Anda di halaman 1dari 71

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI


AIR KELAPA
(Studi di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan)

SKRIPSI

Oleh:

ALVINA APRILIANI

NPM. 1821030020

Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah (Mu’amalah)

FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN
INTAN LAMPUNG
1444 H / 2022 M
TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI
AIR KELAPA
(Studi di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan)

SKRIPSI

Oleh:

ALVINA APRILIANI

NPM. 1821030020

Pembimbing I : Dr. Iskandar Syukur, M.A.

Pembimbing II : Herlina Kurniati, S.H.I., M.E.I.

FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN
INTAN LAMPUNG
1444 H / 2022 M
ABSTRAK

Jual beli merupakan salah satu bentuk usaha yang dihalalkan


oleh Allah Swt dan pelaksanaanya harus memenuhi aturan-aturan
hukum yang nantinya akan berakibat sah atau tidaknya jual beli
tersebut. Namun pada praktiknya masyarakat masih mendapatkan
kendala untuk menentukan suatu hukum dalam kasus tertentu seperti
dalam jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
praktik jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan dan Bagaiman pandangan hukum
ekonomi syari‟ah terhadap praktik jual beli air kelapa di Desa
Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana praktik
jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan dan untuk mengetahui bagaimana
pandangan hukum ekonomi syari‟ah terhadap praktik jual beli air
kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research)
yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah
informasi terkumpul maka dianalisis dengan menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan berfikir menggunakan metode deduktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa praktik
jual beli air kelapa yang terjadi di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan dalam prosesnya dilakukan
dengan cara dikumpulkan tanpa penyaringan terlebih dahulu saat
dimasukan ke dalam jerigen sehingga kotoran-kotoran ikut masuk ke
dalam jerigen dan tidak menutup kemungkinan bahwa air kelapa
tersebut terkena najis dan tidak bersih. Air kelapa yang dikumpulkan
berasal dari beberapa kelapa-kelapa yang kualitasnya tidak baik
bahkan sudah membusuk sehingga sudah menimbulkan aroma yang
tidak sedap, rasanya yang sudah asam dan warnanya sudah tidak
bening. Ditinjau dari prespektif hukum ekonomi syari‟ah praktik jual
beli air kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan tidak diperbolehkan karena tidak terpenuhinya
iii
secara sempurna syarat jual beli dalam hal objek jual beli dan dalam
Islam air kelapa tersebut termasuk jenis air mutagayar yaitu air mutlak
yang sudah berubah salah satu dari bau, rasa, atau warnanya.

Kata Kunci: Air Kelapa, Hukum Ekonomi Syari‟ah, Jual Beli

iv
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Alvina Apriliani
NPM : 1821030020
Jurusan/Prodi : Hukum Ekonomi Syari‟ah (Mu‟amalah)
Fakultas : Syari‟ah

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum


Ekonomi Syari‟ah Terhadap Praktik Jual Beli Air Kelapa (Studi di
Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan)
adalah benar-benar merupakan hasil karya penyusun sendiri, bukan
duplikasi ataupun saduran dari karya orang lain kecuali pada bagian
yang telah dirujuk dan disebut footnote atau daftar pustaka. Apabila
dilain waktu terbukti adanya penyimpangan dalam karya ini, maka
tanggung jawab sepenuhnya ada pada penyusun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, 12 Agustus 2022


Penulis,

Alvina Apriliani
NPM. 1821030020

v
MOTTO

        

            

   

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.”
(Q.S An-Nisa (4) : 29)

viii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda cinta, sayang


dan hormat tak terhingga kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sutopo dan Ibu Romlah, yang
senantiasa mendoakanku dengan ikhlas. Terimakasih atas
semangat, perjuangan, nasehat, dan mendidikku dengan penuh
cinta kasih sayang yang tak terhingga, serta kesabaran yang begitu
berharga.
2. Adikku Fitra Rahmadhani dan Alina Naeswari, terimakasih telah
memberi semangat dan keceriaan.
3. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung sebagai tempat
penulis belajar dan berproses menjadi lebih baik.

ix
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Alvina Apriliani, dilahirkan di Jatimulyo pada


tanggal 12 April 2000, anak pertama dari pasangan Bapak Sutopo dan
Ibu Romlah. Riwayat pendidikan penulis sebagai berikut:
1. TK Al-Azhar 6 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan selesai pada tahun 2006
2. SDN 2 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan selesai pada tahun 2012
3. MTsN 2 Bandar Lampung selesai pada tahun 2015
4. MAN 1 Bandar Lampung selesai pada tahun 2018
5. UIN Raden Intan Lampung, Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah (Muamalah) pada Fakultas Syariah angkatan 2018

Bandar Lampung, 12 Agustus 2022


Penulis,

Alvina Apriliani
NPM. 1821030020

x
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan


karunia-Nya berupa Ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk
sehingga skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syari‟ah
Terhadap Praktik Jual Beli Air Kelapa (Studi di Desa Jatimulyo
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan) dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan juga keluarga,
sahabat serta para pegikut beliau.
Skripsi ini ditulis merupakan bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan program studi (S1) di Fakultas Syari‟ah
UIN Raden Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
(S.H) dalam bidang Hukum Ekonomi Syari‟ah (Mu‟amalah).
Dalam penyususnan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh
dari kata sempurna, hal ini karena penulis hanyalah manusia biasa
yang memiliki keterbatasan. Namun, terlepas dari itu dalam hal ini
penulis bersyukur atas bantuan, bimbingan, kritik, saran dan motivasi
yang telah diberikan oleh semua pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D, selaku Rektor
UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menimba ilmu di kampus tercinta ini.
2. Ibu Dr. Efa Rodiah Nur, M.H., selaku Dekan Fakultas Syariah
UIN Raden Intan Lampung yang senantiasa memfasilitasi
kemudahan bagi mahasiswa-mahasiswanya.
3. Bapa Khoiruddin, M.S.I., selaku Ketua Progam Studi Hukum
Ekonomi Syari‟ah dan Ibu Susi Nur Kholidah, M.H., selaku
Sekretaris Progam Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah yang
senantiasa tanggap terhadap permasalahan mahasiswanya.
4. Bapak Dr. Iskandar Syukur, M.A., selaku Pembimbing Akademik
I yang dengan tulus telah meluangkan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini dan Ibu Herlina Kurniati, S.H.I., M.E.I., selaku
Pembimbing Akademik II yang selama ini dengan tulus dan

xi
Ikhlas telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing
dan mengarahkan sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Syariah yang telah memberi
Ilmu yang bermanfaat.
6. Ibu Mimin selaku penjual limbah air kelapa, Ibu Ani selaku
pedagang kelapa parut, Ibu Tuti selaku pedagang kelapa parut,
Bapak Yanto selaku pedagang kelapa parut dan Bapak Kasman
selaku pembeli limbah air kelapa yang telah bersedia menjadi
narasumber perlengkapan data skripsi ini.
7. M. Syahrir Adithya yang selalu memberi semangat, dukungan
dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
8. Saudara dan Sahabat terbaikku, Erly Stevina Bayty, Ayu
Indriyani, Febriyanti Melinda, Merry Nafisa, Revina Helindari,
Mia Ayu Lestari, Pinkan Ahdalifa, Amanda Risqi Aulia, Hayatun
Annisya. Terimakasih atas nasehat, semangat dan motivasi yang
kalian berikan kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah Swt memberikan balasan yang berlipat ganda
kepada semuanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan, karena
keterbatasan ilmu yang penulis miiki. Demi perbaikan selanjutnya,
saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis
maupun bagi pembaca.

Bandar Lampung, 12 Agustus 2022


Penulis,

Alvina Apriliani
NPM. 1821030020

xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
‫ا‬ alif Tidak Tidak
dilambangkan dilambangkan

‫ب‬ ba B Be
‫ت‬ ta T Te
‫ث‬ ṡa ṡ Es (dengan titik
di atas)
‫ج‬ jim J Je
‫ح‬ ḥa ḥ Ha (dengan titik
di bawah)
‫خ‬ kha Kh Ka dan Ha
‫د‬ dal D De
‫ذ‬ żal Ż Z (dengan titik di
atas)
‫ر‬ ra‟ R Er
‫ز‬ zai Z Zet
‫س‬ sin S Es
‫ش‬ syin Sy Es dan Ye
‫ص‬ ṣad ṣ Es (dengan titik
di bawah)
‫ض‬ ḍad ḍ De (dengan titik
di bawah)
‫ط‬ ṭa‟ ṭ Te (dengan titik
di bawah)
‫ظ‬ ẓa‟ ẓ Zet (dengan titik
di bawah)
‫ع‬ „ain „ Koma terbalik di
atas
‫غ‬ gain G Ge
‫ف‬ fa‟ F Ef
‫ق‬ qaf Q Qi

xiii
‫ك‬ kaf K Ka
‫ل‬ lam L El
‫م‬ mim M Em
‫ن‬ nun N En
‫و‬ wawu W We
‫ها‬ ha‟ H Ha
‫ء‬ hamzah ‟ Apostrof
‫ي‬ ya‟ Y Ye

2. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap


ٍ‫يتعقدي‬ Ditulis muta‟aqqidïn

‫عدة‬ Ditulis „iddah

3. Ta’Marbutah
a. Bila dimatikan tulis h
‫هبت‬ Ditulis hibbah

‫جسيت‬ Ditulis jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata


Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti
shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal
aslinya. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan
kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.
‫كرايتاألونيبء‬ Ditulis karāmah al-auliya‟

b. Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah


dan dammah ditulis t.
‫زكبةافطر‬ Ditulis zakātul fiṭri

xiv
4. Vokal Pendek
َ‫ا‬ kasrah Ditulis a
َ‫ا‬ fathah Ditulis i
َ‫ا‬ dammah Ditulis u

5. Vokal Panjang
fathah + alif Ditulis ā
‫جبههيت‬ Ditulis jāhiliyyah
fathah + ya‟ mati Ditulis ā
‫يسعي‬ Ditulis yas‟ā
kasrah + ya‟ mati Ditulis ī
‫كرو‬ Ditulis karīm
dammah + wawu Ditulis ū
mati
‫فروض‬ Ditulis furūd

6. Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati Ditulis ai
‫بيُكى‬ Ditulis bainakum
fathah + wawu mati Ditulis au
‫قول‬ Ditulis qaulun
7. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan
dengan Apostrof
‫أأَتى‬ Ditulis a‟antum
‫اعدث‬ Ditulis u‟iddat
‫نئٍَشكرتى‬ Ditulis la‟in syakartum

8. Kata Sandang Alif + Lam


a. Bila diikuti huruf Qamariyyah
ٌ‫انقرأ‬ Ditulis al-Qur‟ān
‫انقيبش‬ Ditulis al-Qiyās

xv
b. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan mengandalkan
huruf syamsiyah yang megikutinya, serta menghilangkan
huruf l (el) nya.
‫انسًبء‬ Ditulis as-Samā‟
‫انشًص‬ Ditulis asy-Syams

9. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat


‫ذوىَانفروض‬ Ditulis żawī al-furūḍ
‫أهمَانسُت‬ Ditulis Ahl as-Sunnah

xvi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................. i


ABSTRAK ................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................... vi
PENGESAHAN ......................................................................... vii
MOTTO ..................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
RIWAYAT HIDUP ................................................................... x
KATA PENGANTAR ............................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN .................. xiii
DAFTAR ISI .............................................................................. xvii
DAFTAR TABEL...................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ............................................................. 1
B. Latar Belakang Masalah ................................................. 2
C. Fokus dan Sub-Fokus Penelitian .................................... 3
D. Rumusan Masalah .......................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
F. Manfaat Penelitian .......................................................... 4
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................... 4
H. Metode Penelitian ........................................................... 6
I. Sistematika Pembahasan ................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORI


A. Jual Beli dalam Islam ..................................................... 13
1. Pengertian Jual Beli ................................................. 13
2. Dasar Hukum Jual Beli ............................................ 14
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ...................................... 17
4. Macam-macam Jual Beli .......................................... 23
5. Hikmah dan Manfaat Jual Beli ................................. 26
B. Air dalam Islam .............................................................. 27
1. Pengertian Air .......................................................... 27
2. Dasar Hukum Air ..................................................... 27
xvii
3. Macam-Macam Air .................................................. 29
4. Pembagian Air ......................................................... 33
5. Fungsi Air ................................................................ 38

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN


A. Gambaran Umum Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan .............................. 49
1. Sejarah Desa Jatimulyo ............................................ 49
2. Keadaan Geografis Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan ........................ 52
3. Keadaan Demografis dan Pendidikan Desa
Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan ..................................................... 52
4. Keadaan Ekonomi Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan ........................ 55
5. Keadaan Sosial Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan ........................ 56
6. Keadaan Keagamaan Desa Jatimulyo Kecamatan
Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ................. 58
B. Pelaksanaan Jual Beli Air Kelapa di Desa Jatimlyo
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ..... 60

BAB IV ANALISIS DATA


A. Praktik Jual Beli Air Kelapa di Desa Jatimulyo
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ..... 63
B. Tinjauan Hukum Ekonomi Syari‟ah Terhadap Praktik
Jual Beli Air Kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan .............................. 64
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................ 67
B. Rekomendasi .................................................................. 68
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Daftar Kepemimpinan Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan ............................... 51
3.2 Jumlah Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Menurut
Kelompok Umur .............................................................. 53
3.3 Perincian Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Menurut
Pendidikan ....................................................................... 54
3.4 Perincian Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan
Perekonomian .................................................................. 55
3.5 Perincian Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan Suku
Bangsa ............................................................................. 57
3.6 Perincian Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan
Keagamaan ...................................................................... 59

xix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Sebelum menjelaskan secara keseluruhan mengenai materi
skripsi ini terlebih dahulu akan diberikan penegasan dan
pengertian yang terkandung didalamnya dengan tujuan
menghindari kesalahpahaman makna yang terkandung dalam
judul skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Tinjauan
Hukum Ekonomi Syari’ah Terhadap Praktik Jual Beli Air
Kelapa (Studi di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan)”.
1. Tinjauan adalah hasil meninjau pandangan, pendapat
(sesudah, menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya).1
2. Hukum Ekonomi Syaiah adalah kumpulan prinsip, nilai, asas,
dan peraturan terkait kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
antar subjek hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang
bersifat komersial dan tidak komersial berdasarkan Al-Qur‟an
dan Al-Sunnah.2
3. Jual Beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang atau
barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari
yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan sesuai
dengan ketentuan yang dibenarkan syara‟. 3
4. Air Kelapa adalah air alamiah yang steril dan mengandung
kadar kalium, khlor, serta klorin yang tinggi. Air kelapa
merupakan cairan bening di dalam kelapa. 4
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa
yang dimaksud dengan judul ini adalah Tinjauan Hukum

1
Departemen Penndidiikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), 1470.
2
Muhamad Kholid, “Prinsip-Prinsip Hukum Ekonomi Syariah Dalam
Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah,” Asy-Syari‟ah Vol. 20, no. No. 2
(2018): 147.
3
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis (Surabaya: Gemilang Publisher, 2018), 104.
4
Sri Wahyuni, “Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Untuk Pembuatan Kecap
Dan Uji Organoleptik Sebagai Referensi Mata,” Skripsi (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry
Darussalam, 2018), 13.
1
2
Ekonomi Syari‟ah Terhadap Praktik Jual Beli Air Kelapa Di Desa
Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

B. Latar Belakang Masalah


Bermuamalah sangat erat kaitannya dengan hal berbisnis
atau berniaga. Kegiatan muamalah pada dasarnya adalah boleh
dilakukan, tergantung rukun dan syarat yang nantinya dapat
membuat kegiatan tersebut menjadi sah atau batal. Selain itu,
didalam ketentuan syariat agama Islam terdapat ketentuan halal
dan haram, yaitu apa yang dibolehkan dan apa yang dilarang.
Salah satu aspek dalam muamalah yaitu jual beli. Jual beli
merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari oleh manusia
guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam melakukan
transaksi jual beli ada rukun dan syarat yang harus terpenuhi,
baik syarat subjek ataupun syarat objek yang diperjualbelikan.
Dalam transaksi jual beli adapun syarat jual beli yang dilihat dari
segi pemanfaatan objek yang diperjualbelikan halal atau tidak
serta terdapat manfaat atau tidak didalam barang yang dijadikan
objek jual beli.
Jual beli air kelapa yang terjadi di Desa Jatimulyo
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan merupakan
jual beli yang terjadi pada umumnya. Air kelapa ini
diperjualbelikan karena dapat dimanfaatkan oleh pabrik sebagai
bahan minuman yaitu nata de coco. Namun, air kelapa ini berasal
dari beberapa kelapa-kelapa yang kualitasnya tidak baik.
Kelapa-kelapa yang kualitasnya tidak baik ini dapat
diketahui dengan cara mengguncang-guncangkan kelapanya
untuk didengarkan bunyi airnya, selain itu juga dapat dilihat dari
bagian tempurungnya, jika bagian tempurung yang lebih tipis
cenderung mudah busuk dan seringkali tanda kebusukan terlihat
dari mulai bermunculan jamur kehijauan di sekitar setidaknya
satu mata kelapa. Saat kelapa dibuka adapun kelapa yang sudah
busuk dan daging kelapanya sudah hancur, airnyapun akan terasa
asam dan berbau tidak sedap.
Air kelapa ini dikumpulkan dalam satu wadah terlebih
dahulu, dan untuk cara pengumpulannya terbilang tidak higienis
dan kotor. Setelah dikumpulkan dalam satu wadah, air kelapa
3
tersebut dipindahkan dalam jerigen-jerigen yang berkapasitas 20
liter tanpa penyaringan terlebih dahulu sehingga kotoran ikut
masuk kedalam jerigen-jerigen tersebut.
Setelah air kelapa terkumpul dalam beberapa jerigen,
penjual air kelapa menunggu pembeli dari pabrik datang untuk
membelinya, biasanya pembeli dari pabrik datang dalam waktu
seminggu setelah semua air kelapa terkumpul sehingga
menyebabkan air kelapa tersebut semakin membusuk dan berbau
tidak sedap.
Pedagang kelapa ini tidak hanya menampung atau
mengumpulkan air kelapa dari kelapa-kelapa miliknya sendiri
tetapi pedagang ini juga membeli air kelapa dari pedagang-
pedagang kelapa parut yang ada di pasar Jatimulyo dengan harga
Rp.5.000 per jerigen yang berkapasitas 20 liter dan dijual kembali
dengan harga Rp.8.000 per jerigen yang berkapasitas 20 liter.
Dalam hukum Islam objek jual beli harus memenuhi
beberapa syarat di antaranya barang dagangan secara hukum
Islam adalah benda suci dan bersih, barang tersebut dapat
diserahterimakan saat akad berlangsung, barang tersebut bisa di
ketahui oleh penjual dan pembeli, barang tersebut harus ada
manfaatnya, milik orang yang menjual, barang yang bernilai, bisa
di serahterimakan waktu akad.
Berdasarkan latar belakang tersebut sebagai argumentasi,
penulis tertarik untuk meneliti masalah ini, yaitu sebagai berikut.
Pertama, praktik jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Kedua,
bagaimana hukum ekonomi syariah terhadap praktik jual beli air
kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan.

C. Fokus dan Sub-Fokus Penelitian


Fokus penelitian ini terletak pada jual beli air kelapa yang
sudah berubah warna, bau dan rasanya apakah sudah sesuai
dengan hukum ekonomi syari‟ah atau belum.
Adapun sub-fokus dalam penelitian ini adalah pandangan
hukum Ekonomi Syari‟ah terhadap jual beli air kelapa yang yang
sudah berubah warna, bau dan rasanya.
4
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat
merumuskan pokok masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan?
2. Bagaimana pandangan hukum ekonomi syari‟ah terhadap
praktik jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana praktik jual beli air kelapa di
Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum ekonomi
syari‟ah terhadap praktik jual beli air kelapa di Desa
Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan.

F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi dalam
perkembangan ekonomi syari‟ah.
2. Secara praktis, penelitian ini memberikan informasi kepada
masyarakat.

G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan


Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukan tinjauan pustaka untuk mendapatkan informasi-
informasi yang berkaitan dengan pokok masalah agar terhindar
dari kesamaan. Berikut adalah hasil penelitian yang memiliki
relevansi dengan penelitian ini di antaranya sebagai berikut :
1. Fafa Nurdyansyah, “Pengolahan Limbah Air Kelapa Menjadi
Nata De Coco Oleh Ibu Kelompok Tani di Kabupaten
Kudus”, Universitas PGRI Semarang, pada tahun 2017.
Dalam penelitian ini membahas mengenai Ibu-ibu
Kelompok Tani di Kabupaten Kudus sangat potensial untuk
diberdayakan dalam pembuatan olahan pangan berbasis
limbah, terutama air kelapa yang akan diolah menjadi nata de
5
coco. Pembuatan nata de coco dapat meningkatkan
keterampilan mengolah limbah air kelapa menjadi olahan
pangan yang memilik nilai ekonomi tinggi untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Kudus sekaligus mengurangi jumlah limbah air
kelapa yang sering kali menjadi masalah lingkungan. 5
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis
teliti yaitu membahasan mengenai pengolahan limbah air
kelapa yang dijadikan nata de coco, sedangkan penelitian
yang penulis teliti hanya membahas jual beli air kelapanya
saja. Adapun persamaannya yaitu sama-sama membahas
tentang air kelapa.
2. Ekawati, Rahmatullah, Ellyta, “Pemanfaatan Limbah Air
Kelapa Menjadi Nata De Coco Untuk Meningkatkan
Pendapatan Pedagang Kelapa Parut”, Fakultas Pertanian
Universitas Panca Bhakti, pada tahun 2014.
Dalam penelitian ini membahas kegiatan pembuangan
air kelapa yang biasa dilakukan oleh pedagang adalah dengan
membuang air kelapa di sekitar lapak mereka berjualan
sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Pada umumnya
pedagang kelapa parut hanya mengetahui dan menjual hasil
olahan buah kelapa hanya dalam bentuk santan kelapa yang
diperoleh dari perasan isi buah kelapa, sedangkan
pengetahuan tentang pengolahan bagian lain buah kelapa
terutama air kelapa menjadi nata de coco masih sangat
kurang. Hal inilah yang menjadi dasar kegiatan pelatihan
pengolahan limbah kelapa menjadi nata de coco pelu
diberikan kepada pedagang kelapa parut di pasar tradisional,
disamping menghindari pencemaran lingkungan selain itu
dengan memanfaatkan air limbah menjadi nata de coco akan

5
Dyah Ayu Widyastuti Fafa Nurdyansyah, “Pengolahan Limbah Air Kelapa
Menjadi Nata De Coco Oleh Ibu Kelompok Tani Di Kabupaten Kudus,” Jurnal
Kewirausahaan Dan Bisnis Vol. 21, no. No. Xi (2017): 29.
6
dapat memberikan tambahan pendapatan rata-rata sebesar Rp.
163.465/hari.6
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis
teliti yaitu membahas mengenai pemanfaatan limbah air
kelapa menjadi nata de coco untuk meningkatkan pendapatan
pedagang kelapaparut, sedangkan penelitian yang penulis teliti
memabahas mengenai jual beli air kelapa yang dijadikan
sebagai bahan minuman yaitu nata de coco. Adapun
persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas
mengenai air kelapa.
3. Suryati, Misriana, W Mellyssa, Fakhrur razi, Raisah Hayati,
“Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Sebagai Pupuk Organik
Cair”, Politeknik Negeri Lhokseumawe, pada tahun 2019.
Dalam penelitian ini membahas mengenai pemanfaatan
limbah air kelapa sebagai pupuk organik cair. Dalam kegiatan
ini pupuk yang dibuat berupa pupuk organik cair dengan
proses anaerob (fermentasi) bahan baku yang digunakan
adalah limbah air kelapa dan limbah air cucian beras. 7
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis
teliti yaitu membahas mengenai limbah air kelapa yang
dijadikan sebagai pupuk organik cair, sedangkan penelitian
yang penulis teliti memabahas mengenai jual beli air kelapa
yang dijadikan sebagai bahan makanan. Adapun persamaan
dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas mengenai air
kelapa.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan
metode kualitatif. Alasan memilih metode penelitian ini karena
lebih relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
1. Jenis dan Sifat Penelitian

6
Ellyta Ekawati, Rahmatullah, “„Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Menjadi
Nata De Coco Untuk Meningkatkan Pendaatan Pedagang Kelapa Parut,‟” Jurnal Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, Dan Seni Bagi Masyarakat Vol.2, no. No.2 (2014): 74.
7
Raisah Hayati Suryati, Misriana, Mellyssa, Fakhrur Razi, “Pemanfaatan
Limbah Air Kelapa Sebagai Pupuk Organik Cair,” Jurnal ISSN Vol. 3, no. No. 1
(2019): 2.
7
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan
dalam kancah kehidupan yang sebenarnya. Karena
penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan, maka dalam
pengumpulan data dilakukan pengolahan data yang
bersumber dari lapangan (lokasi penelitian). 8
b. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,
kondisi atau hal-hal yang sudah disebutkan, yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. 9 Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan secara jelas mengenai
praktik jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan
Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpulan data yang
dilakukan dengan metode lapangan, yakni penelitian yang
dilakukan langsung dari hasil wawancara, pengamatan dan
penelaahan dokumen yang diterima dari responden atau
objek yang diteliti. 10
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder
yang diperoleh peneliti dari buku-buku yang
membicarakan topik yang berhubungan langsung maupun
tidak langsung dengan judul dan pokok bahasan kajian ini
akan tetapi mempunyai relevansi dengan permasalahan

8
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial (Bandung:
Mondar Maju, 1996), 32.
9
V.wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, Cet. Ke-1 (Yogyakarta:
Pustaka Baru Pers, 2014), 19.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2016), 225.
8
yang akan dikaji. 11 Sumber data sekunder yang dipakai
oleh penulis adalah beberapa sumber yang relevan dengan
penelitian ini, antara lain: Al-Qur‟an, hadis, buku, kitab-
kitab fiqih dan literatur-literatur lainnya yang mendukung.

3. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data
primer yang bersumber langsung dari rosponden penelitian
di lapangan.12 wawancara dalam penelitian ini dilakukan
kepada informan yang bisa memberikan informasi
berkaitan dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini,
metode wawancara yang digunakan yaitu metode
wawancara bebas terpimpin, yaitu pewancara membawa
sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci yang berkaitan
dengan praktik jual beli air kelapa.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
berupa buku, catatan, majalah, dan lain sebagainya. 13
Dalam penelitian ini, menggunakan cara dokumentasi yang
langsung di ambil dari objek penelitian. Metode
dokumentasi ini di maksud untuk mendapatkan data-data
dan informasi yang berkenaan dengan jual beli air kelapa
sebagai penyempurna data dalam memperoleh data.
c. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti,
serta pencatatan secara sistematis. 14 Metode ini digunakan
untuk melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi

11
Ibid.,226.
12
Abdul Kodir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2004), 86.
13
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi, 1989), 217.
14
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktek
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013),143.
9
yang dijadikan objek penelitian untuk mengamati
bagaimana praktik jual beli limbah air kelapa di Desa
Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan.

4. Populasi
Populasi yaitu keseluruhan objek penelitian mungkin
berupa manusia, gejala-gejala, pola sikap, tingkah laku, dan
sebagainya yang menjadi objek penelitian.15 Dalam penelitian
ini yang akan menjadi populasi adalah 1 orang pedagang
kelapa utuh yang mengumpulkan air kelapa untuk dijual
kepada pihak pabrik, 3 orang pedagang kelapa parut yang
menjual air kelapa kepada pedagang kelapa utuh, 1 orang
pembeli air kelapa dari pihak pabrik. Jadi total populasi
berjumlah 5 orang. Karena jumlah populasinya hanya 5 (lima)
orang maka penelitian ini termasuk penelitian populasi.

5. Metode Pengolahan Data


a. Pemeriksaan Data (Editing)
Pemeriksaan data (editing) yaitu pembenaran apakah
data yang terkumpul melalui studi pustaka, studi lapangan,
dan dokumen sudah dianggap relevan dengan masalah,
tidak berlebihan, jelas, dan tanpa kesalahan. 16
b. Sistematika Data
Tahapan sistematika data yaitu menempatkan data
menurut kerangka sistematika bahasa berdasarkan urutan
masalah.

6. Metode Analisa
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dari objek yang diamati, kemudian cara atau metode
yang di gunakan dalam menganalisa penelitian ini adalah
metode deduktif. Metode deduktif yaitu metode analisa
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
199.
16
Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, 91.
10
dengan cara bermula dari data bersifat umum kemudian di
tarik kesimpulan yang bersifat khusus.

I. Sistematika Pembahasan
Guna memperoleh pembahasan yang sistematis, maka
penulis perlu menyusun sistematika sehigga menunjukkan hasil
penelitian yang baik dan mudah di pahami. Maka penulis akan
mendiskripsikan sistematika penulis sebagai berikut:
1. Bagian Awal Skripsi
Bagian awal memuat sampul/cover skripsi, halaman
sampul, halaman abstrak, halaman pernyataan orisinalitas,
halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto,
persembahan, riwayat hidup, kata pengantar, dafatr isi, daftar
lampiran.
2. Bagian Utama Skripsi
Bab I Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum
yang memuat penegasan judul, latar belakang masalah, fokus
dan sub-fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kajian penelitan terdahulu yang relevan,
metode penelitian, sistematika pembahasan.
Bab II Landasan Teori, bab ini membahas mengenai
pengertian jual beli dalam Islam, dasar hukum jual beli, rukun
dan syarat jual beli, macam-macam jual beli, hikmah jual beli,
pengertian air, macam-macam dan dasar hukum air dan fungsi
air.
Bab III Deskripsi Objek Penelitian, bab ini menjelaskan
tentang gambaran umum Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan, yang diantaranya:
sejarah Desa Jatimulyo, peta Desa Jatimulyo, kondisi umum
Desa Jatimulyo, keadaan sosial ekonomi penduduk Desa
Jatimulyo, pola penggunaan tanah serta sarana dan prasarana
Desa Jatimulyo. Dalam bab ini juga menggambarkan praktik
jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo Kecamana Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan.
Bab IV Analisis Penelitian, bab ini merupakan analisis
mengenai Tinjauan Hukum Ekonomi Syari‟ah Terhadap
Praktik Jual Beli Air Kelapa. Bab ini akan membahas tentang
11
status hukum ekonomi syari‟ah tentang jual beli air kelapa di
Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan.
Bab V Penutup, bab ini merupakan hasil analisa yang
berisi tentang simpulan dan rekomendasi.
3. Bagian Akhir Skripsi
Bagian akhir dari skripsi ini berisi tentang daftar
rujukan dan daftar lampiran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Jual Beli dalam Islam


1. Pengertian Jual Beli
Jual beli secara etimologi atau bahasa adalah
pertukaran barang dengan barang. Jual beli merupakan
istilah yang dapat digunakan untuk menyebutkan dari dua
sisi transaksi yang terjadi sekaligus, yaitu menjual dan
membeli.17
Jual beli adalah pelepasan hak milik dengan
mendapatkan ganti rugi berupa uang, jasa dengan jasa atau
memindahkan hak milik untuk mendapatkan imbalan atas
dasar suka sama suka atau kerelaan kedua belah pihak.
Menurut pengertian syari‟at yang dimaksud dengan jual beli
adalah pertukaran harta atas dasar saling rela atau
memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan
(yaitu berupa alat tukar yang sah).18
Sebagian ulama memberi pengertian jual beli adalah
tukar-menukar harta meskipun masih ada dalam tanggungan
atau kemanfaatan yang mubah dengan sesuatu yang semisal
dengan keduanya untuk memberikan secara tetap. 19
a. Menurut pendapat ulama Hanafiyah, jual beli adalah
saling menukar harta dengan harta melalui cara
tertentu.20 Cara-cara terentu yang di maksud yaitu ijab
dan qabul, atau juga memberikan barang dan
menetapkan harga antara penjual dan pembeli. 21

17
Imam Mustofa, Fiqih Mu‟amalah Kontemporer (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2016), 21.
18
A. Khumedi Ja‟far, “Analisis Pendapat Imam Madzhab Tentang Jual Beli
Air Susu Ibu (ASI),” Jurnal Asas Vol 11, no. No 1 (2019): 2.
19
Syeh Abdurrahman As-Sa‟di, Fiqih Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis
Syariah (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), 143.
20
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta: PT.
Raja Granfindo Persada, 2003), 113.
21
Idris, Hadis Ekonomi: Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta:
Kencana, 2015).
13
14
b. Menurut Ulama Malikiyah, jual beli adalah dalam arti
khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan
kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai
daya tarik, penukarannya bukan mas dan bukan pula perak,
bendanya dapat direalisir dan ada seketika (tidak
ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu ada
di hadapan pembeli maupun tidak, barang yang sudah
diketahui sifat sifatnya atau sudah diketahui terlebih
dahulu.22
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, jual beli adalah
transaksi tukar-menukar uang dengan barang berdasarkan
suka sama suka menurut cara yang ditentukan syari‟at, baik
dengan ijab kabul yang jelas, atau dengan cara saling
memberikan barang atau uang tanpa mengucapkan ijab dan
kabul seperti yang berlaku pada swalayan. 23

2. Dasar Hukum Jual Beli


a. Al-Qur’an
1) Q.S An-Nisa‟ (4) : 29.

      

         

        

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan

22
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Ed. 1, (Depok: Rajawali Pers, 2017),
69.
23
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Prinsip Implementasinya Pada Sektor
Keuangan Syariah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), 64.
15
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah adalah maha penyayang kepadamu”.

Ayat ini merujuk pada perniagaan atau


transaksi-transaksi dalam muamalah yang dilakukan
secara batil. Ayat ini mengindukasikan bahwa Allah
Swt melarang kaum muslimin untuk memakan harta
orang lain secara batil. Secara batil dalam konteks
ini memiliki arti yang sangat luas, diantarannya
melakukan transaksi ekonomi yang bertentangan
dengan syara‟, seperti halnya melakukan transaksi
berbasis riba (bunga), transaksi yang bersifat
spekulatif maisir (judi), ataupun transaksi yang
mengandung unsur gharar (adanya risiko dalam
transaksi) serta hal-hal lain yang bisa dipersamakan
dengan itu.24

2) Q.S Al-Baqarah (2) : 275.

       

       

         

         

        

     

24
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol.1 Cet. Ke-1 (Jakarta: Lentera
Hati, 2000), 413.
16
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat).
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya”.

Ayat di atas secara umum telah memberikan


gambaran tentang hukum kehalalan jual beli dan
keharaman riba. Allah Swt telah tegas menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Meskipun
keduanya (jual beli maupun riba) sama-sama
mencari keuntungan ekonomi namun terdapat
perbedaan yang mendasar dan signifikan terutama
dari sudut pandang cara memperoleh keuntungan
disamping tanggung jawab resiko kerugian yang
kemungkinan timbul dari usaha ekonomi itu
sendiri.25
b. Hadis
‫ اَي‬:‫صهَّى هللاُ َعهَ ْي ِو َو َسهَّ َم ُسئِ َم‬ َ ً َّ ِ‫ع َْه ِرفَب َعةَ ْب ِه َرافِ ِع أَ َّن اننَب‬
ٍ ‫ َع َم ُم ان َّرج ُِم ِب َي ِد ِه َو ُك َّم َبي ٍْع َم ْبر‬: ‫بل‬
‫ُور‬ َ َ‫ط َيبُ ؟ ق‬ْ َ‫ب أ‬ِ ‫ْان َك ْس‬
26
)‫(رواه انبزار و صححو انحبكم‬
“Dari Rifa‟ah bin Rafi‟ Ra. Ia berkata, bahwasannya
Rasulullah Saw Maka beliau menjawab, “Yaitu

25
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi (Jakarta: Paragonatama
Jaya, 2013), 173-174.
26
Bulughul Maram, Kitab Jual Beli, No Hadis 800, 1.
17
pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan
setiap jual beli itu baik.” (HR.Al-Bazar dan dibenarkan
Al-Hakim).

c. Ijmak
Ijmak adalah kesepakatan mayoritas mujtahidin
diantara umat Islam pada suatu masa setelah wafatnya
Rasulullah Saw atas hukum syar‟i mengenai suatu
kejadian atau kasus.27
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan
dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu
mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain.
Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain
yang dibutuhkan itu, harus diganti dengan barang lain
yang sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur‟an dan
Hadis, hukum jual beli adalah mubah (boleh). Namun
pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah
menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.28

3. Rukun dan Syarat Jual Beli


a. Rukun Jual Beli
Dalam menetapkan rukun jual beli, diantara para
ulama terjadi perbedaan pendapat. Menurut Mazhab
Hanafi rukun jual beli hanya ijab dan kabul saja, menurut
mereka yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah
kerelaan antara kedua belah pihak. Namun, karena unsur
kerelaan itu berhubungan dengan hati yang sering tidak
kelihatan, maka diperlukan indikator yang menunjukkan
kerelaan dari kedua belah pihak. Dapat dalam bentuk
perkataan (ijab dan kabul) atau dalam bentuk perbuatan,
yaitu saling memberi (penyerahan barang dan

27
Abdul Wahhab Kallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Jakarta: CV.
Rajawali Pers, 1993), 64.
28
Fiqih Muamalah, Nasrun Haroen (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000),
114.
18
penerimaan uang). Menurut Jumhur Ulama rukun jual
beli ada 4, yaitu:29
1) Orang yang berakad (penjual dan pembeli)
a) Penjual, yaitu pemilik harta yang menjual
barangnya, atau orang yang diberi kuasa untuk
menjual harta orang lain. Penjual haruslah cakap
dalam melakukan transaksi jual beli (mukallaf).
b) Pembeli, yaitu orang yang cakap yang dapat
membelanjakan hartanya (uangnya).30
2) Ṣigat (ijab dan kabul)
Ṣigat (ijab dan kabul), yaitu persetujuan
antara pihak dan pembeli yang melakukan transaksi
jual beli, dimana pihak pembeli menyerahkan uang
dan pihak penjual menyerahkan barang (serah
terima), baik transaksi menyerahkan barang lisan
maupun tulisan.31
3) Barang yang diperjualbelikan
Untuk menjadi sahnya jual beli harus ada
ma‟qud alaih yaitu barang yang menjadi objek jual
beli atau yang menjadi sebab terjadinya perjanjian
jual beli.32
4) Nilai tukar pengganti
Nilai tukar pengganti barang yaitu sesuatu
yang memenuhi tiga syarat : bisa menyimpan nilai
(store of velue), bisa menilai atau menghargakan
suatu barang (unit of account), dan bisa dijadikan
alat tukar (medium of exchange).33

29
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), 118.
30
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis (Surabaya: Gemilang Publisher, 2018), 141.
31
Ibid.
32
Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Hukum Islam,” Jurnal Bisnis Dan
Manajemen Islam Vol. 3, No. 2 (2015): 249.
33
Ibid, 251.
19
b. Syarat Jual Beli
1) Subjek jual beli, yaitu penjual dan pembeli yang
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Berakal
Berakal yaitu dapat membedakan atau
memilih yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena
apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual
beli yang dilakukan tidak sah. 34 Hal ini
sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Nisa
(4) : 5

. . . .    

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-


orang yang belum sempurna akalnya”.

b) Dengan kehendak sendiri


Dengan kehendak sendiri atau tidak
terpaksa, maksudnya bahwa dalam melakukan
transaksi jual beli salah satu pihak tidak
melakukan suatu tekanan atau paksaan kepada
pihak lain, sehingga pihak lainpun dalam
melakukan transaksi jual beli bukan karena
kehendaknya sendiri. Oleh karena itu jual beli
yang dilakukan bukan atas dasar kehendak
sendiri adalah tidak sah.35
c) Keduanya tidak mubazir
Maksudnya bahwa para pihak yang
mengikat diri dalam transaksi jual beli bukanlah
orang-orang yang boros (mubazir), sebab orang
yang boros menurut hukum dikatakan sebagai
orang yang tidak cakap bertinndak, artinya ia
tidak dapat melakukan sendiri sesuatu perbuatan

34
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 105.
35
Ibid.
20
hukum meskipun hukum tersebut menyangkut
kepentingan semata. 36

d) Balig
Balig adalah masa kedewasaan seorang
yang menurut kebanyakan para ulama yaitu
apabila seseorang telah mencapai usia 15 tahun,
atau orang yang belum mencapai umur tersebut,
akan tetapi sudah bertanggung jawab secara
hukum atau orang yang sudah dianggap mampu
dalam mentasharufkan harta bendanya.37
2) Objek jual beli, yaitu barang atau benda yang menjadi
sebab terjadinya transaksi jual beli. Dalam hal ini
harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a) Suci atau bersih barangnya
Suci atau mungkin untuk disucikan
sehingga tidak sah penjualan benda-benda najis
seperti anjing, babi dan lainnya. Rasulullah Saw
bersabda:
‫صلَّى اهللُ َعَلْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ِ ِ
َ ‫َع ْن َجاب ٍر َرض َي اهلل َعْنوُ اَ َّن َر ُس ْوَل اهلل‬
‫اْلِْن ِزيْ ِر‬ ْ ‫ اِ َّن اهلل و َر ُس ْولَوُ َحَّرَم بَْي َع‬: ‫قَ َال‬
ْ ‫اْلَ ْم ِر َو الْ َمْيَت ِو َو‬
38
)‫صَن ِام (رواه البخارى و مسلم‬ ْ ‫اْل‬َ ْ ‫َو‬
“Dari Jabir r.a. Rasulullah Saw bersabda :
sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan penjualan arak, bangkai, babi,
dan berhala”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua


barang atau benda mengandung najis tidak boleh
diperjualbelikan, misalnya kotoran binatang atau
sampah-sampah yang mengandung najis boleh
diperjualbelikan sebatas kegunaan barang bukan
untuk dikonsumsi atau dijadikan sebagai

36
Ibid, 106.
37
Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid Jilid III (Semarang: Asy-Syifa, 1990), 95.
38
Imam Ahmad, Musnad Ahmad, No.Hadis 3494, Juz 8, 29.
21
makanan. Hal ini sebagaimana pendapat Sayid
Sabiq dalam kitab Fiqih Sunah bahwa
diperbolehkan seorang penjual menjual kotoran
dan sampah-sampah yang mengandung najis oleh
karena dibutuhkan untuk keperluan perkebunan,
dapat dimanfaatkan sebagai bahan perapian dan
juga dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
barang-barang yang mengandung najis, arak dan
bangkai dapat dijadikan sebagai objek jual beli
asalkan pemanfaatan barang-barang tersebut
bukan untuk keperluan bahan makanan atau
dikonsumsikan.39
b) Barang yang diperjualbelikan milik sendiri
Barang yang bukan milik sendiri tidak
boleh diperjual belikan kecuali ada mandat yang
diberikan oleh pemilik seperti akad wakalah
(perwakilan). Akad jual beli mempunyai
pengaruh terhadap perpindahan hak milik. Ini
berarti benda yang diperjual belikan harus milik
sendiri.40
c) Barang yang diperjualbelikan dapat diserahkan
Benda yang diperjualbelikan dapat diserah
terimakan ketika akad secara langsung maupun
tidak langsung. Ini berarti, tidak sah jual beli
terhadap sesuatu yang tidak dapat
diserahterimakan, misalnya jual beli burung yang
terbang di udara, ikan di lautan.41
d) Barang yang diperjualbelikan dapat dimanfaatkan
Memberi manfaat menurut syara‟, maka
dillarang jual beli benda-benda yang tidak boleh
diambil manfaatnya menurut syara‟, seperti

39
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 108.
40
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Prinsip Implementasinya Pada Sektor
Keuangan Syariah, 67.
41
Ibid, 68.
22
menjual babi, cicak, minuman keras dan lain
sebagainya.42
e) Barang atau benda yang diperjualbelikan tidak
boleh ditaklikan
Artinya barang atau benda yang diperjual
belikan tidak boleh digantungkan kepada hal-hal
lain, seperti jika ayahku pergi akan kujual motor
ini kepadamu.43
f) Barang atau benda yang diperjualbelikan dapat
diketahui
Artinya barang yang diperjual belikan
dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya
atau ukuran-ukuran yang lainnya. Maka tidaklah
sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah
satu pihak.44
3) Lafadz (ijab kabul) jual beli, yaitu suatu peryataan
atau perkataan kedua belah pihak sebagai gambaran
kehendaknya dalam melakukan transaksi jual beli.
Dalam ijab kabul ada syarat-syarat yang harus
diperlukan antara lain :
a) Tidak ada yang memisahkan anatara penjual
dan pembeli.
b) Jangan diselangi dengan kata-kata lain antara
ijab qabul.
c) Harus ada kesesuaian antara ijab dan kabul.
d) Ijab dan kabul harus jelas dan lengkap
e) Ijab dan kabul harus dapat diterima oleh kedua
belah pihak.45

42
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Ed. 1, Cet. 11 (Depok: Rajawali Pers,
2017), 72.
43
Ibid.
44
Ibid, 73.
45
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 110.
23
4. Macam-Macam Jual Beli
a. Jual beli yang diperbolehkan
Jual beli yang diperbolehkan dalam syari‟at Islam
terdiri dari tiga jenis yaitu:
1) Barangnya dapat dilihat oleh pembeli
Tidak sah menjual suatu barang yang tidak bisa
diserahkan kepada pembeli, misalnya ikan yang masih
dilaut, barang yang sedang dijamin, sebab semua itu
mengandung tipu daya. 46
2) Dapat diketahui keadaan dan sifat barang
Barang tersebut diketahui oleh penjual dan
pembeli, zat, bentuk, kadar, dan sifat-sifatnya jelas
sehingga antara keduanya tidak terjadi keributan. 47
3) Barangnya suci dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia
Tidak sah memperjual belikan barang yang
tidak ada manfaatnya, seperti memperjual belikan
tikus, ular dan sebagainya. 48

b. Jual beli yang dilarang


Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah
sebagai berikut:
1) Barang yang hukumnya najis oleh agama, seperti
anjing, babi, berhala, bangkai dan khamar.
2) Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawini
domba jantan dengan domba betina agar dapat
memperoleh keturunan.
3) Jual beli anak binatang yang masih berada dalam
perut induknya. Jual beli seperti ini dilarang karena
barangnya tidak ada dan tidak tampak. 49

46
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994),
280.
47
Ibid, 281.
48
Hasanuddin, Fiqih II Modul 1-18 (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas terbuka, 1997), 443.
49
Suhendi, Fiqih Muamalah, 79.
24
4) Jual beli Muhaqallah
Yaitu jual beli tanam-tanaman yang masih di
ladang atau kebun di sawah. Jual beli seperti ini
dilarang oleh agama, karena mengandung unsur riba
didalamnya.50
5) Jual beli Mukhaḍarah
Yaitu jual beli buah-buahan yang belum pantas
untuk dipanen, misalnya rambutan yang masih hijau,
mangga yang masih kecil dan lain sebagainya. 51
6) Jual beli Mulāmasah
Yaitu jual beli secara sentuh menyentuh,
misalnya seorang menyentuh kain dengan tangan atau
kaki, maka berarti ia dianggap telah membeli kain
itu.52
7) Jual beli Munabazah
Yaitu jual beli secara lempar-melempar,
misalnya seseorang berkata: lemparlah kepadaku apa
yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu
apa yang ada padaku, setelah terjadi lempar-melepar,
maka terjadilah jual beli. Jual beli seperti ini dilarang
oleh agama, karena mengandung tipuan dan dapat
merugikan salah satu pihak. 53
8) Jual beli Muzābanah
Yaitu jual beli buah yang basah dengan buah
yang kering, misalnya jual beli padi kering dengan
bayaran padi yang basah, sedangkan ukurannya sama,
sehingga akan merugikan pemilik padi kering. Oleh
karena itu jual beli seperti ini dilarang. 54
9) Jual beli garar
Yaitu jual beli yang samar sehingga ada
kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan

50
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 115.
51
Ibid.
52
Ibid.
53
Ibid.
54
Ibid, 114.
25
yang masih di kolam atau menjual kacang tanah yang
atasnya kelihatan bagus tetapi dibawahnya jelek.55
10) Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang
dijual, seperti seorang menjual sesuatu dari benda itu
ada yang dikecualikan salah satu bagiannya.56
c. Jual beli yang dilarang agama dan hukumnya sah
1) Menemui orang desa sebelum mereka masuk ke pasar
untuk membeli benda-bendanya dengan harga
semurah-murahnya, sebelum mereka tau harga pasar,
kemudia dijual dengan harga setinggi-tingginya.
2) Menawar barang yang sedang ditawar orang lain.
3) Jual beli dengan najasyi. Seseorang menambah atau
melebihi harga temannya dengan maksud
memancing-mancing orang agar orang tersebut mau
membeli barang temannya.
4) Menjual di atas penjualan orang lain.
Maksudnya bahwa menjual barang kepada
orang lain dengan cara menurunkan harga, sehingga
orang itu mau membeli barangnya. Jual beli seperti
ini dilarang agama karena dapat menimbulkan
perselisihan tidak sehat diantara penjual.57
d. Jual beli yang dilarang karena ahli akad
1) Jual beli orang gila
Maksudnya jual beli yang dilakukan orang
yang gila tidak sah, begitu juga jual beli orang yang
sedang mabuk juga dianggap tidak sah, sebab
dipandang tidak berakal.
2) Jual beli anak kecil
Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan
anak kecil dipandang tidak sah, kecuali dalam
perkara-perkara yang ringan.
3) Jual beli orang buta
Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli yang
dilakukan orang buta tanpa diterangkan sifatnya
55
Suhendi, Fiqih Muamalah, 81.
56
Ibid.
57
Ibid.
26
dipandang tidak sah, karena dianggap tidak bisa
membedakan barang yang jelek dan yang baik,
bahkan menurut ulama Syafi‟iyah walaupun
diterangkan sifatnya tetap dipandang tidak sah. 58
4) Jual beli fuḍul
Yaitu jual beli milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya, oleh karena itu menurut para ulama jual
beli demikian dipandang tidak sah, sebab dianggap
mengambil hak orang lain (mencuri).
5) Jual beli orang yang terhalang (sakit, bodoh atau
pemboros)
Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan
oleh orang-orang yang terhalang baik karena sakit
maupun kebodohannya dipandang tidak sah, sebab
dianggap tidak punya kepandaian dan ucapannya
dipandang tidak dapat dipegang.
6) Jual beli malja‟
Yaitu jual beli yang dilakukan oleh orang
yang sedang dalam bahaya. Jual beli yang demikian
menurut kebanyakan ulama tidak sah, karena
dipandang tidak normal sebagaimana yang terjadi
pada umumnya.59

5. Hikmah dan Manfaat Jual Beli


Manfaat dan hikmah yang dapat diperoleh dari transaksi
jual beli antara lain:
a. Antara penjual dan pembeli dapat merasakan puas dan
berlapang dada dengan jalan suka sama suka.
b. Dapat menjauhkan seseorang dari memakan atau memiliki
harta yang didapatkan dengan cara yang batil.
c. Dapat memberikan nafkah untuk keluarga dengan cara
yang halal.
d. Dapat ikut memenuhi hajat hidup orang banyak.

58
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 111.
59
Ibid, 112.
27
e. Dapat membina ketenangan ketentraman dan kebahagiaan
bagi jiwa karena memperoleh rezeki yang cukup dan
menerima dengan ikhlas terhadap anugerah Allah Swt.
f. Dapat menciptaka hubungan silaturahmi dan persaudaraan
antara penjual dan pembeli. 60

B. Air dalam Islam


1. Pengertian Air
Kata al-ma‟ adalah bentuk mufrad, bentuk jamaknya
adalah amwah dan miyah yang berarti air dan zat cair. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, kata “air” memiliki dua
pengertian. Pertama, air adalah cairan jernih tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau yang dapat diperlukan dalam
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan yang secara
kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen. Kedua, air
adalah benda cair yang biasa terdapat di sumur, sungai dan
danau.61
2. Dasar Hukum Air
a. Al-Qur’an
1) Q.S Al-Hijr (15) : 22.

      

     

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan


(tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari
langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan
sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”

60
Ibid, 121-122.
61
Andi Amiruddin, “Air Dalam Prespektif Hadis,” Jurnal Tahdis Vol.6, no.
1 (2015): 12.
28
2) Q.S Al-Hajj (22) :63.

        


 

       

“Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah


menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau?
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
mengetahui.”

3) Q.S Al-Mu‟minum : 18

        

     

“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu


ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.”

4) Q.S Az-Zumar : 21
           

          

         

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa


Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian
ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang
bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu
kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
29
dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal.”

b. Hadis
‫صلَّى‬ ِ ُ ‫ال رس‬ َ َ‫ي َر ِضي اهللُ َعنْوُ ق‬ ِّ ‫اْلُ ْد ِر‬ ٍ ِ‫وعن أَِِب سع‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ ْ ‫يد‬ َ ََْ
ِ ِ
ٌ ‫اهللُ َعلَْيو َو َسلَّم إ َّن اَلْ َماءَ طَ ُه‬
‫ور َْليُنَ ِّج ُسوُ َش ْيءٌ ( رواه ابوداود و‬
62
)‫الرتمذي و امحد و النسائي‬
“Dari Abu Said Al-Khudri Radiyallahu „anhu bahwa
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya (hakikat) air
adalah suci dan mensucikan,tak ada sesuatupun yang
dapat menajiskan.” (H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad,
An-Nasa‟i).

3. Macam-Macam Air
Adapun macam-macam air sebagai berikut:
a. Air Hujan
Air hujan merupakan air yang diturun Allah Swt
dari langit, melalui malaikat mikail untuk menyegarkan
dan membasahi bumi. Air hujan ini bersifat suci
mensucikan, sehingga sah digunakan sebagai mandi,
berwudhu dan lain sebagainya.63 Sebagaimana dalam Al-
Qur‟an surat Al-Furqan ayat 48:

        

     

“Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa


kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya

62
Minhah Al-„Allam Fii Syarh, Bulughul Maram, No.Hadis 29.
63
Pendidik, “Macam-Macam Air Dan Pembagian Air Dalam Islam,” 2016,
https://www.pendidik.co.id/macam-macam-air/.
30
(hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang Amat
bersih.”
b. Air Laut
Air laut atau air asin merupakan air yang suci lagi
mensucikan yang dapat digunakan untuk berwudhu,
mandi, membersihkan diri dari najis atau kotoran dan lain
sebagainya.64 Rasulullah Saw bersabda:
‫صلَّى‬ ِ َ َ‫َعن أَِِب ُىَريَْرةَ َر ِض َي اهللُ َعنْوُ ق‬
َ ‫ َسأ ََل َر ُج ٌل َر ُس ْوَل اهلل‬:‫ال‬
‫ب البَ ْحَرَوََْن ِم ُل َم َع َن‬ ِِ
ُ ‫ يَ َار ُس ْوَل اهلل إنَّانَْرَك‬:‫ال‬ َ ‫اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّم فَ َق‬
‫ضأُِِبَ ِاءالبَ ْحرِر؟‬َّ ‫ أَفَنَتَ َو‬.‫ضأْنَا بِِو َع ِطثْنَا‬َّ ‫ فَِإ ْن تَ َو‬.‫ال َقلِْي َل ِم َن املِ ِاء‬
‫ ُى َوالطَّ ُه ْوُر َم ُاؤهُ اَ ْْلِل‬: ‫صلّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ َ ‫ال َر ُس ْوَل اهلل‬ َ ‫فَ َق‬
65
)‫ (رواه البيهقي‬.ُ‫َمْيتَتُو‬
“Dari Abu Hurairah r.a bahwa ada seorang bertanya
kepada Rasulullah Saw: Ya Rasulullah, kami mengarungi
lautan dan hanya membawa sedikit air, kalau kami
gunakan untuk berwudhu pastilah kami kehausan.
Bolehkah kami berwudhu dengan air laut? Lalu
Rasulullah Saw bersabda : air laut itu suci airnya halal
bangkainya.”(HR. Bayhaqi)

c. Air Sungai
Air sungai adalah air tawar yang mengalir lewat
belahan bumi, hukumnya sama dengan air sumur atau
mata air. Sejak dahulu umat Islam terbiasa mandi,
berwudhu dan membersihkan najis termasuk beristinja di
sungai. Namun air sungai yang tercemar dengan limbah
beracun yang meski secara hukum barangkali tidak
mengandung najis, namun air yang tercemar dengan
logam berat itu sangat berbahaya bagi kesehatan
penggunanya, sehingga sebaiknya menghindari

64
Ibid.
65
Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin ‟Alial-Baihaqi, Al-Sunan Al-Kubri
Jilid 9, Cet. III (Bairut: Dar Al-Kutb Al-‟Il Miyyah, 2003), No Hadis. 18674, 5-6.
31
penggunaannya, karena memberikan mudarat yang lebih
besar. Selain itu, sering kali air sungai tercemar dengan
limbah kotoran manusia dan ternak, sehingga lama-
kelamaan airnya berubah warna, bau dan rasanya, maka
air sungai tersebut menjadi najis meski jumlahnya
banyak melebihi dua kula dan tidak sah digunakan untuk
berwudhu, mandi atau membersihkan najis.66 Firman
Allah dalam QS. Al-Mursalat ayat 27 :

       

“Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang


tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar (air
sungai, air sumur, mata air).”

d. Air Sumur
Air sumur merupakan air yang suci lagi
mensucikan. Karena air sumur terjaga dan muncul dari
dasar tanah.67 Adapun hadis tentang air sumur, yaitu :
ٍ ِ‫عن أَِِب سع‬
َ ُ‫ضأُ ِم ْن بِئْ ِرب‬
‫اع َة‬ ِ ‫ول‬ ِّ ‫يد ا ْْلُ ْد ِر‬
َ‫ض‬ َّ ‫اهلل أَتَتَ َو‬ َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫ي ق‬ َ َْ
ِ ‫ااْلِيض و ُْل‬ ِ ِ
‫ول‬
ُ ‫ال َر ُس‬ َ ‫َّْت؟ فَ َق‬ُْ ‫وم الْكل ِب َوالن‬ ُ ُ َ ُ َ ْ ‫َوى َي بِئْ ٌر يُلْ َقى ف َيه‬
ِ ِ
.ٌ‫ور َْل يُنَ ِّج ُسوُ َش ْيء‬ ٌ ‫ الْ َماءُ طَ ُه‬:‫صلَّى اهللُ َعلَْيو َو َسلَّم‬
َ ‫اهلل‬
68
)‫(رواه الرتمذي‬
“Dari Abi Said Al-Khudri r.a berkata bahwa seorang
bertanya : Ya Rasulullah Saw. Apakah kami boleh
berwudhu dari sumur buda‟ah, padahal sumur itu yang
digunakan oleh wanita yang haid, dibuang ke dalamnya
daging anjing dan benda yang busuk. Rasulullah Saw.

66
Muhammad Taufan Djafri, “Tinjauan Klasik-Modern Hukum Islam
Terhadap Air,” Jurnal Bidang Kajian Islam Vol.3, no. No.1 (2017):, 46,
https://journal.stiba.ac.id.
67
Pendidik, “Macam-Macam Air Dan Pembagian Air Dalam Islam.”
68
Abu Isa Muhammad bin Isa Al-Tirmizi, Al-Jami‟ Al-Sahih Sunan Al-
Tirmizi Juz 1 (Bairut: Mutafa al-Halabi, 1975), 95-96.
32
Menjawab : Air itu suci dan tidak dinajiskan oleh
sesuatu.”(HR. Tirmidzi)

e. Air Telaga
Air telaga merupakan air yang sifatnya suci dan
juga mensucikan. Air telaga ini sama dengan air danau
yang dapat digunakan untuk berwudhu, mandi,
membersihkan najis dan lain sebagainya. 69
f. Air Es atau Air Salju
Air salju adalah air yang turun dari langit dalam
keadaan cair kemudian menjadi padat pada saat sampai
ke bumi. Salju sebenarnya hampir sama dengan hujan,
yaitu sama-sama air yang turun dari langit, hanya saja
kondisi suhu udara yang membuatnya menjadi butir-butir
salju yang intinya adalah air juga namun membeku dan
jatuh sebagai salju. Hukumnya tentu saja sama dengan air
hujan, sebab keduanya mengalami proses yang mirip
kecuali pada bentuk akhirnya saja. 70
Terdapat hadis Rasulullah Saw. Yang menjelaskan
tentang kedudukan salju, kesuciannya dan juga fungsinya
sebagai media pensucian.
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّم إِذَا َكبَّ َر‬ ِ ُ ‫ َكا َن رس‬:‫ال‬
َ ‫ول اهلل‬ َُ َ َ‫َِب ُىَريَْرةَ ق‬ ْ ِ‫َع ْن أ‬
ِ ِ َ ‫ يارس‬:‫ت‬ ِ َّ ‫ِِف‬
ْ ِ‫ول اهلل بأ‬
‫َِب‬ ُ َ َ ُ ْ‫ فَ ُقل‬.َ‫ت ُىنَ يَّ ًة قَ ْب َل أَ ْن يَ ْقَرأ‬ َ ‫الصالَة َس َك‬
: ‫ال‬ َ َ‫ول ق‬ ُ ‫ْي التَّ ْكبِ ِْْي َوالْ ِقَراءَِة َماتَ ُق‬
َْ َ‫ك ب‬َ َ‫ت ُس ُكوت‬ َ ْ‫أَنْت َوأ ُِّم ْي أََرأَي‬
،‫ْي املِ ْش ِرِق َواملِْغ ِر ِب‬ َْ َ‫ت ب‬ َ ‫اع ْد‬ َ َ‫ْي َخطَايَا َك َم ب‬
ِ
َْ َ‫اللَّ ُه َّم بَاع ْدبَْي ِِن َوب‬
‫ اللَّ ُه َّم‬،‫س‬ َّ ‫ب ِم َن‬
ِ َ‫الدن‬ ِ
ُ ‫اللَّ ُه َّم نَق ِِِّن م ْن َخاطَايّا َك َمايُنَ قَّى الش َّْو‬
71
َّ ‫ا ْغ ِسلْ ِِن ِم ْن َخطَايَا بِاملِ ِاء َو‬
)‫الشلْ ِج َوالبَ َرِد (رواه لبخار ومسلم‬
“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bahwa Rasulullah Saw.
Jika bertakbir di dalam shalat, ia terdiam sebentar
sebelum membaca al-fatihah. Maka aku (Abu Hurairah)

69
Pendidik, “Macam-Macam Air Dan Pembagian Air Dalam Islam.”
70
Djafri, “Tinjauan Klasik-Modern Hukum Islam Terhadap Air.”, 44.
71
HR. Bukhari, No. 744, Muslim, No.598.
33
bertanya kepadanya: Demi bapak dan ibuku wahai
Rasulullah Saw. Apa yang kau baca ketika engkau diam
antara takbir dan bacaan al-fatihah?Nabi menjawab:
Aku membaca: Ya Allah jauhkan aku dari kesalahan-
kesalahanku sebagaimana engkau menjauhkan antara
timur dan barat. Ya Allah sucikan aku dari kesalahan-
kesalahanku sebagaimana pakaian dibersihkan dari
kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-
kesalahanku dengan salju, air dan embun.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

4. Pembagian Air
Ada beberapa pembagian air dalam ilmu fiqih,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Air mutlak (air suci)
Air mutlak yaitu air yang suci dan dapat
digunakan untuk bersuci dari hadas dan najis. Yang
termasuk golongan air mutlak ini seperti air hujan, air
sumur, air zam-zam, air salju (termasuk juga es, embun),
air mata air, air sungai dan air laut. 72 Allah Swt berfirman
dalam Q.S Al-Anfal (8) : 11 dan Q.S Al-Furqon (25) :
48.
1) Q.S Al-Anfal (8) :11

        

       

     

“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk


sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah
menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk

72
Khoirul Abror, Fiqh Ibadah (Bandar Lampung: Lembaga Ladang Kata,
2017), 18.
34
mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan
dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk
menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak
kaki(mu)”.

2) Q.S Al-Furqon (25) : 48

        

     

“Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa


kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya
(hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang Amat
bersih.”

b. Air Musta‟mal
Air musta‟mal adalah air yang sudah dipakai untuk
menghilangkan hadas kecil maupun hadas besar.
Hukumnya tidak dapat mensucikan dari najis atau hadas,
kecuali setelah berkumpul dua kulah. Larangan ini
karena adanya kemungkinan kotoran atau bakteri yang
masuk dalam air dan membahayakan kesehatan.73
Para ulama tidak berbeda pendapat mengenai
sucinya air yang sudah dipakai untuk berwudhu atau
mandi, selama tidak bercampur dengan najis. Tetapi
mereka berbeda pendapat mengenai boleh atau tidaknya
air tersebut dipakai kembali untuk bersuci, baik mandi
maupun berwudhu atau menghilangkan najis. 74
Imam Abu Hanifah dan Al-Syafi‟i sepakat
mengenai bahwa air musta‟mal tidak bisa lagi dijadikan
untuk bersuci, baik wudhu ataupun mandi wajib.
Sedangkan mazhab Maliki berpendapat hanya makruh

73
Ahsin W.Alhafidz, Fikih Kesehatan (Jakarta: Amzah, 2010), 70.
74
Kadar M. Yusuf Ibrahim, Fiqih Perbandingan (Depok: Rajawali Pers,
2018), 55.
35
menggunakan air musta‟mal untuk bersuci. Selain dua
pendapat ini, terdapat pula pendapat ketiga yaitu tidak
ada perbedaan air musta‟mal dengan air mutlak,
keduannya boleh dijadikan untuk menghilangkan hadas.
Hal ini merupakan pendapat Abu Thur dan Daud.75
Perbedaan pendapat ini berangkat dari berbedanya
mereka dalam memandang air musta‟mal itu, yaitu
apakah air yang telah dipakai itu sudah hilang
kemutlakannya atau tidak. Menurut Mazhab Hanafi dan
Al-Syafi‟i, air musta‟mal itu sudah tidak mutlak lagi.
Mazhab Maliki memandang sebaliknya, bahwa air
musta‟mal itu masih tergolong ke dalam air mutlak.
Menurutnya, dengan dipakainya air itu tidak berarti air
tersebut tidak mutlak lagi. Menurut Mazhab Hanafi dan
Al-Syafi‟i, air yang sudah dipakai secara tidak nyata
berarti sudah bercampur dengan hadas, justru kerananya
tidak bisa lagi digunakan untuk menghilangkan hadas. 76
c. Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang terjemur sinar
matahari dalam bejana. Air ini makruh dipakai unt uk
badan, tetapi tidak makruh untuk pakaian kecuali air
yang terjemur ditanah, seperti air sawah, air kolam, dan
tempat-tempat yang bukan bejana yang mungkin
berkarat.77
Menurut fikih Islam menggunakan air yang
dipanaskan dengan sinar matahari dalam tempat logam
yang terbuat dari seng (besi), tembaga, baja, aluminium
tidak dianjurkan, karena benda-benda tersebut mudah
berkarat. Menurut kajian kesehatan, menggunakannya
tidak dianggap sebagai sesuatu yang sehat karena apabila
dipakai akan menimbulkan suatu penyakit, karena air
tersebut akan mudah membuka pori-pori dan air yang
telah terkontaminasi dengan karat besi tersebut akan

75
Rusd, Bidayatul Mujtahid Jilid III, 20.
76
Ibrahim, Fiqih Perbandingan, 56.
77
Beni Ahmad Saebani Adul Hamid, Fiqh Ibadah (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2009), 165.
36
mudah sekali masuk ke dalam pori-pori kemudian
menimbulkan penyakit yang dalam hadis tersebut disebut
baras (penyakit kulit). 78 Rasulullah Saw bersabda :
ِ ِ
‫ال‬
َ ‫ فَ َق‬.‫س‬ ْ ‫ت َماءً ِِف الش‬
ِ ‫َّم‬ ْ َ‫َع ْن َعائ َش َة َرض َي اهللُ َعْن َها أَن ََّها َس َّخن‬

‫ص‬ ُ ‫امحَْي َراءَ فَاِنَّوُ يُ ْوِر‬


َ ‫ث اَلْبَ َر‬ ُ َ‫ َْلتَ ْف َعلِ ْي ي‬: ‫ص َّل اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ََلَا‬
َ
79
)‫(رواه البيهقى‬
“Dari Aisyah ra. Sesungguhnya ia memanaskan air pada
sinar matahari maka Rasulullah Saw bersabda:
Janganlah engkau berbuat demikian ya Aisyah.
Sesungguhnya air yang dijemur itu dapat menimbulkan
penyakit sopak.” (HR. Bayhaqi)

d. Air Mutagayar
Air Mutagayar adalah air mutlak yang sudah
berubah salah satu dari bau, rasa, atau warnanya.
Perubahan tersebut terkadang bercampur dengan benda
suci, dan terkadang berubah karena bercampur dengan
benda najis. Kalau air itu berubah karena bercampur
dengan benda najis maka air itu menjadi mutanajjis dan
hukumnya sama dengan benda najis, yaitu tidak boleh
(haram) diminum dan tidak sah untuk mensucikan hadas
atau najis. Apabila air itu berubah dengan benda suci
maka perubahan itu dapat terjadi dari beberapa sebab,
yakni berubah dengan sebab tempatnya seperti air yang
mengalir di batu belerang, berubah karena lama terletak
seperti air kolam, berubah karena sesuatu yang terjadi
padanya seperti berubah karena sebab ikan, berubah
dengan sebab tanah yang suci atau daun-daun yang jatuh
ke dalamnya. Hukum air tersebut adalah suci

78
Ibid, 69.
79
Sunan Ad-Daruquthni, No. 86.
37
mensucikan, tetapi kalau perubahan itu sudah menjadi
sangat kotor, maka hukumnya tidak mensucikan lagi. 80
Air yang bernajis tidak dibenarkan digunakan
untuk bersuci, kecuali air dalam jumlah yang banyak,
misalnya air di lautan tentu banyak orang yang buang
hajat ke laut, tetapi karena jumlah air laut yang banyak,
airnya dapat dipilih-pilih, sehingga kondisinya tetap suci
dan menyucikan. Demikian juga, air danau, air
bengawan, air sungai, air bendungan karena jumlah
airnya banyak masih dapat digunakan untuk bersuci. 81
Air yang tidak boleh digunakan untuk bersuci
adalah air yang salah satu sifatnya sudah berubah oleh
najis. Misalnya air dalam bak mandi yang telah dikotori
oleh najis, kecuali apabila airnya dalam jumlah yang
banyak.82
Harus dipertegas kembali bahwa pada dasarnya
semua air yang terkena benda najis tidak dapat dipakai
untuk bersuci sebagaimana disampaikan oleh Ibnu
Mundzir dan Ibnu Mulqin, yaitu jika benda najis itu
mengubah salah satu diantara rasa, warna dan baunya.
Akan tetapi bila air tersebut tetap dalam keadaan mutlak,
artinya salah satu diantara sifatnya yang tiga tersebut
tidak berubah, hukumnya suci dan mensucikan, sedikit
atau banyak.83
Tiga sifat pada air yang dapat berubah adalah bau,
rasa dan warna, sedangkan perubahan yang terjadi adalah
sebagai berikut:
1) Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang
atau mengalir pada batu belerang.
2) Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam.
3) Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti
berubah disebabkan ikan atau kiambang.

80
Ibid, 70.
81
Adul Hamid, Fiqh Ibadah, 164.
82
Ibid, 167.
83
Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 1, 34.
38
4) Berubah karena tanah yang suci, begitu juga segala
perubahan yang sukar memeliharanya, misalnya
berubah karena daun-daunan yang jatuh dari pohon-
pohon yang berdekatan dengan sumur atau tempat-
tempat air itu.84

5. Fungsi Air
a. Air sebagai sumber kehidupan manusia
Maksud sumber kehidupan di sini merupakan
elemen yang menyebabkan jadi hidup, bukan berarti
sumber sebagai asas hidup. Karena sumber hidup yang
hakikatnya adalah dari Allah, hal ini menyebutkan air
sebagai sumber kehidupan di sini bukan menafikan
asasnya, tetapi sebagai elemen yang mempunyai proses
untuk dapat menghidupkan. Sementara kenyataan yang
kita dapati yang saat ini menunjukan pula bahwa
kehidupan hanya bisa berjalan dengan adanya air, baik
pada binatang, tumbuhan, jasad renik, maupun manusia.85
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Anbiya‟ ayat
30:

       

         

  

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui


bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara

84
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005),
14.
85
Himawan Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains
Modern,” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2019), 73.
39
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?.”

Ayat ini menerangkan secara umum tentang segala


sesuatu yang hidup dijadikan dari pada air, menjelaskan
semua kehidupan bersumber dari air. Maka di sini
dijelaskan bahwa air menjadi asas bagi kehidupan. Dalam
tafsir Al-Mishbah menyebutkan bahwa ayat ini
mengungkap konsep penciptaan planet, termasuk bumi,
yang belakangan dikuatkan oleh penemuan ilmu
pengetahuan mutakhir dengan teori-teori modernnya.
Dalam konsep itu dinyatakan bahwa pada dasarnya bumi
dan langit merupakan satu kesatuan yang bersambungan
satu sama lain.86
Air adalah unsur yang mutlak diperlukan oleh
semua makhluk hidup. Tidak peduli jenis atau ukuran
tubuhnya, mulai dari makhluk hidup yang paling kecil
hingga yang paling besar, mulai dari mikroba yang
berukuran mikroskopis sampai hewan yang besar
sekalipun. Tanpa air yang Allah berikan, tidak akan ada
burung-burung, binatang dan semua jenis lainnya baik di
dasar laut sekalipun. Oleh karena itu, tidaklah menjadi
heran apabila para astronom yang meneliti tentang
kehidupan di planet-planet lain, pertama sekali mencari
adalah keberadaan air pada planet tersebut. Urgensi air
yang demikian besar ini disebabkan oleh fungsi-fungsi
vitalnya. Misalnya menjaga keseimbangan temperatur
tubuh, pembentukan sel-sel tubuh, dan membantu
pencernaan makanan.87

b. Air sebagai penyubur


Air sebagai faktor utama dalam proses penyuburan
segala yang ada di muka bumi, terutama adalah tanah

86
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur‟an, Vol 8, Cet 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 443.
87
Muhammad Kamil Abdussalam, Mukjizat Ilmiyah Dalam Al-Qur‟an,
Terjemah : Alimin, cet. 2 (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), 183.
40
sendiri. Apabila air ada, maka tanah menjadi subur.
Apabila air tidak ada maka tanah menjadi kering dan
tandus. Berdasarkan tanah yang subur menyebabkan
tumbuh-tumbuhan dan segala kehidupan ditempat
tersebut menjadi subur. Bahkan kesuburan ini juga
menjadi unsur yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Buktinya dalam semua sejarah kehidupan
manusia, pasti didapatkan penghidupan-penghidupannya
di deretan sungai atau di daratan yang mudah
mendapatkan air. Hal ini sampai sekarang dapat
dibuktikan yaitu bisa dilihat manusia sekarang yang
tinggal di daerah yang mudah akses air lebih subur dan
makmur hidupnya, sedangkan manusia yang hidup di
daerah yang tandus, kehidupannya banyak menyebabkan
gizi tidak seimbang.88 Manfaat air sebagai penyubur
dapat dipahami dalam surat Al-Fushilat ayat 39:

       

        

       

“Dan diantara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau Lihat


bumi kering dan gersang, Maka apabila Kami turunkan
air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur.
Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, pastilah
dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Abi Muhammad `Abd al-Haq ibn` Atthiyah al-


Andalusia dalam Tafsir Ibn`Atthiyah al-Muharrar al-
Wajiz menjelaskan bahwa selain tanah yang subur selalu
memperlukan air. Hujan juga merupakan kebutuhan
88
Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains Modern.”, 75.
41
mutlak bagi makhluk hidup, hujan juga berfungsi sebagai
penyubur. Tetesan hujan, yang mencapai awan setelah
sebelumnya menguap dari laut, mengandung zat-zat
tertentu yang bisa memberi kesuburan pada tanah yang
mati. Tetesan yang “memberi kehidupan” ini disebut
“tetesan tegangan permukaan”. 89

c. Air sebagai kehidupan tumbuhan dan hewan


Dalam dunia makhluk hidup, tumbuhan umumnya
merupakan produsen karena mereka membuat sendiri
bahan organik sebagai bahan penyusun tubuhnya, dari
bahan organik langsung dari alam, seperti CO, nitrogen,
fosfor dan air. Hal ini dijelaskan pada surat Ar-Rum ayat
24 :

       

        

     

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia


memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan)
ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari
langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah
matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mempergunakan akalnya.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa air merupakan
senyawa pelarut yang sangat berguna dan berperan
penting dalam kehidupan, tanpa ketiadaan air bagi
keberlangsungan makhluk hidup tidak akan bisa

89
Abi Muhammad ‟Abd Al-haq Ibn ‟Atthiyyah Al-Andalusia, Tafsir Ibn
‟Atthiyah Al-Muharrar Al-Wajiz, Juz.5, cet.1, (Bairut: Dal al-Kutub al-Ilmiyyah,
1993),18.
42
berkembang. Jadi secara tidak langsung kehidupan
manusia dan binatang juga bergantung kepada tumbuh-
tumbuhan, dimana tumbuhan bergantung kepada air atau
hujan. Namaun secara langsung kehidupan manusia dan
binatang juga amat bergantung pada air. Hal ini patut kita
syukuri atas segala sesuatu yang Allah ciptakan.90
d. Air sebagai kehidupan manusia
Diantara berbagai manfaat air dalam kehidupan,
juga termasuk di dalamnya adalah manusia. Begitu juga
di antara kebutuhan manusia kepada air, yang paling
pokok adalah kebutuhan untuk minum. Sebagaimana
dijelaskan dalam surat Al-Mursalat ayat 27, yaitu:

       

“Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang


tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?.”

Ayat ini menjelaskan kebutuhan air bersih untuk


diminum merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan
manusia, hewan ternak, hewan lain dan juga tumbuh-
tumbuhan. Air adalah asal kehidupan dan asal
kelanggengannya. Air juga menjadi mediator natural bagi
kehidupan.91 Hal ini dapat diperhatikan seperti banyak
tempat di dunia terjadi kekurangan air, karena siklus air
tidak seimbang. Di musim kemarau terjadi kekeringan
yang dahsyat sehingga tanah-tanah menjadi tandus.
Sementara di musim hujan air berlebihan dan terbuang
dengan percuma, bahkan menjadi malapetaka bagi
kehidupan manusia, hewan ternak, hewan lain dan
tumbuh-tumbuhan disebabkan oleh banjir yang sangat
dahsyat yang mengakibatkan hancurnya lingkungan

90
Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Libang dan Diklat
Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tafsir Al-
Qur‟an Temtik : Pelestarian Lingkungan Hidup, Jilid 4 (Jakarta: Penerbit Aku Bisa,
2002), 69.
91
Syeikh Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur‟an,
Terjemah : H. M Qadirun Nur (Jakarta: Gaya Media, 2005), 548.
43
hidup. Permasalahan seperti ini perlu dicari solusi untuk
mengatasinya, karena pada dasarnya Allah menjadikan
hujan sebagai rahmat untuk segala makhluk hidup.92
e. Air sebagai sarana bersuci
Air dijadikan sebagai sarana untuk bersuci atau
membersikan diri lahir batin. Adapun bagi seorang
muslim, air bersih atau air yang suci dan mensucikan itu
dapat digunakan bukan hanya untuk mandi dan mencuci.
Tetapi air ini dapat juga digunakan untuk wudhu dan
mandi wajib. Penggunaan air secara umum dilakukan
oleh manusia untuk membersihkan dan menyucikan diri
dan lainnya, seperti mencuci benda-benda dan berbagai
peralatan, serta untuk mandi dan memandikan hewan
ternak, mencuci kaki, tangan dan membersihkan segala
anggota badan.93 Hal ini dijelaskan dalam surat Al-
Maidah ayat 6, yaitu:

       

     

          

          

       

        

92
Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains Modern.”, 78-
79.
93
Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur‟an, Tafsir Tematik, Jilid 4,
cet. 1 (Jakarta: Kamil Pustaka, 2014), 57.
44

       

   

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.”

f. Air sebagai pemberdayaan lingkungan


Air juga berfungsi sebagai sarana kesejahteraan
dalam pemberdayaan lingkungan dalam kehidupan
sehari-hari. Air terbukti sebagai sarana utama dalam
kehidupan seperti menggunakan laur sebagai prasarana
transportasi air, juga menggunakan air sebagai untuk
menyirami tanaman dan lainnya. Semua hal ini dijadikan
air benar-benar menjadi sumber rezeki dalam budi daya
lingkungan hidup.94 Hal ini dijelaskan dalam surat
Ibrahim ayat 32, yaitu:

      

        

94
Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains Modern.”, 82.
45

       

   

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan


menurunkanair hujan dari langit, kemudian Dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-
buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu,
berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”

Air difungsikan untuk pengembangan


pemberdayaan lingkungan, seperti budi daya pertanian
dan lain sebagainya, yang tujuannya penggunaan air
untuk pengembangan budi daya usaha dalam masyarakat.
Dalam bidang pertanian contohnya, air selalu menjadi
faktor yang menentukan tingkat keberhasilan pertanian.
Oleh sebab itu, orang berusaha keras mengawasi sumber
air untuk keperluan pertanian. Apa lagi di daerah padang
tandus, air lebih penting lagi dalam penjagaannya karena
sifat tanahnya kering dan gersang. Dalam hal ini Al-
Qur‟an selalu memberi dorongan untuk meningkatkan
pengelolaan sumber daya air dengan baik.95
g. Air sebagai sumber energi
Fungsi air dalam kehidupan sangat berperan dalam
pembangunan energi. Buktinya dapat dilihat bahwa
hampir semua teknologi menggunakan air sebagai
penyeimbang seperti pendingin radiator pada mesin,
pembangkit listrik tenaga air dan pengembangan tenaga
nuklir yang juga sangat utama dalam penggunaan air
ketika uranium diaktifkan. 96 Penggunaan air sebagai

95
Al-Qur‟an, Al-Qur‟an, Tafsir Tematik, Jilid 4, 59.
96
Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains Modern.”, 83.
46
sarana pembangkit energi telah dijelaskan dalam Al-
Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 164, yaitu:

       

          

           

       

    

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih


bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan
Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”

Ayat ini mengarahkan kita untuk berfikir dan


memahami dengan sebenar-benarnya terhadap manfaat
air dalam kehidupan. Air dapat dimanfaatkan juga untuk
pengembangan sumber pembangkit energi, salah satu
contohnya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
potensi ini terutama di Daerah aliran Sungai yang
topografis tanahnya berbukit. Adapun yang dimaksud
dengan Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,
47
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami.97

h. Air sebagai pengobatan


Dalam matan hadis disebutkan bahwa air dapat
berfungsi sebagai bahan untuk kesembuhan manusia.
Kesembuhan bisa bermakna fisik, bisa jga bermakna non
fisik. Pemanfaatan air untuk meredakan rasa panas, rasa
panas yang ada bisa terjadi karena suhu dan cuaca yang
makin meningkat dan bisa juga disebabkan oleh rasa
panas dari dalam diri, baik karena faktor psikologis
maupun faktor fisiologis. Terkait dengan hal ini, bila
seseorang merasakan sesak di dada karena kemarahan
yang tertahankan hendaknya bersegeralah berwudhu. Ini
mengindikasikan adanya relasi kimiawi antara rasa panas
karena amarah dengan peredaan dari rasa segarnya air. 98
i. Air sebagai sumber stabilisator suhu bumi
Bumi dapat dihuni oleh manusia dan makhluk
hidup lain pada umumnya dikarenakan bumi memiliki
jarak tertentu dari matahari dan mataharipun memiliki
ukuran tertentu pula, sehingga permukaan bumi memiliki
suhu yang memungkinkan adanya air dan kehidupan.
Meski demikian tidak semua tempat di permukaan bumi
bisa dihuni makhluk hidup. Di kutub, karena terlalu
dingin maka jarang ada kehidupan, sebaliknya di gurun
yang pasa maka ketidak adaan air tidak ada maka jarang
pula kehidupan disana. Tanpa adanya air maka bumi
terlalu panas untuk dihuni. Menurut perkiraan neraca
energi radiasi panas tahuan yang dipancarkan dari dalam
bumi tidak banyak, hanya 0,09 watt/mC . Tetapi aliran
radiasi panas harian rata-rata yang diterima dari
penyinaran matahari sebesar 342watt/m3 . Sebagai
gambaran, untuk menguapkan air setebal 3mm per hari
dari setiap m3 permukaan 72 bumi diperlukan energy

97
Al-Qur‟an, Al-Qur‟an, Tafsir Tematik, Jilid 4, 60.
98
Amiru ddin, “Air Dalam Prespektif Hadis.”, 15.
48
sebanyak 90watt. Agar proses daur air bias berlangsung.
Tetapi kenyataanya, rat-rata hanya sekita 240watt yang
bias sampai, sisanya sekitar 102 watt di pantulkan lagi
oleh udaradi atmosfer ke ruang angkasa. Energi yang
sanpai ke atmosfir dan permukaan bumi di serap kedalam
bentuk panas yang menyebabkan terjadinya penguapan
air laut dan air permukaan lainya, proses pertumbuhan
tanaman, serta menghangatkan suhu permukaan bumi,
suhu air laut dan air daratan, serta suhu udara. Pada rang
kaian proses diatas, peran air sangat penting karena air
memiliki sifat termal yang menguntungkan. Air
mempunyai kapasitas yang sangat besar, yakni panas
yang diperlukan untuk menaikan suhu 10C sebanyak
1gram air.99
Tingginya kapasitas panas jenis air amat penting
dalam menjaga bumi karena ber pengaruh pada caua. Air
dilau dan danau akan menyerap atau melepas panas
dalam jumlah besar hanya dengan mengalami perubahan
suhu atsmosfir. Dapat kita bayangkan apabila tidak
adanya air maka akan kepanasan dan pada malam hari
kita akan merasa kedinginan, karena bumi sedikit
memancarkan panas.100

99
Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains Modern.”, 71-
72.
100
Ibid.
DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Himawan. “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains


Modern.” Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang, 2019.

Abdussalam, Muhammad Kamil. Mukjizat Ilmiyah Dalam Al-Qur‟an,


Terjemah : Alimin. Cet. 2. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,
2003.

Abror, Khoirul. Fiqh Ibadah. Bandar Lampung: Lembaga Ladang


Kata, 2017.

Adul Hamid, Beni Ahmad Saebani. Fiqh Ibadah. Bandung: CV


Pustaka Setia, 2009.

Al-Qur‟an, Lajnah Pentasihan Mushaf. Al-Qur‟an, Tafsir Tematik,


Jilid 4. Cet. 1. Jakarta: Kamil Pustaka, 2014.

Amiruddin, Andi. “Air Dalam Prespektif Hadis.” Jurnal Tahdis Vol.6,


no. 1, 2015.

As-Sa‟di, Syeh Abdurrahman. Fiqih Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis


Syariah. Jakarta: Senayan Publishing, 2008.

Departemen Penndidiikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Ekawati, Rahmatullah, Ellyta. “„Pemanfaatan Limbah Air Kelapa


Menjadi Nata De Coco Untuk Meningkatkan Pendaatan
Pedagang Kelapa Parut.‟” Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi,
Dan Seni Bagi Masyarakat Vol.2, no. No.2, 2014.

Fafa Nurdyansyah, Dyah Ayu Widyastuti. “Pengolahan Limbah Air


Kelapa Menjadi Nata De Coco Oleh Ibu Kelompok Tani Di
Kabupaten Kudus.” Jurnal Kewirausahaan Dan Bisnis Vol. 21,
no. No. Xi, 2017.

69
70
Ghazali, Syeikh Muhammad. Tafsir Tematik Dalam Al-Qur‟an,
Terjemah : H. M Qadirun Nur. Jakarta: Gaya Media, 2005.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktek.


Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi, 1989.

Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2003.

Hasanuddin. Fiqih II Modul 1-18. Jakarta: Direktorat Jendral


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas terbuka,
1997.

Idris. Hadis Ekonomi: Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi.


Jakarta: Kencana, 2015.

Ja‟far, A. Khumedi. “Analisis Pendapat Imam Madzhab Tentang Jual


Beli Air Susu Ibu (ASI).” Jurnal Asas Vol 11, no. No 1, 2019.

_________________. Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek


Hukum Keluarga Dan Bisnis. Surabaya: Gemilang Publisher,
2018.

Kallaf, Abdul Wahhab. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Jakarta: CV.


Rajawali Pers, 1993.

Kartini Kartono. Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung:


Mondar Maju, 1996.

Kholid, Muhamad. “Prinsip-Prinsip Hukum Ekonomi Syariah Dalam


Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah.” Asy-Syari‟ah Vol.
20, no. No. 2, 2018.

Muhammad, Abdul Kodir. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung:


Citra Aditya Bakti, 2004.

Mustofa, Imam. Fiqih Mu‟amalah Kontemporer. Jakarta: PT. Raja


71
Grafindo Persada, 2016.

Nasrun, Haroen. Fiqih Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama,


2000.

Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo,


1994.

Rasyid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo,


2005.

Rozalinda. Fikih Ekonomi Syariah Prinsip Implementasinya Pada


Sektor Keuangan Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2016.

Rusdi, Ibnu. Bidayatul Mujtahid Jilid III. Semarang: Asy-Syifa, 1990.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah Jilid 1. Bandung: Al-Ma‟arif, 1992.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah. Vol.1 Cet. Jakarta: Lentera


Hati, 2000.

Shobirin. “Jual Beli Dalam Pandangan Hukum Islam.” Jurnal Bisnis


Dan Manajemen Islam Vol. 3, no. No. 2 (2015): 249.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.


Bandung: Alfabeta, 2016.

Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Ed. 1, Depok: Rajawali Pers, 2017.

Sujarweni, V.wiratna. Metodologi Penelitian. Cet. Ke-1. Yogyakarta:


Pustaka Baru Pers, 2014.

Suma, Muhammad Amin. Tafsir Ayat Ekonomi. Jakarta:


Paragonatama Jaya, 2013.

Suryati, Misriana, Mellyssa, Fakhrur Razi, Raisah Hayati.


“Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Sebagai Pupuk Organik Cair.”
Jurnal ISSN Vol. 3, no. No. 1, 2019.

W.Alhafidz, Ahsin. Fikih Kesehatan. Jakarta: Amzah, 2010.


72
Wahyuni, Sri. “Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Untuk Pembuatan
Kecap Dan Uji Organoleptik Sebagai Referensi Mata.” Skripsi,
13. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam, 2018.

Anda mungkin juga menyukai