Anda di halaman 1dari 7

A.

Studi Kepustakaan

Menurut Suhaenah (2016:14-146), pendidikan nonformal diprioritaskan


kedalam berbagai , antara lain pemberantasan buta akasara, kejar paket
(kesetaraan), pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan berkelanjutan, dan
lain sebagainya. kesetaraan paket C, merupakan rintisan yang dikembangkan
Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal dibawah pembinaan Direktorat
Pendidikan Kesetaraan. Pendidikan nonformal ini ditujukan bagi peserta
didik berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak sekolah, putus
sekolah dan putus lanjutan, serta usia produktif yang ingin meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga masyarakat lain yang
memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya sebagai
dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan
teknologi (Adawiah, 2013:2). Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan
nonformal yang mencakup Paket A setara SD, Paket B setara SMP, Paket
C setara SMA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian warga belajar. pendidikan
kesetaraan paket C diatur dalam Keputusan Mendiknas No. 0132/U/2004.
Sasaran paket C adalah, masyarakat lulusan paket B,siswa/siswi lulusan
SMP/MTs, masyarakat yang telah mengikut pendidikan nonformal yang
disetarakan, serta masyarakat yang telah mengikuti pendidikan formal di
SMA/MA namun mengalami putus sekolah. Masyarakat yang mengikuti
kesetaraan paket C akan diberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
setara dengan kurikulum pendidikan formal dan dipadukan dengan mata
pencaharian sehingga diharapkan dapat memberikan output yang memiliki
kualitas kesadaran pendidikan yang lebih baik sehingga dapat
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau masuk ke dalam
masyarakat dengan kualitas yang lebih baik sehingga mampu bersaing
(Ningsih, 2017:225-226).
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam meningkatkan kualitas serta sumber
daya manusia, oleh karena itu melalui program pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi
tantangan globalisasi ke depan. Pendidikan diselenggarakan melalui jalur
formal, non-formal, dan informal. Ketiga jalur pendidikan itu dilaksanakan
untuk melayani semua warga negara berdasarkan pada prinsip pendidikan
sepanjang hayat menuju terbentuknya manusia Indonesia yang berkualitas dan
sejahtera.
Pendidikan non-formal (PNF) sebagai subsistem pendidikan nasional, dalam
kiprahnya dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan index
pengembangan manusia (Human Development Index), salah satunya yaitu
melalui program pendidikan kesetaraan kejar paket. Pendidikan kesetaraan
meliputi program Kejar Paket A setara SD (6 tahun), Paket B setara SMP (3
tahun), dan Paket C setara SMA (3 tahun). Program ini semula ditujukan bagi
peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah
sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup.
Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan dapat bersifat formal, nonformal
dan informal.
Di Jl. Sambong Asem, Mangkubumi, Kec. Mangkubumi, Kota Tasikmalaya
menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan paket C, hal ini sangat harus
diberi apresiasi positif mengingat masih banyak yang tingkat pendidikan setara
SMP masih rendah. Program ini diselenggarakan pada pusat kegiatan belajar
masyarakat (PKBM) Hendayana sebagai kepala sekolah lembaga pendidikan
nonformal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Program ini sudah
berjalan lama dan dikhususkan bagi masyarakat yang ingin memperoleh
pendidikan kesetaraan paket, hampir pada umumnya masyarakat yang
mengikuti program ini adalah orang yang pada tahun sebelumnya tidak
sempat melanjutkan sekolah karena berbagai masalah yang melatarbelakangi,
sehingga nantinya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dengan jangkauannya begitu sangat dekat berada di lingkungan masyarakat,
maka PKBM sangat memungkinkan untuk aksesibilitas yang lebih tinggi dalam
pelaksanaan program pendidikan kesetaraan program kesetaraan Paket C.
B. Studi Lapangan (pengamatan terhadap obyek, fenomena publik, public
problem)
 pengamatan terhadap objek
beberapa pengamatan yang mungkin dapat dilakukan terhadap objek penyesuaian
sekolah paket di Kota Tasikmalaya:
1. Jumlah dan lokasi sekolah paket: dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah
sekolah paket yang ada di Kota Tasikmalaya dan lokasi geografisnya. Hal ini
dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan akses bagi siswa yang tinggal
di daerah tertentu, serta keberagaman lokasi sekolah paket yang ada.
2. Fasilitas dan sumber daya: dilakukan untuk mengevaluasi fasilitas fisik,
peralatan, dan sumber daya yang tersedia di sekolah paket, seperti ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, atau fasilitas olahraga. Hal ini dapat memberikan
gambaran tentang kondisi fisik sekolah paket dan ketersediaan sumber daya untuk
mendukung pembelajaran siswa.
3. Kondisi siswa: dilakukan untuk mengamati kondisi siswa yang menghadiri
sekolah paket, seperti usia, tingkat pendidikan, latar belakang sosial dan ekonomi,
serta tantangan sosial atau ekonomi yang mungkin dihadapi oleh siswa di sekolah
paket di Kota Tasikmalaya.
4. Kurikulum dan metode pengajaran: dilakukan untuk mengevaluasi kurikulum
yang diterapkan di sekolah paket, termasuk materi pembelajaran, metode
pengajaran, dan pendekatan pendidikan khusus yang digunakan untuk
mengakomodasi kebutuhan siswa yang menghadiri sekolah paket.
5. Keterlibatan dan dukungan masyarakat: dilakukan untuk mengamati tingkat
keterlibatan dan dukungan masyarakat terhadap sekolah paket di Kota
Tasikmalaya, termasuk partisipasi orang tua, kerjasama dengan pemerintah
setempat, serta dukungan dari masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat
dalam menghadapi tantangan dan memperbaiki kualitas pendidikan di sekolah
paket.
6. Prestasi dan hasil belajar siswa: dilakukan untuk mengevaluasi prestasi dan
hasil belajar siswa yang menghadiri sekolah paket di Kota Tasikmalaya, seperti
hasil ujian, nilai rapor, atau pencapaian akademik lainnya. Hal ini dapat
memberikan gambaran tentang efektivitas sistem pendidikan dan penyesuaian
siswa di sekolah paket.
Pengamatan ini dapat menjadi dasar untuk mengidentifikasi masalah, memahami
tantangan, serta mengidentifikasi potensi perbaikan dalam penyesuaian sekolah
paket di Kota Tasikmalaya. Namun, penting untuk melibatkan stakeholder yang
relevan, seperti pemerintah, sekolah, siswa, orang tua, dan masyarakat setempat
dalam memahami secara menyeluruh situasi penyesuaian sekolah paket di Kota
Tasikmalaya dan mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan sekolah
paket.
 Fenomena Publik
Paket Sekolah di Indonesia adalah program pendidikan nonformal yang dirancang
untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang tidak dapat mengikuti
pendidikan formal di tingkat sekolah dasar atau menengah. Program ini dapat
membantu mereka yang telah putus sekolah atau tidak dapat mengikuti
pendidikan formal karena berbagai alasan, seperti keterbatasan finansial atau
faktor-faktor lainnya.
Namun, penyesuaian sekolah paket di Tasikmalaya atau di tempat lain dapat
menjadi fenomena publik jika ada perubahan atau peristiwa yang signifikan yang
terjadi dalam program tersebut. Beberapa kemungkinan fenomena publik yang
dapat terjadi terkait penyesuaian sekolah paket di Tasikmalaya antara lain:
1. Penyesuaian kurikulum: Pemerintah atau lembaga yang bertanggung jawab atas
program sekolah paket di Tasikmalaya mungkin mengubah kurikulum atau materi
pembelajaran yang diajarkan dalam program tersebut. Perubahan ini dapat
menjadi fenomena publik jika mempengaruhi banyak peserta didik atau merubah
pendekatan pendidikan yang telah ada sebelumnya.
2. Penyesuaian biaya atau kebijakan pendaftaran: Jika ada perubahan dalam biaya
atau kebijakan pendaftaran untuk sekolah paket di Tasikmalaya, hal ini juga dapat
menarik perhatian publik. Misalnya, penurunan atau kenaikan biaya pendaftaran
atau perubahan dalam persyaratan pendaftaran, seperti persyaratan usia atau
persyaratan lainnya.
3. Kualitas pembelajaran: Jika ada perubahan dalam kualitas pembelajaran yang
disediakan oleh sekolah paket di Tasikmalaya, baik itu peningkatan atau
penurunan kualitas, hal ini dapat menjadi fenomena publik. Misalnya, jika ada
peningkatan dalam metode pembelajaran, peningkatan fasilitas, atau perubahan
dalam metode evaluasi.
4. Prestasi atau keberhasilan peserta didik: Jika ada peserta didik sekolah paket di
Tasikmalaya yang meraih prestasi atau keberhasilan di tingkat lokal, regional,
atau nasional, hal ini dapat menjadi fenomena publik. Prestasi ini bisa berupa hasil
ujian, kompetisi akademik, atau penghargaan lainnya yang menunjukkan
kesuksesan peserta didik dalam program sekolah paket.
5. Tantangan atau masalah dalam program: Jika ada tantangan atau masalah yang
dihadapi oleh program sekolah paket di Tasikmalaya, seperti kurangnya fasilitas,
sumber daya, atau masalah lain yang mempengaruhi kualitas atau kelancaran
program, hal ini juga dapat menjadi fenomena publik. Dalam hal ini, masyarakat
atau media dapat mengangkat isu-isu terkait dengan penyesuaian sekolah paket di
Tasikmalaya

 Public problem
Masalah publik yang terjadi terkait penyesuaian sekolah paket di Kota
Tasikmalaya dapat melibatkan beberapa isu berikut:
1. Kurangnya fasilitas dan sumber daya: Sekolah paket biasanya merupakan
sekolah yang dibentuk untuk memfasilitasi siswa yang membutuhkan program
pendidikan khusus, seperti siswa yang putus sekolah atau dewasa yang ingin
melanjutkan pendidikan. Namun, sekolah paket sering kali menghadapi tantangan
dalam hal fasilitas dan sumber daya yang terbatas, seperti fasilitas fisik yang tidak
memadai, buku teks yang terbatas, atau peralatan pendukung pembelajaran yang
kurang memadai. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas pendidikan dan proses
penyesuaian siswa di sekolah paket di Kota Tasikmalaya.
2. Stigma dan diskriminasi: Siswa yang menghadiri sekolah paket mungkin
menghadapi stigma atau diskriminasi dari masyarakat atau teman sebaya mereka,
karena dianggap tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Stigma
dan diskriminasi ini dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa dan
meningkatkan tekanan psikologis mereka, yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi penyesuaian mereka di sekolah paket.
3. Keterbatasan kurikulum: Sekolah paket mungkin memiliki kurikulum yang
terbatas dan tidak selengkap kurikulum yang diterapkan di sekolah reguler.
Kurikulum yang terbatas dapat membatasi akses siswa terhadap berbagai materi
pendidikan dan keterampilan yang penting untuk persiapan mereka menghadapi
dunia kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
4. Tantangan sosial dan ekonomi: Siswa yang menghadiri sekolah paket mungkin
menghadapi tantangan sosial dan ekonomi yang berbeda, seperti keterbatasan
ekonomi, kondisi keluarga yang tidak stabil, atau kekerasan dalam rumah tangga.
Tantangan sosial dan ekonomi ini dapat mempengaruhi penyesuaian siswa di
sekolah paket dan kemampuan mereka untuk menghadiri sekolah secara teratur.
5. Kurangnya dukungan dan perhatian: Sekolah paket mungkin menghadapi
tantangan dalam memberikan dukungan dan perhatian yang cukup kepada setiap
siswa, mengingat keterbatasan sumber daya dan jumlah siswa yang mungkin lebih
besar dibandingkan sekolah reguler. Kurangnya dukungan dan perhatian dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa, kualitas pengajaran, dan penyesuaian
mereka di sekolah paket.
6. kebijakan pemerintah : masalah kebijakan pemerintah terkait penyesuaian
sekolah paket di kota tasikmalaya, termasuk kebijakan tentang syarat, prosedur,
dan regulasi terkait pendidikan non-formal, serta dukungan pemerintah dalam hal
pendanaan, pengawasan dan pemantauan terhadap sekolah paket
Untuk mengatasi masalah publik yang terkait dengan penyesuaian sekolah paket
di Kota Tasikmalaya, langkah-langkah yang dapat diambil antara lain
meningkatkan fasilitas dan sumber daya sekolah, mengurangi stigma dan
diskriminasi terhadap siswa sekolah paket, memperluas kurikulum yang
ditawarkan, menyediakan dukungan dan perhatian yang cukup kepada siswa, serta
menggali kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan stakeholder.

Anda mungkin juga menyukai