Anda di halaman 1dari 105

BUKU PEDOMAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN

lpp rri jember


Jl. Letjend Panjaitan No. 61 Jember
DAFTAR ISI

BAB I TUGAS DAN FUNGSI PEJABAT DALAM PROSES PEMBAYARAN


DALAM RANGKA PELAKSANAAN APBN 1
A. Daftar Istilah 1
B. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran 7
C. Pejabat Perbendaharaan Negara 8
1. Pengguna Anggaran 8
2. Kuasa Pengguna Anggaran 9
3. Pejabat Pembuat Komitmen 16
4. Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM) 20
5. Bendahara Pengeluaran 23
BAB II MEKANISME PENYELESAIAN TAGIHAN DAN PENERBITAN SURAT
PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP) 28
Pengajuan Tagihan 28
BAB III MEKANISME PENERBITAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN
LANGSUNG (SPP-LS) 31
1. Pembayaran Gaji Induk 31
2. Pembayaran Gaji Susulan 32
3. Pembayaran Kekurangan Gaji 33
4. Pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas 33
5. Pembayaran Terusan Penghasilan Gaji 34
6. Pembayaran Uang Muka Gaji 35
7. Pembayaran Uang Lembur 35
8. Pembayaran Uang Makan 35
9. Pembayaran Honorarium Tetap/Vakasi 35
BAB IV MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN UANG PERSEDIAAN (UP)
DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN (TUP) 40
1. Uang Persediaan 40
2. Tambahan Uang Persediaan 43
BAB V MEKANISME PENERBITAN SPP-UP/GUP/GUP NIHIL 45
A. Penerbitan SPP-GUP 47
B. Penerbitan SPP-GUP Nihil 48
C. Penerbitan SPP-TUP 49

I
D. Penerbitan SPP-PTUP 50
BAB VI PENGUJIAN SPP DAN PENERBITAN SURAT PERINTAH
MEMBAYAR (SPM) 52
A. Penerbitan SPP-PTUP 52
B. Penyampaian SPM Kepada KPPN 55
C. Pengujian dan Penelitian SPM dan Penerbitan Surat Perintah Pencairan
Dana 59
D. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) 64
E. Pembayaran Tagihan yang Bersumber dari Penggunaan
PNBP 64
F. Koreksi / Ralat, Pembatalan SPP, SPM dan SP2D 67
BAB VII PROSEDUR KELENGKAPAN DOKUMEN UNTUK PROSES
PENGAJUAN DANA PADA SATUAN KERJA 70
1. Layanan Pengembangan Usaha 70
A. Layanan PPID 70
B. Kegiatan Promosi, Branding dan Co-Branding & Layanan Publik LPP RRI
71
C. Biaya Transport Marketing Layanan Pengembangan Usaha (LPU) 72
D. Perjalanan Dinas 72
2. Siaran & Pemberitaan 73
A. Siaran Khusus Ramadhan / Keagamaan 73
B. Dewan Redaksi Daerah 74
C. Rapat Agenda Setting Harian 76
D. Honorarium Penyiar Non Pegawai LPP RRI (Siaran & Pemberitaan)
76
E. Programa 2 Siaran Kreatifitas Anak Muda 77
F. RRI NET – Obrolan Budaya 78
G. Dialog Interaktif Di Dalam Studio 80
H. Dialog Interaktif Di Luar Studio 81
I. Program Siaran Langsung Reportase 83
J. Program Produksi SPOT 85
K. Program Produksi Feature 86
L. Program Produksi Filler 86
M. Program Produksi Majalah Udara 89
N. Program Produksi Tanggap Bencana 91
O. Program Produksi Dokumenter Skala Nasional 93

II
LAMPIRAN 95

III
BAB I

TUGAS DAN FUNGSI PEJABAT DALAM PROSES


PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN APBN

Mengacu pada PMK Nomor 190/PMK.05/2012 Pasal 1, berisi ketentuan umum


yang berisi istilah-istilah yang digunakan dan yang mendukung peraturan menteri
ini.

A. DAFTAR ISTILAH
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya
disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA
adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai
acuan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.
3. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab
atas pengelolaan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan.
4. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/ lembaga
pemerintah non kementerian negara/lembaga negara.
5. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian
Negara/Lembaga.
6. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

1
7. Bagian Anggaran adalah kelompok anggaran menurut nomenklatur
Kementerian Negara/Lembaga dan menurut fungsi Bendahara Umum
Negara.
8. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN adalah
pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi BUN.
9. Kuasa Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut Kuasa
BUN adalah pejabat yang diangkat oleh BUN untuk melaksanakan
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBN dalam wilayah
kerja yang ditetapkan.
10. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya
disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang memperoleh kuasa dari BUN untuk
melaksanakan sebagian fungsi Kuasa BUN.
11. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi
lini Kementerian Negara/Lembaga atau unit organisasi Pemerintah
Daerah yang melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga
dan memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
12. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil
keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
atas beban APBN.
13. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang
selanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan
oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan
pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.
14. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara
dalam pelaksanaan APBN pada kantor/Satker Kementerian
Negara/Lembaga.

2
15. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP
adalah orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran
untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna
kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu.
16. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai yang
selanjutnya disingkat PPABP adalah pembantu KPA yang diberi tugas
dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai.
17. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka
kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker
atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak
mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
18. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS
adalah pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat
keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui
penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung.
19. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat TUP adalah
uang muka yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk
kebutuhan yang sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan melebihi pagu
UP yang telah ditetapkan.
20. Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan yang
selanjutnya disingkat PTUP adalah pertanggungjawaban atas TUP.
21. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP
adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan
pembayaran tagihan kepada negara.
22. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut
SPP-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, dalam rangka
pembayaran tagihan kepada penerima hak/ Bendahara Pengeluaran.

3
23. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yang selanjutnya
disebut SPP-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang
berisi permintaan pembayaran UP.
24. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan yang
selanjutnya disebut SPP-TUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh
PPK, yang berisi permintaan pembayaran TUP.
25. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan
yang selanjutnya disebut SPP-GUP adalah dokumen yang diterbitkan
oleh PPK, yang berisi pertanggungjawaban dan permintaan kembali
pembayaran UP.
26. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan
Nihil yang selanjutnya disebut SPP-GUP Nihil adalah dokumen yang
diterbitkan oleh PPK, yang berisi pertanggungjawaban UP.
27. Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban Tambahan
Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-PTUP adalah
dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan
pertanggungjawaban atas TUP.
28. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah
dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yang
bersumber dari DIPA.
29. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut
SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk
mencairkan dana yang bersumber dari DIPA dalam rangka
pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.
30. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya
disebut SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk
mencairkan UP.
31. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang
selanjutnya disebut SPM-TUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh
PPSPM untuk mencairkan TUP.

4
32. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yang
selanjutnya disebut SPM-GUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh
PPSPM dengan membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untuk
menggantikan UP yang telah dipakai.
33. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil
yang selanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah dokumen yang
diterbitkan oleh PPSPM sebagai pertanggungjawaban UP yang
membebani DIPA.
34. Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan Uang
Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-PTUP adalah dokumen
yang diterbitkan oleh PPSPM sebagai pertanggungjawaban atas TUP
yang membebani DIPA.
35. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D
adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN
untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
36. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalah daftar
perkiraan buku besar meliputi kode dan uraian organisasi, fungsi dan
sub fungsi, program, kegiatan, output, bagian anggaran/unit organisasi
eselon I/Satker dan kode perkiraan yang ditetapkan dan disusun secara
sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,
serta pertanggungjawaban dan laporan keuangan pemerintah pusat.
37. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP
adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari
pajak.
38. Bank Operasional adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan selaku BUN atau pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan pemindahbukuan sejumlah uang dari Kas Negara ke
rekening sebagaimana yang tercantum dalam SP2D.
39. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat ADK adalah arsip
data dalam bentuk softcopy yang disimpan dalam media penyimpanan
digital.

5
40. Gaji Induk adalah gaji yang dibayarkan secara rutin bulanan kepada
pegawai negeri yang telah diangkat oleh pejabat yang berwenang
dengan surat keputusan sesuai ketentuan perundang-undangan pada
Satker yang meliputi gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada
gaji.

B. DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

DIPA berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaran negara setelah


mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan selaku BUN. Alokasi dana yang
tertuang dalam DIPA merupakan batas tertinggi pengeluaran negara. Pengeluaran
negara tidak boleh dilaksanakan jika alokasi dananya tidak tersedia atau tidak
cukup tersedia dalam DIPA. Khusus ,mengenai pelaksanaan pengeluaran negara
untuk pembayaran gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji, dapat melampaui
alokasi dana gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji dalam DIPA, sebelum
dilakukan perubahan/revisi DIPA.

6
C. PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

1. PENGGUNA ANGGARAN
Pejabat Perbendaharaan Negara dijabat oleh seorang
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku penyelenggara urusan tertentu dalam
pemerintahan bertindak sebagai Pengguna Anggaran (PA) atas Bagian
Anggaran yang disediakan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi tugas dan kewenangannya tersebut. Menteri Keuangan, selain
sebagai PA atas Bagian Anggaran untuk kementerian yang dipimpinnya,
juga bertindak selaku PA atas Bagian Anggaran yang tidak dikelompokkan
dalam Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga tertentu. Bagian
Anggaran yang tidak dikelompokkan dalam Bagian Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga tertentu meliputi:

a) Pengelolaan Utang;
b) Pengelolaan Hibah;
c) Pengelolaan Investasi Pemerintah;
d) Pengelolaan Penerusan Pinjaman;
e) Pengelolaan Transfer ke Daerah;
f) Pengelolaan Subsidi;
g) Pengelolaan Transaksi Khusus dan Pengelolaan Anggaran lainnya.

Menteri Keuangan, selain sebagai PA Bagian Anggaran Kementerian


Keuangan, juga bertindak selaku PA Bagian Anggaran yang tidak
dikelompokkan dalam Bagian Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga
tertentu.
Menteri Keuangan menunjuk pejabat setingkat Es. I di lingkungan
Kementerian Keuangan untuk menjalankan fungsi PA.

7
2. KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang untuk menunjuk
kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk melaksanakan
kegiatan Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA dan menetapkan
Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya. Penunjukan KPA sendiri bersifat
ex-officio atau karena jabatan. Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya
meliputi PPK dan PPSPM. Kewenangan PA untuk menetapkan Pejabat
Perbendaharaan Negara dilimpahkan kepada KPA. Setiap terjadi pergantian
jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan pejabat kepala Satker
yang baru langsung menjabat sebagai KPA. PA dapat menunjuk pejabat lain
selain kepala Satker sebagai KPA dalam hal:
a) Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner,
b) Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;

8
c) Satker sementara;
d) Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
e) Satker Lembaga Negara.

Dalam hal apabila Satker yang pimpinannya bukan PNS, makan PA


dapat menunjuk :

a) Pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA.


b) Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan efektivitas dalam
pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan kegiatan,
c) dan pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam DIPA, PA dapat
menunjuk KPA bukan PNS setelah terlebih dahulu mendapat
persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.
1. Penujukkan KPA kaitannya untuk pelaksanaan dana Dekonsentrasi
dilakukan oleh Gubernur selaku pihak yang diberikan pelimpahan sebagian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian Negara /
Lembaga,

9
2. Penunjukkan KPA untuk pelaksanaan dana Urusan Bersama dilakukan oleh
Menteri/ Pimpinan Lembaga atas usul Gubernur/ Bupati / Walikota,
3. Penunjukkan KPA untuk pelaksanaan dana Tugas Pembantuan dilakukan
oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga atas usul Gubernur/ Bupati/Walikota,
4. Dalam rangka percepatan pelaksanaan anggaran, Menteri/ Pimpinan
Lembaga dapat mendelegasikan penunjukkan KPA untuk pelaksanaan dana
Urusan Bersama dan Tugas Pembantuan kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

Tugas dan Wewenang Kuasa Pengguna Anggaran

Dalam pelaksanaan anggaran pada Satker, KPA memiliki tugas dan


wewenang untuk:

a) menyusun DIPA;
b) menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara;

10
c) menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan
menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara;
d) menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelola anggaran/keuangan;
e) menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan
dana;
f) memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana;
g) mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan

dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan


h) menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

11
12
Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Anggaran

a) Mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;


b) Merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/ jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/ jasa pemerintah;
c) Menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian
tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
d) Melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan dan
pengadaan barang/ jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan
dalam DIPA;
e) Melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/ kontrak
pengadaan barang/ jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (ouput) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan;
f) Merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA;
g) Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

13
KPA menetapkan PPK dan PPSPM dengan surat keputusan. Penetapan
tersebut tidak terikat periode tahun anggaran. Dalam hal tidak terdapat perubahan
pejabat yang ditetapkan sebagai PPK dan / atau PPSPM pada saat pergantian
periode tahun anggaran, penetapan PPK dan/ atau PPSPM tahun yang lalu masih
tetap berlaku. Dalam hal penunjukan KPA berakhir (tidak teralokasi
anggarannya), penetapan PPK dan PPSPM secara otomatis berakhir.

PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab untuk


menyelesaikan seluruh administrasi keuangan. Selanjutnya, KPA menyampaikan
SK kepada Kepala KPPN (KBUN) beserta spesimen tanda tangan PPSPM dan
cap / stempel satker; PPSPM disertai spesimen tandatangan PPK dan PPK.
Selanjutnya Pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan
kepada pejabat tsb dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/ atau PPSPM.

14
3. PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
PPK bertugas melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Dalam
melaksanakan kewenangannya, PPK mempedomani pelaksanaan tanggung
jawab KPA kepada PA, dan PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM.

Tugas dan Wewenang Kuasa Pengguna Anggaran

1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana


berdasarkan DIPA;
2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
3. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak
dengan Penyedia Barang/Jasa;
4. melaksanakan kegiatan swakelola;
5. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang
dilakukannya;

15
6. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
7. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara;
8. membuat dan menandatangani SPP;
9. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
10. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA
dengan Berita Acara Penyerahan;
11. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan; dan
12. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan kewenangan KPA di bidang belanja pegawai, KPA


mengangkat Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) untuk
membantu PPK dalam mengelola administrasi belanja pegawai. PPABP
bertanggungjawab kepada KPA. Adapun tugas dari PPABP adalah:

16
a) Melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau
manual yg berhubungan dengan belanja pegawai secara tertib, teratur,
dan berkesinambungan.
b) Melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusan kepegawaian
dan dokumen pendukung lainnya dalam dosir setiap pegawai pada
satker yang bersangkutan secara tertib dan teratur.
c) Memproses pembuatan Daftar Gaji Induk, Gaji Susulan, Kekurangan
Gaji, Uang Duka Wafat/ Tewas, Terusan Penghasilan/ Gaji, Uang
Muka Gaji, Uang Lembur, Uang Makan, Honoraium, Vakasi, dan
pembuatan Daftar Permintaan Perhitungan Belanja Pegawai Lainnya.
d) Memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran
(SKPP).
e) Memproses perubahan data yang tercantum pada Surat Keterangan
untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga setiap awal tahun anggaran
atau setiap terjadi perubahan susunan keluarga.
f) Menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK Perubahan
Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Dafta Perubahan Data Pegawai
dan dokumen pendukungnya kepada PPK.
g) Mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan setiap awal
tahun dan/atau apabila diperlukan.
h) Memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran
(SKPP).
i) Melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penggunaan
anggaran belanja pegawai.

17
4. PEJABAT PENANDATANGAN SPM (PPSPM)
Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM) bertugas melaksanakan
kewenangan KPA untuk melakukan pengujian atas tagihan dan menerbitkan
Surat Perintah Membayar (SPM).

Tugas dan Wewenang Pejabat Penandatangan SPM

a) Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung, dimana


pengujiannya berupa:
1. Menguji kelengkapan dokumen pendukung SPP,
2. Menguji kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda
tangan PPK,
3. Menguji kebenaran pengisian format SPP,
4. Menguji kesesuaian kode BAS pada SPP dengan
DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker,

18
5. Menguji ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan
DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker, kebenaran formal
dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai,
6. Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan
barang / jasa,
7. Menguji kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran
pada SPP sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat
keputusan,
8. Menguji kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di
bidang perpajakan dari pihak yang mempunyai hak tagih,
9. Menguji kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran
kepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada
negara; dan
10. Menguji kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan
pembayaran dalam perjanjian/kontrak.
b) Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan;
c) Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;
d) Menerbitkan SPM;
e) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
f) Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada
KPA; dan
g) Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

19
Pengujian kode Bagan Akun Standar (BAS) termasuk menguji
didalamnya adalah menguji kesesuaian antara pembebanan kode mata
anggaran pengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya. Dalam
melaksanakan pengujian tagihan dan penerbitan SPM, PPSPM
bertanggungjawab atas Kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan
administrasi terhadap dokumen hak tagih pembayaran yg menjadi dasar
penerbitan SPM dan akibat yg timbul dari pengujian yang dilakukan, serta
menguji ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaian SPM kepada
KPPN.

PPSPM dalam menyampaikan laporan bulanan kepada KPA, yang


dilaporkan adalah pelaporan atas jumlah SPP yang diterima, jumlah SPM
yang diterbitkan, dan jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.

5. BENDAHARA PENGELUARAN

20
Menteri/Ketua Lembaga mengangkat Bendahara Pengeluaran dengan
mengeluarkan SK pengangkatan. Pengangkatan Bendahara Pengeluaran
sendiri dapat didelegasikan kepada Kepala Satker. Kepala Satker
menetapkan 1 (satu) Bendahara Pengeluaran untuk 1 (satu) DIPA/ Satker.
Bendahara Pengeluaran sendiri tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau
PPSPM. Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran,
penetapan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap
berlaku. Dalam hal Bendahara Pengeluaran apabila dipindahtugaskan /
pension / diberhentikan dari jabatannya / berhalangan sementara,
Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker menetapkan pejabat
pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran. Bendahara Pengeluaran yang
dipindahtugaskan / pension / diberhentikan dari jabatannya/berhalangan
sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan seluruh administrasi
keuangan.
Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas
uang / surat surat berharga yang berada dalam pengelolaannya yang
meliputi:
a) Uang / surat berharga yang berasal dari UP dan pembayaran LS
melalui Bendahara Pengeluaran;
b) Uang / surat berharga yang bukan berasal dari UP dan bukan berasal
dari pembayaran LS yang bersumber dari APBN / potongan pajak
yang disetor.

21
Tugas dan Kebendaharaan Bendahara Pengeluaran

a) Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan


uang/surat berharga dalam pengelolaannya.
b) Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK.
c) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK
yaitu:

22
1. Pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak yang
ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang harus
dibayar, jadwal waktu pembayaran, dan menguji ketersediaan
dana yang bersangkutan.
2. Pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi
teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan
spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen
perjanjian/kontrak; dan
3. Pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata
anggaran pengeluaran (akun 6 digit);
d) Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
e) Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari
pembayaran yang dilakukannya;
f) Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke
kas negara;
g) Mengelola rekening tempat penyimpanan UP; dan
h) Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala
KPPN selaku kuasa BUN.

23
Bendahara melakukan pembayaran setelah dilakukan pengujian atas
perintah pembayaran yang meliputi meneliti kelengkapan perintah pembayaran
yang diterbitkan oleh PPK, kemudian pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, yang
meliputi pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang
harus dibayar, jadwal waktu pembayaran dan menguji ketersediaan dana yang
bersangkutan. Selanjutnya adalah pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran
antara spesifikasi teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/ jasa dan
spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen perjanjian/ kontrak, dan
terakhir adalah melakukan pemeriksaan dan pengujian keteparan penggunaan
kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit).

24
25
BAB II

MEKANISME PENYELESAIAN TAGIHAN DAN


PENERBITAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

1. Pengajuan Tagihan
Pertama-tama, penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas
komitmen berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.
Selanjutnya, PPK melakukan pengujian atas tagihan kepada negara. Pelaksanaan
pembayaran tagihan dilakukan dengan Pembayaran LS kepada pihak penyedia
barang / jasa atau Bendahara Pengeluaran / pihak lainnya.
Apabila dalam hal pembayaran LS tidak dapat dilakukan, maka pembayaran
tagihan kepada penerima hak dapat dilakukan dengan Pembayaran UP.
Khusus untuk pembayaran komitmen dalam rangka pengadaan barang /
jasa, berlaku ketentuan :
a) Pembayaran tidak boleh dilakukan sebelum barang/ jasa diterima;
b) Dalam hal pengadaan barang/ jasa yg karena sifatnya harus dilakukan
pembayaran terlebih dahulu, pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan
sebelum barang/ jasa diterima;
c) Pembayaran pada point b diatas, dilakukan setelah penyedia barang / jasa
menyampaikan jaminan atas uang pembayaran yang akan dilakukan.

Sedangkan untuk bukti-bukti pendukung atas perjanjian / kontrak


pengadaan barang / jasa, berlaku ketentuan:
a) Bukti perjanjian / kontrak pengadaan barang / jasa;
b) Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia
barang / jasa;
c) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
d) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;

26
e) Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
f) Berita Acara Pembayaran;
g) Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang / jasa dan PPK,
yang dibuat sesuai format;
h) Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani
oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;
i) Jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan penjaminan atau
perusahaan asuransi sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah, berupa
surat jaminan uang muka, jaminan dimaksud dilengkapi dengan Surat Kuasa
bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan
jaminan; dan/atau
j) Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak
yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah
dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah perjanjian
pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.

27
Pembayaran tagihan kepada Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan berdasarkan bukti-
bukti yang sah, meliputi:
a) Surat Keputusan;
b) Surat Tugas / Surat Perjalanan Dinas;
c) Daftar penerima pembayaran; dan/atau
d) Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.
Tagihan diajukan kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak
timbulnya hak tagih kepada negara. Dalam hal 5 (lima) hari belum ada tagihan,
PPK harus memberitahukan secara tertulis kepada penerima hak untuk
mengajukan tagihan. Setelah 5 (lima) hari sejak pemberitahuan belum
mengajukan tagihan, penerima hak harus memberikan penjelasan tertulis kepada
PPK alasan keterlambatan pengajuan tagihan. Dalam hal PPK
menolak/mengembalikan tagihan karena dokumen pendukung tagihan tidak
lengkap dan benar, PPK harus menyatakan secara tertulis alasan
penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
diterimanya surat tagihan.

28
BAB III

MEKANISME PENERBITAN SURAT PERMINTAAN


PEMBAYARAN LANGSUNG (SPP-LS)

Dalam hal pengujian telah memenuhi persyaratan, PPK mengesahkan


dokumen tagihan dan menerbitkan SPP. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran
belanja pegawai diatur untuk:
1. Pembayaran Gaji Induk, yang mana dilengkapi dengan:
a) Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan Halaman Luar Daftar Gaji
yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan
KPA/PPK;
b) Daftar Perubahan data pegawai yang ditandatangani PPABP;
c) Daftar Perubahan Potongan;
d) Daftar Penerimaan Gaji Bersih pegawai untuk pembayaran gaji yang
dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai;
e) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah
dilegalisasi oleh Kepala Satker /pejabat yang berwenang meliputi
Surat Keputusan (SK) terkait dengan pengangkatan Calon Pegawai
Negeri, SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat
Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK
Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat
atau Akta terkait dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan,
Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP), dan surat
keputusan yang mengakibatkan penurunan gaji, serta SK Pemberian
Uang Tunggu sesuai peruntukannya;
f) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
g) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai; dan
h) Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.

29
2. Untuk Pembayaran Gaji Susulan:
a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, dan halaman
luar Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
c) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah
dilegalisasi oleh Kepala Satker /pejabat yang berwenang meliputi SK
terkait dengan pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri / Pegawai
Negeri, SK Mutasi Pegawai, SK terkait Jabatan, Surat Pernyataan
Pelantikan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan
Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat atau Akta terkait
dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, dan SKPP sesuai
peruntukannya;
d) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
e) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai; dan
f) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai; dan
g) SSP PPh Pasal 21.

30
3. Untuk pembayaran Kekurangan Gaji dilengkapi dengan:
a) Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji, dan
halaman luar Daftar Kekurangan Gaji yang ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
c) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah
dilegalisasi oleh Kepala Satker /p ejabat yang berwenang meliputi SK
terkait dengan pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri/Pegawai
Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat Keputusan/Pemberitahuan
Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK terkait dengan
jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;
d) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
e) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai; dan
f) SSP PPh Pasal 21.

4. Untuk pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas, dilengkapi dengan:


a) Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas, Rekapitulasi Daftar
Uang Duka Wafat/Tewas, dan halaman luar Daftar Uang Duka
Wafat/Tewas yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
c) SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yang berwenang;
d) Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/Uang Duka
Wafat/Tewas;
e) Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit;
f) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
g) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai.

5. Untuk pembayaran Terusan Penghasilan Gaji dilengkapi dengan:

31
a) Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji, Rekapitulasi Daftar
Terusan Penghasilan Gaji, dan halaman luar Daftar Terusan
Penghasilan Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
c) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala
Satker/pejabat yang berwenang berupa Surat Keterangan Kematian
dari Camat atau Visum Rumah Sakit untuk pembayaran pertama kali;
d) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
e) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai; dan
f) SSP PPh Pasal 21.

32
6. Untuk pembayaran Uang Muka Gaji dilengkapi dengan:
a) Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji, Rekapitulasi Daftar Uang Muka
Gaji, dan halaman luar Daftar Uang Muka Gaji yang ditandatangani
oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala
Satker/pejabat yang berwenang berupa SK Mutasi Pindah, Surat
Permintaan Uang Muka Gaji, dan Surat Keterangan Untuk
Mendapatkan Tunjangan Keluarga;
c) DK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
d) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai.

7. Untuk pembayaran Uang Lembur dilengkapi dengan:


a) Daftar Pembayaran Perhitungan Lembur dan Rekapitulasi Daftar
Perhitungan Lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Surat Perintah Kerja Lembur;
c) Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan;
d) Daftar Hadir Lembur; dan
e) SSP PPh Pasal 21.

8. Untuk pembayaran Uang Makan dilengkapi dengan:


a) Daftar Perhitungan Uang Makan yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan
b) SSP PPh Pasal 21.

33
9. Untuk pembayaran Honorarium Tetap/Vakasi dilengkapi dengan:
a) Daftar Perhitungan Honorarium/Vakasi yang ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) SK dari Pejabat yang berwenang; dan
c) SSP PPh Pasal 21.

Penerbitan SPP-LS sendiri digunakan untuk pembayaran belanja pegawai,


honorarium, langganan daya dan jasa, perjalanan dinas pegawai, dan pengadaan
tanah.
1. Pembayaran honorarium dilengkapi dengan dokumen pendukung,
meliputi:
a) Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul
akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;
b) Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit
nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-masing
penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran;
c) SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran;
dan
d) Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada angka (1) dilampirkan
pada awal pembayaran dan pada saat terjadi perubahan surat
keputusan.

34
2. Pembayaran langganan daya dan jasa dilengkapi dengan dokumen
pendukung, meliputi:
a) berupa surat tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah.
3. Pembayaran Perjalanan dinas, diatur sebagai berikut:
a) Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri:
1. Daftar nominatif perjalanan dinas; dan
2. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri,
dan pegawai tidak tetap.
b) Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar
nominatif perjalanan dinas.
c) Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2
ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi
mengenai pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama,
pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan
dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat.
d) Perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumen
pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas pindah sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas
dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak
tetap.

4. Pembayaran pengadaan tanah, dilampiri:


a) Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang
memuat paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang
dan nomor rekening masing-masing penerima;
b) Foto copy bukti kepemilikan tanah;
c) Bukti pembayaran/kuitansi;

35
d) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan
(SPPT PBB) tahun transaksi;
e) Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa
dan tidak sedang dalam agunan;
f) Pernyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi
lokasi tanah yang disengketakan bahwa Pengadilan Negeri tersebut
dapat menerima uang penitipan ganti kerugian, dalam hal tanah
sengketa;
g) Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk
yang menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri yang
menampung uang titipan tersebut merupakan Rekening Pemerintah
Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
h) Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
i) SSP PPh final atas pelepasan hak;
j) Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam
peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan tanah.
SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan
disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen
pendukung diterima secara lengkap dan benar, SPP-LS untuk pembayaran gaji
induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling
lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran, dan SPP-LS untuk pembayaran non
belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap
dan benar dari penerima hak.
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada
penerima bantuan sosial diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri,
yang mana untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja
subsidi, belanja hibah, masing-masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.

36
BAB IV

MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN UANG


PERSEDIAAN (UP) DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN
(TUP)

1. UANG PERSEDIAAN
UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari
Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui
mekanisme Pembayaran LS. UP sendiri merupakan uang muka kerja dari Kuasa
BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya
(revolving). Pembayaran dengan menggunakan UP yang dapat dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima / penyedia barang /jasa
paling banyak adalah sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali
untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas. Pada setiap akhir hari kerja,
uang tunai yang berasal dari UP yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran / BPP
adalah paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
a) Belanja Barang;
b) Belanja Modal; dan
c) Belanja Lain-lain.
Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu)
penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan. Penggantian UP dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling
sedikit 50% (lima puluh persen).
Untuk Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa BPP, dalam
pengajuan UP ke KPPN harus melampirkan daftar rincian yang menyatakan
jumlah uang yang dikelola oleh masing-masing BPP. Setiap BPP mengajukan
penggantian UP melalui Bendahara Pengeluaran, apabila UP yang dikelolanya
telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen). Kepala KPPN

37
menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA, dalam hal 2 (dua) bulan sejak
SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP. Dalam hal
setelah 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan belum dilakukan
pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 25% (dua puluh
lima persen). Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara Kepala KPPN
menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA untuk memperhitungkan
potongan UP dalam SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara.
Dalam hal setelah dilakukan pemotongan dan / atau penyetoran UP, Kepala
KPPN melakukan pengawasan UP. Dalam melakukan pengawasan UP, ketentuan
penyampaian surat pemberitahuan, dan pemotongan UP berikutnya mengikuti
ketentuan. Dalam hal 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) KPA tidak memperhitungkan potongan UP
dalam SPM dan/atau menyetorkan ke kas negara, Kepala KPPN memotong UP
sebesar 50% (lima puluh persen) dengan cara menyampaikan surat pemberitahuan
kepada KPA untuk memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan / atau
menyetorkan ke kas negara. Dalam hal setelah surat pemberitahuan tersebut, KPA
melakukan penyetoran UP dan / atau memperhitungkan potongan UP dalam
pengajuan SPM-GUP.
KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker
dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP.
Pemberian UP diberikan paling banyak:
a) Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp900.000.000 (sembilan ratus juta
rupiah);
b) Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP di atas Rp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);
c) Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP di atas Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau

38
d) Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP di atas Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas permintaan
KPA, dapat memberikan persetujuan UP melampaui besaran dengan
mempertimbangkan:
a) Frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan
b) Perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan melampaui
besaran UP.

2. TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN (TUP)


KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada
Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang
sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda. Syarat penggunaan TUP:
a) Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak
tanggal SP2D diterbitkan; dan
b) Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan
pembayaran LS.
KPA mengajukan permintaan TUP kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN
disertai:
a) Rincian rencana penggunaan TUP; dan
b) Surat yang memuat syarat penggunaan TUP dibuat sesuai format yang ada,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Atas dasar permintaan TUP, Kepala KPPN melakukan penilaian terhadap:
a) Pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP bukan merupakan
pengeluaran yang harus dilakukan dengan pembayaran LS;
b) Pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP masih/cukup tersedia
dananya dalam DIPA;

39
c) TUP sebelumnya sudah dipertanggungjawabkan seluruhnya; dan
d) TUP sebelumnya yang tidak digunakan telah disetor ke Kas Negara.

Dalam hal TUP sebelumnya belum dipertanggungjawabkan seluruhnya


dan / atau belum disetor, KPPN dapat menyetujui permintaan TUP berikutnya
setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
Dalam hal KPA mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi
waktu 1 (satu) bulan, Kepala KPPN dapat memberi persetujuan dengan
pertimbangan kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan waktu melebihi 1
(satu) bulan. Kepala KPPN menolak permintaan TUP dalam hal pengajuan
permintaan TUP. Persetujuan atau penolakan disampaikan paling lambat 1 (satu)
hari kerja setelah surat pengajuan permintaan TUP diterima KPPN.
TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat
dilakukan secara bertahap. Dalam hal selama 1 (satu) bulan sejak SP2D TUP
diterbitkan belum dilakukan pengesahan dan pertanggungjawaban TUP, Kepala
KPPN menyampaikan surat teguran kepada KPA. Sisa TUP yang tidak habis
digunakan harus disetor ke Kas Negara paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
batas waktu. Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu)
bulan, KPA mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala KPPN.
Kepala KPPN memberikan persetujuan perpanjangan pertanggungjawaban
TUP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan pertimbangan:
a) KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan; dan
b) KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untuk
mempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulan
berikutnya.

BAB V

MEKANISME PENERBITAN SPP-UP/GUP/GUP NIHIL

40
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, Bendahara Pengeluaran
menyampaikan kebutuhan UP kepada PPK. Atas dasar kebutuhan UP, PPK
menerbitkan SPP-UP untuk pengisian UP yang dilengkapi dengan perhitungan
besaran UP sesuai pengajuan dari Bendahara Pengeluaran. Setelahnya, SPP-UP
diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah diterimanya permintaan UP dari Bendahara Pengeluaran.
Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan
surat perintah bayar (SPBy) yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas
nama KPA.
SPBy dilampiri dengan bukti pengeluaran:
a) Kuitansi / bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak
dan SSP; dan
b) Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang
diperlukan yang telah disahkan PPK.
Dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti pembelian,
Bendahara Pengeluaran/BPP membuat kuitansi yang dibuat sesuai format.
Berdasarkan SPBy, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan:
a) Pengujian atas SPBy yang meliputi pengujian kelengkapan perintah
pembayaran yang diterbitkan oleh PPK, pemeriksaan kebenaran atas hak
tagih, pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis
yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang
disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak, dan pemeriksaan dan
pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran.
b) Pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang
diajukan dan menyetorkan ke kas negara.
Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran
merupakan uang muka kerja, SPBy yang disetujui dan ditandatangani oleh
PPK atas nama KPA, dilampiri:
a) Rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b) Rincian kebutuhan dana; dan

41
c) Batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari
penerima uang muka kerja.
Atas dasar rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran dan rincian kebutuhan
dana, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian ketersediaan dananya.
Apabila SPBy telah memenuhi persyaratan pembayaran, BP/ BPP melakukan
pembayaran, dan apabila tidak memenuhi persyaratan maka BP/ BPP harus
menolak SPBy.
Penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan uang muka
kerja sesuai batas waktu berupa kuitansi bukti pembelian yg disahkan PPK beserta
faktur pajak dan SSP serta nota/ bukti penerimaan barang/ jasa atau dokumen
pendukung lain YANG disahkan PPK. Berdasarkan pertanggungjawaban tersebut,
BP/ BPP melakukan pengujian bukti pengeluaran. Dalam hal sampai batas waktu,
penerima uang muka kerja belum menyampaikan bukti pengeluaran, BP/ BPP
menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segera
mempertanggungjawabkan uang muka kerja ditembuskan kepada PPK.

42
BPP menyampaikan SPBy beserta bukti pengeluaran kepada BP, dan BP
menyampaikan bukti pengeluaran kepada PPK untuk pembuatan SPP GUP/GUP
Nihil.

A. PENERBITAN SPP-GUP
PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP, dimana
penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut:
1. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran;
2. Bukti Pengeluaran;
3. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN; dan
4. Faktur pajak (jika ada).

43
Perjanjian / Kontrak beserta faktur pajaknya dilampirkan untuk nilai
transaksi yang harus menggunakan perjanjian / kontrak sesuai ketentuan. SPP-
GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah bukti-
bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar.
Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP
minimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh BP. Dalam hal pengisian
kembali UP mengakibatkan sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan
pembayaran dengan UP lebih kecil dari UP yang dikelola BP :
1. Pengisian kembali UP dilaksanakan maksimal sebesar sisa dana dalam
DIPA yg dapat dibayar dengan UP;
2. Selisih antara sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran
dengan UP dan UP yang dikelola BP dibukukan / diperhitungkan sebagai
potongan penerimaan pengembalian UP.

B. PENERBITAN SPP-GUP NIHIL


Dokumen pendukung SPP-GUP Nihil sama dengan SPP-GUP. Penerbitan
SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:
1. Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama
dengan besaran UP yang diberikan;
2. Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun
anggaran; atau
3. UP tidak diperlukan lagi.
Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan / pertanggungjawaban
UP. SPP GU Nihil disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah bukti-bukti pendukung diterima lengkap dan benar.

44
C. PENERBITAN SPP-TUP
PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen meliputi:
1. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran;
2. Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menyatakan bahwa TUP digunakan
dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D
diterbitkan dan tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan
dengan pembayaran LS;
3. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP dari
Kepala KPPN.
SPP TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dan Kepala
KPPN.

45
D. PENERBITAN SPP-PTUP
PPK menerbitkan SPP-PTUP sebagai pengesahan / pertanggungjawaban
atas TUP.
Dokumen pendukung penerbitan SPP-PTUP:
1. Daftar rincian penerimaan pembayaran;
2. Bukti pengeluaran:
a. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta fatur pajak
dan SSP; dan
b. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya
yang diperlukan yang telah disahkan PPK.
3. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima)
hari kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.

46
47
BAB VI

PENGUJIAN SPP DAN PENERBITAN SURAT PERINTAH


MEMBAYAR (SPM)

A. PENERBITAN SPP-PTUP
Pengujian SPP oleh PPSM meliputi:
1. Kelengkapan dokumen pendukung SPP;
2. Kesesuaian penanda tangan SPP dengan specimen tanda tangan PPK;
3. Kebenaran pengisian format SPP;
4. Kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker;
5. Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
kerja anggaran satker;
6. Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
7. Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;
8. Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP
sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
9. Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan
dari pihak yang mempunyai hak tagih;
10. Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
11. Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak.

48
Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitan
SPM-UP/TUP/GUP/PTUP/LS oleh PPSPM diatur sebagai berikut:
1. Untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
2. Untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;
3. Untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dan
4. Untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.

49
Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen
pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus menyatakan
secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah diterimanya SPP. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar
pengujian dan penerbitan SPM disimpan oleh PPSPM, menjadi bahan
pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.
Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. SPM yang diterbitkan
melalui sistem aplikasi SPM tersebut memuat Personal Identification Number
(PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM
yang sah.

50
Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung
jawab atas:
1. Keamanan data pada aplikasi SPM;
2. Kebenaran SPM dan kesesuaian antara data pada SPM dengan data pada
ADK SPM; dan
3. Penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK SPM.

B. PENYAMPAIAN SPM KEPADA KPPN


PPSPM dalam menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK
SPM kepada KPPN. Penyampaian SPM-UP, SPM-TUP, dan SPM-LS diatur
sebagai berikut:
1. SPM-UP dilampiri surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format;
2. SPM-TUP dilampiri surat persetujuan pemberian TUP dari Kepala KPPN;
atau
3. SPM-LS dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya,
dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima.

51
Penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, disamping
mengacu pada hal diatas, juga disertai dengan Faktur Pajak.
Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran
jaminan uang muka atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan:
1. Asli surat jaminan uang muka;
2. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk
mencairkan jaminan uang muka; dan
3. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai
Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.

PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja
setelah SPM diterbitkan.
SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN paling
lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran. Dalam hal tanggal 15 merupakan
hari libur atau hari yang dinyatakan libur, maka penyampaian SPM-LS untuk
pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja
sebelum tanggal 15, kecuali untuk Satker yang kondisi geografis dan

52
transportasinya sulit, dengan memperhitungkan waktu yang dapat
dipertanggungjawabkan.

53
Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh Petugas Pengantar
SPM yang sah dan ditetapkan oleh KPA dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung
dan ADK SPM melalui front office Penerimaan SPM pada KPPN;
2. Petugas Pengantar SPM harus menunjukkan Kartu Identitas Petugas Satker
(KIPS) pada saat menyampaikan SPM kepada Petugas Front Office; dan
3. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke KPPN,
penyampaian SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM dapat
melalui Kantor Pos/Jasa Pengiriman resmi.
Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman resmi, KPA
terlebih dahulu menyampaikan konfirmasi/ pemberitahuan kepada Kepala KPPN.

54
C. PENGUJIAN DAN PENELITIAN SPM DAN PENERBITAN SURAT
PERINTAH PENCAIRAN DANA
SPM yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai dasar penerbitan
SP2D. Dalam pencairan anggaran belanja negara, KPPN melakukan
penelitian dan pengujian atas SPM yang disampaikan oleh PPSPM.
Penelitian SPM meliputi:
1. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPM;
2. Meneliti kebenaran SPM, yang meliputi;
a. Meneliti kesesuaian tandatangan PPSPM pada SPM dengan
spesimen tandatangan PPSPM pada KPPN;
b. Memeriksa cara penulisan/ pengisian jumlah angka dan huruf
pada SPM;
c. Memeriksa kebenaran penulisan dalam SPM, termasuk tidak
boleh terdapat cacat dalam penulisan.

Pengujian SPM meliputi :


1. Menguji kebenaran perhitungan angka atas beban APBN yang tercantum
dalam SPM;

55
2. Menguji ketersediaan dana pada kegiatan/ output/ jenis belanja dalam DIPA
dengan yang dicantumkan pada SPM;
3. Menguji kesesuaian tagihan dengan data perjanjian/ kontrak atau perubahan
data pegawai yang telah disampaikan kepada KPPN;
4. Menguji persayaratan pencairan dana;
5. Menguji kesesuaian nilai potongan pajak yang tercantum dalam SPM
dengan nilai pada SSP.

56
Pengujian kebenaran perhitungan angka merupakan pengujian kebenaran
jumlah belanja/ pengeluaran dikurangi dengan jumlah potongan/ penerimaan
dengan jumlah bersih dalam SPM.
Pengujian persyaratan pencairan dana meliputi :
1. Menguji SPM UP berupa besaran UP yang dapat diberikan;
2. Menguji SPM TUP meliputi kesesuaian jumlah uang yang diajukan pada
SPM TUP dengan jumlah uang yang disetujui Kepala KPPN;
3. Menguji SPM PTUP meliputi jumlah TUP yang diberikan dengan jumlah
uang yang dipertanggungjawabkan dan kepatuhan jangka waktu
pertanggungjawaban;
4. Menguji SPM GUP meliputi batas minimal revolving dari UP yang dikelola;
5. Menguji SPM LS Non Belanja Pegawai berupa kesesuaian data
perjanjian/kontrak pada SPM LS dengan data perjanjian/kontrak yang
tercantum dalam Karwas Kontrak KPPN;
6. Menguji SPM LS Belanja Pegawai sesuai dengan SOP DJPBN.

57
Dalam hal terdapat UP TA sebelumnya belum
dipertanggungjawabkan, pengujian SPM UP meliputi :
1. Kesesuaian jumlah uang dan keabsahan bukti setor pengembalian sisa UP
TA sebelumnya;
2. Kesesuaian jumlah potongan UP pada SPM UP dengan sisa UP TA
sebelumnya.
Dalam hal jumlah uang yang harus dipertanggungjawabkan kurang dari
jumlah TUP yang diberikan, harus disertai dengan bukti setor pengembalian TUP
yg telah dikonfirmasi KPPN.

Dalam rangka pengawasan dan pengamanan pengembalian pembayaran


jaminan uang muka, KPPN melakukan pencatatan pembayaran jaminan uang
muka menggunakan aplikasi SP2D.
Kepala KPPN mencairkan jaminan uang muka berdasarkan :
1. Surat Kuasa;
2. Surat Pernyataan KPA yang menyatakan telah terjadi pemutusan
perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa.

58
Ketentuan persyaratan, tatacara pembayaran, pengujian, pengembalian, dan
penatausahaan jaminan uang muka diatur dengan Perdirjen Perbendaharaan.

59
D. PENERBITAN SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA
(SP2D)
KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah memenuhi
syarat.
KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D apabila Satker belum mengirimkan:
1. Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk pembayaran melalui SPM-LS
kepada pihak ketiga; atau
2. Daftar perubahan data pegawai beserta ADK.
Penyelesaian SP2D dilakukan dengan prosedur standar operasional dan
norma waktu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan. Dalam hal
hasil penelitian dan pengujian tidak memenuhi syarat, Kepala KPPN
mengembalikan SPM beserta dokumen pendukung secara tertulis.

E. PEMBAYARAN TAGIHAN YANG BERSUMBER DARI


PENGGUNAAN PNBP
Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari
penggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut:
1. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP dan
batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan;
2. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan merupakan maksimum
pencairan dana yang dapat dilakukan oleh Satker berkenaan;
3. Satker dapat menggunakan PNBP setelah PNBP disetor ke kas negara
berdasarkan konfirmasi dari KPPN;

60
4. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,
pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat
Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan;
5. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui
pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA;
6. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan pagu
dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan
c.q Direktur Jenderal Anggaran.
Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen)
dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA
maksimum sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Realisasi PNBP
termasuk sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran
sebelumnya. Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar
kebutuhan riil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan
(MP). Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari
UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni.
Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan (MP)
dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari
pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), dapat dilakukan untuk pengguna PNBP:
1. yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP namun
belum mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA;
atau
2. yang belum memperoleh Pagu Pencairan.

Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker pengguna


PNBP memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar
UP yang diberikan. Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker
pengguna PNBP yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP
melebihi UP yang telah diberikan.

61
Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula
sebagai berikut:

MP = (PPP x JS) – JPS

MP : Maksimum Pencairan;

PPP : Proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai

dengan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

JS : Jumlah setoran;

JPS : Jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM

terakhir yang diterbitkan;

Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/


TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS dari dana yang bersumber dari PNBP mengacu
pada mekanisme dalam Peraturan Menteri ini. Penyampaian SPM atas beban
PNBP juga dilampiri :

1. Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; dan


2. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai
format;

Untuk Satker pengguna PNBP secara terpusat, penyampaian SPM mengacu


pada mekanisme penyampaian SPM bukan PNBP. KPPN melakukan penelitian
terhadap kebenaran perhitungan dalam Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum
Pencairan (MP).

F. KOREKSI / RALAT, PEMBATALAN SPP, SPM DAN SP2D

62
Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan:

1. Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;


2. Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau
3. Perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker.

Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan


Satker, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Koreksi / ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk:

1. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode;


2. Pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar,
tahun anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara
penarikan, nomor register; atau

63
3. Koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang
tercantum pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang
disebabkan terjadinya kegagalan transfer dana.

Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkan


permintaan koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK.

Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADK


SPM dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPM secara
tertulis dari PPK sepanjang tidak mengubah SPM. Pembatalan SPP hanya dapat
dilakukan oleh PPK sepanjang SP2D belum diterbitkan. Pembatalan SPM hanya
dapat dilakukan oleh PPSPM secara tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.
Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas negara, pembatalan
SPM dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal
Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk. Koreksi SP2D atau daftar nominatif
untuk penerima lebih dari satu rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPN

64
berdasarkan permintaan KPA. Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal
SP2D telah mendebet Kas Negara.

65
BAB VII

PROSEDUR KELENGKAPAN DOKUMEN UNTUK


PROSES PENGAJUAN DANA PADA SATUAN KERJA

1. LAYANAN PENGEMBANGAN USAHA


A. Layanan PPID
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);

66
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
B. Kegiatan Promosi, Branding dan Co-Branding & Layanan Publik
LPP RRI
Penyelenggaraan komunikasi publik & layanan publik LPP RRI,
untuk kelengkapan dokumennya:
 Disposisi / Nota Dinas / Pengajuan permintaan pembuatan
spanduk / roll banner / billboard / baliho / souvenir yang
sudah disetujui Kepala Stasiun LPP RRI Jember;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Tanda terima barang dating dan laporan jumlah barang
diterima;
 Dokumentasi pemasangan spanduk;
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan.

C. Biaya Transport Marketing Layanan Pengembangan Usaha


(LPU)

67
Untuk biaya transport marketing Layanan Pengembangan Usaha
(LPU), untuk kelengkapan dokumennya:
 Dokumen Penawaran Kerja Sama (PKS) antara bagian
Layanan Pengembangan Usaha (LPU) / LPP RRI Jember,
dengan pihak yang akan bekerja sama;
 Surat tugas yang sudah disetujui oleh Kepala Stasiun LPP
RRI Jember;
 Media Order.
D. Perjalanan Dinas
Untuk biaya perjalanan dinas, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat tugas sudah disetujui oleh Kepala Stasiun LPP RRI
Jember dan telah mendapatkan legalitas di tempat tujuan
berupa tanda tangan pejabat dan stempel, serta Undangan
dari pihak penyelenggara acara (jika ada);
 Rincian Biaya Perjalanan Dinas;
 Dokumentasi kegiatan.

2. SIARAN & PEMBERITAAN


A. Siaran Khusus Ramadhan / Keagamaan
1. Kegiatan persiapan atau rapat redaksi, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:

68
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Bukti kegiatan, berupa rekaman atau yang lainnya, yang
sudah disimpan dalam Compact Disk atau Flash Disk.
4. Belanja jasa profesi narasumber, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Kuitansi pembayaran kepada narasumber / bukti transfer
pembayaran kepada narasumber dengan nilai yang sudah
dikenakan pajak PPh 21;
 Fotokopi KTP narasumber;
 Fotokopi NPWP narasumber;
 Nomor telepon narasumber.
B. Dewan Redaksi Daerah

69
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).

70
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
C. Rapat Agenda Setting Harian
1. Kegiatan pelaksanaan rapat agenda setting harian, untuk
kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Notulen rapat;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
D. Honorarium Penyiar Non Pegawai LPP RRI (Siaran &
Pemberitaan)
1. Pembayaran honorarium penyiar non pegawai LPP RRI Jember
dan honorarium contributor non pegawai LPP RRI Jember,
untuk kelengkapan dokumennya:
 Untuk penyiar non pegawai LPP RRI Jember,
melampirkan Jadwal Roster / Jadwal Siaran;
 Melampirkan Surat Tukar Dinas (jika ada);
 Melampirkan Surat tugas, jika penyiar ditugaskan untuk
mengisi kegiatan diluar jadwal siaran;
 Surat Keputusan / Surat Perjanjian Kontrak Kerja.
 Untuk kontributor non pegawai LPP RRI Jember,
melampirkan berita yang dihasilkan yang selama 1 (satu)
bulan;
 Surat Keputusan / Surat Perjanjian Kontrak Kerja.
E. Programa 2 Siaran Kreatifitas Anak Muda

71
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).

72
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
4. Untuk biaya perjalanan dinas, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Surat tugas sudah disetujui oleh Kepala Stasiun LPP RRI
Jember dan telah mendapatkan legalitas di tempat tujuan
berupa tanda tangan pejabat dan stempel, serta Undangan
dari pihak penyelenggara acara (jika ada);
 Rincian Biaya Perjalanan Dinas;
 Dokumentasi kegiatan.
F. RRI NET – Obrolan Budaya
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;

73
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
3. Untuk kegiatan live music, kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
4. Belanja jasa profesi narasumber, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Kuitansi pembayaran kepada narasumber / bukti transfer
pembayaran kepada narasumber dengan nilai yang sudah
dikenakan pajak PPh 21;
 Fotokopi KTP narasumber;
 Fotokopi NPWP narasumber;
 Nomor telepon narasumber.
G. Dialog Interaktif Di Dalam Studio
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;

74
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi dan tanda tangan.
2. Belanja jasa profesi narasumber, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Kuitansi pembayaran kepada narasumber / bukti transfer
pembayaran kepada narasumber dengan nilai yang sudah
dikenakan pajak PPh 21;
 Fotokopi KTP narasumber;
 Fotokopi NPWP narasumber;
 Nomor telepon narasumber.
H. Dialog Interaktif Di Luar Studio
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi dan tanda tangan.
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;

75
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
4. Belanja jasa profesi narasumber, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Kuitansi pembayaran kepada narasumber / bukti transfer
pembayaran kepada narasumber dengan nilai yang sudah
dikenakan pajak PPh 21;
 Fotokopi KTP narasumber;
 Fotokopi NPWP narasumber;
 Nomor telepon narasumber.
5. Untuk biaya perjalanan dinas, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Surat tugas sudah disetujui oleh Kepala Stasiun LPP RRI
Jember dan telah mendapatkan legalitas di tempat tujuan

76
berupa tanda tangan pejabat dan stempel, serta Undangan
dari pihak penyelenggara acara (jika ada);
 Rincian Biaya Perjalanan Dinas;
 Dokumentasi kegiatan.
I. Program Siaran Langsung Reportase
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko);
 Daftar penerima konsumsi dan tanda tangan.
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;

77
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
4. Untuk biaya perjalanan dinas, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Surat tugas sudah disetujui oleh Kepala Stasiun LPP RRI
Jember dan telah mendapatkan legalitas di tempat tujuan
berupa tanda tangan pejabat dan stempel, serta Undangan
dari pihak penyelenggara acara (jika ada);
 Rincian Biaya Perjalanan Dinas;
 Dokumentasi kegiatan.
J. Program Produksi Spot
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi dan tanda tangan.
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;

78
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
K. Program Produksi Feature
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi dan tanda tangan.
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;

79
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
4. Untuk biaya perjalanan dinas, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Surat tugas sudah disetujui oleh Kepala Stasiun LPP RRI
Jember dan telah mendapatkan legalitas di tempat tujuan
berupa tanda tangan pejabat dan stempel, serta Undangan
dari pihak penyelenggara acara (jika ada);
 Rincian Biaya Perjalanan Dinas;
 Dokumentasi kegiatan.

L. Program Produksi Filler


1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;

80
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi dan tanda tangan.
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.

3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:


 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.

81
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
M. Program Produksi Majalah Udara
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi dan tanda tangan.
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;

82
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
4. Belanja jasa profesi narasumber / pengisi acara, untuk
kelengkapan dokumennya:
 Kuitansi pembayaran kepada narasumber / pengisi acara
atau bukti transfer pembayaran kepada narasumber /
pengisi acara dengan nilai yang sudah dikenakan pajak
PPh 21;
 Fotokopi KTP narasumber;
 Fotokopi NPWP narasumber;
 Nomor telepon narasumber.
N. Program Produksi Tanggap Bencana
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko);
 Daftar penerima konsumsi dan tanda tangan.
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;

83
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Notulen hasil rapat;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
4. Belanja jasa profesi narasumber / pengisi acara, untuk
kelengkapan dokumennya:
 Kuitansi pembayaran kepada narasumber / pengisi acara
atau bukti transfer pembayaran kepada narasumber /
pengisi acara dengan nilai yang sudah dikenakan pajak
PPh 21;
 Fotokopi KTP narasumber;
 Fotokopi NPWP narasumber;
 Nomor telepon narasumber.

84
O. Program Produksi Dokumenter Skala Nasional
1. Kegiatan Persiapan atau perencanaan, untuk kelengkapan
dokumennya:
 Konsep acara / kegiatan;
 Surat undangan untuk rapat konsep kegiatan;
 Daftar hadir rapat konsep kegiatan;
 Notulen hasil rapat konsep kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat konsep kegiatan;
 Nota pembelian konsumsi yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko).
 Daftar penerima konsumsi dan tanda tangan.
2. Kegiatan pelaksanaan, untuk kelengkapan dokumennya:
 Surat undangan kegiatan;
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Dokumentasi kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan;
 Layout / Rundown / Naskah kegiatan;
 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko);
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima.
3. Kegiatan evaluasi, untuk kelengkapan dokumennya:
 E-Flyer kegiatan (jika ada);
 Undangan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan;
 Daftar hadir kegiatan rapat evaluasi;
 Dokumentasi pelaksanaan rapat evaluasi;
 Notulen hasil rapat;

85
 Nota pembelian barang / jasa yang tercantum informasi
lengkap (tanggal pembelian, barang yang dibeli, cap
stempel toko, dan tanda tangan dari toko);
 Daftar penerima konsumsi beserta tanda tangan penerima;
 Bukti kegiatan yang sudah disimpan dalam Compact Disk
atau Flash Disk.
4. Belanja jasa profesi narasumber / pengisi acara, untuk
kelengkapan dokumennya:
 Kuitansi pembayaran kepada narasumber / pengisi acara
atau bukti transfer pembayaran kepada narasumber /
pengisi acara dengan nilai yang sudah dikenakan pajak
PPh 21;
 Fotokopi KTP narasumber;
 Fotokopi NPWP narasumber;
 Nomor telepon narasumber.

5. Untuk biaya perjalanan dinas, untuk kelengkapan dokumennya:


 Surat tugas sudah disetujui oleh Kepala Stasiun LPP RRI
Jember dan telah mendapatkan legalitas di tempat tujuan berupa
tanda tangan pejabat dan stempel, serta Undangan dari pihak
penyelenggara acara (jika ada);
 Rincian Biaya Perjalanan Dinas;
 Dokumentasi kegiatan.

86
DAFTAR PUSTAKA

Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Keuangan


Republik Indonesia Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286).

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004


Tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355).

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004


Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400).

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Standar Akuntansi


Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165).

Kepala Stasiun LPP RRI Jember. 2022. Nota Dinas Nomor ND


1450/RRI.JR/09/2022 Tentang Surat Pengajuan Pertanggungjawaban
Anggaran.

87
NOTA DINAS KELENGKAPAN PENGAJUAN
PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

88
CONTOH SURAT TUGAS KEGIATAN

89
CO
NTOH DAFTAR HADIR RAPAT PERSIAPAN

90
91
CONTOH DAFTAR HADIR PELAKSANAAN KEGIATAN

92
CONTOH DAFTAR HADIR RAPAT EVALUASI

93
CONTOH NOTULENSI RAPAT PERSIAPAN KEGIATAN

94
CONTOH NOTULENSI RAPAT EVALUASI KEGIATAN

95
CONTOH DOKUMENTASI KEGIATAN

96
CONTOH LAMPIRAN MEDIA ORDER

97
CONTOH LAMPIRAN PERJANJIAN KERJA SAMA

98
CONTOH LAMPIRAN UNDANGAN PERJALANAN DINAS

99
CONTOH LAMPIRAN SURAT PERJALANAN DINAS

100
CONTOH LAMPIRAN SURAT PERJALANAN DINAS YANG SUDAH
DILEGALISASI DI TEMPAT TUJUAN

101

Anda mungkin juga menyukai