Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nucke novia wahyu rahmadani

Jurusan : sosiologi

Matkul : sistem ekonomi indonesia

Nim : 044556232

Jawaban tugas 3

Pertanyaan:

1.Jelaskan permasalahan, tantangan, dan strategi dalam pembangunan ekonomi nasional saat ini!

2.Ekonomi kerakyatan diartikan sebagai suatu perekonomian dimana pelaksanaan kegiatan,


pengawasan kegiatan, dan hasil-hasil dari kegiatan dinikmati oleh rakyat. Jelaskan potensi dan kendala
ekonomi kerakyatan di Indonesia!

Jawaban:

1.Permasalahan dan tantangan dalam pembangunan ekonomi yang dihadapi ini, antara lain adalah
sebagai berikut.1.Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan rendah menurunnya
tingkat kesejahteraan rakyat dan munculnya berbagai masalah sosial yang mendasar. Pada tahun 2003,
jumlah pengangguran terbuka mencapai 9,5 juta jiwa (9,5 persen) dan setiap tahunnya sekitar 2,5 juta
angkatan kerja baru menambah jumlah angkatan kerja. Persentase penduduk miskin pada tahun 2004
menjadi 16,6 persen, namun masih mencakup jumlah yang besar yaitu sekitar 36,1 juta jiwa. Di samping
itu, penurunan jumlah pengangguran dan kemiskinan sangat rentan terhadap perubahan kondisi politik,
ekonomi, konflik sosial yang dan terjadi di berbagai daerah, dan bencana alam.Di samping masalah-
masalah pokok tersebut di atas, terdapat berbagai permasalahan mendasar yang menuntut perhatian
khusus dalam membangun ke depan, di antaranya adalah: (1) masih lemahnya karakter bangsa, (2)
belum terbangunnya sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan yang berkelanjutan; (3)
belum berkembangnya nasionalisme kemanusiaan serta demokrasi politik dan ekonomi; (4) belum
terejawantahnya nilai-nilai utama kebangsaan dan belum berkembangnya sistem yang memungkinkan
masyarakat untuk mengadopsi dan memaknai nilai-nilai kontemporer secara bijaksana; serta (5)
kegamangan dalam menghadapi masa depan serta rentannya sistem pembangunan, pemerintahan, dan
kenegaraan dalam menghadapi perubahan.

Berbagai permasalahan mendasar tersebut memberikan sumbangan yang besar bagi keseluruhan sistem
pemerintahan dan ketatanegaraan. Penanganan yang tidak sistemik terhadap permasalahan mendasar
tersebut sering melahirkan persoalan baru yang berkembang dewasa ini baik di bidang ekonomi, sosial,
politik, kelembagaan, maupun keamanan yang membuat pemecahan masalah menjadi kian rumit.

Permasalahan mendasar perlu ditangani secara sistemik dan berkelanjutan yang sering membutuhkan
jangka waktu yang panjang. Sementara itu rakyat cenderung mengharap dan ingin melihat suatu hasil
yang dapat dinikmati searah langsung dalam jangka pendek. Oleh karena itu upaya pemecahan
permasalahan-permasalahan yang bersifat mendesak dan yang berkembang dewasa ini tetap memiliki
perspektif dan konsistensi kebijakan dengan upaya jangka panjang.

Peningkatan ketahanan sektor keuangan, melalui implementasi sistem keuangan yang sehat, mantap,
serta efisien guna mendukung stabilitas ekonomi makro, yang difokuskan pada:

1.pemantapan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter antara pemerintah dan Bank Indonesia;

2.peningkatan kinerja dan stabilitas lembaga jasa keuangan; dan peningkatan Good Corporate
Governance.

3.Kebijakan dalam rangka pengembangan ekspor yang akan ditempuh dalam jangka menengah antara
lain meliputi peningkatan daya saing, diversifikasi baik produk maupun negara tujuan ekspor,
peningkatan nilai tambah, serta peningkatan kerja sama perdagangan internasional. Untuk
meningkatkan daya saing, antara lain dilakukan dengan deregulasi dalam rangka menghilangkan
hambatan yang dialami dunia usaha agar mampu bersaing di luar negeri, meningkatkan efisiensi
produksi dan pemasaran, mengembangkan mutu serta dukungan sarana dan prasarana perdagangan,
jasa angkutan, dan jasa perbankan.

Kebijakan impor, khususnya impor bahan baku/penolong dan barang modal, meliputi antara lain
peningkatan efisiensi perekonomian nasional dengan membebaskan dan melonggarkan tata niaga
berbagai jenis barang impor, restrukturisasi tarif, dan penurunan tarif secara bertahap dan transparan.

Dalam hal arus modal, untuk memperbaiki arus modal pemerintah dilakukan penyempurnaan
pengelolaan pinjaman luar negeri guna meningkatkan efektivitas pinjaman (aid effectiveness). Begitu
juga penganekaragaman sumber pinjaman, mekanisme pemantauan dan evaluasi yang cermat tentang
jumlah, komposisi denominasi valuta, tingkat suku bunga, dan jatuh waktu pelunasan akan terus
disempurnakan. Peningkatan arus modal swasta, terutama investasi luar negeri langsung, melalui
pemberian jaminan kepastian berusaha dan keamanan investasi, akan terus dikembangkan iklim
investasi yang menarik, prosedur yang sederhana, pelayanan.

2.Kebebasan berusaha yang di dukung oleh fasilitas perizinan, modal, dan manajemen modern,
menyebabkan banyak produk-produk industri besar dan menengah mendesak keberadaan produk yang
dihasilkan oleh industri kecil dan kerajinan rakyat.Bahwa dalam perekonomian Indonesia peranan sektor
industri kecil dan kerajinan rakyat dalam menyerap tenaga kerja lebih besar dibandingkan industri besar
dan menengah. Karena peranan faktor produksi tenaga kerja di sektor industri dan kerajinan merupakan
permintaan turunan dari output industri kecil dan kerajinan, maka tergusurnya pasar output industri
kecil dan kerajinan tersebut akan mematikan sebagian potensi penyerapan tenaga kerja. Upaya yang
nyata dari pemerintah selama ini untuk melindungi industri kecil dan kerajinan baik di pasar output
maupun input dalam persaingan dengan industri besar dan menengah nyaris tidak ada. Perlindungan ini
sangat diperlukan oleh industri kecil dan kerajinan, mengingat output dari industri kecil yang beragam
ini masih dibutuhkan oleh mayoritas konsumen lapisan bawah.
Penggunaan bahan mentah domestik yang dihasilkan oleh sektor tradisional seperti pertanian, tambang,
dan galian amat kurang, baik sebagai input antara atau yang masih harus diolah lagi dalam proses
produksi maupun untuk konsumsi akhir. Penggunaan "local content" yang rendah ini karena
pertimbangan efisiensi teknis yang rendah, sehingga menggunakan jalur impor untuk memiliki
kebutuhan tersebut. Akibatnya, usaha peningkatan produksi sektor tradisional tidak memperoleh
insentif untuk berkembang. Pada hal sektor tradisional seperti pertanian, tambang, dan galian, sektor
informal pada hakikatnya merupakan potensi ekonomi rakyat.

Upaya-upaya pembinaan Usaha Mikro dan Kecil sebenarnya telah lama dilaksanakan oleh pemerintah
Orde Baru. Pada tahun 1995 telah diterbitkan Undang- undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha
kecil. Pengertian usaha kecil menurut undang-undang tersebut adalah usaha yang memiliki kekayaan
bersih, paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk nilai tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil
penjualan maksimal Rp I miliar per tahun; bersifat mandiri, bukan merupakan cabang atau memiliki
afiliasi dengan perusahaan lain; berbentuk badan usaha perseorangan atau badan usaha tak berbadan
hukum.

Usaha kecil terdiri atas usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Yang dimaksud informal adalah
usaha kecil yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Contohnya adalah petani
penggarap, pedagang asongan, pedagang kaki lima, atau pemulung. Sedangkan yang dimaksud dengan
tradisional, yaitu usaha kecil yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara
turun-temurun, atau berkaitan dengan seni budaya.

Dalam praktik, upaya penciptaan iklim untuk menumbuhkan usaha kecil masih banyak dijumpai kendala
dan penyimpangan yang terjadi bila dibandingkan dengan apa yang dimaksudkan oleh Undang-undang
tentang usaha kecil. Contoh: meskipun sudah ada peraturan yang mewajibkan sektor perbankan untuk
menyalurkan kreditnya sebesar 20% bagi Kredit Usaha Kecil, namun karena tingkat bunga kredit sangat
tinggi akhirnya tidak dapat dijangkau. Demikian pula dalam aspek persaingan, maka praktek monopoli,
oligopoli, monopsoni dalam bidang usaha tertentu, termasuk bidang usaha yang dilakukan usaha kecil,
ternyata masih banyak dilakukan oleh perusahaan besar atau konglomerat. Konsentrasi kekuatan pasar
untuk bahan baku bagi usaha kecil yang dilakukan perusahaan besar menyebabkan hambatan bagi
pengembangan usaha kecil. Dalam hal prasarana lokasi usaha, pada umumnya lokasi yang ada jauh dari
konsumen atau kurang strategis untuk dijangkau oleh konsumen. Bahkan di berbagai kota, lokasi untuk
usaha kecil sektor informal sering tergusur atau terkena penertiban tata kota dalam arti fisik. Mengenai
informasi pasar, teknologi, desain, dan mutu, sumbangan dari instansi teknis sangat minim. Untuk
mendapatkan desain produk misalnya untuk tas, sepatu dan lain-lain, biasanya pengusaha kecil
berupaya sendiri melalui upaya meniru disain produk impor.

Sumber referensi

Modul BMP Sistem ekonomi indonesia

Anda mungkin juga menyukai