Anda di halaman 1dari 2

Nama : Faiz Wafi Athallah Zain

NPM : 2106733673

Program Studi : Teknik Elektro

Mata Kuliah : Agama Islam-27

Resume Pertemuan 12
Pada kuliah Agama Islam kali ini kita membahas mengenai media dan Agama Islam.
Materi dalam pembahasan kali ini secara garis besar menyampaikan bagaimana media asing
arus utama menjelaskan atau menyajikan Islam di Indonesia dan di seluruh dunia. Media di era
sekarang yang orang mengatakan sebagai era post truth adalah era di mana kebenaran itu ada
dimana-mana dan semakin tidak jelas, karena itu menurut saya penting diketahui pertama era
post truth adalah era dimana kebenaran itu bisa didapatkan atau diperoleh atau di sampaikan
oleh mereka orang yang tidak ahli.
Media-media luar negeri, terutama Negara Barat yaitu Amerika, menggambarkan islam
sebagai hantu atau monster yang mengerikan. Menurut Pak Ahmad dan Pak Martin menulis
imagining islam in media bahwa islam sangat dianggap negatif dan tidak diharapkan. Hal ini
terjadi karena tindakan-tindakan imigran yang berasal dari Afrika atau Timur Tengah, seperti
tidak memperpanjang visa, berkelahi, mabuk sehingga gambaran orang islam menjadi buruk.
Oleh karena itu, sebagai muslim diperlukan sikap yang menggambarkan bahwa islam
merupakan agama yang membawa kebaikan untuk alam semesta ini. Tidak hanya itu, islam
dicitrakan bahwa orang islam indentik dengan sifat radikal. Menurut artikel yang ditulis oleh
Bom Garden, Edmund, serta Salim bahwa media-media mainstream menggambarkan islam
sebagai musuh bagi agama-agama lain.
Citra islam di dunia politik digambarkan bahwa bibit-bibit agama dalam dunia politik
memunculkan paham konservatif, ekstrimisme, serta penuh kekerasan sehingga menjadi makin
susah untuk membawa nilai islam rahmatan lil alamin. Hal ini bertentangan dengan pendapat
yang disampaikan oleh Prof. Dr. Sartono Kartodirjo bahwa perlawanan petani-petani di Banten
melawan penjajah digerakkan oleh para tokoh agama. Terlihat bahwa semangat keagamaan
dapat dijadikan semangat untuk melawan penjajahan ataupun melawan rezim tertentu seperti
koloni-koloni yang terdapat di saat era penjajahan. Ben Anderson mengatakan bahwa agama
memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan personal dekat kepada tuhan serta kekuatan untuk
melakukan perlawanan. Menurut Dr. Zuly sekarang kita harus memahami cara berpolitik yang
ada di media terhadap kekuatan-kekuatan agama agar kekuatan agama dapat kembali sebagai
kekuatan kebebasan, kekuatan keadilan, kekuatan membela yang lemah.
Media berita dan media sosial telah menjadi media yang memiliki pengaruh besar
dalam mengkomunikasikan fakta sosial kepada publik. Banyak hoaks yang sering menyebar
dari berita-berita yang dimuat di media yang membangkitkan sentimen keagamaan dan
identitas kelompok besar.

Kita berada di era Post-truth, dan kebenaran ada di mana-mana dan tidak jelas. Definisi
post-truth menunjukkan bahwa ada hubungan antara sesuatu dan kebiasaan yang dianggap
objektif, faktual, maupun yang bukan, namun dapat mempengaruhi opini publik dengan
mengacak-ngacak emosi dan pikiran seseorang yang sifatnya sementara.

Itulah yang kita hadapi sekarang bahwa mudah untuk mempercayai pesan hanya dengan
melihat judulnya. Bahayanya adalah banyak jurnalis yang menggunakan clickbait selama era
ini. Ini sangat negatif dan tidak benar. Tujuan awalnya adalah agar orang tertarik untuk
membaca berita mereka, tetapi yang banyak terjadi, kebanyakan orang hanya membaca judul
kemudian menyimpulkan sebuah berita tersebut tanpa mengetahui isi berita sebenarnya.

Bahkan dalam media dunia politik, agama sering dijadikan sarana untuk memprovokasi umat
dengan akal-akalan media untuk membuat masyarakat emosi. Agama dalam politik juga sering
digunakan hanya demi kepentingan politik kelompok masyarakat tertentu, seperti yang terjadi
di Indonesia.

Karena agama dipolitisasi oleh media dan terus dikaitkan dengan kejelekan yang ada, tidak
heran jika di masa depan banyak orang akan takut pada agama dan akan mengkontraskan satu
agama dengan agama lainnya.

Keterampilan literasi sangat diperlukan saat ini untuk mengetahui bagaimana bersikap kritis di
media sosial. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita belajar lagi tentang bagaimana
menanggapi sebuah berita di media-media yang dipenuhi dengan hoax ini.

Anda mungkin juga menyukai