dengan setia menjaga kesucian dari hukum-hukum-Nya (Vierra 2006, hlm 89). Pengudusan
hari Minggu itu dilakukan manusia (pihak gereja) dan sudah jelas bukan merupakan perintah
Allah. Hanya hari Sabat yang disebut hari Kudus (Yesaya 58:13) karena hanya hari Sabat yang
dikuduskan Allah (Kejadian 2:3) di antara tujuh hari dalam satu pekan (Kejadian 2:2,3). Allah
juga tidak mungkin memberi ilham yang berbeda kepada Yohanes. Allah tidak mungkin
mengilhami Yohanes ketika dia menulis dalam Yohanes 20:1 dan Yohanes 20:19 untuk
menyebut hari Minggu sebagai hari pertama dan ketika menulis kitab Wahyu 1:10 Allah tiba-tiba
memberinya ilham untuk menggantikan hari Sabat menjadi hari Minggu sebagai hari Tuhan. Jika
yang dimaksudkan Yohanes dalam Wahyu 1:10 dengan hari Tuhan sebagai hari pertama
(Minggu) maka tulisannya akan bertentangan dengan ratusan bahkan ribuan ayat dalam Alkitab
yang ditulis oleh penulis lainnya. Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah mungkinkah
Allah tidak konsisten dalam mengilhami para hamba-Nya sehingga menyatakan dua hari yang
berbeda (hari pertama dan hari ketujuh) sebagai sama-sama hari Tuhan? Mungkinkah Allah
mengilhami Yohanes untuk menyebut hari pertama (Minggu) sebagai hari Tuhan dalam Wahyu
1:10 sementara Allah mengucapkan dengan mulutnya sendiri bahwa hari ketujuh/hari Sabat
adalah hari-Nya (Keluaran 20:11) atau hari kudus-Nya (Yesaya 58:13)? Tidak, Allah itu
konsisten dengan ucapannya karena apa yang keluar dari bibir Allah tidak akan Dia ubah
(Mazmur 89:35).
Apakah manusia yang membaca Alkitab pernah menyadari dirinya salah tafsir atau salah
mengerti terhadap ayat-ayat yang belum jelas? Walaupun penulis Alkitab banyak ( 40 orang)
dengan latar belakangnya masing-masing ternyata isinya tidak bertentangan. Ini menunjukkan
bahwa sumbernya adalah Satu, yaitu Tuhan sendiri (Kuntaraf dan Kuntaraf 2008, hlm 56, 5960). Dengan demikian, Yohanes tidak mungkin bertentangan dengan Musa, Yehezkiel, Yeremia,
Yesaya, Nahemia, Amos, Matius, Markus, Lukas, dll yang telah menulis hari Sabat sebagai hari
Tuhan karena baik Yohanes maupun para nabi dan para murid Yesus lainnya memiliki satu
sumber, yaitu Allah. Mereka diilhami oleh Allah dalam menulis Alkitab (II Timotius 3:16).
Yohanes telah memberi perbedaan yang jelas antara hari Minggu dengan menyebutnya sebagai
hari pertama (Yohanes 20:1 dan Yohanes 20:19) dan hari Sabat yang ditulisnya sebagai hari
Tuhan (Wahyu 1:10).
Bagaimana sejarahnya sehingga hari Minggu disebut hari Tuhan oleh kebanyakan orang
Kristen sekarang ini?
Untuk memahami hari Tuhan menurut Yohanes dalam Wahyu 1:10, umat Kristen harus hati-hati
membedakannya agar tidak sesat karena ada dua versi hari tentang hal itu. Pertama, hari
Tuan/hari Kaisar (The Lords Day atau Dies Domini) yang merujuk kepada hari pertama (hari

10

Minggu) dan kedua, adalah hari Tuhan yang merujuk kepada hari Sabat (menurut kepercayaan
Kristen dan Yahudi dalam Kitab Suci mereka).
Di zaman Kekaisaran Roma, hari pertama tiap pekan (Dies Solis, Sunday) disebut Dies
Domini/ the Lords Day, artinya hari Tuan. Yang dimaksud Tuan di sini adalah Kaisar,
karena setiap hari Dies Solis, sang Kaisar menerima pembayaran pajak untuk dimasukkan
ke perbendaharaannya. Orang-orang kafir penyembah Dewa Matahari juga merayakan
Dies Solis sebagai hari Matahari yang dimuliakan.(the venerable day of the Sun). Hari
Dies Solis adalah hari untuk menyembah Dewa Matahari, Sol. Pemerintah Roma
membuang Yohanes ke Pulau Patmos karena kesaksiannya tentang Yesus. Apa anda pikir
Yohanes akan mau mengikuti Dies Solis, hari untuk menghormati Kaisar Roma dan dewa
Matahari Roma sebagai hari Tuhan Yesus?. Tentu Saja Tidak. Yohanes menguduskan hari
Sabat (Sabtu) seperti Yesus. Dia tahu Allah menyebut hari ketujuh sebagai Hari KudusKu (Yesaya 58:13). Dia mendengar dengan telinganya sendiri waktu Tuhan Yesus
memproklamirkan diri-Nya sebagai Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:8; Markus 2:28;
Lukas 6:5). Sebagai murid Yesus yang paling dekat dengan-Nya, bukankah logis kalau
sewaktu Yohanes menuliskan hari Tuhan, yang dimaksudnya adalah hari Sabtu? (Shelton
dan Quinn 2007, hlm 64).
Hari pertama (Minggu) disebut hari Tuhan bukan di dalam Alkitab, tetapi di dalam Kanon 29
Katolik yang dibuat pada Konsili Laodekia (bukan konsili universal melainkan diselenggarkan
oleh Katolik Roma), pada tahun 364 M. Sebutan hari Tuhan untuk hari pertama, pertama kali
dibuat oleh Sylvester, bishop Roma (Silalahi 2008, hlm 97 dan Pinkoski 1988, hlm 42). Mereka
menetapkan dalam kanon 29 bahwa:
Orang-orang Kristen tidak seharusnya seperti orang Yahudi dan bermalas-malasan
pada hari Sabtu, tetapi harus bekerja pada hari itu, tetapi pada hari Tuhan (Minggu)
mereka secara khusus menghormati; dan sebagai orang Kristen, harus jika
memungkinkan tidak bekerja pada hari itu tetapi jika mereka seperti orang Yahudi,
mereka akan dikucilkan dari Kristus (Pinkoski 1998, hlm 42).
Browning (2010) menambahkan:
Minggu Bagi orang Kristen, hari pertama dalam sepekan. Orang Yunani dan Romawi
mengenal tujuh planet dan menamakan hari-hari seminggu menurut planet itu: salah satu
adalah dies solis, kemudian ada dies martis, dan seterusnya. Semula orang Kristen
menggunakan nama-nama hari yang sama dengan orang Yahudi, sehingga hari
terakhir adalah Sabat, dan hari sebelumnya adalah malam Sabat. Sejak abad ke-4,
Gereja mengambil alih nama-nama dari planet-planet dan simbolisme yang kaya sekitar
matahari dan terangnya dirasa tepat bagi Gereja yang menyembah Kristus, Matahari
Sejati, pada harinya Tuhan yang adalah sebutan sejak zaman Perjanjian Baru (PB)
(Wahyu 1:10). Cerita-cerita Paskah dari Injil-injil (Markus 16:2; Matius 28:1; Lukas
28:1; Yohanes 20:1) semunya menyebut hari pertama dari minggu itu. Delapan hari
kemudian (Yohanes 20:26) adalah hari Minggu/Ahad berikut, yaitu seminggu kemudian
(Browning, 2010, hlm 272).
11

Meskipun Browning dan Alkitab Edisi Studi dalam penjelasannya juga merujuk hari
Tuhan dalam Wahyu 1:10 kepada hari Minggu hari kebangkitan (Browning 2010, hlm 133)
(Alkitab Edisi Studi 2011, hlm 2048), sudah cukup jelas bagi kita dari penjelasan Browning
sendiri di atas (Browning 2010, hlm 272) bahwa semula orang Kristen menggunakan namanama hari yang sama dengan orang Yahudi dan gereja lah yang merubah hari Sabat ke hari
Minggu dan menjadikannya sebagai hari Tuhan padahal injil-injil itu tidak pernah menyebut hari
pertama sebagai hari Tuhan meskipun hari itu adalah hari kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dari
dalam kubur. Jika gereja atau manusia melakukan perubahan pada hukum Allah yang keempat
dengan menjadikan hari Minggu sebagai hari yang kudus atau hari Tuhan sementara perintah
Allah mengatakan bahwa hari ketujuh/Sabat adalah adalah hari Sabat Tuhan Allah(Keluaran
20:10) atau hari Kudus-Nya (Yesaya 58:13) manakah yang harus diikuti oleh umat Kristen?
Ketika Yesus berdoa: ...Firman-Mu adalah kebenaran (Yahanes 17: 17). Karena ingat dan
kuduskan hari Sabat adalah Firman Allah maka umat Tuhan yang mengingat dan menguduskan
hari tersebut disebut pelaku kebenaran (pelaku firman). Manusia tidak dapat menguduskan hari
lain selain yang telah dikuduskan oleh Allah dan Dia tidak pernah memberi wewenang/hak
kepada siapapun untuk merubah hukum-Nya dengan menguduskan hari lain di luar hari yang
telah dikuduskan-Nya.
Agama Kristen muncul pertama kali di Yerusalem dan kemudian berkembang ke daerahdaerah sekitarnya termasuk Antokia dan Roma, dari Roma berkembang terus ke daratan Eropa
lainnya termasuk ke Spanyol dan Portugis. Dengan demikian istilah populer hari Tuhan yang
dibuat oleh Sylvester di atas, bishop Roma itu diterima oleh masyarakat Portugis, Spanyol, dan
semua umat Kristen yang menguduskan hari Minggu. Dari buku-buku Sejarah Indonesia kita
mengetahui bahwa bangsa Eropa yang mula-mula datang dan menjajah Indonesia adalah
Portugis, kemudian disusul Spanyol. Portugis menyebut hari Minggu sebagai domingo atau
hari Tuhan berdasarkan Kanon 29 Katolik pada Konsili Laodekia di atas. Pada masa
penjelajahan Portugis di Indonesia setiap hari Minggu mereka mengunjungi gereja untuk
beribadah di hari pertama. Penduduk pribumi (orang Indonesia) yang melihat hal ini sering
bertanya-tanya tentang kebiasaan baru tersebut. Dan mereka pun menjawab bahwa mereka
melakukan demi Domingo. Dalam bahasa Portugis lama Domingo berarti Tuhan. Bahasa
Spanyol untuk hari Minggu juga adalah Domingo. Semula kata ini dieja menjadi Dominggo
atau Dominggu dalam Bahasa Melayu lama. Baru sekitar akhir abad ke 19 dan awal abad ke
20,
kata
ini
dieja
sebagai
Minggu
sesuai
dengan
lidah
Indonesia.
http://www.dwina.net/2010/12/sejarah-nama-nama-hari-versi-bangsa.html (diakses 6 November
2011).
Dalam penjelasan tentang Latar Belakang Kitab Wahyu dalam Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan yang dicetak oleh Lembaga Alkitab Indonesia hlm 2147, waktu penulisan Kitab
Wahyu oleh Yohanes adalah sekitar tahun 90-96 M. Jadi, ketika Yohanes menulis kitab Wahyu
pada tahun 90-96 M, sudah pasti yang dia sebutkan sebagai hari Tuhan (Wahyu 1:10) adalah hari
Sabat (sesuai dengan yang diketahuinya dari kitab Taurat, kitab para nabi lainnya dan juga dia
mendengar dengan telinganya sendiri waktu Tuhan Yesus memproklamirkan diri-Nya sebagai
Tuhan atas hari Sabat) dan bukan hari Minggu (hari pertama) karena istilah hari Minggu sebagai
hari Tuhan baru dipopulerkan ke dalam gereja oleh Sylvester, bishop Roma itu 268-274 tahun
kemudian (tahun 364 M) setelah Yohanes menulis Kitab Wahyu. Istilah hari Minggu sebagai
hari Tuhan adalah istilah populer menurut bishop itu dan sudah tentu istilah itu tidak
12

berdasarkan Alkitab, bahkan jika anda membuka Strongs Concordance1 untuk The Lords Day
di situ tertulis hari Tuhan yaitu hari yang biasa kita sebut Sunday (hari Minggu) (Shelton dan
Quinn 2007, hlm 65). Hari Tuhan adalah Sunday (hari Minggu) dalam Strongs Concordance
itu tentu merujuk ke hari Tuhan dalam Kanon 29 Katolik di atas dan bukan kepada hari Tuhan
menurut Alkitab seperti yang dimaksudkan Yohanes dalam Wahyu 1:10 itu. Meskipun dalam
Strongs Concordance merujuk The Lords Day sebagai Sunday (hari Minggu/hari Tuhan)
sehingga kebanyakan umat Kristen menganggap kata hari Tuhan dalam Wahyu1:10 sebagai
hari Minggu, tidak ada ayat Firman Tuhan dalam Alkitab yang dapat dijadikan dasar untuk
menerima hal itu. Hari Tuhan menurut Alkitab adalah hari Sabat (Keluaran 20:10; Matius 12:8;
Markus 2:28; Lukas 6:5; dan masih banyak ayat lainnya dalam Alkitab). Hari Tuhan dalam
Wahyu 1:10 adalah hari Sabat, sebab Tuhan menyebut Sabat Hari kudus-Ku (Yesaya 58:13)
(Wieland 2006, hlm 35) dan Tuhan Yesus juga mengatakan: Anak Manusia adalah Tuhan atas
hari Sabat (Matius 12:8; Markus 2:28; Lukas 6:5) atau (for the Son of Man is Lord of the
Sabbath. Matthew 12:8- Alkitab Todays English Version, 1992 atau So the Son of Man is Lord
over the Sabbat. Matthew 12:8- Alkitab Contemporary English Version, 1995 atau For the Son
of man is Lord even of the sabbath day - Matthew 12:8 - Alkitab King James Version). Tuhan
atas hari Sabat artinya Dialah pemilik dan yang berkuasa atas hari Sabat itu. Anak Manusia
adalah Tuhan atas hari Sabat yang berarti hari Sabat adalah hari atas mana Kristus adalah
Tuhan. Hari Tuhan adalah hari atas mana Kristus adalah Tuhan (Matius 12:8; Markus 2:28;
Keluaran 20:11) (Metcalf 2011, hlm 106).
Dari keterangan Silalahi, Pinkoski, dan Browning di atas maka jelaslah bagi kita bahwa
istilah hari Minggu sebagai hari Tuhan tidak digunakan oleh para murid dan para rasul
termasuk Yohanes. Mereka menyebut hari Minggu itu dengan hari pertama. Gerejalah yang
akhirnya menetapkan hari Minggu sebagai hari Tuhan dan hampir semua umat Kristen menerima
sebutan itu sampai sekarang. Allah tidak pernah memberi wewenang dengan alasan apapun,
kepada siapapun, betapapun besar kekuasaannya, betapapun banyak dan tinggi gelarnya, betapa
pun banyak hikmat yang dimilikinya supaya merubah hukum atau titah-Nya untuk mengingat
dan menguduskan hari-Nya (Sabat/Sabtu) dengan hari pertama karena Allah itu sempurna
(Matius 5:48) dan Taurat-Nya sempurna (Mazmur 19:8). Allah itu kekal (Kejadian 21:33), titahNya kekal (Mazmur 111:7-8; Matius 5:18; Lukas 16:17). Sepuluh Perintah Allah atau yang kita
kenal dengan hukum Allah (Keluaran 31:18) diucapkan langsung oleh mulut Allah (Keluaran
20:1). Apa yang keluar dari mulut Allah tidak akan dirubah-Nya (Mazmur 89:35). Setiap
manusia yang melanggar firman/hukum yang diucapkannya harus mati karena Allah berfirman.
...siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat, pastilah ia dihukum mati,... (Keluaran 31:14).
Pelanggaran terhadap hukum Allah adalah dosa (I Yohanes 3:4). Paulus menulis bahwa upah
dosa adalah maut (Roma 6:23). Rasul Yohanes menulis: Lebih jauh Rasul Yakobus
menambahkan: Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian
dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya (Yakobus 2:10). Dengan kata lain, rasul Yakobus
mengatakan jika kita menuruti 10 perintah/hukum Allah tetapi mengabaikan salah satu
perintah/hukum maka kita bersalah terhadap seluruh hukum itu. Artinya jika kita menuruti 9
hukum Allah yang lain tetapi kita mengabaikan hukum-Nya yang keempat (hukum tentang hari
Sabat) maka kita bersalah terhadap seluruh hukum itu. Demikian juga jika kita menuruti 9
1 Strongs Concordance biasanya mencatat ayat-ayat yang berhubungan dengan
topik yang dibahas
13

hukum termasuk hukum hari Sabat tetapi kita mengabaikan satu hukum-Nya yang lain, misalnya
hukum yang ketujuh (jangan berzinah) maka kita bersalah terhadap seluruh hukum itu. Hanya
umat Kristen yang berpedoman pada Alkitab dan hanya Alkitab (sola scriptura) yang tidak setuju
menyebut hari pertama/Ahad/Minggu sebagai hari Tuhan. Alkitab menegaskan berulang-ulang
bahwa hari Sabat (Sabtu) atau hari ketujuhlah yang disebut hari Tuhan (Keluaran 20:10; Ulangan
5:14; Yesaya 58:13; Matius 12 :8; Markus 2:28; Lukas 6:5).
Jon Paulin, Ph.D, seorang dekan Fakultas Teologi di Loma Linda University dan seorang
spesialis dalam Kajian tulisan-tulisan Rasul Yohanes menjelaskan tentang arti Wahyu 1:10
Apa yang Yohanes maksudkan dengan "Hari Tuhan"? Kapan nabi menerima penglihatannya?
Karena para sarjana melihat teks ini, mereka tidak menemukan pertanyaan yang mudah dijawab.
Mereka menawarkan setidaknya lima pilihan yang masuk akal. Pertama adalah hari yang kita
sebut Sabtu. Sabtu adalah hari ketujuh dalam seminggu pada kalender Ibrani, yang dikenal orang
Yahudi sebagai hari Sabat. Alkitab sering mengacu pada Sabat sebagai. "hari Tuhan." Dalam
Yesaya 58, Tuhan sendiri berbicara tentang hari Sabat sebagai "hari-Ku yang kudus." Dan dalam
Markus 2:27, 28 Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas Hari Sabat Jadi pilihan
pendapat Alkitab yang kuat bagi pemahaman Yohanes adalah bahwa ia menyinggung teks-teks
sebelumnya untuk mengidentifikasi hari Sabat sebagai hari di mana penglihatan itu datang.
Karena ia menunjukkan banyak kepentingan dalam perintah Sabat dalam pasal 14, saya yakin ini
adalah pilihan terbaik.
Pilihan kedua adalah hari sekarang bernama Minggu. Tulisan Kristen dari abad kedua (sedekat
35-40 tahun setelah kitab Wahyu) jelas menggunakan istilah "Hari Tuhan" sebagai kiasan untuk
hari Minggu. Ide yang dikembangkan dalam kaitannya dengan kenyataan bahwa Yesus bangkit
dari antara orang mati pada hari pertama minggu itu (Minggu kami), jadi "Hari Tuhan" yang bisa
menyinggung itu. Tapi kita tidak punya bukti bahwa umat Kristen pada abad pertama
memelihara hari Minggu.. (Paulien 2007, hlm 25) .Pilihan yang sisa tidak ditulis di sini karena
tidak berkaitan dengan topic yang seang dibahas.
Jadi, sekarang kita memiliki bukti yang positif bahwa kesucian hari Minggu, tidak mendapat
tempat dan teladan dan pengajaranYesus, dan tidak pernah menjadi sebagian dari iman yang
disampaikan kepada orang yang kudus (Yudas 1:3). Kebiasaan untuk memelihara hari Minggu
itu telah dibuktikan tanpa dasar akitabiah. Satu-satunya dasar yang dimiliki untuk pemeliharaan
hari Minggu itu adalah TRADISI, yang nama lainnya adalah hukum manusia (Matius 15: 6,
9). Kesimpulan ini akan menjadi goncangan besar bagi bebarapa orang pemelihara hari Minggu
yang sadar. Bagaimana kita menghubungkan diri kita dengan situasi yang menantang seperti ini?
Ada dua jalan terbuka bagi kita:
Matius 12:30 Siapa yang tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa yang tidak
mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Posisi yang paling aman bagi kita adalah
berdiri di tempat di mana Yesus berdiri dalam masalah ini. Selalu aman untuk mengikuti
kemana saja dipimpin Yesus. Yohanes 8:12: ... barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan
dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.(Breaden 2002, hal 134).
Untuk sekedar menyadarkan kita bahwa nyanyian Kidung Jemaat No 20 dan 21 bertentangan
dengan 10 Hukum Allah dalam Alkitab. Lirik lagu Kidung Jemaat (KJ) No 20 tertulis bahwa hari
14

Minggu adalah hari Tuhanku (ayat 1) dan hari Minggu adalah hari istrahat (ayat2) sedangkan
hanya hari Sabat yang disebut sebagai hari Tuhan dan hari istrahat menurut Alkitab. Kita harus
lebih mempercayai isi Alkitab daripada lirik lagu tersebut.

Gambar: Hasil Scan Lagu KJ No 20

15

Gambar: Hasil Scan Lagu KJ No 21


Demikian juga dengan lagu KJ No 21. Pada ayat pertama tertulis hari istrahat dan ayat kedua
tersirat bahwa hari Ahad adalah hari istrahat padahal menurut Alkitab, hari Ahad atau hari
pertama bukanlah hari istrahat. Memang pada hari Ahad Yesus bangkit dari kematian-Nya pada
tahun 31 M tetapi hari kebangkitan-Nya itu tidak pernah dijadikan-Nya menjadi hari istrahat
untuk menggantikan hari Sabat karena akan bertentangan dengan perintah Bapa-Nya. Sama
dengan Roh Kudus, Yesus dan Bapa adalah Allah. Allah tidak mungkin bertentangan dengan diriNya sendiri. Pada ayat 3 tertulis sebagai hari perteduhan dari badai dunia. Hanya hari Sabat
yang menjadi hari perteduhan dari badai dunia. Allah memberikan manusia 6 hari untuk mencari
nafkah tetapi pada hari ketujuh, haruslah menjadi hari perhentian, hari dimana umat manusia
berhenti dari badai dunia. Demikain juga dengan ayat keempat, bangsa Israel, para nabi, Yesus
16

dan murid-murid-Nya berkumpul di kemah Allah (Imamat 23:3) /Bait suci untuk mendengar
Firman Tuhan pada hari Sabat (Likas 4:16) dan bukan pada hari Minggu. Sama dengan lagu KJ
No 20 ayat 2, ayat 5 dari lagu KJ No 21 tidak diragukan lagi merujuk hari Tuhan kepada hari
Minggu, suatu kesalahan fatal dari penulis lagu ini karena karyanya menentang 10 Hukum Allah
khususnya hukum keempat (Keluaran 20:8-11) dan orang yang menyanyikan kedua lagu itu baik
sengaja atau tidak sengaja sedang membantah perintah/firman Allah.
Tapi bukankah hari Sabat diubah menjadi hari Minggu (Ahad) pada saat kematian Yesus
Kristus dan kebangkitan-Nya?
Jawab: Tidak. Sama sekali tak ada ayat yang mengajarkan bahwa hari Sabat diubah pada saat
kematian Yesus Kristus atau kebangkitan-Nya. Yang diajarkan Alkitab justru sebaliknya.
Perhatikan bukti-bukti yang berikut:
A. Tuhan memberkati hari Sabat.
Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya. (Keluaran 20:11). Tuhan
memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya. (Kejadian 2:3).
B. Yesus Kristus mengharapkan umat-Nya akan tetap menguduskan hari Sabat di tahun
70 M, seaktu Kota Yerusalem dihancurkan. Tahu bahwa Yerusalem akan dihancurkan
oleh Roma tahun 70 M, Yesus mengamarkan pengikut-Nya pada waktu itu, dan
berkata, Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim
dingin dan jangan pada hari Sabat. (Matius 24:20).
C. Yesus Kristus membuat jelas bahwa Dia berharap Sabat masih dikuduskan sesudah 40 tahun
setelah kebangkitan-Nya. Malah, tak ada tersirat sedikitpun di Alkitab bahwa Yesus Kristus,
Allah Bapa, dan para murid pernah (pada saat manapun, di bawah situasi apapun) mengubah
Sabat hari ketujuh yang suci ke hari lain.
D. Para wanita yang datang ke kubur Yesus untuk mengurapi mayat-Nya tetap
mengudukan hari Sabat. Yesus Kristus mati pada hari menjelang Sabat, hari
sebelum Sabat (Mrakus 15:37,42) yang sekarang disebut hari Jumat Agung.
Para wanita itu menyiapkan rempah-rempah dan minyak wangi untuk mengurapi mayatNya, tetapi tidak mengurapi mayat tersebut, lalu pada hari Sabat mereka beristirahat
menurut hukum Taurat. (Lukas 23:56). Barulah setelah lewat hari Sabat (Markus 16:1)
para wanita itu pada hari pertama pekan itu (Markus 16:2) melaksanakan rencana mereka.
Mereka mendapati Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama pekan itu (ayat 9) yang
disebut Easter Minggu (Minggu Paskah). Perhatikan bahwa Sabat menurut hukum
Taurat adalah hari sebelum hari Easter Minggu, yang sekarang disebut Sabtu.
E. Salah satu pengikut Yesus Kristus yang bernama Lukas, menulis dua kitab Perjanjian
Baru-Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul. Dia mengatakan bahwa pada bukunya yang
pertama (Injil Lukas) dia sudah menulis tentang segala sesuatu yang diajarkan Yesus
Kristus (Kisah 1:1-3). Tapi dia tidak pernah menulis ibadah hari Minggu atau perubahan
hari Sabat (Buku 07 Hari yang Lenyap dari Catatan Sejarah, hlm 3).

17

10 Hukum Allah termasuk Hukum-Nya yang IV tentang hari Sabat adalah sifat atau tabiat
Allah. Itulah sebabnya maka sifat-sifat 10 Hukum Allah sama dengan sifat-sifat/tabiat
Allah.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Allah itu Baik (Lukas 18:19) dan 10 hukum Allah itu baik (I Timotius 1:18; Roma 7:12)
Allah itu Kudus (Yesaya 5:16;Yesaya 6:3) dan 10 hukum Allah itu kudus (Roma 7:12)
Allah itu suci (I Yoh 3:3) dan 10 Hukum-Nya adalah suci (Mazmur 19:9)
Allah itu Sempurna (Matius 5:48) dan 10 hukum Allah itu sempurna (Mazmur 19:8)
Allah itu Murni (I Yohanes 3:2, 3) dan 10 hukum Allah itu murni (Mazmur 19:8)
Allah itu Adil (Ulangan 32:4) dan 10 hukum Allah itu adil (Mazmur 19:10; Roma 7:12)
Allah itu Benar (Yohanes 3:33) dan 10 hukum Allah itu benar (Mazmur 19:9)
Allah itu Rohani (I Korintus 10:4) dan 10 Hukum Allah itu rohani (Roma 7:14)
Allah itu Kebenaran (Yeremia 23:6; Yohanes 14:6)) dan 10 Hukum Allah itu adalah
kebenaran (Mazmur 119:172)
10) Allah itu Dapat Dipercaya (I Korintus 1:9) dan 10 Hukum Allah itu dapat dipercaya
(Mazmur 119:86)
11) Allah itu kasih (I Yohanes 4:8) dan 10 Hukum-Nya adalah Kasih (Roma 13:10; Matius
22:37-40)
12) Allah itu Tidak berubah (Maleakhi 3:6) dan 10 Hukum-Nya tidak berubah (Matius 5:18)
13) Allah itu Kekal (Kejadian 21:33; Yakobus 1:17) dan 10 hukum-Nya adalah kekal
(Mazmur 119:160; Mazmur 111:7, 8).
Meniadakah 10 Hukum Allah baik seluruhnya atau salah satu saja berartI sama dengan
menghilangkan tabiat atau sifat Tuhan. 10 Hukum Allah akan dipakai Tuhan sebagai standar
penghakiman pada saat Yesus datang menghakimi semua orang di dunia ini (Yakobus 2:1011). 10 Hukum Allah akan menghakimi semua orang termasuk anda (Pengkhotbah
12:13,14).Pastikan diri anda tidak sedang berbuat dosa/melanggar Hukum Allah (sudah
bertobat) pada saat Yesus datang nanti.Karena tidak ada seorang pun tahu kapan Yesus datang
sebagai hakim yang adil, maka ketika anda mendapat pengetahuan tentang 10 hukum Allah
maka anda sebaiknya cepat bertobat.
Paling sedikit, ada 6 cara yang dapat kita gunakan untuk mengetahui hari Sabat adalah hari
ketujuh atau hari Sabtu:
1. Alkitab
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Yesus disalibkan pada hari persiapan (Lukas
23:54). Pengikut-pengikut-Nya yang setia beristirahat pada hari Sabat seperti yang
difirmankan (Lukas 23:55-56) dan Yesus bangkit dari kubur-Nya pada hari pertama
(Lukas 24:1; Markus 16:9). Pada umunya orang Kristen mengakui bahwa Yesus
disalibkan dan mati pada hari persiapan, hari Jumat yang disebut sekarang ini dengan
Jumat Agung dan kemudian beristrahat pada besok harinya dan bangkit pada hari
pertama-Minggu. Jadi hari Sabat adalah hari yang berada diantara hari Jumat dan hari
Minggu, atau hari yang ketujuh-Sabtu (Finley 2008, hlm.51 dan Finley 2010, hlm
27-29)

18

Gambar dari Pinkoski (1998)


2. Bahasa
Lebih dari 140 bahasa dunia, kata hari yang ketujuh adalah Sabat. Bahasa menjadi
satu kesaksian bagi pemeliharaan hari Sabat sepanjang zaman (Finley 2008, hlm.51
dan Finley 2010, hlm 29-30). Lebih jauh, Finley (2009, hlm 80) menyatakan
berbagai bahasa di dunia ini menyebut hari ketujuh/Sabtu sebagai hari Sabat: Rusia,
Ukraina, dan Bulgaria menyebut hari ketujuh itu adalah Sobbota; Arab (As Sabat),
Ibrani (Yom Has-Sabat). Bahasa-bahasa dunia, membuatnya sangat jelas, hari yang
kita sebut Sabtu dalam bahasa Inggris disebut Sabbath atau Saturday.
Dan Inilah nama-nama hari dalam sepekan menurut bahasa Ibrani2
Ibrani
Indonesia

Yom Ahad
Yom Sheni
Yom Sheusih
Yom Reuni
Yom Khamisi
Yom Hashiasisi
Yom Has-Sabat

Minggu/Ahad
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu

2 Bahan KKR Pdt. K.R Sagala di Jemaat Ciampea, Kab. Bogor Mei 2011
19

Kita juga bisa menggunakan alat penerjemah seperti Google Translate untuk
membuktikan bahwa hari Sabat adalah hari ketujuh atau hari Sabtu, seperti yang anda
akan baca di bawah ini.
Bahasa
Bulgaria
Bosnia
Belarusia
Catalan
Corsican
Kroasia
Czech
Belanda
Filipino
Perancis
Galician
Jerman
Yunani
Hungaria
Italia
Makedonia
Melayu
Mallese
Polandia
Portugis
Rumania
Rusia
Serbia
Slovakia
Slovenia
Spanyol
Ukraina
Latin
Georgia
Sudan
Somalia

Hari ketujuh atau Sabtu disebut:

Subota

dissabte
Sabatu
subota
sobota
zaterdag
Sabado
samedi
sbado
Samstag

szombat
sabato

Sabtu
is-Sibt
sobota
sbado
smbt

sobota
sobota
sbado

Sabbatum
Sabati
Saptu
Sabti

20

Berbagai bahasa daerah di Indonesia juga memberi kesaksian bahwa hari Sabtu adalah
hari Sabat atau hari ketujuh dalam pekan/minggu:
Bahasa-Bahasa
Hari Sabtu atau Hari ketujuh disebut:
Daerah
di
Indonesia
Bugis
Esso Sabae (Assureng 20:8-11; Markus 2:28) atau Esso
mapituero (Ibrani 4:9)
Angkola
Ari Sabat (Haruruar 20:8-11; Markus 2:28) atau ari
papituhon (Ibrani 4:9)
Jawa
Dina Sabbat (Pangentasan 20:8-11; Markus 2:28) atau dina
kapitu (Ibrani 4:9)
Karo
Wari Sabat (Keluaren 20:8-11; Markus 2:28) atau wari si
pepituken (Heber 4:9)
Makassar
Allo Pammari-marianga (Kalappasang 20:8-11; Markus
2:29) atau allo makatujua (Ibrani 4:9)
Madura
Are Sabat/Are Sabbada (Kalowaran 20:8-11; Markus
2:28) atau are sekapeng peto (Ibrani 4:9)
Pakpak Dairi
Ari Sabat (II Musa 20:8-11; Markus 2:28) atau ari
pepituken (Heber 4:9)
Simalungun
Ari Sabat (II Musa 20:8-11; Markus 20:8-11)/ ari
Parsaranan (II Musa 16:25) atau Parsaranan Sabat (Heb
4:9)
Sunda
Poe Sabat (Budalan 20:8-11; Markus 2:28) atau Poe nu
katujuh (Ibrani 4:9)
Timor/Dawan
Neno Snasat/neno hitu (Keluaran 20:8-11; Nai Markus
2:28; Ibrani 4:0)
Toraja
Allo Katorroan (Katassuran 20:8; Markus 2:28; Ibrani
4:9) atau allo mapempitu (Katassuran 20:11)
Toba
Ari Sabbat/ari papituhon (II Musa 20:8-11; Markus 2:28;
Heber 4:9)
Sabu
Lodho Pengaha-ihi (Markus 2:28) atau Lodho do kepidu
(Ibrani 4:9)
Mentawai
Gogoi Sabbat (Markus 2:28) atau Gogoi Sikapitunia
(Ibrani 4:9)
Uma
Eo pepuea (Markus 2:28) atau Eo kapitu (Ibrani 4:9)
Serawai
Aghi Sabat (Markus 2:28) atau Aghi ketujua (Ibrani 4:9)
Maanyan
Anrau Sabat (Markus 2:28) atau anrau sa Kapitu (Ibrani
4:9)
Ledo
Eo penonto (i Markus 2:28) atau Eo kapapituna (Ibrani
4:9)
Ot Danum
Ondou Sabat (Markus 2:28) atau Ondou ijo kopihtu (Ibrani
4:9)
Ngaju
Andau Sabat (Markus 2:28) atau Andau kaujue (Ibrani 4:9)
Naica
Sabat (Markus 2:28)
Pamona
Eo Umapo (Nai Markus 2:28) atau Eo kapapitu (Ibrani
21

4:9)
Sumber: Alkitab Elektornik dalam Berbagai Bahasa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Cetakan Pertama. Edisi
Keempat, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008 saya mendapati:
Sabtu
Mingg
u
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat

: artinya hari ketujuh dalam jangka waktu satu minggu (hlm 1197)
: artinya hari pertama dalam jangka waktu satu minggu (hlm 916)
:
:
:
:
:

artinya hari kedua dalam jangka waktu satu minggu (hlm 1273)
artinya hari ketiga dalam jangka waktu satu minggu (hlm 1250)
artinya hari keempat dalam jangka waktu satu minggu (hlm 1127)
artinya hari kelima dalam jangka waktu satu minggu (hlm 613)
artinya hari keenam dalam jangka waktu satu minggu (hlm 592)

Bahkan ketika saya mencari kata sabat pada kamus tersebut saya kemudian
menemukan: Sabat artinya hari ketujuh (hari Tuhan beristirahat sesudah menciptakan
alam semesta menurut kitab Taurat, Sabtu (hlm 1196).
Saya juga mencari nama-nama hari dalam The World Book Encyclopedia dan hasilnya
dapat kita baca di bawah ini:
Sunday is the first day of the week among
Christian peoples (The World Book Encyclopedia.
1992. So-Sz, Volume 18, page 423-424, Library of
Congress Catalog Card Number 90-71848).
Monday is the second day of the week. (The
World Book Encyclopedia. 1992. M, Volume 13,
page 545, Library of Congress Catalog Card
Number 90-71848).
Tuesday is the name of the third day of the
week. (The World Book Encyclopedia. 1992. T,
Volume 19, page 436, Library of Congress Catalog
Card Number 90-71848).
Wednesday is the English name for the fourth
day of the week. (The World Book Encyclopedia.
1992. W, Volume 21, hlm 130, Library of Congress
Catalog Card Number 90-71848).
Thursday is the fifth day of the week. (The World
Book Encyclopedia. 1992. T, Volume 19, hlm 233,
Library of Congress Catalog Card Number 9071848).
Friday is the sixth day of the week (The Worl Book
Encyclopedia. 1992. F, Volume 7, hlm 459, Library
of Congress Catalog Card Number 90-71848).
Saturday is the Sabbath among the Jews and the
Seventh Day Adventist. Most employers give
their workers either a half holiday or a full
holiday on Saturday. (The World Book

22

Minggu adalah hari pertama dalam


pekan diantara orang Kristen.
Senin adalah hari kedua dalam pekan.

Selasa adalah nama hari ketiga dalam


pekan.
Rabu adalah hari keempat dalam pekan.

Kamis adalah hari kelima dalam pekan.

Jumat adalah hari keenam dalam pekan.


Sabtu adalah Sabat menurut orang
Yahudi dan Advent Hari Ketujuh.
Kebanyakan majikan memberi para
pekerja mereka setengah atau satu hari

Encyclopedia. 1992. S-Sn, Volume 17, hlm 99,


Library of Congress Catalog Card Number 9071848).
Sabbath is the rest day of the Jews, it falls on
Saturday, the seventh day of the week. In
Biblical times, the Sabbath was a joyous, holy
day. People stop working, visited the Temple,
and offered extra sacrifices. One of the Ten
Commandments (Exodus 20:8-11) requires
resting on the Sabbath. The World Book
Encyclopedia. 1992. S-Sn, Volume 17, hlm 4,
Library of Congress Catalog Card Number 9071848).

libur penuh pada hari Sabtu.


Sabat adalah hari perhentian Yahudi,
hari itu jatuh pada hari Sabtu, hari
ketujuh dalam pekan. Pada zaman
alkitab, Sabat adalah hari yang penuh
kegirangan dan suci. Orang-orang
berhenti bekerja, mengunjungi tempat
ibadah
dan
memberikan
korban
tambahan. Salah satu dari Sepuluh
Hukum
(Keluaran
20:8-11)
mengharuskan perhentian pada hari
Sabat.

Dalam bahasa Arab, nama-nama hari-nya disebut berdasarkan urutan: satu, dua, tiga,
sampai tujuh, yakni ahad, itsnain, tsalatsah, arbaah, khamsah, sittah, dan sabah.
Khusus untuk hari keenam, dipilih nama yang berbeda yaitu Jumat. Alasannya orang
arab ingin mengingatkan umat Muslim di seluruh dunia bahwa pada Hari Jumat Allah
telah memerintahkan seluruh umat muslim untuk melaksanakan Sholat Sunnat pada
Hari Jumat.
Di Indonesia, nama-nama hari dalam bahaa Arab itu mengalami perubahan sesuai
dengan lidah orang Indonesia dan juga mengikuti apa yang ditangkap oleh
pendengaran (telinga) orang Indonesia. Maka, kitapun mengenal hari Senin, Selasa,
Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu. Akan tetapi anehnya jika kita sebagai orang Indonesia
mengikut penghafalan orang Arab dalam menyebutkan nama hari, lalu kenapa kita
tidak menyebut Ahad pada hari Minggu? Ternyata khusus untuk hari Minggu kita
berpindah
mengikut
orang
Portugis
http://www.dwina.net/2010/12/sejarah-nama-nama-hari-versi-bangsa.html (diakses 6
November 2011).
3. Astronomi
Para ahli astronomi yang terkemuka di dunia menyatakan bahwa siklus mingguan
tidak pernah berubah. Pusat-pusat astronomi seperti Royal Naval Observatorium di
Amerika Serikat dan The Royal Greenwich Observatory di Inggris menegaskan bahwa
siklus mingguan itu bersifat tetap. .(Finley 2008, hlm 51).
4. Sejarah
Orang-orang Yahudi adalah pemelihara hari Sabat yang tepat sepanjang masa. Selama
lebih 4000 tahun mereka telah memelihara hari Sabtu sebagai hari Sabat yang benar.
( Finley 2008, hlm 51). Selain itu umat Kristen Tewahedo Ortodoks Ethiopia di
Afrika masih tetap melestarikan pemeliharaan hari Sabat sejak abad
pertama. Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia (dalam bahasa
Amarik:Yityop'ya ortodoks twahedo btkrestyan) adalah Gereja
Ortodoks di Ethiopia yang merupakan bagian dari Gereja Ortodox Koptik
sampai tahun 1959, ketika gereja ini mendapat usukupnya sendiri. Gereja
Tewahedo Ortodoks Etiopia adalah gereja yang sejak abad pertama
memelihara hari ketujuh yang sering kita sebut hari Sabat atau hari Sabtu.
(id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Tewahedo_Ortodoks_Ethiopia,
diakses
13 Februari 2012).

5. Kalender Modern
23

Kalau
kalender
zaman
dulu
hari
Minggu
posisinya selalu di ujung kiri dan Sabtu di ujung kanan, menandakan hari ke-1 itu
Minggu dan ke-7 itu Sabtu. Tapi kalender akhir zaman ini kelihatannya sudah mulai
berusaha mengaburkan kebenaran dengan meletakkan hari Senin di kiri dan Minggu di
kanan. Orang yang membuat kalender dengan menjadikan hari Senin sebagai hari
pertama dan hari Minggu sebagai hari ketujuh bertentangan dengan isi alkitab, bahkan
telah menyangkal Allah sebagai pencipta dunia ini. Meski demikian, masih banyak
kalender modern yang selalu memulai penanggalannya dengan hari Ahad/Minggu
(hari pertama) pada sisi sebelah kiri dan mengakhirinya dengan Sabtu (hari ketujuh)
pada sisi sebelah kanan tiap-tiap pekan.
6. Alquran (Qs Al Baqarah ayat 65,66; Qs An Nisa ayat 47 dan 154; Qs Al Araf ayat 163
dan Qs An Nahl ayat 124)
Apakah hari Sabat Tuhan yang asli yang ditulis dalam Alkitab sudah hilang?
Jawab:
Apabila tuntutan hari Sabat Alkitab itu dikemukakan sekarang ini, akan timbul
suatu sanggahan yang umum, yaitu: Siapa yang tahu hari yang mana
sebenarnya hari Sabat itu? Sabat yang asli itu sudah hilang jejaknya.
Untuk menyokong sanggahan ini mereka mengemukakan bahwa ribuan tahun telah
lewat sejak zaman Alkitab, dan di antara perpindahan penduduk, peperangan, revolusi,
dan perubahan adat istiadat dan kalender, susunan hari-hari dalam minggu sudah pasti
mengalami kekacauan. Jadi sanggahan ini diulangi lagi. Tidak ada seorang pun
yang tahu hari mana hari Sabat itu, mungkin hari Rabu atau mungkin juga hari
lain!
Sekarang, kekuatan apa yang ada di balik sanggahan itu? Apakah hari Sabat yang
asli itu sudah hilang dan tak dapat dikembalikan lagi? Apakah semua manusia
yang sudah beradab itu menjadi bingung mengenai susunan hari-hari dalam minggu
itu? Apakah perubahan dalam penanggalan itu telah menghilangkan Sabat minggu
penciptaan itu sehingga menjadi barang langka yang tak dapat dicari lagi?
Jawabannya ialah Tidak. Sesungguhnya tidak ada warisan yang lebih lengkap dari
zaman dahulu dan yang lebih utuh dari minggu tujuh hari itu. Tidak ada fakta dari
zaman yang sudah lalu atau zaman sekarang ini yang lebih pasti dari urutan
hari-hari dalam minggu itu
Para ilmuwan, ahli perbintangan, sejarahwan dan para gerejawan bersatu dan
sependapat bahwa demikianlah halnya. Ada tiga kenyataan atau bukti-bukti yang
sudah diteliti dengan seksama dan diakui kebenarannya yang bisa menunjang
kepastian ini. Ketiganya adalah (1) Alkitab, (2) Sejarah Kalender, dan (3) Ilmu
perbintangan.
Ada tiga titik periksa yang penting artinya yang membuat kita dapat menentukan
urutan hari dalam seminggu dan posisi hari ketujuh dalam minggu itu.
Titik periksa No. 1Pemberian Manna (Keluaran 16:4-35)
Semenjak zaman penciptaan pada waktu Allah mengasingkan hari yang ketujuh
sebagai hari Sabat mingguan, para bapa telah mencatat dengan teliti hari, bulan, dan
tahun/contohnya, catatan nabi Nuh dan Air Bah, Kejadian 7:11,12,24; 8:4,5, dsb).
24

Tetapi jika manusia bingung dan lalai, Allah tidak akan melupakannya, dan pada
zaman Musa, Ia menjauhkan semua dasar kebingungan atau kebimbangan dengan cara
mujizat yang dramatis, secara umum, dan jangka lama. Pemberian manna itu berlaku
dengan konsisten, dengan pola rangkap tiga dalam waktu empat puluh tahun.
Pertama, manna turun dua kali lipat banyaknya pada hari keenam (Jumat). Kedua,
tidak turun manna pada hari ketujuh (Sabtu). Ketiga, manna porsi kedua yang
disisakan pada hari keenam masih segar dan manis pada hari Sabat (Sabtu).
Jelaslah bagi Musa dan umat Israel bahwa tidak perlu menghitung-hitung yang mana
hari Sabat. Allah sendiri menyatakan secara sah dan tanpa kesalahan yang mana
hari Sabat itu dengan mujizat rangkap tiga yang sangat jelas dan terulang terus
selama lebih dari 2000 kali dalam kurun waktu empat dekade. Orang yang bimbang
sekalipun tidak akan minta bukti bagi yang lebih baik dari itu.
Titik Periksa No. 2Kebiasaan Kristus dan Rasul-rasulnya (Lukas 4:16; 23:5456)
Pada zaman antara pemberian manna dan zaman Kristus, bangsa Yahudi menggunakan
satu jenis kalender dan mencatat waktu secara teliti. Namun, walaupun manusia
kehilangan hari Sabat itu, Allah tidak bingung.
Kebiasaan Yesus untuk memelihara hari Sabat (lihat kata-kata menurut kebiasaanNya dalam Lukas 4:16) membuktikan bahwa bangsa Yahudi tidak kehilangan jejak
hari Sabat sampai pada zaman Tuhan Yesus, karena Ia memelihara hari hari yang
dipelihara bangsa Yahudi sebagai hari Sabat. Rasul-rasul itu juga menghormati hari
ketujuh sebagaimana bangsa Yahudi memeliharanya, yaitu hari Sabat sesuai dengan
hukum Taurat (Lukas 23:56)
Jika seandainya bangsa Yahudi salah dalam perhitungan hari Sabat itu, sudah tentu
Yesus akan meralat hal itu.
Menurut titik periksa No. 2 ini, kedudukan hari ketujuh tidak ditinggalkan dalam kabut
kebingungan. Karena selama kurun waktu tiga puluh tahun, hari ketuju itu
dinyatakan lagi, tetapi bukan dengan mujizat yang umum seperti pemberian manna
melainkan dengan kebiasaan mingguan Tuhan hari Sabat itu sendiri. (Markus 2:27,
28).
Titik periksa No. 3Pemeliharaan dan perayaan hari Raya Paskah.
Tidak mungkin hari ketujuh itu bisa hilang dalam kurun waktu 2000 tahun yaitu sejak
zaman Kristus hingga sekarang ini, karena beberapa alasan sebagai berikut:
1) Pemeliharaan hari Raya Paskah secara modern di seluruh dunia dewasa ini,
yang memperingati hari penyaliban Kristus pada hari Jumat Agung.
Perhentian-Nya di dalam kubur pada hari Sabtu Paskah. Perayaan hari-hari
raya Paskah ini oleh umum pada zaman sekarang ini adalah suatu fakta
yang membuktikan bahwa hari ketujuh yang benar tidak pernah hilang
jejak selama zaman Kristiani.
Tiga bukti berikutnya memberi dukungan atas kesaksian hari Paskah:
2) Tiga kalender yang selaras telah dipakai secara berdampingan hampir sepanjang
zaman Kekristenan. Ketiga kelender tersebut adalah kalender Yahudi, Kalender
Kristiani (Masehi) dan kalender Islam (Hijriah). Walaupun ada perbedaan dalam

25

beberapa hal, ketiga-tiganya sesuai mengenai urutan hari-hari dalam minggu


itu. Hari Sabtu dalam ketiga kalender tersebut sama dengan hari ketujuh.
3) Tidak pernah ada perubahan kalender yang mempengaruhi urutan hari-hari dalam
seminggu. Contohnya, perubahan kalender dalam era Kristiani dari gaya lama
(Kalennder Yulian ke gaya baru (Kalender Gregorian) yang digunakan di
beberapa negara Eropa pada tahun 1582 dan di England pada 1752 memerlukan
penyesuaian yang agak lama dengan cara megurangi beberapa tanggal dalam satu
bulan. Tetapi panyesuaian itu hanya mempengaruhi tanggal dari bulan itu tetapi
bukan hari-hari dari minggu itu. Ada satu bulan yang diperpendek tetapi tidak
menganggu urutan atau nama-nama hari dari minggu itu.

Sumber: godkind.org (diakses 10 Maret 2012)


4) Bukti terakhir untuk menghilangkan bayangan keragu-raguan ialah ilmu
perbintangan. Jika seorang ahli perbintangan dikurung selama enam hari dalam
sebuah gua di bawah tanah tanpa jam dan kalender atau alat apapun sehingga ia
hilang jejak perhitungan hari, hanya dalam beberapa jam di dalam sebuah
teropong bintang akan menyanggupkan dia untuk mengetahui dengan tepat
hari apa yang sebenarnya waktu ia keluar dari gua itu. Dengan ilmu
pengetahuannya, walaupun tidak ada kalender tercetak di hadapannya, ia bisa saja
mengetahui waktu dan penanggalan dengan memeriksa posisi dan gerakan
bintang-bintang di langit.
26

Kesimpulan
Jika seseorang tinggal di pengasingan tanpa kalenderapakah ia seorang Yahudi, Islam, atau
Kristenmungkin saja ia bisa kehilangan jejak satu hari atau mungkin beberapa hari, lalu ia
bingung hari apa gerangan hari ini. Tetapi setelah ia menghubungi temannya atau keluarganya,
mereka akan memberitahu kepadanya kekeliruan penanggalannya dan segera bisa meralat
kekeliruan itu. Perorangan, masyarakat, dan bangsa-bangsa selalu memelihara penanggalan
dengan alat-alat otomatik sehingga tidak memungkinkan untuk kehilangan hari ketujuh atau hari
lain dari minggu itu dalam seluruh dunia pada waktu yang bersamaan.
Catatan tambahan rincian perihal perubahan kalender dari sistem Julian ke Gregorian
(diperkenalkan di berbagai bagian Benua Eropa pada tahun 1582, dan di Inggris pada tahun
1752)
Perubahan kelender inisatu-satunya revisi yang terjadi pada masa Kekristenanterjadi
sebagai berikut. Sebagaimana halnya bagi bangsa Yahudi, bangsa Romawi kuno juga memakai 7
hari dalam sepekan. Kaisar Julius, penguasa tunggal pertama, atau diktator Roma, muncul
dengan rencana pembaruan kalender, pada abad pertama sebelum Kristus (46 SM). Ia
menetapkan satu tahun persis 3651/4 hari, dengan mengumpulkan kelebihan waktu itu
sehingga satu tahun menjadi 366 hari setiap tahun keempat (Kelebihan waktu itu dikumpulkan
karena jangka waktu sesungguhnya bumi mengelilingi matahari itu hanya memerlukan kurang
dari 3651/4 hari). Walau kalender Julian itu lebih lama 11 menit 10 detik, namun hanya dibatasi
sampai masa 12 bulan, dan menentukan nama bulan ketujuh (Juli) dengan namanya sendiri.
Kalender Julian juga tetap memakai tujuh hari sepekan kitab Kejadian. Hanya masalahnya ialah
bahwa sistem ini menambahkan satu hari penuh setiap empat tahun, yang membuat satu tahun itu
menjadi 365 hari, 5 jam, 49 menit, sehingga membuat kelebihan waktu kalender, tetapi
bukan waktu sebenarnya.
Pada abad keenambelas era Kekristenan, kelebihan waktu yang bertambah pada kalender Julian
hingga waktu itu adalah 10 hari lebih maju daripada waktu sesungguhnya, sehingga Paus
Gregory XIII setuju untuk mengambil inisiatif memperbaiki celah (gap) kelebihan waktu itu.
Pada tahun 1582, agar ketidaktepatan kalender seperti sebelumnya jangan terulang lagi, seorang
pakar astronomi Italia membuat satu formula baru, yang akhirnya disetujui oleh Paus Gregory
pada tahun itu juga. Cara ini mengusulkan bahwa setiap seratus tahun atau tahun keseratus
(1800, 1900, 2100, dan sebagainya) tidak boleh dihitung sebagai tahun kabisat, kecuali
setiap tahun keempat ratus, dimulai dari tahun 2000. Formula ini berfungsi untuk menjaga
agar pada akhir setiap masa cocok dengan penanggalan kelender. Jadi perbedaan menit yang ada
pada penanggalan sipil dan yang sebenarnya pada skema Gregorian tidak akan mencapai
menjadi satu hari saja dalam jangka waktu 5000 tahun!
Untuk mengembalikan kelabihan 10 hari kalender tahun sipil sesuai dengan jadwal yang
sebenarnya, sepuluh hari itupun dihilangkan (dianggap tidak ada). Jadi, kalender Julian
bukan diganti tapi disesuaikan sehingga tanggal 5 Oktober dengan sistem lama disesuaikan
menjadi tanggal 15 Oktober. Nama dan jumlah bulan tahun Julian tetap digunakan,
sebagaimana juga susunan biasa akan hari dalam satu pekan. Waktu tanggal 5 Oktober pada
27

sistem lama itu telah menjadi 15 Oktober, namun itu masih persis hari yang sama, yaitu hari
Jumat pada tahun 1582. Jadi tanggalnya yang dirubah bukan harinya. Siklus mingguan
bersejarah iturotasi pergantian ketujuh hari dalam sepekan itutidak mengalami perubahan
apapun oleh penyesuaian yang diadakan oleh Paus Gregory.
(Untuk mengetahui lebih rinci tentang perubahan kalender, bacalah ensikopledi yang terkenal
seperti Ensikopledi Britannica, World Book, Golden Book, Chambers, dan sebagainya, dan juga
kamus besar lainnya). (Breaden 2002, hal 143-146)
Jadi berdasarkan isi Alkitab, kalender, dan

cerita sejarah perubahan kalender maka tidak

diragukan lai bahwa hari ketujuh yang disebut hari Sabat adalah hari Sabtu.
Apakah Hukum Taurat Tuhan dan hukum Taurat Musa adalah satu hal yang sama?
Jawab:
Tidak. Hukum Musa adalah hukum upacara yang bersifat sementara yang berlaku di
zaman Perjanjian Lama. Hukum Musa mengatur keimamatan, kurban-kurban, upacaraupacara, persembahan-persembahan daging kurban dan kurban curahan, dan macammacam lagi, semuanya hanyalah lambang yang menggambarkan Kurban Yesus Kristus di
Golgota. Hukum upacara Musa ini ditambahkan kepada Sepuluh Hukum sampai datang
keturunan yang dimaksud oleh janji itu, dan keturunan itu adalah Yesus Kristus (Galatia
3:16,19). Upacara-upacara dari hukum Musa menunjuk ke masa depan, hari Raya Paskah
(tahun 31 Masehi) dimana Yesus Kristus mati. Sewaktu Dia mati, hukum Musa berakhir,
tapi Sepuluh Hukum (Hukum Tuhan) kokoh untuk seterusnya dan selamanya (Mazmur
111:8). Bahwa hukum Musa dan Sepuluh Hukum Tuhan adalah dua hal yang berbeda
dinyatakan dengan jelas dalam Daniel 9:10,11.
Catatan: Perhatikan bahwa Sepuluh Hukum Tuhan ada sejak ada dosa, bahkan sebelum
ada dosa di alam semesta. Alkitab mengatakan, dimana tidak ada hukum Taurat, di situ
tidak ada juga pelanggaran (dosa). (Roma 4:15). Jadi Sepuluh Hukum Tuhan ada sejak
semula. Manusia melanggar Sepuluh Hukum (berdosa I Yohanes 3:4). Karena dosa
(pelanggaran Hukum Tuhan), hukum Musa diberikan (ditambahkan- Galatia 3:16,19)
sampai Yesus Kristus berubah jadi manusia, datang ke bumi dan mati. Dua jenis hukum
Kristus ada di sini: Sepuluh Hukum Tuhan dan Hukum Upacara Musa.
Taurat
Tuhan/Hukum
Tuhan
Sepuluh Hukum Tuhan
Disebut Hukum Allah (Keluaran
31:18;
I Yohanes 3:4); Taurat
Tuhan (Mazmur 19:8); Perintah
Allah (Matius 15:3; Wahyu 14:12)
atau pengajaran Tuhan (Yesaya
5:24)
Disebut Hukum yang memerdekakan
orang (Yakobus 2:12)
Diucapkan oleh Allah sendiri
(Keluaran 20:1-17; Ulangan 5:22)

Hukum Taurat Musa


(peraturan-peraturan upacara)
Disebut Hukum Musa atau Hukum
Taurat Musa (Kisah Para Rasul 13:39; 15:5;
I Korintus 9:9; Yosua 8:31; Lukas 2:22)

Disebut hukum yang berisi peraturan-peraturan


(Ibrani 9:10)
Diberikan kepada Musa supaya dibacakan
kepada bangsa Israel (Imamat 1:1-3
28

Keluaran 24:3)
Disebut hukum utama Yakobus 2:8 Disebut ketentuan (Efesus 2:15; Kolose
2:14)
Ditulis oleh Tuhan di atas batu Ditulis oleh Musa pada sebuah gulungan kitab
(Keluaran 31:18; 32:16)
Ulangan 31:24-26; 2 Tawarikh 34:15; 35:12
Dimasukkan/ditempatkan di dalam Diletakkan di samping Tabut (ada di luar Tabut
Tabut (ada di dalam Tabut Perjanjian) Perjanjian) (Ulangan 31:26)
(Keluaran 40:20)
Dimaksudkan untuk menyatakan dosa Dimaksudkan untuk menyatakan obat bagi
atau mendefinisikan dosa (sudah ada dosa, ditambahkan sesudah ada dosa
sebelum ada dosa) (Roma 7:7; 3:20; I (Diberikan sesudah manusia berdosa) (Yohanes
Yohanes 3:4,8; Roma 4:15; Roma 1:29; Ibrani 5:1; 8:4; Galatia 3:19)
5:13)
Tidak berat (I Yohanes 5:3)
Mendakwa dan mengancam (berat) (Kolose
2:14)
Menghakimi semua orang (Yakobus Tidak menghukum seorang pun atau tidak
2:10-12; Pengkhotbah 12:13,14)
menghakimi siapa-siapa (Kolose 2:16)
Bersifat Rohani (Roma 7:14)
Bersifat lahiriah (daging) (Ibrani 9:13)
Bersifat manusiawi (Ibrani 7:16)
Membawa
berkat
(kebahagiaan) Mengandung kutuk (Galatia 27:26; Ulangan
(Amsal 29:18;) dan Ketenteraman 28:15-68; 29:20-21; Galatia 3:10)
(Mazmur 119:165)
Sempurna (Mazmur 19:8), suci, benar, Dapat berubah (Ibrani 7:12)
dan baik (Ulangan 5:22; Roma 7:12)
Sama sekali tidak membawa kesempurnaan
(Ibrani 7:18,19)
Tidak mungkin menyempurnakan (Ibrani 10:1)
Kekal atau abadi dibentuk oleh Injil Hanya sementara (berlaku hanya sampai Yesus
(Matius 5:17-19; Roma 3:31; Lukas Kristus mati/dihapuskan di salib) (Kolose 2:14;
16:17; Mazmur 19:8; 111:7,8)
Matius 27:51; Ibrani 8:13; Efesus 2:15)
Sumber: Buku 06 Dipahat di Atas Batu (hlm 8, 9); Shelton dan Quinn 2007, hlm 47 dan Gambar
no 29 dalam Breaden 2002.
Lalu Hukum Taurat apa yang dipakukan di kayu salib itu menurut Paulus dalam Suratnya
kepada jemaat di Kolose dan Efesus?
Finley 2007 memberi kita jawaban yang jelas:
Hukum yang khusus atau persoalan yang dimaksudkan adalah Peraturan. Sepuluh
Perintah Allah adalah kekal, kode etik (peraturan etika) yang tidak dapat diubah. Hukum
itu adalah undang-undang dasar pemerintahan-Nya. Hukum itu secara khusus
menjelaskan bagaimana sepatutnya hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita
dengan sesama manusia. Dalam ayat ini, Paulus merasa prihatin bahwa peraturanperaturan atau urutan-urutan yang diberikan Allah kepada bangsa Israel sebagai satu
tanda yang membayangkan kedatangan Mesias bisa menjadi penghalang dalam
menyelesaikan misi gereja. Peraturan-peraturan seperti peraturan sunat, upacara
29

pembasuhan mangkuk-mangkuk dan bejana-bejana, hari-hari raya tahunan, sistem


korban, secara khusus dijelaskan Allah untuk mempersiapkan pikiran orang Yahudi akan
kedatangan Mesias. Karena salah pengertian akan arti simbol-simbol ini, banyak orang
Yahudi menganggap bahwa simbol itu sendiri memiliki manfaat. Gantinya memusatkan
pikiran kepada arti simbol itu, mereka melihat hanya pelaksanaan upacara secara luar
sebagai satu kesalehan. Akhirnya, peraturan-peraturan ini menjadi penghalang di antara
mereka, orang Yahudi dengan orang kafir yang tidak mau turut ambil bagian dalam
upacara-upacara tersebut.
Ketika Kristus datang, sistem upacara korban yang menjadi bayangan kedatangan-Nya
sudah digenapi. Orang-orang kafir yang terpisah dari Kristus, tidak termasuk warga
bangsa Israel, orang-orang asing kepada perjanjian itu, dibawa dekat melalui darah
Kristus (Efesus 2:12,13). Tembok pemisah (Efesus 2:14,15) atau rangkaian peraturanperaturan
yang diberikan khusus untuk kedatangan Mesias, sudah dirobohkan
(dihancurkan). Kristus sudah datang! Semua acara dan peraturan untuk korban sudah
diarahkan ke kayu salib dan di atas kayu salib, orang Yahudi maupun orang kafir
mendapatkan rahmat dan pengampunan. Dalam Kristus semua manusia mendapat
pengampunan dosa yang sudah lalu dan kuasa untuk hidup dengan benar sekarang ini.
Jadi, apakah yang ditiadakan di kayu salib? Sudah pasti bukan Sepuluh Perintah
Allah yang kekal, abadi, standar moral yang tidak dapat dirubah. Tetapi adalah
hukum-hukum atau peraturan-peraturan upacara korban yang diberikan khusus
kepada orang Yahudi itulah yang ditiadakan. Semua peraturan-peraturan itu
sudah digenapkan dalam diri Yesus Kristus (Finley, 2007 hlm 136-138).
Apakah Kolose 2:14-17 mengajarkan bahwa hari Sabat atau hari ketujuh sudah
dipakukan di kayu salib?
Jawab: Dalam membaca Kolose 2:16-17, anda harus mencari jawabannya di Alkitab yaitu dalam
Imamat 23 agar anda tidak sesat dan tidak banyak orang disesatkan dengan pemahaman anda.
Ada dua jenis hari Sabat dalam Alkitab yaitu Sabat hari ketujuh/Sabtu/Sabat mingguan dan Sabat
tahunan. Hari Sabat dalam Kolose 2:16 bukan merujuk kepada Sabat hari ketujuh/Sabtu/hari
Sabat Tuhan seperti yang anda pahami selama ini tetapi merujuk kepada hari-hari sabat
Yahudi/sabat tahunan.
Dari Kolose 2:16-17, jutaan pendeta dan miliaran umat Kristen menyimpulkan bahwa, bila
seseorang menerima Yesus maka soal makanan, soal minumnan, dan soal hari Sabat tidak perlu
lagi dipermasalahkan, karena Yesus sudah mengakhirinya di kayu salib. Benarkah ayat di atas
(Kolose 2:16-17) mengajarkan atau menyetujui pendapat di atas tadi? Marilah kita teliti
kebenaran yang terkandung di dalam ayat tersebut.
Pertama-tama, kita harus terlebih dahulu menyadari bahwa sebagian anggota jemaat yang mulamula itu (pada zaman rasul Paulus) berasal dari agama kekafiran dan sebagian lagi berasal dari
agama Yahudi. Kebiasaan-kebiasaan peribadatan agama Yahudi adalah merayakan hari-hari raya
mereka dan tujuh dari hari-hari raya Yahudi itu disebut sabat (belum termasuk Sabat hari
ketujuh).

30

Mengapa hari-hari raya itu disebut sabat? Karena hari-hari sabat itu harus diperlakukan
sebagaimana Sabat hari ketujuh (hari Sabat Tuhan/Sabtu) yaitu dengan melakukan pertemuan
kudus dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan berat.
Hari-hari raya itu adalah:
1) Paskah yang jatuh pada 14 Nisan/Abib/bulan pertama setiap tahun, hari raya Paskah
bukan hari sabat karena tidak ada perintah Allah untuk melakukan pertenuan kudus atau
untuk tidak melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:5).
2) Hari raya roti tidak beragi pembukaan/15 bulan Nisan disebut sabat karena mereka harus
mengadakan perteman kudus dan tidak melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:6-7).
3) Hulu Hasil/Buah Sulung yang jatuh pada 16 Abib/Nisan. Hari raya hulu hasil atau buah sulung
bukan sebagai hari sabat karena tidak ada perintah Allah untuk melakukan pertenuan
kudus atau untuk tidak melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:9-12).
4) Hari raya roti tidak beragi penutupan 21 Abib/Nisan disebut sabat karena mereka harus
mengadakan perteman kudus dan tidak melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:6-8).
5) Hari Pentakosta (hari kelimapuluh), yang jatuh pada 6 Sivan (hari keenam bulan ketiga)

disebut sabat karena mereka harus mengadakan perteman kudus dan tidak melakukan
pekerjaan berat (Imamat 23:21).
6)

Hari Meniup Serunai atau Pesta Sangkakala yang jatuh pada 1 Tishri (bulan ketujuh),
disebut sabat karena mereka harus mengadakan perteman kudus dan tidak melakukan
pekerjaan berat (Imamat 23:24).

7) Hari Pendamaian/Grafirat/ Yom Kippur, disebut sabat karena mereka harus mengadakan
perteman kudus dan tidak melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:28).
8) Hari Pondok Daun pembukaan dan penutupan yang masing-masing jatuh pada 15 dan 21
bulan Tishri, disebut sabat karena mereka harus mengadakan perteman kudus dan tidak
melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:35, 36).

Imamat 23:32, ...kamu harus merayakan sabatmu." (sabatmu berarti sabat manusia: Hari
Raya Roti Tidak Beragi Pembukaan, Hari Raya Roti Tidak Beragi
Pembukaan, Hari Pentakosta, Hari Meniup Serunai, Hari Pendamaian,
Hari Pondok daun Pembukaan dan Hari Pondok Daun Penutupan)
Imamat 23:38, belum termasuk hari-hari Sabat TUHAN... (Sabat Tuhan adalah Sabat
hari ketujuh/Sabtu)
Pada setiap hari raya tersebut, mereka membawa persembahan korban, korban sajian, dan korban
curahan. Korban bakaran adalah seekor domba, korban sajian adalah roti, dan sebagai korban
curahan adalah anggur (Imamat 23:13, 17, 19).
Pada waktu Yesus mati di atas kayu salib, semua hari-hari raya tersebut beserta dengan korban
bakaran, korban makanan atau korban sajian yang berbentuk roti, korban minuman atau korban
curahan yang berbentuk anggur, semuanya itu tidak berlaku lagi dan secara otomatis sabat
31

perayaan itupun berakhir pula karena semuanya itu adalah bayangan yang menggambarkan
Yesus, sedang wujudnya adalah Kristus (Kolose 2:17). Dengan kematian-Nya di kayu salib,
Yesus menggenapi semua upacara perayaan tersebut, bersama dengan semua korban makanan
dan minumannya, serta sabat perayaannya sehingga kita tidak merayakannya lagi sekarang
sebagaimana yang dilakukan umat Israel sebelum kematian Yesus.
Umat Tuhan yang berada di Kolose, yang sebagian berasal dari agama Yahudi masih ada yang
mempersoalkan mengenai hari-hari raya tersebut, apakah perlu merayakan ketujuh hari raya
tersebut atau tidak. Tentunya, orang-orang Yahudi yang masih beragama Yahudi (bukan Kristen),
mencela umat-umat Tuhan (orang Yahudi yang telah menjadi Kristen), karena mereka
meninggalkan semua upacara perayaan tersebut. Dan karena masalah itu timbul di jemaat
Kolose, maka rasul Paulus meluruskannya. Mengenai hari sabat, ada sebagian orang yang
mengatakan bahwa itu sudah dihapuskan di kayu salib, saat kematian Yesus. Benar! Memang ada
sabat yang dipakukan di kayu salib, dan itupun sudah dinubuatkan terlebih dahulu oleh nabi
Hosea, dalam Hosea 2:10, Aku akan menghentikan segala kegirangannya, hari rayanya, bulan
barunya dan hari Sabatnya dan segala perayaannya.
Jadi Sabat hari ketujuh (hari Sabat penciptaan) tidak pernah merupakan bayangan-bayangan akan
hal yang akan datang. Bayangan dan wujud dalam Kolose 2:17 terjadi karena dosa dan
menunjukkan ke depan yaitu kelepasan dari dosa. Sabat diciptakan sebelum dosa itu terjadi. Jadi
tidak pernah sebagai bayangan. Hari Sabat Tuhan akan tetap berlaku selama-lamanya sampai
bumi yang baru yang akan Tuhan jadikan setelah bumi yang sekarang berlalu (Yesaya 66:22,23)
Sekarang jelaslah bagi kita bahwa surat rasul Paulus ke jemaat Kolose itu tidak ada hubungannya
dengan makanan dan minuman yang kita makan setiap hari, juga tidak membebaskan orang
untuk memakan segalanya (termasuk binatang yang haram). Demikian juga ayat ini tidak
berbicara tentang hal membebaskan orang untuk tidak menguduskan hari Sabat Tuhan
(Sabtu/hari ketujuh). Pemazmur berkata, Aku suka melakukan kehendak-Mu ya Allahku,
taurat-Mu ada dalam dadaku (Mazmur 40:9).
Mempertahankan pendapat bahwa Kolose 2:16-17 telah meniadakan Sepuluh Hukum Allah
khususnya Hukum-Nya yang keempat tentang hari Sabat berarti membuat Paulus bertentangan
dengan dirinya sendiri (Roma Roma 2:13; 7;12; 3:31) dan membuat dia juga bertentangan
dengan Yesus (Matius 5:17-19).
Karena sabat-sabat bayangan itu adalah bukan Sabat hari ketujuh/Hukum Allah maka Paulus
tetap mengingat dan menguduskan hari Sabat/Sabtu (Kisah 13:14,42,44; 16:13; 17:2; dan 18:4).
Paulus menegaskan bahwa dalam iman kepada Yesus, Hukum Taurat (10 Hukum) justru
ditegakkan dan bukan dibatalkan (Roma 3:31). Ini sejalan dengan pernyataan Yesus bahwa Dia
datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi tetapi menggenapinya
(Matius 5:17-19). Yesus adalah kegenapan dari korban-korban dalam hari-hari raya bangsa
Yahudi.

32

Tanya Jawab Apakah Benar Gereja Katolik Mengubah Sabat (Dikutip dari Silalahi 2008:177-178)

dan

Shelton dan Quinn,2007:103-104


Pertanyaan Kepada Paus Pius XII
Apakah tuduhan itu benar, yang dilancarkan kaum Protestan terhadap Anda sekalian?
Mereka katakan Anda mengubah Sabat Hari Ketujuh menjadi apa yang disebut hari
Sunday umat Kristiani; yang merupakan hari pertama tiap pekan. Kalau memang benar,
kapan Anda mengubahnya, dan atas wewenang siapa?-Hormat saya J. L Day,
Thomaston, Georgia 22 Mei 1954.
Jawaban yang Disetujui Paus Pius XII (telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia)
Mengenai penggantian hari perbaktian dari Hari Sabat Yahudi ke Hari Minggu umat Kristiani,
saya ingin menarik perhatian Anda pada fakta-fakta berikut:
1. Bahwasanya kaum Protestan, yang mendasarkan iman dan agama mereka pada Alkitab
saja, seharusnya kembali memelihara Sabat. Tapi fakta bahwa mereka tidak
melakukannya, sebaliknya malah memelihara Hari Minggu, merendahkan diri mereka di
mata semua orang yang punya akal.
2. Kami orang Katolik tidak menganggap Alkitab sebagai satu-satunya dasar iman. Selain
Alkitab, kami punya gereja (Vatikan) yang hidup sebagai petunjuk untuk membimbing
kami. Gereja ini, didirikan oleh Kristus untuk mengajar dan membimbing manusia
sepanjang hidup mereka, punya hak untuk mengganti hukum-hukum upacara Perjanjian
Lama dan karena itu, kami menerima perubahan hari perbaktian yang dibuat Gereja
(Vatikan) dari Sabat ke Minggu. Kami dengan jujur berkata ya Gereja (Vatikan) telah
membuat perubahan itu, membuat hukum ini, sebagaimana telah membuat banyak
hukum, misalnya Friday Absistence pengekangan diri pada hari Jumat, keimaman yang
tidak menikah, hukum mengenai pernikahan antara Katolik dengan non Katolik,
peraturan mengenai pernikahan dua mempelai Katolik, dan ribuan hukum lainnya.
3. Kami juga utarakan, bahwa dari semua golongan Protestan, Gereja Masehi Advent Hari
Ketujuh adalah satu satunya kelompok yang memilki dasar yang benar (Alkitab) dan
konsisten dengan ajaran-ajaran mereka. Memang selalu lucu bila melihat gereja-gereja
Protestan, di mimbar dan pemerintahan, menuntut perayaan hari Minggu yang sama
sekali tidak ada dasarnya di Alkitab untuk posisi iman ini.-Hormat kami, Peter R.
Tramer. Editor.-

DAFTAR PUSTAKA
Asal Mula Nama Tujuh Hari. (be147rry.wordpress.com/asal-mula-nama-tujuh-hari/ diakses 6
November 2011).
Berkhof, H dan I.H. Enklaar, 2009. Sejarah Gereja. Cetakan 25. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Browning, W.R.F. 2010. Kamus Alkitab (A Dictionary of the Bible). Cetakan ke-5. BPK Gunung
Mulia. Jakarta.
Finley, M. 2008. Belajar Bersama. Buku Saku Referensi Alkitab Lengkap. Indonesian Publishing
House. Bandung.

33

Finley, M. 2009. Ketika Sang Pencipta berkata, Ingatlah. Indonesian Publishing House.
Bandung.
Finley, M. 2010. Hari Yang Hampir Dilupakan. Cetakan Ketujuhbelas. Indonesian Publishing
House. Bandung.
Hari yang Lenyap dari Catatan Sejarah.2004. Amzing Facts Inc. Roseville.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Pusat Bahasa, Cetakan Pertama. Edisi Keempat,
Departemen Pendidikan Nasional. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kuntaraf, K.H.L dan Jonathan Kuntaraf. 2008. Kitab Ajaib. Indonesian Publishing House.
Bandung.
Metcalf, H.E. 2005. Penuntun Dasar untuk Pemahaman Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia.
Jakarta.
Paulien, J. 2007. The Gospel From Petmos. Philipine Publishing House. Manila.
Pinkoski, J. 1988. The Truth About the Sabbath (Kebenaran tentang Hari Sabat). Amazing Facts,
Inc. P.O. Box 1058, Roseville. California.
Sejarah
Nama-Nama
Hari
Versi
Arab
Read
more
at:
http://www.dwina.net/2010/12/sejarah-nama-nama-hari-versibangsa.html Diambil dari tulisan aslinya di http://www.dwina.net/
Shelton, D dan S. Quinn. 2007. Sepuluh Hukum Allah Disingkirkan Dua Kali. Cetakan ke-1.
Telenta Mulia Aksara, Jakarta.
Vierra, D. 2006. Apakah Perawan Maria Hidup atau Mati. Indonesia Publishing House. Bandung.
Silalahi, A. 2008. Hari Perhentian Mengapa Hari Sabtu? Edisi 1. Cetakan Pertama. Telenta
Mulia Aksara, Jakarta.
By

Micha Snoverson Ratu Rihi (Mala)


Facebook: Snover Son

34

Anda mungkin juga menyukai