Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan gigi yang utama di Indonesia, dan tindakan pencegahan
perlu dilakukan untuk mengatasinya. Enamel merupakan lapisan terluar gigi yang penting untuk
melindungi gigi dari karies. Hingga saat ini, fluoride dikenal sebagai salah satu bahan penguat yang
efektif mencegah email dari karies gigi, namun efek samping fluorosis masih menjadi perdebatan
karena dosis yang menyebabkannya tidak dapat diukur. Oleh karena itu, pengembangan bahan penguat
alternatif yang relatif aman dalam upaya pencegahan karies email gigi masih diperlukan. Theobromine,
salah satu dari tiga jenis alkaloid yang terkandung dalam kakao (Theobroma cacao L.) telah dilaporkan
dapat mencegah karies dengan cara meningkatkan resistensi jaringan email gigi. Dua jenis klon lokal
biji kakao Indonesia, Sulawesi 1 (S1) dan Sulawesi 2 (S2), dianalisis karakteristik alkaloidnya dengan
menggunakan HPLC, dan pengaruhnya terhadap kekerasan email gigi ditentukan dengan menggunakan
mesin penguji kekerasan Vickers. Perbedaan nilai angka kekerasan Vickers (VHN) email gigi dianalisis
menggunakan ANOVA satu arah (p<0,05). Konsentrasi dan waktu perendaman yang optimal diperoleh
dengan membandingkan tiga jenis konsentrasi larutan Theobomine (0,1%, 0,05%, dan 0,01%) dan tiga
jenis waktu perendaman (1 jam, 30 menit, dan 15 menit). Nilai VHN tertinggi terdapat pada kelompok
teobromin tunggal 0,1% - 1 jam (p = 0,000). Nilai VHN kelompok campuran alkaloid S1 - 1 jam
menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok buffer (kontrol negatif) (p = 0,028) dan tidak
berbeda bermakna dengan kelompok teobromin tunggal 0,05% - 1 jam (p = 1,000), 0,1% - 30 menit (p =
1,000), 0,1% - 15 menit (p = 1,000) dan kelompok teobromin tunggal 0,01% - 1 jam (p = 0685).
Kandungan alkaloid Sulawesi 1 dengan rasio campuran alkaloid theobromine : teofilin: Kafein, 6 : 1 : 1,
mempengaruhi kekerasan email gigi.
Kata-kata kunci: Alkaloid, biji kakao, karies gigi, email gigi, kekerasan.
PENDAHULUAN
Karies gigi masih menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Persentase karies
gigi mencapai 72,1%, di mana 46,5% di antaranya adalah
karies gigi
karies gigi aktif dan belum dirawat (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2008). Persentase yang tinggi tersebut
menunjukkan pentingnya pencegaha
Permatasari et al. 203
yang dapat menjadi alternatif yang lebih baik dan terjangkau dan fosfat untuk meningkatkan kemampuan remineralisasi air
daripada tindakan rehabilitatif dalam menangani karies gigi di liur ketika terjadi demineralisasi email. Namun, belum ada
Indonesia. bukti klinis yang cukup untuk mendukung mekanisme ini
Penyebab karies gigi adalah bakteri yang ganas, karbohidrat (Cury dan Tenuta, 2009).
yang dapat difermentasi, kualitas air liur, dan kekuatan email Penelitian mengenai pengembangan bahan alami yang
gigi terhadap asam serta waktu. Enamel gigi adalah lapisan memiliki efek anti karies dan relatif aman serta terjangkau
terluar gigi yang melindungi mahkota gigi dari keausan akibat untuk digunakan masih terus dilakukan hingga saat ini. Biji
pengunyahan dan sangat penting dalam melindungi gigi dari kakao (Theobrema cacao L.) mengandung metabolit
asam. Ketahanan enamel terhadap asam dipengaruhi oleh sekunder berupa alkaloid purin turunan Xanthine seperti
komposisi kimiawi enamel gigi, yang berbeda pada setiap theobromine, kafein dan teofilin. Selama beberapa tahun
individu, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hingga saat ini, theobromine telah dieksplorasi untuk
struktur gigi. Proses kerusakan gigi dimulai dengan menemukan manfaatnya bagi kesehatan gigi. Sadeghpour
demineralisasi email yang dipicu oleh peningkatan kadar asam melaporkan bahwa theobromine dalam bubuk cokelat memiliki
dari plak bakteri (Fejerskov dan Kidd, 2008). Enamel adalah efek antikariogenik yang lebih baik daripada fluoride dalam
satu-satunya jaringan gigi yang tidak memiliki kemampuan mengurangi kelarutan email (Sadeghpour, 2007). Kargul dkk.
untuk beregenerasi atau menyembuhkan dirinya sendiri setelah menyatakan bahwa kekerasan email berhubungan dengan
terbentuk sempurna. Hal ini menekankan pentingnya mencegah pertukaran mineral pada permukaan email dan bahwa
demineralisasi email (Robinson et al., 1998). Thebromine 200mg/l memiliki efek positif terhadap
Demineralisasi email tidak terjadi tanpa henti karena secara remineralisasi email (Kargul dkk., 2010). Hasil ini didukung
fisiologis, proses remineralisasi akan mengikuti. Sumber oleh penelitian yang dilakukan oleh Grace dkk., yang
mineral utama untuk proses remineralisasi email secara alami menyatakan bahwa theobromine merupakan bahan yang dapat
adalah kalsium dan fosfat dari air liur dalam kondisi jenuh mencegah potensi karies gigi karena kemampuannya dalam
(Cury dan Tenuta, 2009). Penelitian mengenai remineralisasi meningkatkan kekerasan email (Grace dkk., 2012). Lebih lanjut
email telah dilakukan selama kurang lebih 100 tahun dan telah Kargul et al. menyatakan bahwa melalui penelitian in vitro,
disarankan sebagai perawatan non-invasif untuk lesi karies gigi efektivitas theobromine terhadap kekerasan email dan proses
fase awal (Reynolds, 2008). remineralisasi setara dengan gel Acidulated Phosphate Fluoride
Dalam 50 tahun terakhir, fluor telah diklaim efektif dalam (APF) dan Casein Phosphopeptide Stabilized Amorphous
mencegah proses karies melalui penghambatan demineralisasi Calcium Phosphate (CCP-ACP) (Kargul et al., 2012).
dan meningkatkan remineralisasi dengan membentuk Indonesia merupakan salah satu produsen biji kakao
fluorapatit dan kalsium fluorida serta menghambat kerja enzim terbesar di dunia. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah
bakteri melalui aktivitas antimikroba (Kirkham dkk., 1994; satu daerah penghasil biji kakao terbesar di Indonesia dalam 10
Torgay dkk., 1994; Pearce dkk., 1995; Cury dan Tenuta, 2009). tahun terakhir (Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2009).
Namun, dosis fluoridasi yang aman dan bahaya fluorosis masih Pulau Sulawesi saat ini memiliki klon kakao lokal yang unggul,
diperdebatkan. Penelitian oleh National Health and Medical yaitu Sulawesi 1 dan Sulawesi 2. Kedua klon ini telah
Research Center di Melbourne dan The International Society menunjukkan kualitas adaptasi yang baik terhadap kondisi
for Fluoride Research menyimpulkan bahwa penelitian lebih agroklimat Sulawesi dan telah dibudidayakan secara luas di
lanjut perlu dilakukan terhadap penggunaan fluoride dalam daerah- daerah sentra produksi kakao di Pulau Sulawesi (Pusat
proses fluoridasi (National Health and Medical Research Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2007). Kualitas biji
Center di Melbourne, 1999; The International Society for kakao dipengaruhi oleh dua senyawa penting yang dihasilkan
Fluoride Research, 2000). Konsensus terbaru menyatakan dari metabolit sekunder yang terkandung di dalam biji kakao,
bahwa fluoride tidak lagi digunakan secara sistemik melainkan yaitu polifenol dan alkaloid (Bravo, 1998; Wollgast dan
digunakan secara lokal melalui aplikasi langsung pada gigi Anklam, 2000). Dengan ketersediaan biji kakao yang melimpah
(Cury dan Tenuta, 2008). Selain fluoride, saat ini ada tiga di Indonesia, penting untuk memanfaatkan manfaatnya secara
bahan lain untuk remineralisasi, yaitu kalsium fosfat amorf luas di bidang kedokteran, khususnya kesehatan gigi.
yang distabilkan dengan kasein fosfopeptida (CPP- ACP), Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik
kalsium fosfat amorf yang tidak distabilkan (ACP), dan kaca kandungan alkaloid dan manfaat klon biji kakao dari Indonesia,
bioaktif yang mengandung kalsium natrium fosfosilikat. Ketiga Sulawesi 1 dan Sulawesi 2, terhadap kekerasan email gigi.
bahan ini mengandalkan kalsium Sebagai bagian dari program
Penulis setuju bahwa artikel ini tetap memiliki akses terbuka secara permanen di bawah ketentuan Lisensi Atribusi Creative
Commons 4.0 Lisensi Internasional
204 J. Med. Penelitian
Tanaman.
Gigi premolar manusia bebas karies yang baru saja diekstraksi dipotong
pengembangan penelitian lintas disiplin ilmu terutama biologi menggunakan cakram karborundum dengan kecepatan rendah, untuk
mulut, kimia, dan ilmu material, penelitian ini menetapkan mendapatkan bagian mahkota gigi. Setiap mahkota gigi kemudian
khasiat dan mekanisme kerja ekstrak alkaloid biji kakao dipotong dari arah koronal ke apikal, tepat di tengah- tengah sisi mesial
dan distal hingga diperoleh dua permukaan email, yaitu permukaan bukal
terhadap email gigi, sehingga diperoleh dasar ilmiah dan lingual. Semua mahkota gigi dibersihkan dengan menggunakan 2,5%
penggunaan ekstrak alkaloid biji kakao Indonesia untuk Sodium hipoklorit (NaOCI) dan diikuti dengan alkohol 70% menggunakan
penelitian in vivo dan uji klinis, apabila di masa depan ekstrak alat pembersih ultrasonik (Cole-Palmer 8891), kemudian direndam dalam
tersebut diaplikasikan dalam bidang kedokteran gigi sebagai larutan garam hingga waktu percobaan.
bahan alternatif pencegah karies gigi. Dengan adanya Mahkota yang sudah jadi ditempatkan di dalam resin epoksi. Stiker
ditempelkan pada permukaan email yang paling rata, diletakkan di atas
penelitian ini diharapkan biji kakao dapat dimanfaatkan sebagai bantalan kaca, dan kemudian cetakan cincin ditempatkan sebagai alat
tanaman obat untuk meningkatkan kesehatan gigi dan cetak. Resin epoksi cair yang dicampur dengan katalis segera dituangkan
khususnya dalam mencegah karies gigi. ke dalam cetakan cincin. Setelah mengeras, stiker dan cetakan cincin
dilepas dari resin, lalu permukaan enamel yang tidak tertutup resin siap
diasah dan dipoles dengan mesin gerinda dan poles (Steuers laboPol-21)
BAHAN DAN METODE dengan menggunakan kertas amplas 2000 grit, pasta poles (DiaPro), dan
kain poles. Pengasahan dan pemolesan tidak boleh lebih dari 0,5 mm dari
ketebalan permukaan email. Setelah pemolesan selesai, diperoleh 30
Efek alkaloid biji kakao dievaluasi melalui uji in vitro. Penelitian
permukaan enamel yang cukup lebar, rata, dan siap untuk dianalisis
eksperimental laboratorium in vitro ini terdiri dari uji fitokimia untuk
(Gambar 1).
mendapatkan ekstrak kasar alkaloid serta mengidentifikasi kandungan
alkaloid. Selanjutnya dilakukan simulasi larutan ekstrak alkaloid dari dua
klon biji kakao asal Indonesia, yaitu Sulawesi 1 (S1) dan Sulawesi 2 (S2) Perendaman sampel enamel gigi dalam larutan alkaloid
yang berasal dari Sulawesi Tengah. Efek alkaloid biji kakao dievaluasi
berdasarkan kekerasan email gigi. Serbuk alkaloid diukur menggunakan timbangan analitik (Satorus BS
124S) dan kemudian diencerkan dalam larutan penyangga dengan bantuan
alat ultrasonik (Power sonic 510) selama 10 hingga 60 menit pada suhu
Koleksi biji kakao antara 30 dan 37°C, hingga diperoleh konsentrasi 0,01, 0,05, dan 0, 1%
dalam konsentrasi theobromine tunggal atau campuran yang sesuai dengan
Biji kakao tersebut diambil dari kebun percobaan Sidondo di Palu, rasio alami larutan alkaloid yang terkandung dalam biji kakao S1 dan S2.
Sulawesi Tengah, antara bulan September hingga November 2013. Kepala Delapan macam larutan yang diperoleh, yaitu larutan Buffer (B
kebun percobaan Sidondo memastikan jenisnya, di mana nomor spesimen - 0); teobromin tunggal 1000 mg/L (T - 0,1%), 500 mg/L (T -
KW162 diidentifikasi sebagai klon Sulawesi 1 (S1) dan nomor spesimen 0,05%) dan 100 mg / L (T - 0,01%); teofilin tunggal 1000 mg / L (TF
KW163 diidentifikasi sebagai klon Sulawesi 2 (S2). Biji kakao diekstraksi - 0,1%); kafein tunggal 1000 mg / L (C - 0,1%); Alkaloid campuran
dari buah kakao yang sudah matang, kemudian empulur yang menempel dengan rasio alami S1 (T: TF: C = 6: 1: 1) dan rasio alami S2 (T: TF: C =
pada biji dibuang. Biji kakao dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4: 1: 1).
6 sampai 7 hari. Setelah kering, cangkang yang menempel pada biji kakao Selanjutnya, spesimen enamel gigi dibagi secara acak
dibuang. Biji kakao kemudian digiling dengan menggunakan penggiling
kering (Phillips HR-2071).
Permatasari et al. 205
Tabel 1. Analisis HPLC ekstrak alkaloid biji kakao S1 dan S2 dalam bentuk rasio alamiahnya.
Tabel 2. Nilai kekerasan email gigi (VHN) setelah semua spesimen direndam dalam larutan uji coba beberapa dosis sesuai
dengan durasi perendaman, n = 3.
demineralisasi enamel gigi adalah tindakan yang paling penting yang digunakan dalam
dalam upaya menghindari karies gigi.
Penelitian mengenai manfaat tanaman kakao juga
menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat di seluruh
dunia untuk mengkonsumsi produk makanan yang lebih aman
dan sehat. Dengan slogan "back to nature", Indonesia sebagai
negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya dan
keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil
serta penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia berpeluang
untuk ikut serta dalam pengembangan tanaman obat,
khususnya pengembangan kakao sebagai tanaman obat yang
sangat bermanfaat. Indonesia kaya akan keanekaragaman
hayati dan senyawa kimia organik hasil proses metabolisme
yang terkandung di dalamnya baik dalam bentuk metabolit
primer seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang digunakan
oleh tanaman untuk tumbuh, maupun dalam bentuk metabolit
sekunder seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid, dan
alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa
kimia organik yang umumnya memiliki kemampuan
bioaktivitas dan disintesis oleh suatu organisme tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya tetapi juga untuk
mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan
organisme lain dalam suatu ekosistem. Metabolit sekunder
yang terdapat dalam tanaman obat dapat dimanfaatkan sebagai
bahan yang bermanfaat bagi manusia (Departemen Pertanian
Republik Indonesia, 2007).
Indonesia memiliki berbagai macam tanaman obat yang
mengandung senyawa alkaloid yang bermanfaat, termasuk
yang terkandung dalam dua klon kakao dari Sulawesi Tengah.
Saat ini, Sulawesi memiliki klon kakao sendiri, yaitu Sulawesi
1 dan Sulawesi 2. Keduanya merupakan klon kakao lokal dan
hibrida hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criollo.
Kedua jenis klon kakao ini telah dikenal dan digunakan oleh
para petani kakao selama lebih dari 30 tahun di Sulawesi
Tengah, Selatan, Tenggara dan Barat. Provinsi Sulawesi
Tengah merupakan salah satu daerah penghasil kakao terbesar
di Indonesia dalam 10 tahun terakhir (Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia, 2007).
Ketahanan tanaman kakao terhadap hama antara lain
dipengaruhi oleh kandungan metabolit sekunder, khususnya
alkaloid yang terdapat di dalam tanaman kakao. Theobromine,
salah satu senyawa alkaloid dalam metabolit sekunder yang
terkandung dalam biji kakao selain kafein dan teofilin
dilaporkan memiliki kemampuan untuk menguatkan email gigi
meskipun kandungannya terdapat pada produk olahan cokelat
yang telah dicampur dengan gula sehingga kontradiktif dengan
kemampuannya untuk menguatkan email gigi. Manfaat bahan
alami, seperti halnya cokelat, merupakan topik yang banyak
dibahas dan telah menjadi target dari banyak penelitian.
Pada penelitian ini, alkaloid diaplikasikan secara langsung
pada enamel gigi premolar yang bebas dari karies dan
diekstraksi untuk keperluan perawatan ortodontik. Dengan
melakukan hal ini, diharapkan efektivitas senyawa alkaloid
dalam memperkuat email gigi dapat dianalisis. Variasi
konsentrasi theobromine
dalam penelitian ini adalah 1000 mg/L (0,1%), 500 Permatasari et al. 207
mg/L (0,05%), dan 100 mg/L (0,01%) dalam konsentrat
theobromine tunggal dan campuran yang disesuaikan
dengan rasio alami campuran alkaloid theobromine, teofilin,
dan kafein yang terkandung di dalam biji kakao S1 (6:1:1)
dan S2 (4:1:1).
Alkaloid dilarutkan dalam larutan buffer karbonat dengan
pH 10, 0,1 M, dan 100 ml aquadest. Di antara beberapa
jenis buffer, ditemukan bahwa buffer karbonat dengan pH
10 adalah yang paling efektif untuk melarutkan alkaloid.
Waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan alkaloid adalah
antara 30 dan 60 menit. Variasi dosis pada kenyataannya
masih dapat dikalikan antara kisaran 100 hingga 1000
mg/L. Pada konsentrasi di atas 1000 mg/L, buffer karbonat
tidak dapat lagi melarutkan alkaloid dengan sempurna
(tidak ada endapan). Durasi perendaman yang berbeda juga
masih dapat diperbanyak antara kisaran
15 hingga 60 menit, yang mengarah pada penggunaan
alkaloid sebagai bahan untuk dioleskan secara topikal oleh
para profesional gigi sebagai tindakan pencegahan karies
gigi.
Kekerasan email gigi dapat dianalisis dengan penguji
kekerasan Vickers. Metode ini dipilih karena sering
digunakan untuk menentukan kekerasan email gigi oleh
banyak peneliti. Semakin tinggi nilai VHN yang dihasilkan,
semakin keras email gigi. Dosis dan lama perendaman juga
berpengaruh terhadap perbedaan nilai VHN. Dosis
theobromine tunggal 0,1% (1000 mg/L) dan 0,05% (500
mg/L) dapat meningkatkan nilai VHN secara signifikan.
Tingkat theobromine 100 mg/L ternyata tidak berdampak
pada kekerasan email gigi. Perendaman email gigi selama
satu jam dapat meningkatkan nilai VHN secara signifikan
dibandingkan dengan perendaman email gigi selama 30 dan
15 menit. Dosis optimal theobromine tunggal adalah 0,1%
(1000 mg/L) dan durasi perendaman optimal adalah 1 jam.
Dosis kafein dan teofilin tunggal yang sama dengan dosis
dan durasi optimal teobromin tunggal 0,1% (1000 mg/L)
selama 1 jam tidak dapat meningkatkan nilai VHN secara
signifikan bahkan cenderung menurunkan nilai VHN. Hal
ini terbukti ketika theobromine dengan dosis dan durasi
optimal y a i t u 0,1% (1000 mg/L) selama 1 jam
dikombinasikan dengan kafein dan teofilin pada simulasi
rasio alkaloid alami kedua klon kakao, kemampuannya
untuk meningkatkan nilai VHN cenderung menurun. Pada
rasio yang terkandung dalam biji kakao klon Sulawesi 1,
yaitu rasio campuran theobromine : teofilin : kafein
= 6 : 1 : 1 = 75% : 12,5% : 12,5%, kemampuannya dalam
meningkatkan nilai VHN tidak mengalami penurunan yang
signifikan dan cenderung memiliki nilai VHN yang tidak
berbeda nyata dengan theobromine tunggal 0,05% (500
mg/L) selama 1 jam
dan 0,1% (1000 mg/L) selama 30 dan 15 menit, serta
memiliki perbedaan yang signifikan dengan buffer.
Sementara itu, pada rasio yang terkandung dalam biji kakao
klon Sulawesi 2, yaitu rasio kelompok campuran
theobromine : teofilin : kafein = 4 : 1 : 1 = 66,67%: 16.67%:
208 J. Med. Penelitian
Tanaman.
Gambar 2. Grafik uji kelarutan larutan alkaloid tunggal dan alkaloid golongan campuran dalam
buffer karbonat dengan pH 10.
Kesimpulan
Konflik kepentingan