Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PASIEN DENGAN

OSTEOPOROSIS

Nama Nim
WA ODE SUMARLIS 2213042

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GRAHA EDUKASI

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan kepada saya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu
yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah
ini membahas tentang “ASKEP Osteoforosis” dan kiranya makalah ini dapat
meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa bahaya
dari penyakit Osteoforosis.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu
meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman.selain itu saya juga berharap
semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan
meningkatkan mutu individu kita.
Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
sangat minim, sehinga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak
masih saya harapkan demi perbaikan laporan ini. Saya ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.

Raha , 19 juli 2023

peyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Tujuan penyusunan .............................................................................................. 6
C. Manfaat ............................................................................................................... 6
BAB II ............................................................................................................................ 7
TINJAUAN TEORI ........................................................................................................ 7
A. Defenisi Osteoporosis .......................................................................................... 7
B. Mekanisme Terjadinya Osteoporosis ................................................................... 9
C. Etiologo............................................................................................................. 11
D. Patofisiologi ...................................................................................................... 15
E. Patogenesis ........................................................................................................ 16
F. Manufestasi klinis .............................................................................................. 17
G. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................................... 18
H. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 18
I. Penatalaksanaan ................................................................................................ 19
J. Pencegahan ....................................................................................................... 19
BAB III ......................................................................................................................... 21
KONSEP KEPERAWATAN ........................................................................................ 21
A. Pengkajian ......................................................................................................... 21
B. Diagnosa keperawatan ....................................................................................... 22
C. Kriteria hasil ...................................................................................................... 22
D. Rencana keperawatan ........................................................................................ 23
A. Kasus ................................................................................................................ 25

2
B. Pengkajian ......................................................................................................... 25
C. Analisis Data ..................................................................................................... 31
D. Diagnosa ........................................................................................................... 32
E. Intervensi .......................................................................................................... 33
F. Implementasi ..................................................................................................... 36
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................................. 37

DAFTAR TABEL

Tabel 1: analisa data.......................................................................................... 28

Tabel 2: intervensi ............................................................................................ 30

Tabel 3: implementasi ...................................................................................... 33

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prevalensi osteoporosis di Indonesia berdasarkan jenis kelamin laki-


laki dan perempuan tahun 2006 ......................................................................... 5

Gambar 2. siklus remodelling tulang ................................................................. 7

Gambar 3. Tulang normal dan keropos .............................................................. 7

Gambar 4. Perbedaan tulang normal & osteoporosis ......................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi rapuh


sehingga berisiko lebih tinggi untuk terjadinya fraktur (pecah atau retak)
dibandingkan tulang yang normal. Osteoporosis terjadi karena
ketidakseimbangan antara pembentukan tulang baru dan resorpsi tulang
tua. Osteoporosis biasanya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala khusus
sampai akhirnya terjadi fraktur. Karena inilah osteoporosis sering disebut
sebagai 'silent disease '. Faktor-faktor resiko teijadinya osteoporosis adalah
faktor yang bisa dirubah (alcohol, merokok, BMI kurang ,kurang gizi
,kurang olahraga, jatuh berulang) dan factor yang tidak bisa diubah (umur,
jenis kelamin, riwayat keluarga, menopause, penggunaan kortikosteroid,
rematoid arthritis). Karena puncak kepadatan tulang dicapai pada sekitar
usia 25 tahun, maka sangatlah penting untuk membanguntulang yang kuat
di sepanjang usia, sehingga tulang-tulang akan tetap kuat di kemudianhari.
Asupan kalsium yang memadai merupakan bagian penting untuk
membangun tulang yang kuat.1
Osteoporosis sering disebut juga dengan ”silent disease”, karena
penyakit ini datang secara tiba-tiba, tidak memiliki gejala yang jelas dan
tidak terdeteksi hingga orang tersebut mengalami patah tulang. (Nuhonni,
2000) Akan tetapi, menurut yatim (2003), biasanya seseorang yang
mengalami osteoporosis akan merasa sakit/pegal-pegal di bagian
punggung atau daerah tulang tersebut. Dalam beberapa hari/minggu, rasa
sakit tersebut dapat hilang dengan sendiri dan tidak akan bertambah sakit
dan menyebar jika mendapatkan beban yang berat. Biasanya postur tubuh
penderita osteoporosis akan terlihat membungkuk dan terasa nyeri pada
2
tulang yang mengalami kelainan tersebut (ruas tulang belakang).

4
Osteoporoasis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa
tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal,
kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,
pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif
menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur
dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. 3
Pada umumnya usia lanjut diartikan sebagai usia saat memasuki
masa pensiun yang di Indonesia dapat berkisar antara usia di atas 55 tahun.
Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) Indonesia meningkat dari 1.1%
menjadi 6.3% dari total populasi. Pening- katan jumlah lansia
memengaruhi aspek kehidupan mereka seperti terjadinya perubahan fisik,
biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan. Salah satu
perubahan fisik yang terjadi seiring per- tambahan usia adalah terjadinya
penurunan massa tulang yang sering disebut osteoporosis.4
Di Indonesia jumlah wanita lansia penderita osteoporosis
mengalamitrend yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan
bencana sosial luar biasa pada masyarakat, karena peningkatan biaya
pengobatan atau perawatan serta dapat menurunkan kualitas hidup. Saat
ini saja22-55 persen wanita lansia Indonesiamenderita osteoporosis. Jika
diubah dalam angka, maka ada sekitar 8,5 juta lansia yang mencapai total
17 juta dari 222 juta penduduk Indonesia menderita osteoporosis. Seiring
meningkatnya jumlah penduduk menjadi 261 juta pada tahun 2020 maka
jumlah penderita diperkirakan akan meningkat menjadi 5-11juta.
Dandengan penduduk 273 juta pada 2050 maka jumlah penderita menjadi
5,2-11,5 juta.1
Osteoporosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini
masih meruppakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di
Negara berkembang. Di Amerika Serikat, osteoporosis menyerang 20-25
juta penduduk,1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50%
penduduk di atas umur 75-80 tahun. Mengutip data dari WHO yang
menunjukan bahwa di seluruh dunia ada sekitas 200 juta orang yang

5
menderita osteoporosis. Pada tahun 2050, diperkirakan angka patah tulang
pinggul akan meningkat dua kali lipat pada wanita dan tiga kali lipat pada
pria. LaporanWHO juga menunjukan bahwa 50% patah tulang adalah
patah tulang paha atas yang dapat mengakibatkan kecacatan seumur hidup
dan kematian. Dibandingkan dengan masyarakat dinegara-negara afrika,
densitas tulang masyarakat eropa dan asia lebih rendah, sehingga mudah
sekali mengalami osteoporosis. Hasil penelitian white paper yang
dilaksanakan bersama himpunan osteoporosis Indonesia tahun 2007,
melaporkan bahwa proporsi penderita osteoporosis pada penduduk yang
berusia diatas 50 tahun adalah 32,3% pada wanitadan 28,8% pada pria.
Sedangkan data sistem informasi rumah sakit (SIRS,2010) menunjukan
angka insiden patah tulang paha atas akibat osteoporosis adalah sekitar
200 dari 100.000 kasus pada usia 40 tahun.5

B. Tujuan penyusunan
1. Mahasiswa mengetahui proses terjadinya Osteoforosis pada lansia.
2. Mahasiswa mengetahui cara mencegah terjadian Osteoforosis
3. Mahasiswa mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada
kasus Osteoforosis

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan reverensi
untuk materi kasus osteoporosis
2. Bagi masyarakat, makalah ini dapat memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang osteoporosis, hingga masyarakat dapat mengetahui
apa itu osteoporosis , penyebab dan tanda gejala dan lain sebagainya
3. Bagi ilmu pengetahuan keperawatan, makalah ini dapat dijadikan
sebagai update referensi mengenai kasus osteoporosis

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya massa tulang dan
gangguan struktur tulang (perubahan mikroarsitektur jaringan tulang)
sehingga menyebabkan tulang menjadi mudah patah. 2 Penyakit
osteoporosis menjadi salah satu penyakit yang mempunyai pengaruh di
Amerika yaitu sebesar 10 juta dan bertambah menjadi 18 juta akibat dari
rendahnya massa tulang. (Mccabe, 2004) Menurut Yi-Hsiang Hsu, et al
(2006), osteoporosis dengan patah tulang menjadi masalah utama pada
populasi lanjut usia.2
Manusia lanjut usia (lansia) beresiko menderita osteoporosis,
sehingga setiap patah tulang pada lansia perlu diasumsikan sebagai
osteoporosis, apalagi jika disertai dengan riwayattrauma
ringandankesehatanseperti mata,jantung, danfungsi organlain.Padausia60-
70tahun, lebih dari 30% perempuan menderita osteoporosis dan
insidennyameningkat menjadi 70% pada usia 80 tahun ke atas. Hal ini
berkaitan dengan defisiensi estrogen pada masa menopause dan penurunan
massa tulang karena proses penuaan. Pada laki-laki osteoporosis lebih
dikarenakan proses usia lanjut, sehingga insidennya tidak sebanyak
perempuan.1
Osteoporosis sering disebut juga dengan ”silent disease”, karena
penyakit ini datang secara tiba-tiba, tidak memiliki gejala yang jelas dan
tidak terdeteksi hingga orang tersebut mengalami patah tulang.(Nuhonni,
2000) Akan tetapi, menurut yatim (2003), biasanya seseorang yang
mengalami osteoporosis akan merasa sakit/pegal-pegal di bagian
punggung atau daerah tulang tersebut.Dalam beberapa hari/minggu, rasa
sakit tersebut dapat hilang dengan sendiri dan tidak akan bertambah sakit
dan menyebar jika

7
mendapatkan beban yang berat. Biasanya postur tubuh penderita
osteoporosis akan terlihat membungkuk dan terasa nyeri pada tulang yang
mengalami kelainan tersebut (ruas tulang belakang). 2
Osteoporosis terbagi menjadi 2 tipe, yaitu primer dan sekunder.
primer terbagi lagi menjadi 2 yaitu tipe 1 (postmenopausal) dan tipe 2
(senile). Penyebab terjadinya osteoporosis tipe 1 erat kaitannya dengan
hormon estrogen dan kejadian menopause pada wanita. Tipe ini biasanya
terjadi selama 15 – 20 tahun setelah masa menopause atau pada wanita
sekitar 51 – 75 tahun (Putri, 2009) Dan pada tipe ini tulang trabekular
menjadi sangat rapuh sehingga memiliki kecepatan fraktur 3 kali lebih
cepat dari biasanya. (Riggs et al, 1982 dalam National Research Council,
1989) Sedangkan tipe 2 biasanya terjadi diatas usia 70 tahun dan 2 kali
lebih sering menyerang wanita. Penyebab terjadinya senile osteoporosis
yaitu karena kekurangan kalsium dan kurangnya sel-sel perangsang
pembentuk vitamin D. Dan terjadinya tulang pecah dekat sendi lutut dan
paha dekat sendi panggul. (Yatim, 2003)2
Tipe osteoporosis sekunder, terjadi karena adanya gngguan
kelainan hormon, penggunaan obat-obatan dan gaya hidup yang kurang
baik seperti konsumsi alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok.
(Hartono, 2004). 2
Gambar 1. Prevalensi osteoporosis di Indonesia berdasarkan jenis kelamin
laki-laki dan perempuan tahun 2006

8
Sumber: Hasil penelitian Gunawan Tirtaraja, Bambang setyohadi
dipusat osteoporosis Jakarta di Rs.Medistra bekerjasama dengan
departemen penyakit dalam Universitas Indonesia, GE Healthcare,
madisosn, tahun 2006 Ket : Spine L1-L4 tulang belakang bagian Limbal
1dan 4, Femur neck : tulang leher paha, total femur :
keseluruhan tulang paha, Any Site : Osteoporosis diselain ketiga
pemeriksaan tulang diatas.
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa prevalensi osteoporosis
pada perempuan trennya meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini
bisa disebabkan karena menopause dimana kadar hormon ekstrogen yang
turun. Prevalensi osteoporosis pada perempuan meningkat lebih tinggi
pada pemeriksaan tulang selain L1-L4, Femur neck, dan Femur,
sedangkan pada laki-laki prevalensi osteoporosis trendnya juga meningkat
seiring bertambahnya usia, akan tetapi tidak sebesar pada perempuan.
Prevalensi osteoporosis pada perempuan pemeriksaan tulang any site 4
kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.5

B. Mekanisme Terjadinya Osteoporosis


Didalam kehidupan, tulang akan selalu mengalami proses
perbaharuan. Tulang memiliki 2 sel, yaitu osteoklas (bekerja untuk
menyerap dan menghancurkan/merusak tulang) dan osteoblas (sel yang
bekerja untuk membentuk tulang). 2
Tulang yang sudah tua dan pernah mengalami keretakan, akan
dibentuk kembali. Tulang yang sudah rusak tersebut akan diidentifikasi
oleh sel osteosit (sel osteoblas menyatu dengan matriks tulang). (Cosman,
2009) Kemudian terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh sel
osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan
asam. (Tandra, 2009) Dengan demikian, tulang yang sudah diserap
osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang baru yang dilakukan oleh
osteoblas yang berasal dari sel prekursor di sumsum tulang belakang

9
setelah sel osteoklas hilang. (Cosman, 2009) Proses remodelling tulang
tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 2
Gambar 2. siklus remodelling tulang

Menurut Ganong, ternyata endokrin mengendalikan proses


remodeling tersebut. Dan hormon yang mempengaruhi yaitu hormon
paratiroid (resorpsi tulang menjadi lebih cepat) dan estrogen (resorpsi
tulang akan menjadi lama). Sedangkan pada osteoporosis, terjadi
gangguan pada osteoklas, sehingga timbul ketidakseimbangan antara kerja
osteoklas dengan osteoblas. Aktivitas sel osteoclas lebih besar daripada
osteoblas. Dan secara menyeluruh massa tulang pun akan menurun, yang
akhirnya terjadilah pengeroposan tulang pada penderita osteoporosis.
(Ganong, 2008) Gambar 2.2 menunjukan perbedaan tulang yang normal
dan tulang yang sudah mengalami pengeroposan. 2

gambar 3. Tulang normal dan keropos

10
C. Etiologo
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia
lanjut :
1. Determinan massa tulang

a. Faktor genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap


derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang
cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam
pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari
pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang
kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur
karena osteoporosis.3
b. Faktor mekanis. Beban mekanis berpengaruh terhadap massa
tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan
menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain
dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara
massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan
respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan
mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar.
Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan
dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya
terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada
otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus
istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau
pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang
diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di
sampihg faktor genetic3
c. Faktor makanan dan hormon Pada seseorang dengan pertumbuhan
hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral),

11
pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan
pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang
berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama
masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang
yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan
sesuai dengan kemampuan genetiknya.3
2. Determinan penurun masssa tulang
a. Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar.
Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai
sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai
ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban
mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang
besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang
(osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu
tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada
individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama3
b. Fakrot mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor
yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan
dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa
ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi
hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan
bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.3
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia,
terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi

12
yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause,
dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak,
akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif,
sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya
juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari
keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada
hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan
kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta
absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah.
Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause
adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah
25 mg kalsium sehari.3
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya
protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan
ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi
ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari
makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan
kalsium yang negatif3
e. Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal
ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium
dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

13
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung
akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila
disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan
tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin
maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang
sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai
kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi
lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui
dengan pasti . 3
h. Menopause dini
Menopause merupakan akhir dari masa reproduktif karena
telah berhentinya masa haid, biasanya terjadi usia 50 – 51 tahun.
Biasanya pada wanita yang merokok akan mengalami menopause 1
tahun lebih cepat dari wanita yang bukan perokok. Seseorang yang
mengalami menopause akan mengalami fase klimaksterium, yaitu
terjadinya peralihan dari reproduktif akhir ke masa menopause.
Fase klimaksterium memiliki 3 masa yaitu premenopause yang
terjadi sekitar 4 – 5 tahun sebelum menopause, masa menopause,
dan pascamenopause yang terjadi sekitar 3 – 5 tahun setelah
menopause. 2
Pada masa pramenopause, biasanya ditandai dengan haid
yang mulai tidak teratur dan rasa nyari saat haid, sampai akhirnya
haid tersebut berhenti. (Baziad, 2003) Saat menopause, terjadi
penurunan estrogen yang akan menyebabkan homon PTH
(parathyroid hormon) dan penyerapan vitamin D berkurang,
sehingga pembentukan tulang (osteoblast) pun akan terhambat dan
kadar mineral akan berkurang.Jika kadar mineral tulang terus

14
menerusberkurang, maka akan terjadilah osteoporosis.
(Purwoastuti, 2008).2
Menurut Compston, seseorang yang menggunakan
kontrasepsi hormonal (estrogen) akan meningkatkan massa tulang.
Tetapi dalam waktu jangka panjang, akan memberikan efek untuk
memicu terjadinya penyakit lain seperti kanker payudara dan lain
sebagainya. (Compston, 2009) Berdasarkan hasil penelitian Tsania
mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status
menopause dengan kejadian osteoporosis. (Tsania, 2008) 2

D. Patofisiologi
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara
factor genetic dan factor lingkungan.
1. Faktor genetik meliputi : usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh
2. Factor lingkungan meliputi : merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi
vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia nervosa dan
pemakaian obat-obatan.
Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel
terhadap kalsium dari darah ke tulag, peningkatan pengeluaran kalsium
bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan
resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan
penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru
sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.
Berikut tanda dan gejalanya:
1. Nyeri tulang akut. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri
dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul
mendadak.
2. Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur
3. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila
melakukan aktivitas

15
4. Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan
menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis
tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
5. Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua)
biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah
menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang,
klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri
(nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada
pergelangan tangan setelah jatuh.
6. Kecenderungan penurunan tinggi badan.
7. Postur tubuh kelihatan memendek

E. Patogenesis
Patogenesis semua macam osteoporosis adalah sama yaitu adanya
balans tulang negatif yang patologik dan kekurangan kalsium yang dapat
disebabkan oleh peningkatan resorpsi tulang dan atau penurunan
pembentukan tulang. Massa tulang pada semua usia ditentukan oleh 3
variabel yaitu massatulangpuncak,usia dimana kekurangan massa tulang
mulai terjadi dan kecepatan kehilangantulang meningkat.1
Massa tulang akan terus meningkat sampai mencapai puncaknya
pada usia 30-35 tahun. Puncak masa tulang ini lebih tinggi pada laki-laki
daripada perempuan. Untuk jangka waktu tertentu keadaan massa tulang
tetap stabil dan kemudian terjadi pengurangan massa tulang sesuai dengan
pertambahan umur. Densitas tulang yang rendah padausia lanjut dapat
terjadi akibat puncak massa tulang yang tidak cukup atau meningkatnya
kehilangan tulang sebagai kelanjutan usaha untuk mencapai massa tulang
yang normal.1
Pada osteoporosis didapat massa tulang yang rendah dan kerusakan
mikroarsitektur jaringan tulang dengan akibat peningkatan fragilitas tulang
dan resiko fraktur. Bertambahnyakehilangantulang dapat disebabkan
olehumur,menopause, dan beberapa faktor sporadik. 1
Gambar 4. Perbedaan tulang normal & osteoporosis

16
1. Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan
terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan
tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini,
misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka
akan terjadi penurunan massa tulang.3
2. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35
tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
3. Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami
penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian
trabekula pada usia lebih muda
4. Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang
berkisar 20-30 % dan pada wanita 40-50 %
5. Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti
metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra
6. Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian
proksimal dan radius bagian distal. 3

F. Manufestasi klinis
1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat
fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
a. Nyeri timbul mendadak
b. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
c. Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur

17
d. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh
karena melakukan aktivitas
e. Deformitas vertebra thorakalis - Penurunan tinggi badan.3

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
1. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa
kalsium total dan massa tulang.
2. Pemeriksaan absorpsiometri
3. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
4. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk
memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas,
ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan
pada tulang sternum atau krista iliaka.
5. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia
urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak
banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein
(GIA protein).3

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah
penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan
tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan
gambaran picture-frame vertebra.
a. Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)
b. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum,
fosfatase alkali, eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine,
LED)
c. Pemeriksaan x-ray
d. Pemeriksaan absorpsiometri
e. Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)

18
f. Pemeriksaan biopsi
g. Diagnosis/criteria diagnosis
Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :
a. Radiology
b. Pengukuran massa tulang
c. Pemeriksaan lab kimiawi
d. Pengukuran densitas tulang
e. Pemeriksaan marker biokemis
f. Biopsi
g. Dan memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)

I. Penatalaksanaan
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu
terapi pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat
hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor
makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang
aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-
obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis
seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa
tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon
pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol,
kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam
beban. Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi
fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.

J. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat mengurangi terjadinya osteoporosis dan
osteopenia, antara lain :
1. Pencegahan dengan mengurangi faktor resiko Pencegahan

19
lakukan pencegahan dengan menghindari kebiasaan merokok,
mengurangi konsumsi obat-obatan seperti steroid, tidak mengkonsumsi
alkohol. (Cosman, 2009) Selain itu juga dapat melakukan terapi sulih
hormon (Hormone Replacement Therapy (HRT)). Hal ini sudah
dibuktikan dengan penelitian yang menyatakan bahwa sekitar 30 –
50% terjadinya fraktur tulang akan menurun karena melakukan HRT. 2
2. Pencegahan melalui nutrisi
Pencegahan melalui nutrisi ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung
kalsium dan vitamin D, serta dan mengurangi konsumsi kafein.
Sehingga dengan demikian dapat meningkatkan kepadatan tulang dan
mengurangi terjadinya osteoporosis dan osteopenia. 2
3. Pencegahan melalui olahraga
Dengan olahraga yang dilakukan secara teratur, maka kesehatan
pun akan menjadi lebih baik. Olahraga yang baik untuk dilakukan,
misalnya saja jalan, aerobik, jogging, renang, dan bersepeda. Akan
tetapi jika melakukan aktivitas fisik secara berlebih justru akan
mengurangi massa tulang. (Nuhonni, 2000) Selain itu sekitar 10 – 15
menit/hari keluar dipagi hari diantara pukul 06.00 s/d 09.00.2

20
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
Menurut (Asikin;dkk 2012: 109)Anamnesa, tanyakan klien tentang
:
1) Apakah terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarga
2) Apakah klien pernah mengalami fraktur sebelumnya
3) Apakah klien mengonsumsi kalsium diet harian sesesuai
dengan kebutuhan
4) Bagaimana pola latihan klien
5) Kapankah terjadinya dan faktor yang mempengaruhi
terjadinya menopause
6) Apakah klien mengunakan kortikostroid selain mengonsumsi
alkohol, rokok, dan kafein
7) Apakah klien mengalami gejala lain, misalnya nyeri
pinggang, konstipasi, atau gangguann citra diri.
2. Pemeriksaan fisik
Menurut (Asikin;dkk 2012: 109) pada pemeriksaan fisik
ditemukan:
1) Adanya “punuk dowager” (kifosis)
2) Nyeri punggung: thoracic dan lumbar
3) Penurunan tinggi badan
4) Gaya berjalan bungkuk
5) Nyeri sendi
6) Kelemahan otot
7) Masalah mobilitas dan penafasan akibat perubahan postur
8) Adanya konstipasi yang disebabkan oleh aktivitas

21
B. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada osteoporosis


menurut (Asikin;dkk 2012: 109) dan (umi 2017: 125) :
3. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur Kode : D.0077
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakkan
integritas struktur tulang D.0054
5. Resiko terhadap cedera: fraktu berhubungan dengan tulang
osteooporosis D.00136

C. Kriteria hasil

6. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur Kode : D.0077


kontrol nyeri (L. 08063)
dengan kriteria hasil:
1. Mengenali kapan terjadi nyeri
2. Mengunakan factor penyebab
3. Mengunakan tindakan pencegahan
4. Mengunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic
5. Mengunaka sumber daya yang tersedia
6. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakkan
integritas struktur tulang. D.0054
Ambulasi (L. 055038)
Dengan kriteria hasil :
1. Menompang berat badan
2. Berjalan dengan langkah yang efektif
3. Berjalan dengan pelan
4. Berjalan dengan kecepatan sedang
5. Berjalan mengeliling rumah
8. Resiko terhadap cedera: fraktu berhubungan dengan tulang
osteooporosis D.00136
Keseimbangan (L.05039)

22
Dengan kriteria hasil:
1. Mempertahankan keseimbangan saat duduk tanpa sokongan
pada punggung
2. Mempertahankan keseimbangan dari posisi duduk keposisi
berdiri
3. Mempertahankan keseimbangan ketika berdri
4. Mempertahankan keseimbanga ketika berjalan
5. Mempertahankan keseimbangan ketika berdiri dengan satu kaki

D. Rencana keperawatan

9. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur


Manajemen nyeri (1.08238)
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi
2. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
3. Berikan informasi men genai nyeri, seperti penyebab nyeri
4. Ajarkan prinsipprinsip manajement nyeri
5. Dukung istirahat dan tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri

10. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakkan


integritas struktur tulang.
Dukungan ambulasi (1.06171)
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3. Fasilitasi aktivitas ambulasi denga alat bantu(mis. Tongkat,
kruk)
4. Fasilitasi aktivitas ambulasi fisik
5. Jelasksan tujuan dan prosedur ambulasi Ajurkan ambulasi
sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur
ke kursi)

23
11. Resiko terhadap cedera: fraktu berhubungan dengan tulang
osteooporosis
Pencegahan jatuh (1.14540)
1. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh
2. Monitor gaya keseimbangan dan tingkat kelelahan
3. Bantu ambulasi individu yang memiliki ketidakseimbangan
4. Anjurkan adaptasi dirumah untuk meningkatkan keamanan
5. Sarankan mengunakan alas kaki yang aman
6. Lakukan latihan fisik rutin yang meliputi berjalan

24
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Seorang pasien bernama NY. S dengan usia 64 tahun, datang kerumah
sakit dengan keluhan sakit punggung bagian belakang dan sulit untuk
bergerak. keluarga pasien yang mengantarkan Ny.S, mengakatakan pasien
mengeluh sakit punggung belakang karena hendak mengangkat meja dirumah.

B. Pengkajian

1. Identitas pasien.
a. Nama : Ny.S
b. Umur : 64 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Tempat tanggal lahir : Muna, 21 Februari 1954
e. Alamat : Lampogu, Kec. Batalaiworu
f. Pekerjaan : Pensiunan/guru
g. Agama : Islam
h. Suku bangsa/ras : Muna
i. Pendidikan terakhir : Strata 1
j. Diagnosa medis : Osteoforosis
2. Identitas keluarga/wali
a. Nama : Tn. L
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Usia : 60 Tahun
d. Alamat : Lampogu, Kec. Batalaiworu
e. Hubungan dengan pasien : Suami
3. Riwayat kesehatanm
a. Keluhan Utama saat MRS : nyeri punggung bagian belakang
b. Keluhan utama saat pengkajian : nyeri punggung dan sulit
untuk bergerak

25
c. Riwayat keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada
punggung dan sulit bergerak dan riwayat sisa BAB > 1 minggu
yang lalu.
d. Riwayat kesehatan sekarang : klien mengtakan nyeri pada saat
hendak beraktifitas , nyeri yang dirasakan hilang timbul (skala
nyeri sedang 4) dan merasa membaik pada saat beristirahat.
e. Riwayat keluhan masa lalu
• Riwayat penyakit anak-anak sampai dewasa yang
berhubungan dengan kesehatan saat ini : keluarga klien
sebelumnya tidak ada penyakit osteoporosis.
• Riwayat penyakit kronik dan trauma. : Klien sudah
mengalami osteoporosis sejak 3 tahun yang lalu.
• Riwayat perawatan di rumah sakit/fasilitas kesehatan
lainnya.: Klien tidak pernah dirawat dirumah sakit.klien
hanya dirawat dirumah klien.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Genogra

X
X X X X X ? X

X X
67 ?

? ? ? X

50
54

26
Keteranan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

X : Meninggal

------ : Tinggal serumah

? : Tidak diketahui

G1 : Kakek dan nenek klien keduanya telah

meninggal Karena faktor ketuaan

G2 : Bapak klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara

dan semuanya sudah meninggal

G3 : Klien adalah anak pertama dari 5 bersaudara dan

anak yang ke 1 sudah meninggal karena demam.

Hea to toe.

a. Umum

Kesadaran klien saat pengkajian adalah compos mentis,


saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 120/80,
N:93x/menit, T:36,7OC,RR:22 dan nyeri dibagian otot dan
sendi, sakit punggung, skala nyeri 4 (1-10), klien tampak sulit

27
berjalan, nyeri saat bergerak, tampak pucat.
AKS klien mengalami nyeri akut.

b. Kepala

Ny L tidak mengalami sakit kepala, tidak ada riwayat


trauma kepala pada masa lalu, Ny.S tidak mengalami gatal
dikulit kepala, dan rambut berwarna putih sedikit hitam. AKS
klien tidak terganggu.

c. Mata : masih dapat melihat tapi tidak jelas (AKS


klien tidak terganggu)

d. Telinga : Klien masih mampu untuk mendengar


(AKS klien tidak terganggu).

e. Hidung

pada penciuman Ny.S tidak memiliki gangguan sehingga tidak


mengalami terganggunya aktifitas sehari-hari AKS klien tidak
terganggu.
f. Mulut Dan Tenggorokan

Tidak memiliki gangguan pada mulut dan tenggorokan, AKS


pencernaan tidak terganggu.
g. Leher

Pada bagian leher Ny.S tidak mengalami masalah leher masih


dapat di gerakan AKS tidak terganggu.
h. Dada (Payudara)

Perubahan bentuk pada dada,tidak ada gangguan untuk dalam


proses bernafas AKS tidak terganggu.
i. Alat Kelamin

Tidak ada masalah pada alat kelamin, Ny.S mengatak sudah

28
tidak lagi melakukan aktifitas sexual dengan suami Tn. L
mengatakan di karnakan faktor usia.
j. Aktremitas Atas dan Bawah

Ny.S mengatakan tangan dan kaki sering kekakuan,


ekstremitas atas kiri dan kanan mengalami kekakuan saat
dilakukan pengkajian kekuatan otot 3 (0-5), ekstrimitas bawah
terdapat kekakuan kaki (AKS mengalami gangguan mobiltas
fisik, resiko cedera).
Pemeriksaan system tubuh

b. Haemopoetik

Tidak mengalami kelainan.

c. Integumen

Pada bagian sistem integumen,rambut pada Ny.S mengalami


perubahan warna,saat ini berubah menjadi warna putih yang
semula hitam dan berubah serta rontok.

d. Pernafasan

Dipengkajian pernafasan, tidak adanya gangguan pada pola


pernafasan Ny.S
e. Cardiovaskuler

Ny.S mengatakan tidak pernah memeriksakan keluhan jantung


nya karena tidak ada yang dirasakannya.
f. Gastrointestinal

Klien tampak pucat dan lemas, klien tidak mengkonsumsi susu


dan sayur karena merasakan mual saat dimakan, frekuensi
makan klien 3x sehari.
g. Perkemihan

Untuk perkemihan, tidak adanya keluhan yang dirasakan

29
frekuensi berkemih 3x sehari warna dan bau khas urine.
h. Moskuloskeletal

Di sistem musculoskeletal Ny.S mengalami kekakuan dan


kelemahan otot, nyeri pada otot dan sendi. Kekuatan otot klien
3 (1-5).
i. Endokrin

pengkajian sistem endokrin klien tidak terganggu.

j. Sistem Syaraf Pusat

Syaraf motorik klien tidak terganggu.

k. Kondisi Psikososial

Ny.S saat ini pada kondisi kurang baik karena klien sulit
melakukan aktivitas kegiatan nya sehari-hari.
Ny.S tampak sering sakit di daerah punnggung kalau sedang
melakuka aktifitas.

30
C. Analisis Data
No Data Rasionalisasi Masalah
1 Ds : Agen pencedera Nyeri akut
fisik
1. Tn.L mengatakan
a. Nyeri otot dan sendi
b. Nyeri dipunggung
Do :
1. Skala nyeri 4 (1-10)
2. Klien tampak menahan
nyeri
2 Ds : Kerusakkan Gangguan mobilitas
integritas struktur fisik
1. Klien mengatakan Kaku tulang
dibagian kaki dan tangan

2. Klien merasakan nyeri saat


bergerak

Do :
1. Klien tampak lemah
2. Kekuatan otot klien 3
(0-5)
3 Ds : Tulang Resiko cedera
osteoporosis
1. Tn.L mengatakan sulit
berjalan
Do :
1. Klien tampak pucat dan
lemas
2. Klien sulit berjalan
Tabel 1: analisa data

31
D. Diagnosa
12. Nyeri aku berhubungan dengan Agen pencedera fisik
Ds :
a. Tn.L mengatakan
1) Nyeri otot dan sendi
2) Nyeri punggung
Do :
a. Skala nyeri 4 (1-10)
b. Klien tampak menahan nyeri
13. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakkan integritas struktur
tulang
Ds :
a. Klien mengatakan kaku dibagia kaki dan tangan
b. Klien merasakan nyeri saat bergerak
Do :
a. Klien tampak lemah
b. Kekuatan otot klien 3
14. Resiko cidera ditandai berhubungan dengan Tulang osteoporosis
Ds :
a. Tn.L mengatakan sulit berjalan
Do :
a. Klien tampak pucat dan lemas
b. Klien sulit berjalan

32
E. Intervensi

No Diagnosa Tujuan & kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1. Setelh dilakukan tindakan Intervensi keperawat


Kode : D.0077 keperawatan selama 3x8 Manajemen nyeri (1.08238)
Kategori : psikologis jam/menit 1. Identifikasi skala nyeri, lokasi,
Sub Kategori : nyeri dan kenyaman Tingkat nyeri ( L. 08066) karakteriksik, durasi, frekuensi,
Skala 1. Meningkat kualitas, dan intensitas nyeri
Nyeri akut berhubungan dengan Agen
pencedera fisik 1. Cukup meningkat 2. Berikan teknk nonarmakologis untuk

Ds : 2. Sedang mengurangi rasa nyeri (mis: TENS,


1. Tn.L mengatakan Nyeri otot dan 3. Cukup menurun hypnosis, akupuntur , terapi music,
sendi
2. Tn.L mengatakan Nyeri 4. Menurun biofeedback, terapi pijit, aromaterapi ,
punggung Dengan kriteria : teknik imajinasi terbimbing , kompres

Do : 1. Keluhan nyeri (skala 3 air hanyat / dingin dan terapi bermain


1. Skala nyeri 4 (1-10) menjadi 5) 3. Monitori keberhasilan terapi
Klien tampak menahan nyeri
2. Meringis (skala 2 menjadi 4) komplementer yang sudah diberikan

33
2. Setelh dilakukan tindakan Intervensi keperawat
Kode : D.0054 keperawatan selama 3x8 Dukungan Ambulasi (1.086171)
Kategori : fisiologis jam/menit 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
Sub Kategori : Aktivitas/istrahat Tingkat nyeri ( L. 08066) fisik lainnya
Skala : 2. Monitor kondisi umum selama
Gangguan mobilitas fisik berhubungan 1. Meningkat melakukan ambulasi
dengan Kerusakkan integritas struktur 2. Cukup meningkat 3. Fasilitasi mobilisasi fisik, jika perlu
tulang 3. Sedang
4. Cukup menurun
Ds :
1. Klien mengatakan kaku dibagia 5. Menurun
kaki dan tangan Dengan kriteria :
2. Klien merasakan nyeri saat
bergerak 1. Kekuatan otot (skala 2
menjadi 5)
Do :
1. Klien tampak lemah
2. Kekuatan otot klien 4
3.
Kode : D.00136 Setelh dilakukan tindakan Intervensi keperawat
Kategori : lingkungan keperawatan selama 3x8 Manajemen keselamatan lingkungan
Sub Kategori : keamanan dan prokteksi jam/menit (1.114513),
Tingkat cidera ( L. 14136) 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
Resiko cedera berhubungan dengan
tulang osteoporosis Skala : (mis. Kondisi fisik, fungsi kognitif,
1. Meningkat dan riwayat prilaku)
Ds :
Tn.L mengatakan sulit berjalan 2. cukup meningkat 2. Modifikasi lingkungan untuk

34
3. sedang meminimalkan bahaya dan resiko
Do :
1. Klien tampak pucat 4. cukup menurun 3. Ajarkan individu, keluarga dan
2. Klien sulit berjalan
5. menurun kelompok resiko tinggi bahaya
Dengan kriteria : lingkungan
1. Kejadian cidera (skala 4
menjadi 4)
2. Luka/lecet(skala 3 menjadi 1)

Tabel 2 : intervensi

35
F. Implementasi
Hari / implementasi evaluasi
tanggal
Senin 1. Mengidentifikasi skala nyeri, lokasi, karakteriksik, durasi, S: klien mengatakan kesulitan ketika
19 Juli 2023 frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri bernafas
2. memberikan teknk nonarmakologis untuk mengurangi rasa O: Nampak sesak bernafas
nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupuntur , terapi music, A: intervensi belum teratasi
biofeedback, terapi pijit, aromaterapi , teknik imajinasi P: lanjutkan
terbimbing , kompres air hanyat / dingin dan terapi bermain
3. memonitori keberhasil terapi komplementer yang sudah
diberikan

Senin 1. mengdentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya S: klien mengatakan nyeri ketika bernafas
19 Juli 2023 2. Memonitor kondisi umum selama melakukan ambulasi O: Nampak meringis
3. memfasilitasi mobilisasi fisik, jika perlu A: intervensi belum teratasi
P: lanjutkan
Senin 1. mengdentifikasi kebutuhan keselamatan (mis. Kondisi fisik, S: klien mengatakan susah tidur
19 Juli 2023 fungsi kognitif, dan riwayat prilaku) O: Nampak gelisah
2. Memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan A: intervensi belum teratasi
resiko P: lanjutkan
3. mengajarkan individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi
bahaya lingkungan
Tabel 3: implementasi
36
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoporosis merupakan penurunan masa tulang yang disebabkan ketidak
seimbangan resorpsi tulang dan pembentukkan tulang. Pada osteoporosis terjadi
peningkatan resorporsi tulang atau penurunan pembentukan tulang (Asikin;dkk 2012:
101).
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah
penyakit sekeletal sistemik dengan karakteristik masa masa tulang yang rendah dan
perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas
tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang (Lukman, ningsih 2013: 141).

B. Saran
1. Untuk mahasiswa diharapkan agar memahami segelah penjelasan dalam makalah ini
dan menjadi salah sau referensi pembelajaran
2. Untuk dosen diharapkan segalah kritik dan saran agar kedepanya bisa membua
makalah asuhan keperawatan Osteoforosis bisa lebih baik lagi.

37
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramadani M. Faktor-Faktor Resiko Osteoporosis Dan Upaya Pencegahannya. J Kesehat
Masy Andalas. 2010;4(2):111-115.

2. Rosenfeld JA. Osteoporosis. Handb Women’s Heal Second Ed. 2009;1:319-324.


doi:10.1017/CBO9780511642111.028

3. Sain BI, Kp S. ASKEP pada Klien dengan gangguan Metabolisme Tulang :


OSTEOPOROSIS. :42-52.

4. Marjan AQ, Marliyati SA. Hubungan Antara Pola Konsumsi Pangan Dan Aktivitas Fisik
Dengan Kejadian Osteoporosis Pada Lansia Di Panti Werdha Bogor. J Gizi dan Pangan.
2014;8(2):123. doi:10.25182/jgp.2013.8.2.123-128

5. Goemmel R. Legal and Societal Responses to Threats Resulting from Modern Science and
Technology. Vol 13.; 2009.

38

Anda mungkin juga menyukai