Anda di halaman 1dari 10

ISLAM DAN

MEDIA DI
ERA POST
TRUTH
Kelompok 11
ANGGOTA KELOMPOK 11

#1 Nawra Illona 2306247950


#2 Faadhillah Freesmartly
2306248070
#3 Muhammad Iqbal 2306248045
Islam dan Media di Era Post Truth
Islam sebagai agama telah dikabarkan oleh Nabi Muhammad
SAW melalui dalil- dalil Naqli baik al-quran maupun hadits. Di
Indonesia, Islam datang setelah adanya Hindu, Budha, Kristen,
Khonghucu dan agama- agama lokal. Oleh sebab itu, Islam
datang ke Indonesia penuh dengan dinamikanya sendiri. Dalam
sejarah Indonesia ada pertemuan harmonis tentang agama-
agama di Indoensia yang dibawa para waliyullah. Namun ada
pula kisah perang yang terjadi dalam sejarah Indonesia.
Kondisi semacam itu tidak bisa dihilangkan dalam histori
Indonesia. Namun kita dapat belajar bahwa agama-agama yang
hadir di Indonesia pun telah berkontribusi pada perkembangan
ilmu pengetahuan dan peradaban umat manusia di Indonesia.
Agama dalam Media era Post Truth
Dalam perkembangan selanjutnya, media pada akhirnya
mendeskripsikan bahwa agama itu adalah saling bermusuhan.
Agama merupakan entitas negatif sebab konservatif, radikal,
ekstremisme, dan penuh kekerasan. Analisis tentang radikalisme,
ekstremisme dan terorisme sering muncul di dasarkan pada
penyebaran berita melalui media. Pemberitaan tentang kejadian
dalam sebuah negara tentang kekerasan perang antar beberapa
kelompok kepentingan politik, ekonomi dan militer tidak jarang
menyebabkan dorongan sitigmatisasi atas kelompok Islam yang
menggunakan kekerasan dalam bermasyarakat. Aksi deradikalisasi
yang menjadi aktivitas paling popular pasca 11 Septemer 2001
merupakan hal yang nyaris tidak dapat dibantah sebagai aksi yang
memperhadapkan Islam dengan kegiatan deradikalisasi di Eropa
dan Amerika (Schmid
2013).

HEADLINE HERE
Berita Media di Indonesia
Terlebih kemudian seakarang terjadi pertarungan antara pembaca muslim atas berita
media dengan pembaca non muslim atas berita-koran yang ada. Beberapa media di
Indonesia pun menjadi bagian dari identifikasi pengikut keagamaan. Bagaimana
Harian Kompas, menjadi identifikasi media Katolik. Suara Pembaruan dan Sinar
Harapan menjadi identifikasi kaum Kristen Protestan. Sedangkan Republika menjadi
identifikasi harian kaum Muslim Indonesia. Ketiga harian ini akhirnya menjadi bagian
yang seakan tidak lepas dari kontestasi wacana keagamaan dan social politik
Indonesia dengan latar belakang keagamaan yang diwakilinya.
Dampak
Dalam ketiga media seakan-akan terdapat penggambaran tentang perlawanan islam atas non
Islam dan diskriminasi atas non Islam. Ketiga media ini dianggap menjadi representasi
pemberitaan tentang kehidupan keagamaan di Indonesia. Harian Kompas dianggap lebih
cenderung memberikan pemberitaan yang banyak berafiliasi dengan Katolik yang ada di
Indonesia. Suara Pembaruan dan Sinar Harapan lebih banyak memberikan wacana dan berita
dunia kekristenan yang ada di Indonesia. Sedangkan Republika lebih banyak memberitakan
kedaaan kehidupan social keagamaan kaum muslim. Bahkan ketiganya kadang dianggap saling
bertabrakan dalam memberikan pemberitaan tentang suatu peristiwa.

Dengan kondisi sosial imajinasi media semacam itu pada lahirnya tidak dapat dihindarkan
adanya dampak negative atas ketiga agama yang ada di Indonesia. Situasi semacam itu
kemudian dikatakan sebagai situasi dimana kebenaran itu bukan karena suatu yang realitas dan
factual, namun kebenaran adalah apa yang terus menerus dikabarkan kepada public sekalipun
hal tersebut sebagai hal yang sifatnya imajinatif
belaka.
Definisi Post Truth
Post-truth adalah suatu yang memiliki hubungan antara sesuatu dengan kebiasaan
yang dianggap sebagai suatu yang objektif, factual sekalipun bukan namun mampu
memengaruhi opini public dengan mengacak- acak emosi dan keyakinan seseorang.
Hal yang diacak-acak adalah soal pikiran atau gagasan masa lalu dengan gagasan
masa kini yang sifatnya sangat temprer (sementara). Tidak peduli apakah hal tersebut
relevan dengan kondisi sebelumnya ataukah tidak, tetapi hal ini diharapkan dapat
mempengaruhi kondisi seseorang untuk menjadi perselisihan.

Media Era Post-Truth


Imajnasi media era post-truth membahayakan keyakinan (personal belief) karena
keyakinannya diacak-acak sehingga membangkitkan kebencian dan persepsi tentang
pihak lain dengan imajinasi yang diterima dari pemberitaan yang diterima melalui
showbiz, media socsial, ataupun reality show. Kondisi semacam itu pada akhirnya
menciptakan Sentimen atas agama-agama yang berbeda dan beragam. Keragaman
dan perbedaan adalah hal yang dianggap membahayakan karena adanya ingatan
masa lampau.
Cara Menanggulangi Permasalahan di Era Post-Truth
1. Literasi media di kalangan muslim Indonesia juga muslim di negara-negara lain.
2. Membuat alternative narasi yang mampumenghadirkan narasi politik dan keagamaan
yang santun, damai dan tidak membenci kelompok etnis atau umat agama mana pun.
3. Hashtag yang mendamaikan dalam beragama dan berpolitik, peduli dan seksama
sehingga mampu memberikan alternatif wacana keagamaan yang rasialis, politik yang
sectarian dan “gila populisme”
Dalil
1. Al-Qur'an - Surah Al-Hajj (22:30): "Itu (Islam) adalah kebenaran dari Tuhanmu; maka
janganlah kamu menjadi dari golongan yang ragu."
2. Al-Qur'an - Surah Al-Baqarah (2:42): "Dan janganlah kamu campur adukkan yang
benar dengan yang salah dan janganlah kamu sembunyikan yang benar, padahal
kamu mengetahui."
3. Hadis Nabi Muhammad SAW: Rasulullah Muhammad SAW sering menekankan
pentingnya berbicara yang benar. Salah satu hadis yang terkenal adalah: "Jujurlah,
karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga."
4. Al-Qur'an - Surah Al-Isra (17:81): "Katakanlah, 'Kebenaran (Al-Qur'an) datang dan
kesalahan (kekafiran) pasti akan lenyap.'"
5. Al-Qur'an - Surah Al-Zumar (39:33): "Dan orang-orang yang membedakan antara
yang benar dengan yang salah itu (akan memperoleh) suatu tempat yang baik."
6. Al-Qur'an - Surah Al-Ahzab (33:70): "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar."
WASSALAMUALIKUM
WARAMATULLAHINWABARA
KATUH

Anda mungkin juga menyukai