Anda di halaman 1dari 10

Vol. - No.

- p - ISSN:
e - ISSN:

MELACAK JEJAK WAKTU: SEJARAH STASIUN KERETA API BINJAI


SEBAGAI BUKTI PENINGGALAN ZAMAN KOLONIAL BELANDA

Jones Simamora1 Aminah Safitri2 Rismauli Ritonga3


1
Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Medan
Email: jonessimamora2@gmail.com
2
Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Medan
Email: aminahsafitri05@gmail.com
3
Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Medan
Email: Uli@gmail.com

Abstrak

Stasiun Kereta Api Byinjai adalah salah satu peninggalan sejarah zaman kolonial Belanda yang
masih berfungsi hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sejarah stasiun
kereta api Binjai, mulai dari Sejarah Pembangunan, Arsitektur, Perkembangan dan Penggunaan
Stasiun Kereta Api Binjau di Zaman Sekarang. Metode yang digunakan adalah metode pustaka
yang mengandalkan data – data yang bersumber dari literatur – litertur yang berkaitan dengan
topik penelitian, seperti buku, jurnal dan artikel lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Stasiun Kereta Api Binjai yang dulunya bernama Stasiun Timbang Langkat, dibangun sekitar
tahun 1887. Stasiun Kereta Api Binjai memiliki gaya arsitektur yang khas, yaitu arsitektur Indis,
yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan lokal. Kini, Stasiun Kereta Api Binjai
menjadi Salah Satu Cagar Budaya yang penggunaanya masih aktif hingga sekarag, dengan
fasilitas yang tentunya mengikuiti stasiun modern pada umumnya.

Kata kunci: Stasiun Kereta Api Binjai, Arsitektur Indis, Sejarah Pembangunan, Cagar Budaya,
Zaman Kolonial Belanda

I. PENDAHULUAN Maka didapatlah beberapa Rumusan Masalah


Stasiun Kereta Api Binjai merupakan diantaranya sebagai berikut.
salah satu bangunan cagar budaya yang ada di 1. Bagaimana Sejarah Pembangunan
Kota Binjai, Sumatera Utara. Bangunan ini Stasiun Kereta Api Binjai
memiliki nilai sejarah yang tinggi karena 2. Arsitektur Indis Pada Stasiun Kereta Api
merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda Binjai Sebagai Peninggalan Masa
yang dibangun sekitar tahun 1887. Kolonial Belanda
Stasiun ini dahulu dikenal dengan nama 3. Perkembangan dan Penggunaan Stasiun
Stasiun Timbang Langkat dan menjadi Kereta Api Binjai di Zaman Sekarang
persimpangan jalur kereta api ke Besitang dan
Kuala. Stasiun ini juga menjadi saksi bisu II. TINJAUAN PUSTAKA
perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Stasiun Kereta Api Binjai merupakan
Belanda, Jepang, dan Inggris. Hingga saat ini, salah satu bangunan bersejarah yang
stasiun ini masih berfungsi sebagai sarana menjadi saksi perkembangan
perkebunan, perdagangan, dan
transportasi kereta api antara Medan dan Binjai.
transportasi di Sumatera Utara sejak
zaman kolonial Belanda. Bangunan ini

1
Vol. - No. - p - ISSN:
e - ISSN:

dibangun pada akhir abad ke-19 sebagai untuk mengangkut tembakau dari
bagian dari jalur kereta api Langkat- Binjai ke Medan.
Deli, yang menghubungkan daerah
penghasil tembakau, karet, dan minyak
bumi dengan pelabuhan Belawan.
Bangunan ini memiliki gaya arsitektur
Indis, yang merupakan perpaduan antara
gaya Eropa dan lokal, yang disesuaikan
dengan iklim tropis di Indonesia.
Bangunan ini masih berfungsi sebagai
stasiun kereta api hingga saat ini, dan Gambar 1: Gambar Stasiun Kereta Api Binjai Tempo
menjadi salah satu cagar budaya yang Dulu | Sumber: Tribun Medan
perlu dilestarikan dan dikembangkan
sebagai objek wisata edukasi. Beberapa Stasiun ini hanya melayani
penelitian terdahulu telah membahas kereta api Sri Lelawangsa yang
tentang sejar berhenti di sini. Stasiun ini tidak lagi
melayani kereta api ke Besitang dan
III. METODE PENELITIAN Kuala karena jalur-jalur itu sudah
tidak aktif. Stasiun ini termasuk dalam
Penelitian ini menggunakan metode proyek jalur kereta api Trans-Sumatra
studi pustaka, yaitu metode penelitian yang akan menghubungkan Aceh
yang mengandalkan data-data yang dengan Sumatera Utara.
bersumber dari literatur-literatur yang
berkaitan dengan topik penelitian. Studi 2. Bangunan dan Tata Letak
pustaka bertujuan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan tentang
sejarah stasiun kereta api Binjai sebagai
bukti peninggalan zaman kolonial
Belanda.
Penelitian ini mengumpulkan dan
menganalisis data-data dari berbagai
sumber, seperti buku, jurnal, artikel,
laporan, dan dokumen-dokumen lainnya. Gambar 2: Stasiun Timbang Langkat Generasi Pertama
Penelitian ini juga menggunakan teknik | Sumber: Ensiklopedia Dunia
pengutipan dan referensi yang sesuai Tidak seperti kebanyakan stasiun lain
dengan kaidah ilmiah. Data-data yang di Sumatera Utara yang sudah berganti
diperoleh dari studi pustaka kemudian arsitektur, stasiun ini masih
disintesis dan dikritisi untuk mempertahankan gaya bangunan kolonial
menghasilkan kesimpulan dan saran yang semenjak masa pembangunannya dahulu.
relevan dengan tujuan penelitian. Stasiun ini dahulu memiliki enam jalur
kereta api dengan jalur 1 merupakan
IV. HASIL PENELITIAN DAN sepur lurus, tetapi sekarang hanya tersisa
PEMBAHASAN tiga jalur saja. Di ujung utara stasiun ini
A. Sejarah Pembangunan Stasiun juga masih terdapat sisa menara air dan
Kereta Api Binjai sumurnya, serta corong air untuk
1. Sejarah lokomotif uap di ujung utara dan selatan
Stasiun Binjai adalah stasiun emplasemen stasiun ini. Lebih dahulu
kereta api kelas II di Kota Binjai, lagi, stasiun ini memiliki depo lokomotif
Sumatera Utara. Stasiun ini dibangun yang kini sudah dirobohkan. Pada akhir
oleh Belanda pada tahun 1887-1889 tahun 2020 sistem persinyalan mekanik
di stasiun ini sudah diganti dengan sistem
2
Vol. - No. - p - ISSN:
e - ISSN:

persinyalan elektrik produksi Len kebudayaan berbeda, yaitu kebudayaan


Industri. kolonial Belanda dan kebudayaan lokal
Melayu.
1) Tanggap Terhadap Iklim Tropis
Stasiun Kereta Api Binjai dibangun dengan
beberapa penyesuaian dalam menanggapi
iklim tropis Indonesia. Iklim di Indonesia
berubah sepanjang tahun ditandai dengan
pergantian musim kemarau dan penghujan.
Gambar 3: Stasiun Binjai Generasi Kedua Pada Tahun Kondisi ini memungkinkan terjadinya kontak
1920, dan Tetap Menggunakan Nama Timbang alam dengan fisik Stasiun Kereta Api Binjai.
Langkat Untuk Sementara Waktu | Sumber: Hasil perancangan Stasiun Kereta Api Binjai
Ensiklopedia Dunia
kelihatannya telah menunjukkan bukti bahwa
B. Arsitektur Indis Pada Stasiun Kereta bangunan ini telah direncanakan dengan
Api Binjai Sebagai Peninggalan Masa menanggapi iklim tropis sejak awal hingga
Kolonial Belanda saat ini.
Sebutan arsitektur Indis merupakan wujud Denah pada Stasiun Kereta Api Binjai
dari bangunan kolonial yang memiliki memvisualisasikan bentuk bangunan yang
kekhasan beradaptasi dengan kondisi lokal ramping. Hal ini memungkinkan penggunaan
dan iklim setempat. Menurut Soekiman bukaan yang banyak pada sekeliling
(2000), arsitektur Indis awalnya merupakan bangunan, sehingga memudahkan pergantian
pencampuran antara budaya Belanda (Eropa) udara (cross ventilation) yang sangat
dengan budaya Jawa (lokal) yang terjadi diperlukan iklim tropis basah.
akibat proses akulturasi yang panjang.
Seiring berjalannya waktu, arsitektur Indis
menjadi cerminan gaya hidup yang dianut
oleh sebagian kecil penghuni Nusantara pada
masa kolonial. Arsitektur Indis bagi orang-
orang Belanda merupakan sebuah jawaban
terhadap tantangan alam tropis Nusantara.
Gambar 4: Orientasi Bangunan Stasiun Kereta Api
Sidharta (1997), memperjelas bahwa Binjai | Sumber: Jurnal Koridor
arsitektur Indis sebenarnya berarti arsitektur
yang dibangun selama waktu pemerintahan Selasar pada Stasiun Kereta Api Binjai
kolonial Belanda di Indonesia antara abad 17 dapat berfungsi untuk menghindari tampias air
sampai tahun 1942 yang dipengaruhi oleh hujan dan sinar matahari langsung. Hal ini juga
arsitektur Belanda (Sukawi, 2009:44). didukung dengan denah yang menghadap utara-
Stasiun Kereta Api Binjai yang telah berdiri selatan dengan orientasi tepat terhadap sinar
sejak tahun 1887 merupakan salah satu matahari tropis timur-barat
peninggalan arsitektur kolonial Belanda.
Rentang waktu berdirinya Stasiun Kereta Api
Binjai pada masa pemerintahan Hindia
Belanda dapat digolongkan sebagai arsitektur
Indis. Arsitektur Indis pada bangunan ini
dapat dideskripsikan dari adaptasi dua

3
Vol. - No. - p - ISSN:
e - ISSN:

yang menggunakan dinding sebagai


penopang struktur utama selain sebagai
pembatas ruang. Selain itu penggunaan
konstruksi gable juga terlihat pada bagian
pintu masuk Stasiun Kereta Api Binjai.

Gambar 5: Selasar pada Stasiun Kereta Api Binjai |


Sumber: Jurnal Koridor

2) Danah dan Tampak


Sumbu simetri jelas terlihat pada denah
Stasiun Kereta Api Binjai. Simetri merupakan
Gambar 7: Material Batu Bata yang Digunakan
salah satu konsep arsitektur kolonial yang | Sumber: Jurnal Koridor
cukup banyak diterapkan pada Indische
Empire (Abad 18-19) dan arsitektur transisi Gable dan Tower
(1890-1915) (Hartono & Handinoto, Pada bagian pintu masuk terdapat gable
2006:91). Stasiun Kereta Api Binjai yang yang menjadi ciri dari Stasiun Kereta Api
dibangun pada rentang waktu itu (1887) Binjai. Gable pada bangunan ini terlihat
terlihat mengikuti konsep simetri tersebut. menyatu dengan tower yang menghadap sisi
Jika ditarik garis lurus pada bagian pintu utara dan selatan. Pada bagian tower terdapat
masuk (tengah) bangunan, akan terlihat jendela yang berfungsi untuk memasukkan
sumbu yang menunjukkan penerapan simetri cahaya ke dalam ruang lobby yang ada di
pada Stasiun Kereta Api Binjai. bawahnya. Gable juga terlihat digunakan pada
bagian samping bangunan (sisi timur dan barat).
Penggunaan gable terlihat digunakan pada
arsitektur transisi (Hartono & Handinoto,
2006:91).

Gambar 6: Sumbu Simetri pada Denah dan Tampak


Stasiun Kereta Api Binjai | Sumber: Jurnal
Koridor Gambar 8: Gable dan Tower pada Bagian Pintu
Masuk Stasiun Kereta Api Binjai | Sumber:
3) Bahan Bangunan dan Sistem Kontruksi Jurnal Koridor
Penggunaan bahan bangunan utama
pada Stasiun Kereta Api Binjai berupa batu
bata yang digunakan pada dinding, serta kayu
yang digunakan pada tiang, pintu, jendela,
dan atap. Material batu bata ini sebagian
besar masih dapat terlihat pada bagian atas
ornamen yang melintang disepanjang peron. Gambar 9: Gable pada Bagian Barat Stasiun
Sistem konstruksi berupa dinding pemikul Kereta Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor

4
Vol. - No. - p - ISSN:
e - ISSN:

4) Balustrade
Elemen arsitektur lainnya berupa
penggunaan balustrade yang hanya terlihat
pada selasar depan Stasiun Kereta Api Binjai.
Balustrade ini berfungsi sebagai pembatas
agar tidak terjatuh ke bawah. Balustrade ini
ditopang oleh besi-besi lurus yang
ditancapkan pada lantai dengan motif
setengah lingkaran maupun lingkaran penuh.
Bagian pegangan balustrade terbuat dari
bahan kayu yang telah diukir. Gambar 12: Jendela Double Swing pada Stasiun Kereta
Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor

6) Bovenlicht
Pada bagian atas pintu dan jendela terdapat
bovenlicht yang juga menambah ragam hias
pada Stasiun Kereta Api Binjai. Hampir
keseluruhan bukaan menggunakan bovenlicht
yang berguna mengalirkan udara dan
memasukkan cahaya ke dalam ruangan.
Gambar 10: Balustrade di Selasar Depan Stasiun
Kereta Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor

5) Pintu dan Jendela Double Swing


Keseluruhan pintu dan jendela pada
Stasiun Kereta Api Binjai menggunakan
double swing.

Gambar 13: Bovenlicht pada Pintu dan Jendela Stasiun


Kereta Api Binjai | Sumber: Jurnall Koridor

7) Molding, Hood Molding, Dado, dan Plinth


Pada Gambar 14, 15, 16, dan 17
menjelaskan ornamen pada Stasiun Kereta Api
Binjai banyak menggunakan ornamen
arsitektur kolonial Belanda yang diadopsi dari
perkembangan arsitektur di Eropa. Penggunaan
Gambar 11: Pintu Double Swing pada Stasiun Kereta ornamen banyak terlihat digunakan pada
Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor dinding. Hood molding terlihat menonjol di
atas pintu dan jendela pada Stasiun Kereta Api
Binjai.
Ornamen ini mudah dijumpai pada bagian
atas keseluruhan pintu dan jendela Stasiun
Kereta Api Binjai. Pada bagian lobby stasiun

5
Vol. - No. - p - ISSN:
e - ISSN:

ini terdapat dado yang ditunjukkan pada bagian


bawah dinding (warna abu) yang diperlakukan
berbeda dari bagian atasnya. Selain itu terdapat
plinth di sepanjang dinding peron Stasiun
Kereta Api Binjai.

Gambar 17: Plinth pada Dinding Peron Stasiun Kereta


Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor

8) List Plank
List-plank merupakan bagian penting yang
menyandang identitas bangunan Melayu
(Wahid & Alamsyah, 2013:22). Fungsi dari list-
Gambar 14: Molding pada Dinding Stasiun Kereta plank ini sebagai penutup atap di bagian ujung,
Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor
pengarah angin, dan juga bagian penyangga
atap. Penggunaan list-plank dengan ornamen
lebah gantung pada Stasiun Kereta Api Binjai
hanya terlihat pada atap peron.

Gambar 15: Hood Molding pada Pintu dan Jendela


Stasiun Kereta Api Binjai | Sumber: Jurnal
Koridor
Gambar 18: List-plank pada Atap Peron Stasiun Kereta
Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor

9) Lubang Angin
Penggunaan lubang angin sesuai dengan
arsitektur Melayu yang tanggap terhadap iklim
tropis Indonesia untuk mengalirkan udara dan
memasukkan cahaya ke dalam ruangan. Pada
arsitektur kolonial lubang angin lebih dikenal
dengan bovenlicht. Pada bagian lubang angin
dibuat motif berupa sulur-sulur tanaman yang
Gambar 16: Dado pada Dinding Stasiun Kereta Api juga merupakan ciri dari arsitektur Melayu.
Binjai | Sumber: Jurnal Koridor

6
Vol. - No. - p - ISSN:
e - ISSN:

Bagian atas tiang terlihat menggunakan sistem


gapit.

Gambar 19: Lubang Angin di Atas Pintu Stasiun


Kereta Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor

10) Pintu dan Jendela Jalusi


Jendela dalam kata asli Melayu disebut Gambar 21: Sambungan Kayu pada Tiang Peron Stasiun
Kereta | Sumber: Jurnal Koridor
sebagai tingkap atau kauri. Pintu dan jendela
yang digunakan terbuat dari kayu yang 12) Ornamen
membentuk jalusi berupa sirip miring untuk Gambar 22-23 adalah ragam ornamen yang
mengalirkan udara ke dalam ruangan dan sering digunakan pada arsitektur Melayu adalah
memberikan privasi. motif tumbuhan berupa bentuk sulur, bentuk
Pintu dan jendela pada Stasiun Kereta Api daun, bunga, dan grafis geometris (Wahid &
Binjai keseluruhan dibuka mengarah ke sisi Alamsyah, 2013:23).
luar bangunan. Pada umumnya bukaan yang Salah satu ornamen yang dapat dijumpai
dipasang pada bangunan Melayu memang pada Stasiun Kereta Api Binjai adalah ornamen
terbuka ke arah luar. Bentuk jendela silang yang terbentuk dari bentuk grafis
memanjang ke atas dengan tinggi mencapai 6 geometris. Ornamen ini dapat terlihat pada
kaki dan lebar 1,5 kaki (Wahid & Alamsyah, bagian atas tiang sepanjang peron dan pada
2013:23). jendela tower Stasiun Kereta Api Binjai.

Gambar 22: Ornamen Silang di Atas Tiang Peron Stasiun


Gambar 20: Jendela/Tingkap pada Stasiun Kereta Kereta Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor
Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor

11) Tiang
Tiang merupakan elemen lainnya yang
dapat dikenali dari arsitektur Melayu. Tiang
dominan dijumpai pada peron Stasiun Kereta
Api Binjai. Tiang ini berfungsi untuk
menopang atap di atasnya. Tiang sebagai
bagian yang terpenting dalam konstruksi Gambar 23: Ornamen Silang pada Jendela Tower
Stasiun Kereta Api Binjai | Sumber: Jurnal Koridor
terbuat dari kayu dengan kualitas yang baik.

7
Vol. - No. - p - ISSN:
e - ISSN:

acroterie. Secara keseluruhan arsitektur Indis


pada Stasiun Kereta Api Binjai merupakan
perwujudan harmonis budaya baru dari
pertukaran dua budaya yang berbeda berupa
arsitektur kolonial Belanda, dan arsitektur
lokal Melayu.

C) Perkembangan dan Penggunaan Stasiun


Gambar 24: Ornamen Melayu pada Bagian Selasar
Kereta Api Binjai di Zaman Sekarang
Depan Stasiun Kereta Api Binjai | Sumber:
Jurnal Koridor

Selain ornamen silang, terlihat pula


ornamen berupa motif sulur tanaman.
Ornamen ini diapit di antara tiang selasar
depan Stasiun Kereta Api Binjai. Bingkai
luar ornamen ini membentuk setengah
lingkaran dengan hiasan ukiran pada bagian
ujungnya.
Gambar 26: Stasiun Kereta Api Binjai Zaman
Sekatang | Sumber: Sumut Pos

Dilansir dari Disbudpar Sumut dan


Ismoc.Id, adapun perkembangan dan
penggunaan Stasiun Kereta Api Binjai Zaman
Sekarang adalah:
Stasiun Transit: Stasiun Binjai masih
berfungsi sebagai stasiun transit bagi para
penumpang yang ingin melanjutkan
Gambar 25: Ornamen Melayu di Antara Tiang perjalanan ke arah barat atau timur Sumatera.
Selasar Depan Stasiun Kereta Api Binjai |
Stasiun ini terhubung dengan jalur kereta api
Sumber: Jurnal Koridor
yang menghubungkan Medan, Pematang
Arsitektur Indis pada Stasiun Kereta Api Siantar, Rantau Prapat, dan Aceh. Stasiun ini
Binjai ditandai dengan penggunaan konsep juga menjadi bagian dari proyek
dan elemen arsitektur kolonial, serta elemen pembangunan jalur kereta api Trans-Sumatera
arsitektur lokal Melayu. Tanggapan terhadap yang nantinya akan menghubungkan Aceh
iklim tropis pada bangunan ini merupakan dengan Sumatera Utara.
suatu bentuk adaptasi dari budaya lokal Stasiun Cagar Budaya: Stasiun Binjai
Melayu. Terlihat pada tampilan bangunan merupakan salah satu stasiun kereta api di
menghadap utara-selatan dengan orientasi Sumatera Utara yang masih mempertahankan
memanjang tepat mengikuti arah matahari gaya bangunan kolonial Belanda semenjak
tropis timur-barat. masa pembangunannya dulu. Stasiun ini
Tidak semua elemen arsitektur kolonial menjadi salah satu cagar budaya yang harus
terdapat pada Stasiun Kereta Api Binjai, dilestarikan dan dipelihara. Stasiun ini juga
diantaranya tidak ditemukan adanya menjadi salah satu daya tarik wisata sejarah
penggunaan dormer, windwijzer, maupun nok bagi para pengunjung yang ingin mengetahui

8
Vol. - No. - p - ISSN:
e - ISSN:

sejarah perkembangan kereta api di Sumatera terbaru seputar jadwal kereta api dan
Utara. perjalanan kereta api.
Stasiun Modern: Stasiun Binjai juga
mengikuti perkembangan zaman dengan V. KESIMPULAN DAN SARAN
menyediakan fasilitas dan layanan yang
modern dan nyaman bagi para penumpang. Kesimpulan
Dari laporan mini riset ini, dapat
disimpulkan bahwa stasiun kereta api Binjai
Fasilitas yang tersedia di Stasiun Binjai yaitu: memiliki sejarah yang panjang dan menarik
1. Area Parkir sebagai salah satu peninggalan zaman
Stasiun Binjai memiliki area parkir yang kolonial Belanda di Indonesia. Stasiun ini
memadai. Bagi para penumpang yang akan dibangun pada tahun 1887 sebagai bagian dari
menggunakan kereta api sebagai sarana jalur kereta api Medan-Binjai yang
transportasi, area parkir ini menjadi sangat menghubungkan kota-kota penting di
Sumatera Utara.
penting. Meskipun tidak seluas area parkir di
Stasiun ini memiliki arsitektur Indis
stasiun besar seperti di Jakarta, namun area yang mencerminkan pengaruh gaya Eropa dan
parkir di stasiun Binjai sudah cukup memadai lokal, seperti atap limas, jendela lengkung,
dan teratur. Harga parkir pun terjangkau bagi dan ornamen geometris. Stasiun ini juga
semua kalangan. menjadi saksi bisu perkembangan sosial,
2. Area Tunggu ekonomi, dan politik di daerah ini, seperti
Stasiun Binjai juga memiliki area tunggu pergerakan nasional, perang kemerdekaan,
dan pembangunan nasional. Stasiun ini masih
yang cukup nyaman dan teratur. Selain kursi
berfungsi hingga saat ini sebagai sarana
yang disediakan, di area tunggu ini juga transportasi umum yang melayani
tersedia vending machine yang menjual penumpang. Stasiun ini juga menjadi cagar
berbagai macam minuman dan makanan budaya sebagai salah satu objek wisata sejarah
ringan. Selain itu, ada juga toilet, tempat yang menarik bagi masyarakat dan pelajar.
parkir sepeda, dan ruang menyusui bagi ibu-
Saran
ibu yang membawa bayinya.
Untuk memperkaya pengetahuan dan
3. Loket dan Mesin Tiket wawasan tentang sejarah stasiun kereta api
Stasiun Binjai memiliki beberapa loket Binjai, dapat dilakukan studi literatur lebih
yang bisa digunakan untuk membeli tiket lanjut dari sumber-sumber yang terpercaya dan
kereta api. Selain itu, di stasiun ini juga relevan, seperti buku, jurnal, artikel, dan
tersedia mesin tiket. Dengan mesin tiket ini, dokumen. Kemudian, Untuk meningkatkan
para penumpang bisa membeli tiket dengan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap
nilai sejarah dan budaya stasiun kereta api
lebih cepat dan mudah. Jadi, tidak perlu
Binjai, dapat dilakukan kegiatan-kegiatan
khawatir jika tidak sempat membeli tiket di edukasi, sosialisasi, dan promosi, seperti
loket karena antrian yang panjang. seminar, diskusi, pameran, dan kunjungan.
4. Free Wifi
Stasiun Binjai juga menyediakan akses DAFTAR PUSTAKA
internet gratis alias wifi. Fasilitas ini tentunya
sangat berguna bagi para penumpang yang Sumber Jurnal:
ingin memanfaatkan waktu tunggu di stasiun Hartono, Ludy, and Imam Faisal Pane.
dengan browsing atau mengakses media "Penelusuran Arsitektur Indis pada Stasiun
sosial. Selain itu, dengan adanya wifi, para Kereta Api Binjai." Jurnal Arsitektur dan
penumpang juga bisa mengakses informasi Perkotaan “KORIDOR” vol 8.01 (2017).

9
Vol. - No. - p - ISSN:
e - ISSN:

Soekiman, Djoko (2000) Kebudayaan Indis


dan Gaya Hidup Masyarakat
Pendukungnya di Jawa (Abad XVIII-
Medio Abad XX). Yogyakarta: Yayasan
Benteng Budaya.
Sukawi (2009) Pengaruh Arsitektur Indis pada
Rumah Kauman Semarang. Tesa
Arsitektur, Vol. 7, No. 1 (Juni), hlm. 41 -
50.
Handinoto (1996) Perkembangan Kota dan
Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya
(1870-1940). Yogyakarta: Penerbit Andi
dan Universitas Kristen Petra Surabaya.
Wahid, Julaihi & Alamsyah, Bhakti (2013)
Arsitektur & Sosial Budaya Sumatera
Utara. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumber Internet:
“Informasi Jadwal Kereta dan Jadwal Stasiun
Binjai Terbaru”. Ismoc.Id. 28 – 07 –
2021. Diakses tanggal 19 – 11 – 2023.
“Stasiun Kereta Api Binjai” Cagar Budaya
Dinas Kebudayaan & Pariwisata Ptovinsi
Sumatera Utara. 01 – 09 – 2021. Diakses
tanggal 19 – 11 – 2023.
"Kereta Api Trans Sumatra Selesai 2019,
Sedang Pengerjaan Binjai-Besitang -
Tribun Medan". Tribun Medan. 2017-09-
25. Diakses tanggal 19 – 11 – 2023.
"Jalur KA Sigli-Bireuen & Lhokseumawe-
Langsa-Besitang Lintasi 8 Kabupaten -
Berita Trans". Berita Trans. 2017-04-21.
Diakses tanggal 19 – 11 – 2023.

10

Anda mungkin juga menyukai