Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Apresiasi Musik
Apresiasi musik dapat didefinisikan sebagai dicapainya kemampuan untuk
mendengarkan musik dengan penuh pengertian. Meskipun orang memiliki
kemampuan yang berbeda dalam daya tangkap musikal mereka, tak seorangpun
lahir dengan kemampuan ini, ia hanya dapat dicapai. Usaha secara sadar
merupakan keharusan yang dituntut sepanjang waktu dalam latihan
mendengarkan musik secara penuh pengertian. Oleh karena itu kita akan
menyadari, dengan cara yang bagaimana anda dapat mencapai kemampuan untuk
mendengarkan secara penuh pengertian. Menyukai dan menghargai adalah
istilah-istilah yang berhubungan; tetapi keduanya tidak berarti sama. Sangatlah
mungkin untuk menyukai musik yaitu untuk menerima kesenangan dari sebuah
karya musik tanpa memahami atau sungguh-sungguh melakukan apresiasi
terhadap karya musik itu sendiri. Secara teknis sangatlah mungkin untuk
memahami sebuah komposisi musik tanpa menyukai sepenuhnya. Meski
demikian, beberapa pengertian mengenai hal itu, dan tanpa peduli seindah
apapun suatu pengalaman pergelaran musik menyenangkan bagi pendengar,
beberapa tambahan pengertian yang dapat kita sertakan kepada musik tersebut
akan mendorong puncak penikmatan kita.Tingkat apresiasi musik yang
sesungguhnya dapat kita capai tergantung kepada besarnya sikap kita sebagai
pendengar.10
Terdapat lima macam cara mendengarkan yaitu:
a. Mendengarkan secara pasif.
Dalam beberapa situasi musik tidak diharapkan menurut perhatian
sepenuhnya dari pendengar. Musik makan malam dipergelarkan tidak
sebagai musik konser melainkan sebagai “musik latar belakang” yang
dimaksudkan untuk mendorong kenikmatan santap malam dan percakapan,
10
Hugh M Miler, Apresiasi Musik (Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya, 2001), 3-4

9
10

Musik yang sangat bagus dari ilustrasi film dimakdudkan semata-mata untuk
memperkuat suasana adegan- adegan visual.
Marcing band di lapangan sepak bola lebih merupakan suatu pertunjukan
dibanding sebuah konser. Dalam situasi-situasi seperti itu, hubungan pendengar
kepada musik adalah bersifat pasif. Ia mendengar musik tapi tidak sesungguhnya
mendengarkan kepadanya, dan oleh karena itu apresiasi yang sebenarnya tidak
terdapat dalam kondisi-kondisi demikian. Tetapi bila musik diperdengarkan
untuk kepentinganya sendiri, pendengar akan menyadari bahwa sesuatu yang
lebih dari skedar sikap pasif adalah hal penting agar dapat menyukainya

b. Mendengarkan secara menikmati


Untuk mendengarkan secara menikmati dituntut suatu tingkat perhatian
yang lebih besar. Disini pendengar mencapai kesenangan dari kesadaran untuk
mencari keindahan bunyi. Nada-nada yang jernih dari sebuah fluit atau
suara lonceng di kejauhan, sonorotas suara organ cathedral atau bunyi
paduan suara yang besar, kemegahan orkes simfoni semuanya merupakan bunyi
yang dapat dinikmati dengan sendirinya tanpa pendengar memiliki
pengertian musik sekalipun. Sensasi-sensasi yang dapat dinikmati dari nada-
nada musical memiliki beberapa nilai berharga bagi apresiator, tetapi
kesemuanya itu tidak menjanjikan sejumlah besar dari apa yang disebut dengan
apresiasi yang sebenarnya.

c. Mendengarkan secara emosional


Mendengarkan musik dengan sikap semacam ini, pendengar menyadari
terutama atas reaksi-reaksinya sendiri terhadap musik, dengan emosi-emosi serta
ungkapan-ungkapan yang dibangkitkan oleh musik. Inilah sikap yang dengan cara
apapun tidak dapat di benarkan. Musik dapat mnyediakan pengalaman keindahan
bagi para pendengarnya. Mendengarkan secara emosional adalah suatu sikap yang
melekat terhadap musik, dan karena itu hal ini tidak menuntut konsentrasi atau
latihan yang sungguh-sungguh.
11

d. Mendengarkan secara perseptif


Mendengarkan secara perseptif dibanding mendengarkan secara pasif, secara
menikmati, dan mendengarkan secara emosional menuntut konsentrasi pada
musik itu sendiri serta kesadaran yang tajam tentang apa yang terjadi pada
musik. Inilah cara mendengarkan musik, lebih dari yang lain, yang membawa
kepada apresiasi yang sebenarnya. Apresiasi musik dalam pengertian ini, berarti
mengetahui untuk apa mendengarkan, memahami apa yang didengar, dan oleh
sebab itu memiliki dasar-dasar objektif untuk mengalami seni musikal.

d. Sikap-sikap yang digabungkan


Barang kali benar bahwa tak satupun dari keempat sikap terhadap musik
tersebut muncul dalam bentuknya yang murni dalam diri seseorang. Memang tak
satupun seluruh pengalaman musik itu semata-mata pasif, nikmat,
emosional,atau perseptif. Sama halnya bahwa dalam mendengarkan sebuah
komposisi yang panjang, sikap anda akan berganti-ganti dari jenis mendengar
yang satu ke jenis yang lainnya. Dari keempat sikap tadi, adalah mendengar
secara persptif yang menuntut usaha paling besar dari pihak pendengar, inilah
sikap yang melalui kemampuan anda sendiri dalam memahami musik dengan
ungkapan kata yang paling berarti tubuh meliputi pengalaman anda.11
Jazuli menyatakan berapresiasi (to appreciate) berarti menghargai. Kata
“menghargai” melibatkan dua pihak yaitu subjek sebagai pihak yang memberi
penghargaan dan objek yang bernilai sebagai pihak yang dihargai.12
Tingkatan mengapresiasi suatu karya seni adalah sebagai berikut: (1)
Tahap penikmatan, merupakan tahap pengenalan awal yang diperoleh dari hasil
melihat atau mendengarkan; (2) Tahap penghargaan, ingatlah bahwa untuk
mencapai rasa senang yang sebesar-besarnya dari musik, kita harus memiliki
tahap apresiator menemukan kebaikan, nilai, manfaat, dan merasakan pengaruh
karya seni kedalam jiwanya; (3) Tahap pemahaman, apresiator telah mengerti

11
Hugh M Miler, Apresiasi, 19
12
M Jazuli, Paradigma Seni Pertunjukan (Semarang: Unesa University Press, 2008), 80.
12

berbagai unsur karya seni yang dilihat/ didengar dan mampu membuat
kesimpulan; (4) Tahap penghayatan, apresiator telah mampu menganalisis,
menafsirkan dan menyusun pendapatnya atas karya seni yang dilihat/didengar;
(5) Tahap aplikatif/penerapan, apresiator telah mampu mengemukakan ide baru
dan mendayagunakan hasil-hasil apresiasi yang diperolehnya.13
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
mengapresiasi musik adalah bagaimana kita sebisa mungkin memahami musik
dengan keterbatasan masing-masing manusia untuk mendengarkan dengan penuh
pengertian, meski kita tidak harus mendapatkan rasa senang atau menyukai
musik yang kita dengarkan.

2. Kesenian Tradisional Saluang


Kesenian tradisional atau biasa dikatakan kesenian asli Indonesia terbagi
menjadi berpuluh-puluh kesenian daerah, yang terdiri dari seni rakyat dan seni
klasik.14 Kesenian tradisional selalu diteruskan secara alami atau turun-temurun
dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga kesenian tradisional secara tidak
langsung telah mengangkat dalam masyarakat selanjutnya dinyatakan bahwa
kesenian tradisional adalah kesenian yang ada serta berkembang dalam
masyarakat. Kesenian tradisional rakyat adalah kesenian yang khas dan erat sekali
hubungannya bahkan sama sekali tidak terlepas dari latar belakang alam dan
segala aspek kehidupan masyarakat daerah sebagai pendukungnya.
Apabila ditinjau dari dasar penciptanya, maka kesenian tradisional
memiliki ciri-ciri khusus yang menjadi identitas kesenian yaitu nilai-nilai
yang dianut serta gagasan-gagasan yang melatarbelakanginya. Kesenian
tradisional, urutan yang telah mempunyai usia panjang lahir dengan sendirinya di
tengah- tengah masyarakat tanpa diketahui nama penciptanya dan juga tidak
diketahui sejak kapan kesenian itu lahir.

13
Malarsih, “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menari Tari Klasik Gaya Sukarata
Melalui Pendekatan Apresiasi”, Jurnal Seni Apresiasi. Volume 6, (Semarang: Prees, Desember
2006), 569.
14
Tjetjep Rohidi, Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan (Bandung: STISI 2000 ),
101.
13

Tradisional dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang sesuai dengan


tradisi, kerangka pola-pola maupun penerapan yang selalu berulang. Hal ini
berarti suatu pewarisan yang dilimpahkan dari angkatan tua kepada angkatan
muda atau merupakan terusan atau kelanjutan bentuk masa lalu. Seni tradisi
yang secara teknis telah jauh mengalami perkembangan akan menampakkan
kecenderungan untuk selalu kembali kepada bentuk-bentuk tertentu.
Kecenderungan-kecenderungan bentuk inilah yang memberi tanda kepada
gaya. Penikmatan pun terjadi melalui lorong-lorong tersebut yang terarah
secara khas. Bentuk-bentuk tertentu dan tidak jarang pula mengandung lambang-
lambang. Seni tradisi dengan demikian memberi kesan “selalu berulang-ulang”
tetapi toh ternyata inovasi dalam penggarapan selalu terjadi dengan kadar yang
bertingkat-tingkat.15
Kesenian tradisional dalam pertumbuhannya bertalian erat dengan
lingkungan sosial budaya sebagai contoh hubungan antara kegiatan seni dengan
lingkungan sosial adalah kesenian tradisional Bali mempunyai kesatuan khas
yang mencerminkan kejiwaan suku bangsa Bali. Sehingga kesenian tradisional
adalah kesenian yang lahir karena adanya dorongan emosi dan ungkapan batin
yang dinyatakan dalam bentuk simbolis yang menggambarkan arti kehidupan
pendukungnya. Oleh karena itu nilai yang terkandung dalam kesenian
tradisional adalah nilai yang bersumber dan pandangan hidup masyarakat
pendukungnya.16
Dengan demikian dari beberapa penelitian yang dijelaskan di atas, dapat kita
simpulkan bahwa kesenian tradisional adalah suatu keindaha yang diciptakan
oleh manusia yang secara turun temurun diwariskan dari generasi ke generesi
dan dijaga kelestariannya sebagai identitas manusia yang menempati suatu
daerah.
Saluang adalah alat musik tradisioan asal Minangkabau, Sumatera Barat.
Secara etomologis, nama saluang diambil dari nama seruling panjang yang kerap
15
Edi Sedyawati, Pertumbuhan Seni Pertunjukan (Jakarta: Sinar Harapandi 1981), 48.
16
Suwaji Bastomi, Apresiasi Kesenian Tradisional (Semarang: IKIP Semarang Press,
1988), 14-16.
14

menjadi alat musik pengiring dalam pertunjukan musik. Saluang jo Dendang-


saluang merupakan sebutan lain dari kesenian ini. Saluang sendiri merupakan
salah satu alat musik tradisional khas, Minangkabau, Sumatera Barat. Seperti
jenis seruling pada umumnya, alat musik tiup ini terbuat dari talang atau bambu
tipis dalam bahasa latin bernama Schizostachyum brachycladum Kurz.
Hal yang utama dalam memainkan saluang ini adalah cara meniup dan
menarik nafas secara bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat
musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus (circular breathing). Teknik yang
dinamakan manyisiahangok kini dapat dikuasai dengan latihan yang
berkesinambungan.
Permainan musik ini dapat dinikmati di perkawinan, batagak rumah,
batagak pangulu, dan lain-lain. Apabila ingin menikmati permainan saluang ini,
hendaknya datang ke acara tersebut setelah salat Isya dan baru akan berakhir
menjelang subuh. Dendangan para dara-dara cantik Minang bisa menjadi daya
tarik tersendiri selain kelihaian para pemainnya. Dendangan saluang sendiri
berisikan pesan, sindiran, dan juga kritikan halus. Dendangan tersebut dapat
mengembalikan ingatan si pendengar terhadap kampung halaman ataupun
terhadap kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani.
Selain keunikan-keunikan yang terdapat pada kesenian dan alat musik ini,
ada satu hal yang tak kalah uniknya, yaitu gaya memainkan saluang ternyata
berbeda-beda. Setiap daerah di Minangkabau memiliki cara tersen diri dalam hal
meniup saluang. Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan sendiri cara
meniup saluang. Hal inilah yang menyebabkan keragaman gaya meniup dan
memainkan saluang. Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan
Pauah adalah nama daerah sekaligus nama gaya dalam meniup saluang. Gaya
Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada
Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Ratok Solok dari daerah Solok
menjadi gaya yang paling sedih di telinga.
Seperti yang telah disebutkan bahwa alat musik ini tergolong alat musik
seruling. Alat musik seruling sendiri termasuk rumit cara membuatnya, namun
berbeda dengan jenis alat musik seruling lainnya, saluang lebih sederhana
15

pembuatannya. Pertama, pilih dan potong talang atau bambu sepanjang 40-60
cm, dengan diameter 3-4 cm. Kemudian lubangi talang atau bambu dengan
empat lubang. Setelah itu, saluang siap didendangkan, tentunya nada harus diatur
terlebih dahulu.17

3. Media Massa
1. Pengertian Media Massa
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang ( mass communication is massages
communicated through a mass medium to a large number of people ). Dari
defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus
menggunakan media massa.18
Media massa adalah sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung
dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi, dan surat kabar.19

2. Jenis-jenis Media Massa


Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni media
massa cetak dan media masa elektronik dan media massa online.20

3. Peranan Media Massa


Denis McQuail mengemukan sejumlah peran yang dimainkan media massa
selama ini, yakni:21
a. Industtri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan
industri lain utamanya dalam periklanan dan promosi.
b. Sumber kekuatan-alat control, manajemen, dan inovasi masyarakat.

17
(https://www.id.wikipedia.org/wiki/saluang/diakses selasa, 23 agustus 2016 jam
20.00WIB)
18
Elvinaro Ardianto, M.Si dkk, komunikasi massa satu pengantar,( Bandung : Simbiosa
Rekatama Media, 2014 ), 3
19
William R, Media Massa dan Masyarakat Modern, ( Jakarta : Prenada Media,2003), 25
20
Elvinaro Ardianto, M.Si dkk, komunikasi, 103
21
Winarni, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,(Jakarta : UMM Press, 2003),80
16

c. Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.


d. Wahana pengembangan kebudayaan- tata cara, mode, dan gaya hidup

4. Karakteristik Media Massa


1. Publisitas yaitu disebar luaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2. Universalitas yaitu pesan atau isinya bersifat umum, tentang segala aspek
kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut
kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak
( masyarakat umum)
3. Periodisitas yaitu terbit atau dipublikasikan secara tetap atau berkala,
misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
4. Kontinuitas yaitu berkesinambungan atau terus menerus sesuai periode
mengudara atau jadwal terbit.
5. Aktualitas yaitu berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa
terbaru (berita), tips baru, dan sebainya. Aktualitas juga berarti kecepatan
penyampaian informasi kepada publik. 22

5. Fungsi Media Massa


Fungsi media massa menurut Harold D. Laswell23 :
a. Informasi (to inform) — memberikan informasi.
b. Mendidik (to educate) — mendidik publik.
c. Menghibur (to entertain) — memberikan hiburan
d.
Radio adalah media massa elektronik yang tertua dan sangat lawas. Selama
hampir satu abad lebih keberadaannya, radio telah berhasil mengatasi persaingan
keras dengan media massa lainya. Radio telah beradaptasi dengan perubahan
dunia, dengan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi
dengan media lain.

22
H. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi,(Jakarta : PT. Raja Grafindo ,2006),
80
23
Nurudin, Komunikasi Massa, (Malang : Cespur 2003), 30
17

4. Teori S O R
Teori S O R ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang
sederhana, dimana efek merupakan reaksi pada stimulus tertentu. Dengan
demikian, seseorang dapat menjelaskan kaitan erat antara pesan-pesan media dan
reaksi audien. McQuail menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah (a)
pesan ( Stimulus ), (b) seorang penerima atau reciver ( Organisme ), dan (c) efek
( Respons).24
Teori S O R awalnya merupakan teori pada ilmu psikologi namun seiring
perkembanganya, teori ini menjadi teori ilmu komunikasi pula karena objek
material psikologi dan komunikasi yang sama yaitu manusia yang jiwanya
meliputi opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Efek yang ditimbulkan S O R
adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga orang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikasi.
Perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu itu
sendiri. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Dan proses berikutnya adalah komunikan mengolah dan
menerimanya, maka akan terbentuk sikap terhadap sesuatu yang diperkenalkan,
yang didalam ini adalah prilaku berkunjung. 25 Bila dikaitkan dengan penelitian ini
maka :
S (stimulus) yakni pesan : Program Musik Tradisional Saluang di
Radio Harau 100,6 Fm

0 (orgsnism) komunikan : Remaja Tanjung Pati usia 17-21 tahun


baik pria maupun wanita
R (respon) efek : Apresiasi

Perubahan yang terjadi pada individu, sangat bergantung pada proses yang
terjadi pada individu sendiri. stimulus atau pesan yang disampaikan kepada
24
Burhan Bungin, sosiologi komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2014) , 281
25
Effendi, Onong Uchjana, ilmu teori dan filsafat komunikasi,(Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), 255
18

komunikan mungkin diterima atau ditolak. Maka setelah terjadinya proses-proses


yang ada dalam diri komunikan maka perubahan yang akan terjadi pada kasus ini
adalah:

a. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif ialah perubahan yang mengakibatkan khalayak berubah
dalam hal pengetahuan, pandangan, pendapat terhadap sesuatu yang
diperolehnya, efek ini terjadi pada mereka ketika melihat, membaca,
mendengar pesan komunikasi yang disampaikan.
b. Perubahan afektif
Perubahan afektif yaitu pengaruh yang berhubungan dengan sikap kita
terhadap sesuatu. Efek ini berhubungan dengan pribadi masing-masing orang,
karena setiap orang mendapatkan sikap yang beda ketika mendapatkan
pesan/stimulus.
c. Perubahan behavioral
Perubahan behavorial yaitu efek yang berhubungan dengan prilaku nyata
yang meliputi tindakan atau sikap yang diperoleh. Pengaruh ini pada akhirnya
akan mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.

B. Kajian Terdahulu
Tinjauan pustaka yang digunakan peneliti agar tidak ada kesamaan dengan
penelitian yang sebelumnya.
1. M. Ricky Juliardi26 penelitian ini tentang “Apresiasi Masyarakat Terhadap
Kesenian Burok Grup Pandawa Nada Di Desa Kemurang Wetan Kabupaten
Brebes”. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
kualitatif Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut mempunyai
kesimpulan bahwa apresiasi masyarakat desa Kemurang Wetan Kabupaten
Brebes terhadap kesenian Burok grup Pandawa Nada terbagi menjadi tiga

26
Skripsi, M. Ricki Juliardi, Apresiasi Masyarakat Terhadap Kesenian Burok Grup
Pandawa Nada Di Desa Kemurang Wetan Kabupaten Brebes, (Semarang: Universutas Negri
Semarang, 2013), 80
19

hal yaitu (1) Tanggapan, sebagian besar masyarakat desa Kemurang Wetan
yang menyukai kesenian Burok grup Pandawa Nada beranggapan bahwa
kesenian Burok grup Pandawa Nada memiliki bentuk tokoh-tokoh Burok
yang lengkap dan ada juga yang beranggapan bahwa kesenian Burok grup
Pandawa Nada selalu up to date dalam setiap penampilannya. Sedangkan
masyarakat yang kurang menyukai kesenian Burok grup Pandawa Nada
dikarenakan takut dengan tokoh-tokoh yang berwajah seram dalam Burok,
selain itu juga karena iringan musiknya diganti dengan iringan musik
dangdut. (2) Pemahaman, yaitu meliputi, gerak, iringan musik, tata rias
dan busana. Gerakan pada kesenian Burok umumnya kurang dipahami oleh
masyarakat desa Kemurang Wetan, namun ada juga sedikit warga
masyarakat yang memahami gerakan Burok karena mereka sering melihat
latihan Burok.
2. Febriramawati27 penelitian ini tentang “Apresiasi Masyarakat Terhadap
Pertunjukan Saluang Dangdut Di Kecamata Pauh Kota Padang”. Metode
penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif analisis. Dari hasil penelitian dan
pembahasan tersebut mempunyai kesimpulan bahwa bahwa apresiasi
masyarakat Pauh terhadap pertunjukan saluang dangdut apabila dilihat dari
keluarga penyelenggara mempunyai penilaian yang baik, tetangga/kerabat
mempunyai apresiasi sangat baik dan para tamu mempunyai penilaian yang
sangat baik sekali. Hal ini terbukti dari penelitian yang penulis lakukan
dan wawancara dengan masyarakat Pauh, diantaranya tukang saluang,
pedendang dan penelitian langsung ke lokasi pertunjukan saluang dangdut.
3. Akhyar Ulfa28 penelitian ini tentang “Apresiasi Masyarakat Dalam
Pertunjukan Organ Tunggal Di Kenegrian Anding Kecamatan Lima Puluh
Kota”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan medote
deskriptif. Dengan kesimpulan (1) Kesenian Organ Tunggal secara umum

27
Skripsi, Febriramawati, Masyarakat Terhadap Pertunjukan Saluang Dangdut Di
Kecamata Pauh Kota Padang, (Padang: Universitas Negri Padang, 2012) 60
28
Skripsi, Akhyar Ulfa, Apresiasi Masyarakat Dalam Pertunjukan Organ Tunggal Di
Kenegrian Anding Kecamatan Lima Puluh Kota, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2010), 70
20

diterima keberadaannya dalam masyarakat Kenagarian Anding dan ada juga


sebagian masyarakat yang tidak menerima keberadaan Organ Tunggal karena
goyangan artisnya terlalu fulgar. (2) Masyarakat Anding secara umum
menatikan musik tripping untuk berjoget bersama malam hari.
4. Noni Sukmawati29 penelitian ini tentang “Bagurau Dendang Dalam
Perspektif Perubahan Budaya Minangkabau”. Motode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan obsersi-
parsitipatif. Dengan kesimpulan yang diperoleh bahwa telah terjadi
perubahan sosial dalam masyarakat Minangkabau. Perubahan ini tergambar
dengan kuat di dalam perkembangan yang terjadi dalam pertunjukan bagurau,
terutama hubungannya dengan munculnya perempuan sebagai pelaku utama.
5. Mery Susanti30 penelitian ini tentang “Apresiasi Masyarakat Jorong Guguak
Terhadap Tari Batu Barajuik”. Jenis penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif. Kesimpulan yang diperoleh peneliti Tari Batu Barajuik saat ini
secara bentuk dan aktivitas masih tetap ada di daerah Jorong Guguak
Pariangan. Namun, keberadaannya tidak mendapat tempat dalam kehidupan
sosial budaya masyarakat. Masyarakat sebagian besar kurang peduli dengan
tari Batu Barajuik.
6. Elisabet Christiyanto 31 penelitian ini tentang “RRI DAN MEDIA
PELESTARIAN BUDAYA” kesimpulan Events, dalam bentuk
menyelenggarakan panggung Wayang Orang, menyelenggarakan lomba
busana adat Jawa yang diselenggarakan pada 16 setiap memperingati Hari
Kartini, dan event-event yang terkait dengan budaya Jawa.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diatas yang memiliki tujuan
yang hampir sama yaitu untuk mengetahui bagaimana apresiasi masyarakat pada
seni tradisional. Untuk itu pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui
bagaimana apresiasi remaja pada program musik tradisional saluang di Radio

29
Skripsi, Noni Sukmwati, Bagurau Dendang Dalam Perspektif Perubahan Budaya
Minangkabau, (Padang: Univesitas Andalas, 2011), 80
30
Skripsi, Mery Susanti, Apresiasi Masyarakat Jorong Guguak Terhadap Tari Batu
Barajuik, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2010), 70
31
Skripsi, Elisabet Christiyanto, RRI dan Media Pelestarian Budaya, (Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 2009), 70
21

Harau 100,6 fm di Kecamatan Harau Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat. Karena


pada zaman yang sudah moderen seperti saat ini musik tradisional sudah mulai di
lupakan oleh remaja.

C. Devenisi Konseptual
1. Apresiasi
Apresiasi adalah Kata apresiasi (Apreciation) menurut kamus Inggris-
Indonesia artinya Penghargaan, pengertian dan pengetahuan.32
Apresiasi musik dapat didefinisikan sebagai dicapainya kemampuan untuk
mendengarkan musik dengan penuh pengertian. Meskipun orang memiliki
kemampuan yang berbeda dalam daya tangkap musikal mereka, tak seorangpun
lahir dengan kemampuan ini, ia hanya dapat dicapai. Usaha secara sadar
merupakan keharusan yang dituntut sepanjang waktu dalam latihan
mendengarkan musik secara penuh pengertian.33

2. Program Siaran
Program siaran dapat didefinisikan sebagai satu bagian atau segmen dari isi
siaran radio ataupun televisi secara keseluruhan. Sehingga memberikan
pengertian bahwa, dalam siaran keseluruhan terdapat beberapa program yang
diudarakan. Atau dapat dikatakan bahwa siaran keseluruhan satu stasiun
penyiaran tersusun dari beberapa program siaran. Masing-masing program siaran
ini menempati waktu tertentu dengan durasi tertentu yang biasanya tergantung
dari jenis programnya, apakah jenis hiburan, informasi iptek, dan berita Slot
waktu masing-masing program ini dirancang sesuai dengan tema program itu
(programming), sehingga menjadi satu jadwal siaran tiap harinya. 34

32
Nooryan Bahari. Kritik Seni Wacana, Apresiasi, dan Kreasi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), 148.
33
Hugh M Miler, Apresiasi Musik (Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya, 2001), 3-4
34
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemrograman_siaran diakses pada rabu 1
november 2017.
22

3. Apresiasi Terhadap Program Musik Tradisional Saluang


1. Jam Tayang
Jam tayang adalah adalah waktu blok sebuah program siaran yang
berlangsung selama waktu tertentu.

2. Durasi
Durasi adalah rentang waktu atau lamanya sesuatu hal atau sebuah peristiwa
berlangsung, durasi merupakan sebuah kata yang biasanya identik dengan
masalah waktu dan gelaran sebuah acara yang sedang berlangsung, baik itu acara
yang digelar secara langsung maupun acara yang bersifat sebuah tayangan
semata. Namun diluar hal tersebut, durasi juga sering dipakai untuk
menggambarkan kurun waktu yang habis terpakai untuk melakukan suatu hal
yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang sekaligus.

3. Jenis Musik Saluang


Jenis musik adalah pengelompokan musik berdasarkan kemiripan satu sama
lain atau berdasarkan criteria tertentu.
a. Musik saluang klasik
Musik saluang klasik adalah musik tradisional yang berasal dari Sumatera
Barat.
b. Musik saluang remix
Musik saluang remix adalah Musik saluang yang sudah dikolaborasikan
dengan musik modern.

4. Pembawa Acara
Pembawa acara adalah orang yang bertugas sebagai tuan rumah sekaligus
pemimpin acara dalam panggung pertunjukan atau hiburan di televisi atau radio.
a. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan sebuah pikiran lewat bahasa
untuk menimbulkan kesan- kesan tertentu serta memperlihatkan jiwa dan
kepribadian si pemakai bahasa
23

b. Wawasan
Wawasan adalah pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal.
D. Oprasional Variabel

Tabel 2.1
Operasional variabel
No Indikator Instrumen
1 Jam Tayang 1. sangat setuju
2. setuju
3. cukup setuju
4. tidak setuju
5. sangat tidak setuju
2 Durasi 1. 240 menit
2. 192 menit
3. 144 menit
4. 98 menit
5. 48 menit
3 Jenis Musik Saluang
a. Musik Saluang Kalsik 1. sangat suka
2. suka
3. cukup suka
4. tidak suka
5. sangat tidak suka
b. Musik Saluang Remix 1. sangat suka
2. suka
3. cukup suka
4. tidak suka
5. sangat tidak suka
24

4 Pembawa Acara
a. Gaya bahasa pembawa 1. sangat baik
acara 2. baik
3. cukup baik
4. tidak baik
5. sangat tidak baik
b. Wawasan pembawa acara 1. sangat baik
Tentang Musik Saluang 2. baik
3. cukup baik
4. tidak baik
5. sangat tidak baik

Anda mungkin juga menyukai