Anda di halaman 1dari 16

Perencanaan Perpajakan (Tax Planning) Atas Pajak Pertambahan Nilai

Sebagai Upaya Penghematan Pembayaran Pajak


Tahun 2014
(Studi Kasus PT “X” di Gresik)
Oleh:
Moch Luqman Nur Hakim

Dosen Pembimbing:
Devi Pusposari, M.Si., Ak.,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman Wajib Pajak dalam hal
ini PT ”X” dalam merencanakan pembayaran Pajak Pertambahan Nilainya, faktor apa saja yang
menjadi penghambat , serta bagaimana seharusnya PT “X” merencanakan pembayaran Pajak
Pertambahan Nilainya agar lebih efisien. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Objek
penelitian pada PT “X” di Kabupaten Gresik. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT “X” di Kabupaten Gresik memiliki tingkat pemahaman
yang baik dalam merencanakan perpajakannya dilihat dari pengkreditan pajaknya yang telah
dilakukan selama ini telah sesuai dengan UU nomor 42 tahun 2009. Akan tetapi pengkreditan
yang dilakukan oleh PT “X” menurut peneliti belum maksimal sehingga perlu untuk
direncanakam kembali agar pembayaran Pajak Pertambahan Nilainya lebih efisien lagi. Adapun
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perencanaan tersebut adalah PT “X” belum dapat
menerapakan perencanaan perpajakannya dengan efisien dikarenakan sumber daya yang dimiliki
belum terlalu paham akan aturan aturan yang dapat digunakan untuk menghemat pembayaran
pajaknya.
Kata Kunci : Perencanaan Perpajakan, Pajak Pertambahan Nilai

This study aimed to determine the level of understanding of taxpayer (PT X), to plan its VAT
payment, to handle the obstacle factor , and how should PT X plan its VAT payment to be more
efficient. The type of this study is descriptive qualitative with PT X in Gresik as the object. This
study used primary and secondary data. Analytical methods is descriptive analysis. In this study
we find that PT X in Gresik has a good employed of understanding in the tax plan, shows by tax
credit that has been made has been accordance to UU No 42 tahun 2009. However, researcher
thought that crediting VAT conducted by PT X not maximum so it is necessary to re-plan to be
more efficient. The constraints faced in the implementation of these plans is PT "X" has not been
able to apply an efficient taxation planning because its resources do not really know the rules
that can be used to save the tax payments.

Keywords: Tax Planning, Value Added Tax


BAB I Keuangan mencatat penerimaan negara dari
sektor pajak pada tahun 2014 sebesar Rp
PENDAHULUAN
984,90 triliun atau mencapai 91,81 persen.
I.1. Latar Belakang. Namun capaian tersebut masih berada
Pajak merupakan komponen penting dibawah target Anggaran Pendapatan
penerimaan negara. Sekitar 80 persen total Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014
penerimaan negara dalam Anggaran yang sebesar Rp1.072,38 triliun.
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (www.ekon.go.id)
saat ini disumbang dari penerimaan
Banyak wajib pajak badan yang melakukan
perpajakan. Tidak heran kalau pemerintah
perencanaan perpajakan untuk mengurangi
memberi perhatian khusus pada sektor ini
pajak yang dibayarkan, salah satunya adalah
untuk mengamankan penerimaan negara.
PT ”X” di Kabupaten Gresik. PT ”X”
Berikut ini adalah Tabel penerimaan pajak merupakan PT. Prima Mulia Abadi adalah
nasional tahun 2012 sampai dengan tahun perusahaan Swasta Nasional yang pada
2014: awalnya bergerak dibidang perdagangan
barang dan jasa, yang berdomisili di Gresik,
Tabel 1.1
dengan Akta Pendirian Perusahaan No. 36
Penerimaan pajak Nasional
Tanggal 19 April 2005 dibuat dihadapan
(Dalam Triliun rupiah)
Notaris Anis Mohamad, SH., MH., di
Penerimaan Pajak
Gresik. Seiring dengan perkembangan usaha
Tahun Target dan kebutuhan pasar, PT. “X” selain
Realisasi Pencapaian
APBN-P menyediakan pupuk Tunggal ( Pupuk KCL,
TSP, ZA, Kieserite, Dolomite, Rock
2012 885,03 836,23 94,49%
Phosphate, Kaptan, dll) dengan system
2013 995,21 921,21 92,56% pengadaan trading maupun joint import
namun juga melakukan beberapa
2014 1.072,38 984,90 91,81% pengembangan usaha antara lain Pupuk
Alam, Pupuk Majemuk Organic dan
Sumber : Data Penerimaan DJP ( Diolah Anorganic ( Pupuk NPK, PK).
Kembali) Dalam melakukan strategi perencanaan
perpajakan, suatu badan usaha (PT ”X”)
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat dapat memanfaatkan berbagai kelemahan
bahwa realisasi penerimaan negara yang (grey area) yang terdapat dalam undang-
berasal dari pajak pada umumnya undang dan peraturan perpajakan itu sendiri.
meningkat. Strategi perencanaan pajak ini harus
Walaupun secara umum penerimaan dilakukan dengan teknik-teknik yang legal
Negara dari Pajak meningkat, akan tetapi dan tidak bertentangan dengan ketentuan
realisasi penerimaan tersebut selalu berada perpajakan sehingga aman bagi wajib pajak.
dibawah target pemerintah yang telah Salah satu teknik legal yang dapat dilakukan
dicantumkan dalam APBN-P. Kementerian
oleh suatu badan usaha seperti PT ”X” Bagi para pebisnis sekaligus pemilik
dalam melakukan perencanaan perusahaan, komponen pajak merupakan
perpajakannya adalah dengan komponen yang harus mendapat perhatian
mengkreditkan secara optimal PPNnya. yang serius karena ikut menentukan
kelancaran suatu bisnis. Menurut Suandy
Berdasarkan pemaparan hal tersebut di atas
(2006: 5-6), sebagian besar keputusan bisnis
mengenai perencanaan perpajakan atas PPN
dipengaruhi oleh pajak, baik secara langsung
yang dimiliki PT “X” dengan menggunakan
maupun tidak langsung.
syarat pengiriman (Free on Board), maka
penulis bermaksud untuk mengadakan II.3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
penelitian lebih lanjut mengenai dampak II.3.1. Pengertian Pajak Pertambahan
perencanaan perpajakan atas PPN pada PT Nilai (PPN)
“X” dengan mengangkat judul Menurut Waluyo (2005: 1), pajak
“Perencanaan Perpajakan (Tax Planning) pertambahan nilai didefinisikan sebagai
Atas Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang
Upaya Penghematan Pembayaran Kena Pajak (BKP) maupun konsumsi jasa
Pajak”. kena pajak (JKP) di dalam negeri (di dalam
daerah pabean).
BAB II
II.3.2. Subjek Pajak Pertambahan Nilai
KONSEP DAN TEORI
(PPN)
II.1. Pengertian Pajak Dari keterangan yang mengatur
Waluyo (2005: 1) tentang objek pajak pertambahan nilai
menurut Undang-undang PPN No. 42 Tahun
“Pajak adalah iuran kepada negara
2009 dapat diketahui bahwa subjek PPN
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat 1. Pengusaha kena pajak.
prestasi kembali yang langsung dapat 2. Bukan pengusaha kena pajak.
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk 3. Objek Pajak Pertambahan Nilai
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum (PPN)
berhubung dengan tugas negara untuk Berdasarkan Pasal 4 UU PPN No. 42 Th.
menyelenggarakan pemerintahan.” 2009, pajak pertambahan nilai dikenakan
atas, Pertama, penyerahan Barang Kena
Pajak di dalam daerah pabean yang
II.2. Pengaruh Pajak Terhadap dilakukan oleh pengusaha ataupun oleh
Perusahaan perusahaan. Kedua, impor Barang Kena
Pajak merupakan salah satu hal yang Pajak. Ketiga, penyerahan jasa kena pajak di
tidak dapat dihindari, hampir seluruh dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
kehidupan perseorangan dan perkembangan pengusaha ataupun oleh perusahaan.
dunia bisnis dipengaruhi oleh ketentuan Keempat, adanya pemanfaatan Barang Kena
peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak tidak berwujud yang berasal dari luar
daerah ataupun didalam daerah pabean. II.3.4.3. Metode Perhitungan Pajak
Kelima, adanya pemanfaatan jasa kena pajak Pertambahan Nilai (PPN)
yang berasal dari luar daerah pabean Menurut Sukardji (2005: 32), dalam
ataupun di dalam daerah pabean. Keeenam mekanisme pemungutan pajak pertambahan
ekspor Barang Kena Pajak oleh pengusaha nilai, dikenal ada tiga metode yakni :
kena pajak.
1. Addition method.
II.3.3. Tarif, Dasar, dan Metode 2. Subtraction method.
Perhitungan Pajak Pertambahan 3. Credit method.
Nilai (PPN). dengan pajak yang dipungut saat
II.3.4.1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai penjualan.
(PPN)
II.3.4. Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Pasal 7 UU PPN No. 42
Pajak Pertmbahan Nilai (PPN)
Tahun 2009, besarnya tarif yang dikenakan
dikenakan atas pertambahan nilai yang
atas PPN adalah sebagai berikut :
terjadi atas suatu barang atau jasa. Untuk
1. Tarif pajak pertambahan nilai adalah tujuan-tujuan tertentu, PPN ini tidak
10% (sepuluh persen) dari dasar dikenakan terhadap sektor-sektor usaha
pengenaan pajak (DPP). tertentu. Inilah yang disebut dengan fasilitas
2. Tarif pajak pertambahan nilai atas
Ada beberapa bentuk fasilitas:
ekspor Barang Kena Pajak adalah
0% (nol persen). 1. Dikenakan PPN dengan tarif 0%
3. Dengan peraturan pemerintah, tarif 2. Tidak Dikenakan PPN
pajak sebagaimana dimaksud pada 3. Dibebaskan dari Pengenaan PPN
ayat (1) dapat diubah menjadi
serendah-rendahnya 5% (lima II.4. Faktur Pajak
persen) dan setinggi-tingginya 15% Pengertian Faktur Pajak
(lima belas persen) dari dasar Definisi faktur pajak menurut
pengenaan pajak (DPP). Sukardji (2005: 219) adalah sebagai berikut:
II.3.4.2. Dasar Perhitungan Pajak
”Faktur pajak adalah bukti pungutan
Pertambahan Nilai (PPN)
pajak yang dibuat oleh pengusaha kena
Menurut Waluyo (2005: 13), dasar
pajak yang melakukan penyerahan Barang
perhitungan pajak pertambahan nilai adalah
Kena Pajak atau penyerahan jasa kena pajak
dengan mengalikan tarif pajak pertambahan
atau bukti pungutan pajak karena impor
nilai sebesar 10% dengan dasar pengenaan
Barang Kena Pajak yang digunakan oleh
pajak atau 0% untuk ekspor Barang Kena
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.”
Pajak
II.5. Metode Pembukuan PPN
Pajak yang terutang = Tarif PPN x DPP Menurut Lumbantoruan (1996: 460),
terdapat dua metode pembukuan PPN dalam
akuntansi yakni :
1. Metode Faktur. Jurnal transaksinya :
PPN terutang harus dicatat pada saat
Pembelian xxx
faktur dikeluarkan. Faktur pajak akan
dibuat pada saat pembayaran atau pada PPN Masukan xxx
saat penyerahan barang. Oleh karena itu,
Kas/Utang xxx
metode faktur biasanya dipakai oleh
pengusaha yang telah dikukuhkan b. Pembelian barang modal yang PPN-nya
sebagai PKP. dapat dikreditkan.
Jurnal transaksinya :
2. Metode Kas.
PPN terutang dicatat pada saat Pembelian xxx
penerimaan pembayaran. Pencatatannya
PPN Masukan xxx
tidak tergantung pada pembuatan faktur
pajak. Metode kas digunakan pada Kas/Utang xxx
perusahaan yang tidak dikukuhkan
c. Pembelian barang atau persediaan yang
sebagai PKP.
PPN-nya tidak dapat dikreditkan.
II.6. Akuntansi Pajak Pertambahan Jurnal transaksinya :
Nilai
Pembelian xxx
II.6.1. Saat terutang Pajak Pertambahan
Nilai Biaya PPN xxx
Menurut Prabowo (2004: 133), pajak
Kas xxx
pertambahan nilai terutang saat :
d. Pembelian barang modal yang PPN-nya
a. Penyerahan Barang Kena Pajak atau jasa
tidak dapat dikreditkan.
kena pajak kepada pihak lain.
Jurnal transaksinya :
b. Impor Barang Kena Pajak.
c. Pemanfaatan Barang Kena Pajak yang Pembelian xxx
tidak berwujud yang berasal dari luar
Kas xxx
daerah pabean.
d. Pemanfaatan jasa kena pajak yang tidak e. Penjualan barang.
berwujud yang berasal dari luar daerah Jurnal transaksinya :
pabean.
Kas xxx
e. Ekspor Barang Kena Pajak.
II.6.2. Pencatatan Akuntansi Pajak Penjualan xxx
Pertambahan Nilai
PPN Keluaran xxx
Lumbantoruan (1996: 463),
menjelaskan tentang prosedur pembukuan II.7. Pajak Penghasilan Badan
untuk transaksi sebagai berikut : II.7.1. Perhitungan Pajak Penghasilan
Pada Akhir Tahun.
a. Pembelian barang atau persediaan yang
Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun
PPN-nya dapat dikreditkan.
2008 , perhitungan pajak penghasilan pada
akhir tahun untuk WP dalam negeri maupun untuk memperoleh laba dan likuiditas yang
badan usaha tetap adalah dengan diharapkan.”
mengurangkan jumlah pajak yang terutang
II.8.1. Persyaratan Pokok dalam
dengan kredit pajak pada tahun tersebut.
Perencanaan Pajak.
Kredit pajak tersebut berupa :
Menurut Pohan (2013:21),
1. Pasal 21 berupa pemotongan perencanaan perpajakan (tax planning) yang
pajak atas penghasilan dari baik mensyaratkan beberapa hal, yaitu :
pekerjaan dan jasa seta kegiatan 1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan
lainnya. 2. Secara bisnis masuk akal (reasonable)
2. Pasal 22 berupa pemungutan 3. Didukung oleh bukti-bukti pendukung
pajak atas penghasilan dari yang memadai
kegiatan dibidang impor atau II.8.2. Tahapan dalam Membuat
kegiatan usaha lainnya. Perencanaan Pajak.
3. Pasal 23 berupa pemotongan Menurut Suandy (2006: 14), agar
pajak atas penghasilan berupa perencanaan pajak dapat berhasil sesuai
deviden, bunga, royalti, sewa, dengan yang diharapkan, maka rencana itu
hadiah serta penghargaan dan seharusnya dilakukan melalui berbagai
imbalan jasa. tahap-tahap sebagai berikut :
4. Pasal 24 berupa pajak yang telah
1. Melakukan analisis atas informasi yang
dibayar atau terutang pajak atas
ada.
penghasilan luar negeri yang
2. Membuat satu atau lebih model rencana
dapat dikreditkan.
tentang kemungkinan besarnya pajak.
5. Pasal 25 berupa pembayaran
3. Mengevaluasi pelaksanaan dari rencana
oleh WP sendiri.
pajak yang telah dibuat.
Pasal 26 ayat (5) berupa pemotongan pajak
4. Mencari kelemahan dari rencana pajak
atas penghasilan yang dimaksud dalam Pasal
kemudian memperbaiki kembali rencana
tersebut.
pajak tersebut.
II.8. Manajemen Pajak 5. Memutakhirkan kembali rencana pajak
Upaya dalam melakukan yang telah dibuat.
penghematan pajak secara legal dapat II.8.3. Perencanaan Pajak yang Tidak
dilakukan melalui manajemen pajak. Melanggar Ketentuan Perpajakan.
Definisi manajemen pajak yang Pohan (2013:31) juga menyebutkan
dikemukakan oleh Lumbantoruan, bahwa ada beberapa langkah praktis yang
sebagaimana yang dikutip oleh Suandy dapat dilakukan agar perencanaan pajak (tax
(2006: 6) adalah sebagai berikut: planning) berhasil sesuai dengan yang
diharapkan, yaitu :
“Manajemen pajak adalah sarana
1. Mengusahakan agar terdapat
untuk memenuhi kewajiban perpajakan
penghasilan yang stabil untuk
dengan benar tetapi jumlah pajak yang
menghindari pengenaan pajak dari kelas
dibayar dapat ditekan serendah mungkin
penghasilan yang tarifnya tinggi (top Menurut Pohan (2013:10), terdapat
rate brackets). tiga cara yang dapat digunakan untuk
2. Mempercepat atau menunda beberapa mengefisiensikan beban pajak, yaitu:
penghasilan dan biaya-biaya untuk 1. Tax Saving
memperoleh keuntungan dari 2. Tax Avoidance
kemungkinan perubahan tarif pajak yang 3. Tax Evasion
tinggi atau rendah, seperti penangguhan
PPN, PPN yang ditanggung pemerintah,
BAB III
dan seterusnya.
3. Menyebarkan penghasilan menjadi DESAIN STUDI
penghasilan dari beberapa wajib pajak,
III.1. JENIS PENELITIAN
seperti pembentukan kelompok
Jenis penelitian yang digunakan
perusahaan.
adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan
4. Menyebarkan penghasilan menjadi
pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif
penghasilan beberapa tahun untuk
dalam hal ini bertujuan untuk membuat
mencegah penghasilan tersebut termasuk
deskripsi atau gambaran secara sistematis,
ke dalam kelas penghasilan yang tarifnya
faktual, dan akurat mengenai pengakuan dan
tinggi, dan tunda pembayaran pajaknya
pencatatan pada sistem penjualan dan
dengan penjualan cicilan, kredit, dan
pembelian PT “X” pada tahun 2014.
seterusnya.
Penggunaan metode kualitatif berguna untuk
5. Mentransformasikan penghasilan biasa
menganalisis dan menginterpretasikan data
menjadi capital gain jangka panjang.
terkait pengakuan PPN pada penjualan dan
6. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya
pembelian, pencatatan PPN pada penjualan
atas ketentuan mengenai pengecualian
dan pembelian, pengkreditan PPN, dan
dari potongan-potongan.
proses pelaksanaan perencanaan perpajakan
7. Mempergunakan uang dari hasil
terhadap PPN PT “X” untuk melihat
pembebasan pengenaan pajak untuk
keefektifan pelaksanaan perencanaan pajak
keperluan perluasan perusahaan yang
yang dilakukan yang dilakukan peneliti.
mendapat kemudahan.
Sementara itu, dalam hal ini pendekatan
8. Memilih bentuk usaha yang terbaik untuk
studi kasus digunakan untuk memberikan
operasional usaha.
gambaran dan informasi secara detail
9. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur
tentang latar belakang, sifat, dan karakter
usaha yang sedemikian rupa sehingga
yang dimiliki oleh PT “X”.
dapat diatur secara keseluruhan
III.2. RUANG LINGKUP PENELITIAN
penggunaan tarif pajak, potensi
Ruang lingkup penelitian ini adalah
penghasilan, kerugian-kerugian, dan aset
bidang perpajakan yang dikhususkan pada
yang dapat dihapus.
penerapan perencanaan Pajak Pertambahan
II.8.4. Strategi yang Dapat Digunakan
Nilai pada PT “X” di Kabupaten Gresik.
untuk Mengefisiensikan Beban
Pajak
III.3. JENIS DATA III.5.1. Studi lapangan (field research).
Jenis data yang digunakan penulis Studi lapangan ini bertujuan untuk
dalam penelitian ini adalah data kualitatif, mengumpulkan data-data dari sumbernya
yaitu data berupa penjelasan maupun secara langsung, yang merupakan objek
pembahasan yang berguna sebagai informasi penelitian. Data-data yang diperoleh adalah
penunjang dari data kuantitatif yang data yang berhubungan dengan tax planning
diperoleh peneliti. Data kualitatif dalam atas pajak pertambahan nilai (PPN) yang
penelitian ini berupa sejarah, kebijakan, dan diterapkan oleh perusahaan. Metode
bidang usaha PT “X”. pengumpulan data yang dilakukan adalah :

III.4. SUMBER DATA 1. Interview.


Sumber data yang digunakan penulis dalam Interview dilakukan untuk menjawab :
penelitian adalah :
a. Mini research question nomor 1, yakni :
1. Data Primer bagaimanakah prosedur pengakuan pajak
Data yang diperoleh secara langsung oleh pertambahan nilai pada transaksi
peneliti dari sumber asli atau objek yang pembelian maupun penjualan yang
diteliti. Data primer biasanya diperoleh selama ini telah diterapkan oleh PT. “X”
melalui observasi dan wawancara ?.
langsung dengan beberapa pihak b. Mini research question nomor 2, yakni :
perusahaan yang berhubungan langsung bagaimanakah PT. “X” mencatat pajak
dengan kepentingan penelitian tersebut. pertambahan nilai atas transaksi
Dalam penelitian ini, data primer dapat pembelian maupun penjualannya?.
berupa catatan-catatan hasil wawancara
dan tape recorder dengan Kepala Bagian 2. Analisis Dokumen.
Akuntansi dan Direktur PT “X” di Analisis dokumen dilakukan untuk
Gresik. menjawab :
2. Data Sekunder
a. Mini research question nomor 1, yakni :
Data yang tidak langsung diperoleh dari
bagaimanakah prosedur pengakuan
sumber asli atau objek yang diteliti,
pertambahan nilai pada transaksi
melainkan melalui media perantara. Data
pembelian maupun penjualan yang
sekunder biasanya diperoleh melalui
selama ini telah diterapkan oleh PT. “X”
penelitian pustaka maupun penelitian
?.
lapangan dengan dokumentasi. Dalam
b. Mini research question nomor 2, yakni :
penelitian ini, data sekunder berupa,
bagaimanakah PT. “X” mencatat pajak
company profile, daftar pembelian, dan
pertambahan nilai atas transaksi
daftar penjualan PT “X”.
pembelian maupun penjualannya?.
III.5. METODE PENELITIAN c. Mini research question nomor 3, yakni :
Dalam melakukan penelitian ini, tax planning pertambahan nilai yang
metode yang digunakan dalam pengumpulan bagaimanakah yang dapat diterapkan
dan pengolahan data adalah sebagai berikut :
pada PT. “X” supaya dapat dilakukan pengadaan trading maupun joint import
penghematan pajak ?. namun juga mendirikan beberapa unit
pengembangan usaha antara lain Pabrik
III.5.2. Studi kepustakaan (library Pupuk Alam, Pupuk Majemuk Organic dan
research). Anorganic ( Pupuk NPK, PK).
Studi kepustakaan ini bertujuan Salah satu unit pabrik pupuk
untuk mencari dan mempelajari buku-buku majemuk yang sedang berkembang saat ini
literatur yang berhubungan dengan tax berlokasi di Gresik, dengan Ijin Usaha
planning atas pajak pertambahan nilai, dan Industri ( IUI) Nomor : 503.09/ 22/ 437.74/
Undang-undang 42 Th. 2009. Studi IUI/ 2009, tanggal 27 Maret 2009. Berdiri
kepustakaan ini dapat membantu untuk diatas lahan seluas 13.410 M2, dengan
memperoleh pemahaman, pengetahuan, dan kapasitas produksi sebesar 40.000 ton per
informasi tentang topik yang akan dibahas tahun.
sehingga dapat dijadikan landasan berpikir Selama ini PT. “X” telah mendapat
dan analisis yang layak. kepercayaan dari sejumlah perusahaan-
perusahaan besar baik sektor perkebunan/
Studi kepustakaan ini dilakukan
industri, diantaranya PT. Matahari
untuk menjawab :
Kahuripan Indonesia, PT. Perkebunan
Mini research question nomor 3, yakni : tax Nusantara, KLK Group, PT. Agrimas Utama
planning pertambahan nilai yang Indonesia, PT. Sampoerna Group, dll.
bagaimanakah yang dapat diterapkan pada IV.2. Sistem Penjualan dan Sistem
PT. “X” supaya dapat dilakukan Pembelian PT. ”X”.
penghematan pajak ?. PT. ”X” merupakan perusahaan
perdagangan pupuk yang sudah dikukuhkan
BAB IV sebagai PKP sehingga PT. ”X” wajib
memungut PPN atas seluruh transaksi
PEMBAHASAN
penjualan barang-barang impor pada seluruh
IV.1. Sejarah Singkat PT. ”X”. konsumennya. Barang-barang ini termasuk
barang kena pajak sehingga pada saat terjadi
PT. “X” adalah perusahaan Swasta
transaksi penjualan atau penyerahan barang
Nasional yang pada awalnya bergerak
akan dikenakan PPN. PPN atas transaksi
dibidang perdagangan barang dan jasa, yang
penjualan ini merupakan PPN terutang yang
berkantor pusat di Gresik, dengan Akta
harus dibayar oleh perusahaan. Oleh PT.
Pendirian Perusahaan No. 36 Tanggal 19
”X”, PPN terutang ini akan dikelompokkan
April 2005 dibuat dihadapan Notaris Anis
sebagai pajak keluaran perusahaan.
Mohamad, SH., MH., di Gresik.
Besarnya tarif terutang PPN adalah sebesar
Seiring dengan perkembangan usaha 10% dari DPP (dasar pengenaan pajak) atau
dan kebutuhan pasar, PT. “X” selain yang lebih dikenal dengan harga jual.
menyediakan pupuk Tunggal ( Pupuk KCL, Seluruh penjualan dan terutang PPN yang
TSP, ZA, Kieserite, Dolomite, Rock terjadi dalam satu bulan akan dilaporkan
Phosphate, Kaptan, dll) dengan system dalam SPT Masa PPN setiap bulannya untuk
dilakukan perhitungan besarnya PPN pembelian dari pemasok berdasarkan sisa
terutang yang wajib dibayar oleh PT. ”X”. persediaan di gudang maupun adanya order
atau pesanan dari pihak konsumen. Biasanya
PT. ”X” menerapkan sistem
penjualan tunai dan kredit kepada para antara PT. ”X” akan membeli barang pada
konsumennya seperti yang di ucapkan oleh akhir bulan dengan melihat terlebih dahulu
Kabag Akuntansi stok yang terdapat di Gudang.
IV.3. Tax planning PPN Pada Sistem
”Sistem Penjualan Tunai dengan uang muka Penjualan dan Pembelian.
merupakan sistem penjualan dimana para IV.3.1 Evaluasi Pengakuan PPN Dalam
konsumen akan membayar untuk barang- Sistem Penjualan dan Pembelian.
barang yang dipesan setelah barang Berdasarkan Undang-Undang PPN
diterima atau keluarnya Invoice. Biasanya No. 42 Tahun 2009, PT. ”X merupakan
para konsumen ini akan mentransfernya subjek PPN yang masuk dalam kelompok
melalui bank. Setelah barang siap di pengusaha kena pajak. Oleh karenanya, PT.
Gudang Gresik, PT ”X” akan segera ”X wajib memungut PPN pada setiap
menghubungi konsumen tersebut untuk penyerahan atau penjualan barang kena
melunasi pembayaran pesanan tersebut, pajak.
setelah konsumen melunasi pembayarannya,
PT. ”X” akan mengirim barang tersebut Karena PT. ”X” bertindak sebagai
beserta faktur pajaknya” Ujar Direktur. PKP, maka dalam setiap transaksinya baik
itu penjualan tunai maupun kredit, PT. ”X”
selalu memungut PPN pada setiap
”Lalu untuk sistem Penjualan Kredit penyerahan barang kena pajak. Hanya untuk
merupakan sistem penjualan yang barang-barang atau komoditi tertentu saja
pembayarannya harus dilunasi dalam PT. ”X” tidak memungut PPN atas barang
jangka waktu kredit maksimal satu bulan tersebut. Hal ini dikarenakan barang yang
setelah tanggal penjualan (tanggal diserahkan tersebut bukan merupakan
penyerahan atau pengiriman barang). barang kena pajak. Seperti yang tedapat
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran dalam Undang-Undang PPN No. 42 Tahun
(pelunasan) oleh konsumen maka konsumen 2009 yang menjelaskan tentang barang yang
tersebut harus membayar denda sebesar 3% dibebaskan dari pengenaan Pajak
dari jumlah utangnya serta PT. ”X” tidak Pertambahan Nilai.
memperbolehkan kembali konsumen PPN yang dipungut oleh PT. ”X”
tersebut melakukan pembelian secara atas penyerahan barang kena pajak ini akan
kredit”, diucapkan oleh Direktur. langsung dilaporkan sebagai pajak keluaran
Selain itu, PT. ”X” juga menetapkan dalam laporan SPT Masa PPN untuk bulan
kebijakan bahwa barang-barang yang telah tersebut karena pada saat penyerahan barang
dibeli bila terdapat cacat dapat PT. ”X” langsung membuatkan faktur pajak.
dikembalikan. Oleh karenanya, terdapat Besarnya tarif PPN yang dipungut
transaksi retur penjualan pada PT. ”X”. oleh PT. ”X” atas barang kena pajak ini
Sedangkan untuk pembelian barang adalah sebesar 10 % (sepuluh persen). PT.
dagangannya, PT.”X” biasanya melakukan ”X” membuat dasar perhitungan PPN
dengan cara mengalikan tarif PPN dengan sebesar dasar pengenaan pajaknya.
DPP (Dasar Pengenaan Pajak). Karena Pencatatan atas penjualan barang serta PPN
barang-barang komoditi PT. ”X” adalah terutangnya dimana PT. ”X” mengakuinya
pupuk, maka besarnya DPP yang dicatat sebagai PPN Keluaran.
oleh PT. ”X” adalah sebesar nilai jual
Dikarenakan pada saat penyerahan
barang.
atau penjualan barang baik itu tunai maupun
Dalam memungut PPN atas kredit, PT. ”X” langsung membuatkan
penyerahan atau penjualan barang kena faktur pajak maka PT. ”X” harus mengakui
pajak ini, PT. ”X” menggunakan addition dan mencatat PPN atas pembuatan faktur
method yakni PPN dihitung dari pajak tersebut sebagai pajak keluaran.
penjumlahan seluruh unsur nilai tambah Konsekuensinya, PT. ”X” wajib untuk
dikalikan dengan tarif PPN yang berlaku. melaporkan seluruh penjualan serta pajak
keluarannya kedalam SPT Masa PPN pada
Dalam setiap proses pembelian
masa terjadinya penyerahan barang atau
barang dagangannya ini, PT. ”X” selalu
pembuatan faktur.
melakukan pembelian secara tunai dan
kredit. Hal ini dilakukan agar PT ”X” dapat Sedangkan untuk pembelian, dalam
memaksimalkan usahanya. mencatat PPNnya, PT. ”X” akan mencatat
PPN masukan pada saat faktur diterima.
PT. ”X” selalu dikenakan PPN
Dalam hal ini adalah ketika PT. ”X” telah
sebesar 10% dari nilai perolehan pembelian
melunasi nilai pajak yang harus dibayar
barang tersebut. Nilai perolehan disini
yang tertera dalam tagihan ataupun Invoice.
adalah jumlah seluruh pengeluaran yang
Jadi ketika PT. ”X” telah melakukan
harus dikeluarkan ketika proses
pembayaran atas pajak tersebut, PT. ”X”
mendatangkan barang pupuk tersebut.
dapat mencatat unsur PPNnya kedalam akun
Karena PT. ”X” adalah PKP, maka dalam
PPN masukan disisi debet.
setiap transaksinya PT. ”X” dapat
mengkreditkan pajak masukan tersebut. Pencatatan atas pembelian barang
serta PPN yang dikenakan pada PT. ”X”
IV.3.2 Evaluasi Pencatatan PPN Dalam
dimana PT. ”X” mengakuinya sebagai PPN
Sistem Penjualan dan Pembelian.
masukan.
Dalam mencatat PPNnya, PT. ”X”
menggunakan metode faktur yakni PPN Dengan telah dicatatnya akun PPN
terutang akan dicatat pada saat faktur ini kedalam akun PPN masukan, maka PT.
dikeluarkan. Faktur pajak dibuat pada saat ”X” akan mengkreditkan akun PPN
delivery order barang kena pajak dibuat. masukan tersebut kedalam akun PPN
Pada saat faktur pajak dibuat dan diberikan Keluaran. Konsekuensinya, PT. ”X” harus
ke konsumen, PT. ”X” akan mencatat PPN melaporkan seluruh unsur PPN masukan
terutang atas penyerahan barang ini ke tersebut kedalam SPT Masa PPN pada masa
dalam akun pajak keluaran disisi kredit. yang tercatat dalam faktur pajak tersebut.
Dengan telah dicatatnya akun PPN
ini kedalam akun PPN Keluaran, maka PT.
”X” akan menyajikan nilai penjualan
IV.3.3 Pengakuan dan Pencatatan PPN investasi. Salah satunya adalah deposito
atas Penerapan Tax planning PPN jangka pendek yakni satu bulan.
Pada Sistem Penjualan dan
Dengan dilakukannya penundaan
Pembelian.
pembuatan faktur pajak maka pajak keluaran
Untuk menghemat beban pajaknya,
pun dapat ditunda pula. Namun terutang
PT. ”X” seharusnya mengetahui dan
PPN harus tetap diakui pada saat penyerahan
memahami dengan benar peraturan
barang karena berdasarkan Undang-undang
perpajakan serta peraturan lainnya yang
PPN No. 42 Tahun 2009, terutang PPN
terkait. Dengan begitu, PT. ”X” dapat
terjadi pada saat penyerahan barang kena
memanfaatkan peraturan perpajakan sebagai
pajak. Oleh karena itu, pada saat penyerahan
upaya dalam melakukan penghematan pajak
barang ke konsumen, PT. ”X” harus
secara legal. PT. ”X” seharusnya dapat
mengakui adanya terutang PPN. Terutang
mempertimbangkan cara-cara yang diatur
PPN ini akan diakui oleh PT. ”X” sebagai
dalam Undang-Undang Perpajakan untuk
PPN keluaran belum difaktur bukannya
dapat meminimalkan beban PPN atau
sebagai pajak keluaran. Dengan diakuinya
setidaknya dapat menunda pembayaran PPN
PPN Keluaran tersebut sebagai pajak
terutangnya.
keluaran belum difaktur maka terutang PPN
Seperti yang terdapat dalam tersebut sifatnya masih ditangguhkan.
penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 1
Karena terutang PPN tersebut masih
tahun 2012 pasal 19 bahwa dalam hal
ditangguhkan, maka PPNnya boleh untuk
penjualan barang kena pajak yang
tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN
pembayarannya belum diterima, pembuatan
untuk masa pajak bulan tersebut apabila
faktur pajak dapat ditunda sampai tanggal
Faktur Penjualan (Invoice) nya diterbitkan
terbitnya Faktur Penjualan atau Invoice
pada bulan berikutnya atau pun Pembeli
maupun syarat ketentuan pengirimannya.
baru menerima barang tersebut di bulan
Hal ini tentunya akan sangat
berikutnya dikarenakan ada nya ketentuan
menguntungkan bagi PT. ”X”.
FOB Destination. PPN yang masih
Hanya saja yang harus diperhatikan ditangguhkan ini baru akan dilaporkan
oleh PT. ”X” adalah upaya penundaan dalam SPT Masa PPN untuk bulan
pembuatan faktur ini sifatnya hanya berikutnya. Oleh karena itu, jumlah
sementara saja, pada masa pajak berikutnya penjualan yang terutang PPN yang akan
PT. ”X” harus tetap mengeluarkan kas untuk dilaporkan dalam SPT Masa PPN untuk
membayar PPN kurang bayar tersebut. Akan bulan tersebut adalah jumlah keseluruhan
tetapi, dengan dilakukannya penundaan penjualan untuk masa pajak tersebut
pembuatan faktur pajak ini, tentunya akan dikurangi dengan jumlah terutang PPN yang
sangat berguna bagi PT. ”X” terutama pada PPNnya diakui sebagai PPN keluaran belum
saat perusahaan membutuhkan dana untuk difaktur.
membiayai keperluan lainnya dan juga
Hal tersebut akan mengakibatkan
untuk menunda pengeluaran kas perusahaan.
adanya perbedaan saldo penjualan antara
Selain itu, PT. ”X” juga dapat
pencatatan perusahaan dengan yang
menggunakannya untuk kepentingan
dilaporkan dalam SPT Masa PPN.
Perbedaan ini terjadi akibat adanya
perbedaan waktu pengakuan (time Sebelum Setelah
Bulan
difference) saja. Akan tetapi, nantinya Tax planning Tax planning
keseluruhan jumlah penjualan yang diakui
Januari 1,487,134,619.63 242,190,830.99
antara pencatatan perusahaan dengan yang
Februari (121,837,375.78) 240,335,614.04
dilaporkan pada SPT Masa PPN adalah
sama. Maret 187,405,948.82 287,093,309.96

April (209,998,882.09) 287,943,627.59


IV.3.4 Pencatatan PPN atas Penerapan
Tax planning PPN Pada Sistem Mei (2,562,997,333.27) 288,417,623.24

Penjualan dan Pembelian. Juni 2,893,934,554.84 327,660,526.33


Dengan adanya penundaan Juli 1,012,687,756.10 311,856,551.47
pembuatan faktur pajak atas penjualan
Agustus 512,718,585.05 299,106,175.64
secara kredit ataupun tunai yang
dikarenakan penerbitan invoice pada bulan September 206,321,252.87 315,314,232.48

berikutnya ataupun barang belum diterima Oktober (1,201,677,692.25) 272,072,017.12


oleh konsumen, terutang PPN harus tetap Nopember 1,003,678,265.08 335,379,190.12
diakui pada saat terjadinya penjualan.
Desember 504,327,161.02 161,908,030.77
Pengakuan terutang PPN ini harus dicatat
dengan cara mencatatnya kedalam akun Total yang harus
dibayar 3,711,696,860.00 3,369,277,729.75
PPN keluaran belum difaktur. Akun PPN
keluaran belum difaktur ini pada neraca
akan digolongkan sebagai utang lancar. Dari perincian tersebut, jika sebelum adanya
Pada awal bulan berikutnya, saat pembuatan tax planning atas PPN, PT. ”X” harus
faktur pajak, akan dilakukan reklasifikasi mengeluarkan kas sebesar Rp
dari akun PPN keluaran belum difaktur 3,711,696,860.00,- untuk pembayaran SPT
Masa PPN selama tahun 2014. Namun
menjadi PPN keluaran. Adanya reklasifikasi
dengan dilakukannya tax planning atas PPN,
ini mengharuskan PT. ”X” untuk
PT. ”X” dapat menghemat pengeluaran kas
melaporkan PPN keluaran tersebut kedalam
untuk pembayaran SPT Masa PPN selama
SPT Masa PPN, kemudian baru dihitung tahun 2014 hingga Rp 342,419,130.26,-
besarnya PPN terutang yang harus serta memunculkan adanya pendapatan dari
dibayarkan oleh PT. ”X” bunga deposito apabila PT ”X”
IV.6. Dampak Penerapan Tax Planning mendepositokan peghematannya tersebut.
PPN
Penerapan atas tax planning PPN Berikut adalah perhitungan bunga
ternyata membawa dampak yang cukup baik deposito yang akan diterima oleh PT. ”X” :
bagi PT. ”X” dimana dengan adanya tax 6% x Rp 342,419,130.26,- x 1/12 bl
planning tersebut PT. ”X” dapat menghemat
= Rp 1,712,095.65,-
beban pajaknya.
(dengan asumsi bunga deposito per thn 6%)
Tabel IV.14 Rincian PPN terutang yang
harus dibayar sebelum dan sesudah Secara keseluruhan PT. ”X” akan menerima
penerapan tax planning PPN bunga deposito sebesar Rp 1,712,095.65,-.
Walaupun untuk saat ini bunga deposito pembeliannya PT ”X” akan menerima
yang diperoleh PT. ”X” masih minim, Faktur Pajak dari penjaual yang telah
namun dikemudian hari saat omset dikukuhkan sebagai PKP, dan untuk
perusahaan semakin besar dan PT. ”X” proses penjualannya PT “X” akan
dapat melakukan penghematan cukup membuatkan Faktur Pajak sesuai dengan
banyak untuk membayar terutang PPNnya tanggal yang terdapat pada Delivery
maupun PPhnya, maka upaya tersebut akan Order.
menguntungkan bagi PT. ”X”. 2. PT “X” mencatat Pajak Pertamabahan
Tax planning PPN yang dilakukan Nilainya sesuai dengan penjualan dan
pada PT. ”X” ini adalah dengan menunda pembelian yang terjadi. Pencatatan
pelaporan faktur pajak sandar untuk tersebut dapat dilihat dari Jurnal Umum
penjualan yang belum dikreditkan pada yang dibuat oleh PT “X” Dan prosesnya
bulan terjadinya penjualan, walaupun dilakukan secara periodik.
sifatnya hanya sementara waktu saja, namun 3. Pelaksanaan Tax Planning ( Perencanaan
dengan adanya penundaan tersebut PT. ”X” Perpajakn ) atas PPN pada PT “X”
dapat mengalokasikannya untuk berdampak cukup signifikan terhadap
kepentingan lainnya ataupun dapat penurunan jumlah PPN yang harus
didepositokan. Dengan didepositokannya dibayar oleh PT ”X” selama setahun.
uang atas pembayaran tersebut tentunya Upaya penerapan tax planning tersebut
akan menguntungkan bagi PT. ”X” karena dapat dilakukan dengan cara melakukan
PT. ”X” akan menerima bunga deposito atas penundaan pembuatan faktur pajak
uang tersebut. standar kepada konsumen untuk
transaksi yang terjadi di akhir bulan
Dan selain di depositokan PT ”X”
walaupun sifatnya hanya sementara saja.
juga dapat menggunakan kas atas
Penundaan pelaporan PPN keluaran
penghematan pembayaran PPn tersebut
tersebut berakibat pada penundaan
untuk kepentingan lain perusahaan semisal
pembayaran PPN terutang. Dengan
untuk membeli aset maupun perlengkapan
adanya penundaan pembayaran PPN
perusahaan.
terutang tersebut PT. “X” dapat
mendepositokannya sehingga dapat
BAB V
diperoleh bunga deposito yang nantinya
PENUTUP
dapat menambah pemasukan
V.1 KESIMPULAN
perusahaan.Perhitungan sementara yang
Beberapa kesimpulan yang dapat
dilakukan penulis menunjukkan bahwa
diambil dari penelitian ini adalah :
atas pelaksanaan Tax Planning PPN
1. PT “X” termasuk dalam Pengusaha
pada PT “X” dapat mengurangi jumlah
Kena Pajak (PKP) sehingga berhak
PPN yang arus dibayar oleh PT ”X
untuk mengkreditkan PPN Masukannya
selama tahun 2013 sebesar Rp
dengan PPN Keluarannya. Untuk setiap
522,966,715.22,-.
PPNnya PT “X” mengakuinya saat
terjadinya transaksi, untuk proses
V.2 SARAN tentu sama tiap tahunnya sehingga
V.2.1 Bagi Unit Industri X penelitiannya selalu mengikuti aturan
PT “X sebaiknya melakukan Tax terbaru.
Planning pada PPNnya. Hal tersebut
bertujuan agar jumlah PPN yang yang
DAFTAR PUSTAKA
dibayar oleh PT “X lebih optimal dan kas
yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat Fitriandi, Primandita. Tejo Birowo dan
teratur, sehingga PT ”X” dapat Yuda Aryanto. 2005. Kompilasi
mengalokasikan kas tersebut untuk Undang-Undang Perpajakan
keperluan PT “X” yang lain ataupun PT “X Terlengkap. Jakarta : Salemba Empat.
dapat mendapatkan tambahan pendapatan
Hidayat, Khomarul. Penerimaan Pajak
bunga deposito apabila PT “X”
Meningkat Tetapi Belum Memuaskan.
mendepositokannya.
www.sinarharapan.co.id/ekonomi/Keu
V.2.2 Bagi Perusahaan Lain
angan/2004/1220/ keu1.html. 22 Juli
Tax Planning atas PPN tidak hanya
2007.
dapat menekan jumlah PPN terutang yang
dimiliki PT “X”, melainkan juga Kementerian Koordinator Bidang
perusahaan-perusahaan lain di Indonesia. Perekonomian RI. 2014. Penerimaan
Setiap perusahaan khususnya perusahaan Pajak 2013 Sebesar Rp 1.072,1
yang memilik omset yang diatas 4,8 M atau Triliun.
telah dikukuhkan sebagai PKP, sebaiknya http://www.ekon.go.id/berita/view/pen
memperhitungkan untuk melakukan Tax erimaan-pajak-2013-sebesar.476.
Planning atas PPN karena pelaksanaan Tax html#.Vcjqkfmqqko. 07 Januari 2014.
Planning atas PPN cukup efektif untuk
Kompasiana. 2014. Optimaslisasi
digunakan dalam penetapan perencaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak.
perpajakan perusahaan.
http://www.kompasiana.com/pnbp_onl
V.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
ine/optimalisasi-penerimaan-negara-
Penelitian selanjutnya sebaiknya
bukan-
dapat memilih perusahaan yang dapat
pajak_552e22ea6ea834c4088b4583.
menunjukkan Faktur Pajaknya, Sebab dari
15 November 2013
hal tersebut peneliti dapat mengetahui
apakah terdapat Faktur Pajak yang cacat Departemen Keuangan. Bab III
atau tidak, agar penelitian selanjutnya lebih Perkembangan Anggaran Pendapatan
maksimal dalam melakukan Tax Planning Dan Belanja Negara.
atas PPN. Selain itu peneliti selanjutnya www.fiskal.depkeu.go.id/beta/NK%20
diharapkan juga diharapkan untuk 2004/III% 20NK04.pdf. 21 Januari
melakukan penelitian Tax Planning atas 2014.
PPN dengan aturan yang mengatur
SETPP. Statistika Jumlah Putusan
mengenai PPN di masa yang akan datang
Berdasarkan Jenis Pajak.
sebab aturan Perpajakan di Indonesia belum
http://www.setpp.depkeu.go.id/Ind/Sta
tistik/StatBerkas.asp. 21 Januari 2014.

Kusumawati, Lanny. 2007. Hukum Pajak


”Sebagai Suatu Pengantar”. Sidoarjo
: Laros.

Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen


Pajak : ”Strategi Perencanaan Bisnis
dan Pajak”. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

Lumbantoruan, Sophar. 1996. Akuntansi


Pajak. Edisi Revisi. Jakarta :
Grasindo.

Resmi, Siti. 2013. Pearpajakan : Teori dan


Kasus. Jakarta : Salemba Empat.

Prabowo, Yusdianto. 2004. Akuntansi


Perpajakan Terapan. Edisi Revisi.
Jakarta : Grasindo.

Suandy, Erly. 2002. Hukum Pajak. Edisi


Dua. Jakarta : Salemba Empat.

___________. 2002. Perpajakan. Edisi


Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

___________. 2006. Perencanaan Pajak.


Edisi Tiga. Jakarta : Salemba Empat.
Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Edisi Revisi.
Jakarta : Andi Publisher.

Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Edisi


Sebelas. Buku Dua. Jakarta : Salemba
Empat.

Republik Indonesia. 2009. UU Nomor 42


tahun 2009. Tentang Pajak
Pertambahan Nilai.

Anda mungkin juga menyukai