SKRIPSI
Oleh:
ALVINA APRILIANI
NPM. 1821030020
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN
INTAN LAMPUNG
1444 H / 2022 M
TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI
AIR KELAPA
(Studi di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan)
SKRIPSI
Oleh:
ALVINA APRILIANI
NPM. 1821030020
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN
INTAN LAMPUNG
1444 H / 2022 M
ABSTRAK
iv
SURAT PERNYATAAN
Alvina Apriliani
NPM. 1821030020
v
MOTTO
viii
PERSEMBAHAN
ix
RIWAYAT HIDUP
Alvina Apriliani
NPM. 1821030020
x
KATA PENGANTAR
xi
Ikhlas telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing
dan mengarahkan sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Syariah yang telah memberi
Ilmu yang bermanfaat.
6. Ibu Mimin selaku penjual limbah air kelapa, Ibu Ani selaku
pedagang kelapa parut, Ibu Tuti selaku pedagang kelapa parut,
Bapak Yanto selaku pedagang kelapa parut dan Bapak Kasman
selaku pembeli limbah air kelapa yang telah bersedia menjadi
narasumber perlengkapan data skripsi ini.
7. M. Syahrir Adithya yang selalu memberi semangat, dukungan
dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
8. Saudara dan Sahabat terbaikku, Erly Stevina Bayty, Ayu
Indriyani, Febriyanti Melinda, Merry Nafisa, Revina Helindari,
Mia Ayu Lestari, Pinkan Ahdalifa, Amanda Risqi Aulia, Hayatun
Annisya. Terimakasih atas nasehat, semangat dan motivasi yang
kalian berikan kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah Swt memberikan balasan yang berlipat ganda
kepada semuanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan, karena
keterbatasan ilmu yang penulis miiki. Demi perbaikan selanjutnya,
saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis
maupun bagi pembaca.
Alvina Apriliani
NPM. 1821030020
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا alif Tidak Tidak
dilambangkan dilambangkan
ب ba B Be
ت ta T Te
ث ṡa ṡ Es (dengan titik
di atas)
ج jim J Je
ح ḥa ḥ Ha (dengan titik
di bawah)
خ kha Kh Ka dan Ha
د dal D De
ذ żal Ż Z (dengan titik di
atas)
ر ra‟ R Er
ز zai Z Zet
س sin S Es
ش syin Sy Es dan Ye
ص ṣad ṣ Es (dengan titik
di bawah)
ض ḍad ḍ De (dengan titik
di bawah)
ط ṭa‟ ṭ Te (dengan titik
di bawah)
ظ ẓa‟ ẓ Zet (dengan titik
di bawah)
ع „ain „ Koma terbalik di
atas
غ gain G Ge
ف fa‟ F Ef
ق qaf Q Qi
xiii
ك kaf K Ka
ل lam L El
م mim M Em
ن nun N En
و wawu W We
ها ha‟ H Ha
ء hamzah ‟ Apostrof
ي ya‟ Y Ye
3. Ta’Marbutah
a. Bila dimatikan tulis h
هبت Ditulis hibbah
xiv
4. Vokal Pendek
َا kasrah Ditulis a
َا fathah Ditulis i
َا dammah Ditulis u
5. Vokal Panjang
fathah + alif Ditulis ā
جبههيت Ditulis jāhiliyyah
fathah + ya‟ mati Ditulis ā
يسعي Ditulis yas‟ā
kasrah + ya‟ mati Ditulis ī
كرو Ditulis karīm
dammah + wawu Ditulis ū
mati
فروض Ditulis furūd
6. Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati Ditulis ai
بيُكى Ditulis bainakum
fathah + wawu mati Ditulis au
قول Ditulis qaulun
7. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan
dengan Apostrof
أأَتى Ditulis a‟antum
اعدث Ditulis u‟iddat
نئٍَشكرتى Ditulis la‟in syakartum
xv
b. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan mengandalkan
huruf syamsiyah yang megikutinya, serta menghilangkan
huruf l (el) nya.
انسًبء Ditulis as-Samā‟
انشًص Ditulis asy-Syams
xvi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ............................................................. 1
B. Latar Belakang Masalah ................................................. 2
C. Fokus dan Sub-Fokus Penelitian .................................... 3
D. Rumusan Masalah .......................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
F. Manfaat Penelitian .......................................................... 4
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................... 4
H. Metode Penelitian ........................................................... 6
I. Sistematika Pembahasan ................................................ 10
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Daftar Kepemimpinan Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan ............................... 51
3.2 Jumlah Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Menurut
Kelompok Umur .............................................................. 53
3.3 Perincian Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Menurut
Pendidikan ....................................................................... 54
3.4 Perincian Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan
Perekonomian .................................................................. 55
3.5 Perincian Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan Suku
Bangsa ............................................................................. 57
3.6 Perincian Penduduk Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan
Keagamaan ...................................................................... 59
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebelum menjelaskan secara keseluruhan mengenai materi
skripsi ini terlebih dahulu akan diberikan penegasan dan
pengertian yang terkandung didalamnya dengan tujuan
menghindari kesalahpahaman makna yang terkandung dalam
judul skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Tinjauan
Hukum Ekonomi Syari’ah Terhadap Praktik Jual Beli Air
Kelapa (Studi di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan)”.
1. Tinjauan adalah hasil meninjau pandangan, pendapat
(sesudah, menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya).1
2. Hukum Ekonomi Syaiah adalah kumpulan prinsip, nilai, asas,
dan peraturan terkait kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
antar subjek hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang
bersifat komersial dan tidak komersial berdasarkan Al-Qur‟an
dan Al-Sunnah.2
3. Jual Beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang atau
barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari
yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan sesuai
dengan ketentuan yang dibenarkan syara‟. 3
4. Air Kelapa adalah air alamiah yang steril dan mengandung
kadar kalium, khlor, serta klorin yang tinggi. Air kelapa
merupakan cairan bening di dalam kelapa. 4
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa
yang dimaksud dengan judul ini adalah Tinjauan Hukum
1
Departemen Penndidiikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), 1470.
2
Muhamad Kholid, “Prinsip-Prinsip Hukum Ekonomi Syariah Dalam
Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah,” Asy-Syari‟ah Vol. 20, no. No. 2
(2018): 147.
3
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis (Surabaya: Gemilang Publisher, 2018), 104.
4
Sri Wahyuni, “Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Untuk Pembuatan Kecap
Dan Uji Organoleptik Sebagai Referensi Mata,” Skripsi (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry
Darussalam, 2018), 13.
1
2
Ekonomi Syari‟ah Terhadap Praktik Jual Beli Air Kelapa Di Desa
Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana praktik jual beli air kelapa di
Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum ekonomi
syari‟ah terhadap praktik jual beli air kelapa di Desa
Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi dalam
perkembangan ekonomi syari‟ah.
2. Secara praktis, penelitian ini memberikan informasi kepada
masyarakat.
5
Dyah Ayu Widyastuti Fafa Nurdyansyah, “Pengolahan Limbah Air Kelapa
Menjadi Nata De Coco Oleh Ibu Kelompok Tani Di Kabupaten Kudus,” Jurnal
Kewirausahaan Dan Bisnis Vol. 21, no. No. Xi (2017): 29.
6
dapat memberikan tambahan pendapatan rata-rata sebesar Rp.
163.465/hari.6
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis
teliti yaitu membahas mengenai pemanfaatan limbah air
kelapa menjadi nata de coco untuk meningkatkan pendapatan
pedagang kelapaparut, sedangkan penelitian yang penulis teliti
memabahas mengenai jual beli air kelapa yang dijadikan
sebagai bahan minuman yaitu nata de coco. Adapun
persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas
mengenai air kelapa.
3. Suryati, Misriana, W Mellyssa, Fakhrur razi, Raisah Hayati,
“Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Sebagai Pupuk Organik
Cair”, Politeknik Negeri Lhokseumawe, pada tahun 2019.
Dalam penelitian ini membahas mengenai pemanfaatan
limbah air kelapa sebagai pupuk organik cair. Dalam kegiatan
ini pupuk yang dibuat berupa pupuk organik cair dengan
proses anaerob (fermentasi) bahan baku yang digunakan
adalah limbah air kelapa dan limbah air cucian beras. 7
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis
teliti yaitu membahas mengenai limbah air kelapa yang
dijadikan sebagai pupuk organik cair, sedangkan penelitian
yang penulis teliti memabahas mengenai jual beli air kelapa
yang dijadikan sebagai bahan makanan. Adapun persamaan
dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas mengenai air
kelapa.
H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan
metode kualitatif. Alasan memilih metode penelitian ini karena
lebih relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
1. Jenis dan Sifat Penelitian
6
Ellyta Ekawati, Rahmatullah, “„Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Menjadi
Nata De Coco Untuk Meningkatkan Pendaatan Pedagang Kelapa Parut,‟” Jurnal Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, Dan Seni Bagi Masyarakat Vol.2, no. No.2 (2014): 74.
7
Raisah Hayati Suryati, Misriana, Mellyssa, Fakhrur Razi, “Pemanfaatan
Limbah Air Kelapa Sebagai Pupuk Organik Cair,” Jurnal ISSN Vol. 3, no. No. 1
(2019): 2.
7
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan
dalam kancah kehidupan yang sebenarnya. Karena
penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan, maka dalam
pengumpulan data dilakukan pengolahan data yang
bersumber dari lapangan (lokasi penelitian). 8
b. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,
kondisi atau hal-hal yang sudah disebutkan, yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. 9 Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan secara jelas mengenai
praktik jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo Kecamatan
Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpulan data yang
dilakukan dengan metode lapangan, yakni penelitian yang
dilakukan langsung dari hasil wawancara, pengamatan dan
penelaahan dokumen yang diterima dari responden atau
objek yang diteliti. 10
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder
yang diperoleh peneliti dari buku-buku yang
membicarakan topik yang berhubungan langsung maupun
tidak langsung dengan judul dan pokok bahasan kajian ini
akan tetapi mempunyai relevansi dengan permasalahan
8
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial (Bandung:
Mondar Maju, 1996), 32.
9
V.wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, Cet. Ke-1 (Yogyakarta:
Pustaka Baru Pers, 2014), 19.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2016), 225.
8
yang akan dikaji. 11 Sumber data sekunder yang dipakai
oleh penulis adalah beberapa sumber yang relevan dengan
penelitian ini, antara lain: Al-Qur‟an, hadis, buku, kitab-
kitab fiqih dan literatur-literatur lainnya yang mendukung.
11
Ibid.,226.
12
Abdul Kodir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2004), 86.
13
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi, 1989), 217.
14
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktek
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013),143.
9
yang dijadikan objek penelitian untuk mengamati
bagaimana praktik jual beli limbah air kelapa di Desa
Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan.
4. Populasi
Populasi yaitu keseluruhan objek penelitian mungkin
berupa manusia, gejala-gejala, pola sikap, tingkah laku, dan
sebagainya yang menjadi objek penelitian.15 Dalam penelitian
ini yang akan menjadi populasi adalah 1 orang pedagang
kelapa utuh yang mengumpulkan air kelapa untuk dijual
kepada pihak pabrik, 3 orang pedagang kelapa parut yang
menjual air kelapa kepada pedagang kelapa utuh, 1 orang
pembeli air kelapa dari pihak pabrik. Jadi total populasi
berjumlah 5 orang. Karena jumlah populasinya hanya 5 (lima)
orang maka penelitian ini termasuk penelitian populasi.
6. Metode Analisa
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dari objek yang diamati, kemudian cara atau metode
yang di gunakan dalam menganalisa penelitian ini adalah
metode deduktif. Metode deduktif yaitu metode analisa
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
199.
16
Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, 91.
10
dengan cara bermula dari data bersifat umum kemudian di
tarik kesimpulan yang bersifat khusus.
I. Sistematika Pembahasan
Guna memperoleh pembahasan yang sistematis, maka
penulis perlu menyusun sistematika sehigga menunjukkan hasil
penelitian yang baik dan mudah di pahami. Maka penulis akan
mendiskripsikan sistematika penulis sebagai berikut:
1. Bagian Awal Skripsi
Bagian awal memuat sampul/cover skripsi, halaman
sampul, halaman abstrak, halaman pernyataan orisinalitas,
halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto,
persembahan, riwayat hidup, kata pengantar, dafatr isi, daftar
lampiran.
2. Bagian Utama Skripsi
Bab I Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum
yang memuat penegasan judul, latar belakang masalah, fokus
dan sub-fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kajian penelitan terdahulu yang relevan,
metode penelitian, sistematika pembahasan.
Bab II Landasan Teori, bab ini membahas mengenai
pengertian jual beli dalam Islam, dasar hukum jual beli, rukun
dan syarat jual beli, macam-macam jual beli, hikmah jual beli,
pengertian air, macam-macam dan dasar hukum air dan fungsi
air.
Bab III Deskripsi Objek Penelitian, bab ini menjelaskan
tentang gambaran umum Desa Jatimulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan, yang diantaranya:
sejarah Desa Jatimulyo, peta Desa Jatimulyo, kondisi umum
Desa Jatimulyo, keadaan sosial ekonomi penduduk Desa
Jatimulyo, pola penggunaan tanah serta sarana dan prasarana
Desa Jatimulyo. Dalam bab ini juga menggambarkan praktik
jual beli air kelapa di Desa Jatimulyo Kecamana Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan.
Bab IV Analisis Penelitian, bab ini merupakan analisis
mengenai Tinjauan Hukum Ekonomi Syari‟ah Terhadap
Praktik Jual Beli Air Kelapa. Bab ini akan membahas tentang
11
status hukum ekonomi syari‟ah tentang jual beli air kelapa di
Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan.
Bab V Penutup, bab ini merupakan hasil analisa yang
berisi tentang simpulan dan rekomendasi.
3. Bagian Akhir Skripsi
Bagian akhir dari skripsi ini berisi tentang daftar
rujukan dan daftar lampiran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
17
Imam Mustofa, Fiqih Mu‟amalah Kontemporer (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2016), 21.
18
A. Khumedi Ja‟far, “Analisis Pendapat Imam Madzhab Tentang Jual Beli
Air Susu Ibu (ASI),” Jurnal Asas Vol 11, no. No 1 (2019): 2.
19
Syeh Abdurrahman As-Sa‟di, Fiqih Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis
Syariah (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), 143.
20
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta: PT.
Raja Granfindo Persada, 2003), 113.
21
Idris, Hadis Ekonomi: Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta:
Kencana, 2015).
13
14
b. Menurut Ulama Malikiyah, jual beli adalah dalam arti
khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan
kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai
daya tarik, penukarannya bukan mas dan bukan pula perak,
bendanya dapat direalisir dan ada seketika (tidak
ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu ada
di hadapan pembeli maupun tidak, barang yang sudah
diketahui sifat sifatnya atau sudah diketahui terlebih
dahulu.22
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, jual beli adalah
transaksi tukar-menukar uang dengan barang berdasarkan
suka sama suka menurut cara yang ditentukan syari‟at, baik
dengan ijab kabul yang jelas, atau dengan cara saling
memberikan barang atau uang tanpa mengucapkan ijab dan
kabul seperti yang berlaku pada swalayan. 23
22
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Ed. 1, (Depok: Rajawali Pers, 2017),
69.
23
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Prinsip Implementasinya Pada Sektor
Keuangan Syariah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), 64.
15
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah adalah maha penyayang kepadamu”.
24
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol.1 Cet. Ke-1 (Jakarta: Lentera
Hati, 2000), 413.
16
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat).
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya”.
25
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi (Jakarta: Paragonatama
Jaya, 2013), 173-174.
26
Bulughul Maram, Kitab Jual Beli, No Hadis 800, 1.
17
pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan
setiap jual beli itu baik.” (HR.Al-Bazar dan dibenarkan
Al-Hakim).
c. Ijmak
Ijmak adalah kesepakatan mayoritas mujtahidin
diantara umat Islam pada suatu masa setelah wafatnya
Rasulullah Saw atas hukum syar‟i mengenai suatu
kejadian atau kasus.27
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan
dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu
mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain.
Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain
yang dibutuhkan itu, harus diganti dengan barang lain
yang sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur‟an dan
Hadis, hukum jual beli adalah mubah (boleh). Namun
pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah
menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.28
27
Abdul Wahhab Kallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Jakarta: CV.
Rajawali Pers, 1993), 64.
28
Fiqih Muamalah, Nasrun Haroen (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000),
114.
18
penerimaan uang). Menurut Jumhur Ulama rukun jual
beli ada 4, yaitu:29
1) Orang yang berakad (penjual dan pembeli)
a) Penjual, yaitu pemilik harta yang menjual
barangnya, atau orang yang diberi kuasa untuk
menjual harta orang lain. Penjual haruslah cakap
dalam melakukan transaksi jual beli (mukallaf).
b) Pembeli, yaitu orang yang cakap yang dapat
membelanjakan hartanya (uangnya).30
2) Ṣigat (ijab dan kabul)
Ṣigat (ijab dan kabul), yaitu persetujuan
antara pihak dan pembeli yang melakukan transaksi
jual beli, dimana pihak pembeli menyerahkan uang
dan pihak penjual menyerahkan barang (serah
terima), baik transaksi menyerahkan barang lisan
maupun tulisan.31
3) Barang yang diperjualbelikan
Untuk menjadi sahnya jual beli harus ada
ma‟qud alaih yaitu barang yang menjadi objek jual
beli atau yang menjadi sebab terjadinya perjanjian
jual beli.32
4) Nilai tukar pengganti
Nilai tukar pengganti barang yaitu sesuatu
yang memenuhi tiga syarat : bisa menyimpan nilai
(store of velue), bisa menilai atau menghargakan
suatu barang (unit of account), dan bisa dijadikan
alat tukar (medium of exchange).33
29
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), 118.
30
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis (Surabaya: Gemilang Publisher, 2018), 141.
31
Ibid.
32
Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Hukum Islam,” Jurnal Bisnis Dan
Manajemen Islam Vol. 3, No. 2 (2015): 249.
33
Ibid, 251.
19
b. Syarat Jual Beli
1) Subjek jual beli, yaitu penjual dan pembeli yang
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Berakal
Berakal yaitu dapat membedakan atau
memilih yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena
apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual
beli yang dilakukan tidak sah. 34 Hal ini
sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Nisa
(4) : 5
34
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 105.
35
Ibid.
20
hukum meskipun hukum tersebut menyangkut
kepentingan semata. 36
d) Balig
Balig adalah masa kedewasaan seorang
yang menurut kebanyakan para ulama yaitu
apabila seseorang telah mencapai usia 15 tahun,
atau orang yang belum mencapai umur tersebut,
akan tetapi sudah bertanggung jawab secara
hukum atau orang yang sudah dianggap mampu
dalam mentasharufkan harta bendanya.37
2) Objek jual beli, yaitu barang atau benda yang menjadi
sebab terjadinya transaksi jual beli. Dalam hal ini
harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a) Suci atau bersih barangnya
Suci atau mungkin untuk disucikan
sehingga tidak sah penjualan benda-benda najis
seperti anjing, babi dan lainnya. Rasulullah Saw
bersabda:
صلَّى اهللُ َعَلْي ِو َو َسلَّ َم ِ ِ ِ
َ َع ْن َجاب ٍر َرض َي اهلل َعْنوُ اَ َّن َر ُس ْوَل اهلل
اْلِْن ِزيْ ِر ْ اِ َّن اهلل و َر ُس ْولَوُ َحَّرَم بَْي َع: قَ َال
ْ اْلَ ْم ِر َو الْ َمْيَت ِو َو
38
)صَن ِام (رواه البخارى و مسلم ْ اْلَ ْ َو
“Dari Jabir r.a. Rasulullah Saw bersabda :
sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan penjualan arak, bangkai, babi,
dan berhala”. (HR. Bukhari dan Muslim).
36
Ibid, 106.
37
Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid Jilid III (Semarang: Asy-Syifa, 1990), 95.
38
Imam Ahmad, Musnad Ahmad, No.Hadis 3494, Juz 8, 29.
21
makanan. Hal ini sebagaimana pendapat Sayid
Sabiq dalam kitab Fiqih Sunah bahwa
diperbolehkan seorang penjual menjual kotoran
dan sampah-sampah yang mengandung najis oleh
karena dibutuhkan untuk keperluan perkebunan,
dapat dimanfaatkan sebagai bahan perapian dan
juga dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
barang-barang yang mengandung najis, arak dan
bangkai dapat dijadikan sebagai objek jual beli
asalkan pemanfaatan barang-barang tersebut
bukan untuk keperluan bahan makanan atau
dikonsumsikan.39
b) Barang yang diperjualbelikan milik sendiri
Barang yang bukan milik sendiri tidak
boleh diperjual belikan kecuali ada mandat yang
diberikan oleh pemilik seperti akad wakalah
(perwakilan). Akad jual beli mempunyai
pengaruh terhadap perpindahan hak milik. Ini
berarti benda yang diperjual belikan harus milik
sendiri.40
c) Barang yang diperjualbelikan dapat diserahkan
Benda yang diperjualbelikan dapat diserah
terimakan ketika akad secara langsung maupun
tidak langsung. Ini berarti, tidak sah jual beli
terhadap sesuatu yang tidak dapat
diserahterimakan, misalnya jual beli burung yang
terbang di udara, ikan di lautan.41
d) Barang yang diperjualbelikan dapat dimanfaatkan
Memberi manfaat menurut syara‟, maka
dillarang jual beli benda-benda yang tidak boleh
diambil manfaatnya menurut syara‟, seperti
39
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 108.
40
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Prinsip Implementasinya Pada Sektor
Keuangan Syariah, 67.
41
Ibid, 68.
22
menjual babi, cicak, minuman keras dan lain
sebagainya.42
e) Barang atau benda yang diperjualbelikan tidak
boleh ditaklikan
Artinya barang atau benda yang diperjual
belikan tidak boleh digantungkan kepada hal-hal
lain, seperti jika ayahku pergi akan kujual motor
ini kepadamu.43
f) Barang atau benda yang diperjualbelikan dapat
diketahui
Artinya barang yang diperjual belikan
dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya
atau ukuran-ukuran yang lainnya. Maka tidaklah
sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah
satu pihak.44
3) Lafadz (ijab kabul) jual beli, yaitu suatu peryataan
atau perkataan kedua belah pihak sebagai gambaran
kehendaknya dalam melakukan transaksi jual beli.
Dalam ijab kabul ada syarat-syarat yang harus
diperlukan antara lain :
a) Tidak ada yang memisahkan anatara penjual
dan pembeli.
b) Jangan diselangi dengan kata-kata lain antara
ijab qabul.
c) Harus ada kesesuaian antara ijab dan kabul.
d) Ijab dan kabul harus jelas dan lengkap
e) Ijab dan kabul harus dapat diterima oleh kedua
belah pihak.45
42
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Ed. 1, Cet. 11 (Depok: Rajawali Pers,
2017), 72.
43
Ibid.
44
Ibid, 73.
45
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 110.
23
4. Macam-Macam Jual Beli
a. Jual beli yang diperbolehkan
Jual beli yang diperbolehkan dalam syari‟at Islam
terdiri dari tiga jenis yaitu:
1) Barangnya dapat dilihat oleh pembeli
Tidak sah menjual suatu barang yang tidak bisa
diserahkan kepada pembeli, misalnya ikan yang masih
dilaut, barang yang sedang dijamin, sebab semua itu
mengandung tipu daya. 46
2) Dapat diketahui keadaan dan sifat barang
Barang tersebut diketahui oleh penjual dan
pembeli, zat, bentuk, kadar, dan sifat-sifatnya jelas
sehingga antara keduanya tidak terjadi keributan. 47
3) Barangnya suci dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia
Tidak sah memperjual belikan barang yang
tidak ada manfaatnya, seperti memperjual belikan
tikus, ular dan sebagainya. 48
46
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994),
280.
47
Ibid, 281.
48
Hasanuddin, Fiqih II Modul 1-18 (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas terbuka, 1997), 443.
49
Suhendi, Fiqih Muamalah, 79.
24
4) Jual beli Muhaqallah
Yaitu jual beli tanam-tanaman yang masih di
ladang atau kebun di sawah. Jual beli seperti ini
dilarang oleh agama, karena mengandung unsur riba
didalamnya.50
5) Jual beli Mukhaḍarah
Yaitu jual beli buah-buahan yang belum pantas
untuk dipanen, misalnya rambutan yang masih hijau,
mangga yang masih kecil dan lain sebagainya. 51
6) Jual beli Mulāmasah
Yaitu jual beli secara sentuh menyentuh,
misalnya seorang menyentuh kain dengan tangan atau
kaki, maka berarti ia dianggap telah membeli kain
itu.52
7) Jual beli Munabazah
Yaitu jual beli secara lempar-melempar,
misalnya seseorang berkata: lemparlah kepadaku apa
yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu
apa yang ada padaku, setelah terjadi lempar-melepar,
maka terjadilah jual beli. Jual beli seperti ini dilarang
oleh agama, karena mengandung tipuan dan dapat
merugikan salah satu pihak. 53
8) Jual beli Muzābanah
Yaitu jual beli buah yang basah dengan buah
yang kering, misalnya jual beli padi kering dengan
bayaran padi yang basah, sedangkan ukurannya sama,
sehingga akan merugikan pemilik padi kering. Oleh
karena itu jual beli seperti ini dilarang. 54
9) Jual beli garar
Yaitu jual beli yang samar sehingga ada
kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan
50
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 115.
51
Ibid.
52
Ibid.
53
Ibid.
54
Ibid, 114.
25
yang masih di kolam atau menjual kacang tanah yang
atasnya kelihatan bagus tetapi dibawahnya jelek.55
10) Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang
dijual, seperti seorang menjual sesuatu dari benda itu
ada yang dikecualikan salah satu bagiannya.56
c. Jual beli yang dilarang agama dan hukumnya sah
1) Menemui orang desa sebelum mereka masuk ke pasar
untuk membeli benda-bendanya dengan harga
semurah-murahnya, sebelum mereka tau harga pasar,
kemudia dijual dengan harga setinggi-tingginya.
2) Menawar barang yang sedang ditawar orang lain.
3) Jual beli dengan najasyi. Seseorang menambah atau
melebihi harga temannya dengan maksud
memancing-mancing orang agar orang tersebut mau
membeli barang temannya.
4) Menjual di atas penjualan orang lain.
Maksudnya bahwa menjual barang kepada
orang lain dengan cara menurunkan harga, sehingga
orang itu mau membeli barangnya. Jual beli seperti
ini dilarang agama karena dapat menimbulkan
perselisihan tidak sehat diantara penjual.57
d. Jual beli yang dilarang karena ahli akad
1) Jual beli orang gila
Maksudnya jual beli yang dilakukan orang
yang gila tidak sah, begitu juga jual beli orang yang
sedang mabuk juga dianggap tidak sah, sebab
dipandang tidak berakal.
2) Jual beli anak kecil
Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan
anak kecil dipandang tidak sah, kecuali dalam
perkara-perkara yang ringan.
3) Jual beli orang buta
Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli yang
dilakukan orang buta tanpa diterangkan sifatnya
55
Suhendi, Fiqih Muamalah, 81.
56
Ibid.
57
Ibid.
26
dipandang tidak sah, karena dianggap tidak bisa
membedakan barang yang jelek dan yang baik,
bahkan menurut ulama Syafi‟iyah walaupun
diterangkan sifatnya tetap dipandang tidak sah. 58
4) Jual beli fuḍul
Yaitu jual beli milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya, oleh karena itu menurut para ulama jual
beli demikian dipandang tidak sah, sebab dianggap
mengambil hak orang lain (mencuri).
5) Jual beli orang yang terhalang (sakit, bodoh atau
pemboros)
Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan
oleh orang-orang yang terhalang baik karena sakit
maupun kebodohannya dipandang tidak sah, sebab
dianggap tidak punya kepandaian dan ucapannya
dipandang tidak dapat dipegang.
6) Jual beli malja‟
Yaitu jual beli yang dilakukan oleh orang
yang sedang dalam bahaya. Jual beli yang demikian
menurut kebanyakan ulama tidak sah, karena
dipandang tidak normal sebagaimana yang terjadi
pada umumnya.59
58
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Aspek Hukum
Keluarga Dan Bisnis, 111.
59
Ibid, 112.
27
e. Dapat membina ketenangan ketentraman dan kebahagiaan
bagi jiwa karena memperoleh rezeki yang cukup dan
menerima dengan ikhlas terhadap anugerah Allah Swt.
f. Dapat menciptaka hubungan silaturahmi dan persaudaraan
antara penjual dan pembeli. 60
60
Ibid, 121-122.
61
Andi Amiruddin, “Air Dalam Prespektif Hadis,” Jurnal Tahdis Vol.6, no.
1 (2015): 12.
28
2) Q.S Al-Hajj (22) :63.
3) Q.S Al-Mu‟minum : 18
4) Q.S Az-Zumar : 21
b. Hadis
صلَّى ِ ُ ال رس َ َي َر ِضي اهللُ َعنْوُ ق ِّ اْلُ ْد ِر ٍ ِوعن أَِِب سع
َ ول اهلل ُ َ َ َ ق:ال ْ يد َ ََْ
ِ ِ
ٌ اهللُ َعلَْيو َو َسلَّم إ َّن اَلْ َماءَ طَ ُه
ور َْليُنَ ِّج ُسوُ َش ْيءٌ ( رواه ابوداود و
62
)الرتمذي و امحد و النسائي
“Dari Abu Said Al-Khudri Radiyallahu „anhu bahwa
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya (hakikat) air
adalah suci dan mensucikan,tak ada sesuatupun yang
dapat menajiskan.” (H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad,
An-Nasa‟i).
3. Macam-Macam Air
Adapun macam-macam air sebagai berikut:
a. Air Hujan
Air hujan merupakan air yang diturun Allah Swt
dari langit, melalui malaikat mikail untuk menyegarkan
dan membasahi bumi. Air hujan ini bersifat suci
mensucikan, sehingga sah digunakan sebagai mandi,
berwudhu dan lain sebagainya.63 Sebagaimana dalam Al-
Qur‟an surat Al-Furqan ayat 48:
62
Minhah Al-„Allam Fii Syarh, Bulughul Maram, No.Hadis 29.
63
Pendidik, “Macam-Macam Air Dan Pembagian Air Dalam Islam,” 2016,
https://www.pendidik.co.id/macam-macam-air/.
30
(hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang Amat
bersih.”
b. Air Laut
Air laut atau air asin merupakan air yang suci lagi
mensucikan yang dapat digunakan untuk berwudhu,
mandi, membersihkan diri dari najis atau kotoran dan lain
sebagainya.64 Rasulullah Saw bersabda:
صلَّى ِ َ ََعن أَِِب ُىَريَْرةَ َر ِض َي اهللُ َعنْوُ ق
َ َسأ ََل َر ُج ٌل َر ُس ْوَل اهلل:ال
ب البَ ْحَرَوََْن ِم ُل َم َع َن ِِ
ُ يَ َار ُس ْوَل اهلل إنَّانَْرَك:ال َ اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّم فَ َق
ضأُِِبَ ِاءالبَ ْحرِر؟َّ أَفَنَتَ َو.ضأْنَا بِِو َع ِطثْنَاَّ فَِإ ْن تَ َو.ال َقلِْي َل ِم َن املِ ِاء
ُى َوالطَّ ُه ْوُر َم ُاؤهُ اَ ْْلِل: صلّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َ ال َر ُس ْوَل اهلل َ فَ َق
65
) (رواه البيهقي.َُمْيتَتُو
“Dari Abu Hurairah r.a bahwa ada seorang bertanya
kepada Rasulullah Saw: Ya Rasulullah, kami mengarungi
lautan dan hanya membawa sedikit air, kalau kami
gunakan untuk berwudhu pastilah kami kehausan.
Bolehkah kami berwudhu dengan air laut? Lalu
Rasulullah Saw bersabda : air laut itu suci airnya halal
bangkainya.”(HR. Bayhaqi)
c. Air Sungai
Air sungai adalah air tawar yang mengalir lewat
belahan bumi, hukumnya sama dengan air sumur atau
mata air. Sejak dahulu umat Islam terbiasa mandi,
berwudhu dan membersihkan najis termasuk beristinja di
sungai. Namun air sungai yang tercemar dengan limbah
beracun yang meski secara hukum barangkali tidak
mengandung najis, namun air yang tercemar dengan
logam berat itu sangat berbahaya bagi kesehatan
penggunanya, sehingga sebaiknya menghindari
64
Ibid.
65
Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin ‟Alial-Baihaqi, Al-Sunan Al-Kubri
Jilid 9, Cet. III (Bairut: Dar Al-Kutb Al-‟Il Miyyah, 2003), No Hadis. 18674, 5-6.
31
penggunaannya, karena memberikan mudarat yang lebih
besar. Selain itu, sering kali air sungai tercemar dengan
limbah kotoran manusia dan ternak, sehingga lama-
kelamaan airnya berubah warna, bau dan rasanya, maka
air sungai tersebut menjadi najis meski jumlahnya
banyak melebihi dua kula dan tidak sah digunakan untuk
berwudhu, mandi atau membersihkan najis.66 Firman
Allah dalam QS. Al-Mursalat ayat 27 :
d. Air Sumur
Air sumur merupakan air yang suci lagi
mensucikan. Karena air sumur terjaga dan muncul dari
dasar tanah.67 Adapun hadis tentang air sumur, yaitu :
ٍ ِعن أَِِب سع
َ ُضأُ ِم ْن بِئْ ِرب
اع َة ِ ول ِّ يد ا ْْلُ ْد ِر
َض َّ اهلل أَتَتَ َو َ يَا َر ُس:ال َ َي ق َ َْ
ِ ااْلِيض و ُْل ِ ِ
ول
ُ ال َر ُس َ َّْت؟ فَ َقُْ وم الْكل ِب َوالن ُ ُ َ ُ َ ْ َوى َي بِئْ ٌر يُلْ َقى ف َيه
ِ ِ
.ٌور َْل يُنَ ِّج ُسوُ َش ْيء ٌ الْ َماءُ طَ ُه:صلَّى اهللُ َعلَْيو َو َسلَّم
َ اهلل
68
)(رواه الرتمذي
“Dari Abi Said Al-Khudri r.a berkata bahwa seorang
bertanya : Ya Rasulullah Saw. Apakah kami boleh
berwudhu dari sumur buda‟ah, padahal sumur itu yang
digunakan oleh wanita yang haid, dibuang ke dalamnya
daging anjing dan benda yang busuk. Rasulullah Saw.
66
Muhammad Taufan Djafri, “Tinjauan Klasik-Modern Hukum Islam
Terhadap Air,” Jurnal Bidang Kajian Islam Vol.3, no. No.1 (2017):, 46,
https://journal.stiba.ac.id.
67
Pendidik, “Macam-Macam Air Dan Pembagian Air Dalam Islam.”
68
Abu Isa Muhammad bin Isa Al-Tirmizi, Al-Jami‟ Al-Sahih Sunan Al-
Tirmizi Juz 1 (Bairut: Mutafa al-Halabi, 1975), 95-96.
32
Menjawab : Air itu suci dan tidak dinajiskan oleh
sesuatu.”(HR. Tirmidzi)
e. Air Telaga
Air telaga merupakan air yang sifatnya suci dan
juga mensucikan. Air telaga ini sama dengan air danau
yang dapat digunakan untuk berwudhu, mandi,
membersihkan najis dan lain sebagainya. 69
f. Air Es atau Air Salju
Air salju adalah air yang turun dari langit dalam
keadaan cair kemudian menjadi padat pada saat sampai
ke bumi. Salju sebenarnya hampir sama dengan hujan,
yaitu sama-sama air yang turun dari langit, hanya saja
kondisi suhu udara yang membuatnya menjadi butir-butir
salju yang intinya adalah air juga namun membeku dan
jatuh sebagai salju. Hukumnya tentu saja sama dengan air
hujan, sebab keduanya mengalami proses yang mirip
kecuali pada bentuk akhirnya saja. 70
Terdapat hadis Rasulullah Saw. Yang menjelaskan
tentang kedudukan salju, kesuciannya dan juga fungsinya
sebagai media pensucian.
صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّم إِذَا َكبَّ َر ِ ُ َكا َن رس:ال
َ ول اهلل َُ َ ََِب ُىَريَْرةَ ق ْ َِع ْن أ
ِ ِ َ يارس:ت ِ َّ ِِف
ْ ِول اهلل بأ
َِب ُ َ َ ُ ْ فَ ُقل.َت ُىنَ يَّ ًة قَ ْب َل أَ ْن يَ ْقَرأ َ الصالَة َس َك
: ال َ َول ق ُ ْي التَّ ْكبِ ِْْي َوالْ ِقَراءَِة َماتَ ُق
َْ َك بَ َت ُس ُكوت َ ْأَنْت َوأ ُِّم ْي أََرأَي
،ْي املِ ْش ِرِق َواملِْغ ِر ِب َْ َت ب َ اع ْد َ َْي َخطَايَا َك َم ب
ِ
َْ َاللَّ ُه َّم بَاع ْدبَْي ِِن َوب
اللَّ ُه َّم،س َّ ب ِم َن
ِ َالدن ِ
ُ اللَّ ُه َّم نَق ِِِّن م ْن َخاطَايّا َك َمايُنَ قَّى الش َّْو
71
َّ ا ْغ ِسلْ ِِن ِم ْن َخطَايَا بِاملِ ِاء َو
)الشلْ ِج َوالبَ َرِد (رواه لبخار ومسلم
“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bahwa Rasulullah Saw.
Jika bertakbir di dalam shalat, ia terdiam sebentar
sebelum membaca al-fatihah. Maka aku (Abu Hurairah)
69
Pendidik, “Macam-Macam Air Dan Pembagian Air Dalam Islam.”
70
Djafri, “Tinjauan Klasik-Modern Hukum Islam Terhadap Air.”, 44.
71
HR. Bukhari, No. 744, Muslim, No.598.
33
bertanya kepadanya: Demi bapak dan ibuku wahai
Rasulullah Saw. Apa yang kau baca ketika engkau diam
antara takbir dan bacaan al-fatihah?Nabi menjawab:
Aku membaca: Ya Allah jauhkan aku dari kesalahan-
kesalahanku sebagaimana engkau menjauhkan antara
timur dan barat. Ya Allah sucikan aku dari kesalahan-
kesalahanku sebagaimana pakaian dibersihkan dari
kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-
kesalahanku dengan salju, air dan embun.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
4. Pembagian Air
Ada beberapa pembagian air dalam ilmu fiqih,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Air mutlak (air suci)
Air mutlak yaitu air yang suci dan dapat
digunakan untuk bersuci dari hadas dan najis. Yang
termasuk golongan air mutlak ini seperti air hujan, air
sumur, air zam-zam, air salju (termasuk juga es, embun),
air mata air, air sungai dan air laut. 72 Allah Swt berfirman
dalam Q.S Al-Anfal (8) : 11 dan Q.S Al-Furqon (25) :
48.
1) Q.S Al-Anfal (8) :11
72
Khoirul Abror, Fiqh Ibadah (Bandar Lampung: Lembaga Ladang Kata,
2017), 18.
34
mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan
dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk
menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak
kaki(mu)”.
b. Air Musta‟mal
Air musta‟mal adalah air yang sudah dipakai untuk
menghilangkan hadas kecil maupun hadas besar.
Hukumnya tidak dapat mensucikan dari najis atau hadas,
kecuali setelah berkumpul dua kulah. Larangan ini
karena adanya kemungkinan kotoran atau bakteri yang
masuk dalam air dan membahayakan kesehatan.73
Para ulama tidak berbeda pendapat mengenai
sucinya air yang sudah dipakai untuk berwudhu atau
mandi, selama tidak bercampur dengan najis. Tetapi
mereka berbeda pendapat mengenai boleh atau tidaknya
air tersebut dipakai kembali untuk bersuci, baik mandi
maupun berwudhu atau menghilangkan najis. 74
Imam Abu Hanifah dan Al-Syafi‟i sepakat
mengenai bahwa air musta‟mal tidak bisa lagi dijadikan
untuk bersuci, baik wudhu ataupun mandi wajib.
Sedangkan mazhab Maliki berpendapat hanya makruh
73
Ahsin W.Alhafidz, Fikih Kesehatan (Jakarta: Amzah, 2010), 70.
74
Kadar M. Yusuf Ibrahim, Fiqih Perbandingan (Depok: Rajawali Pers,
2018), 55.
35
menggunakan air musta‟mal untuk bersuci. Selain dua
pendapat ini, terdapat pula pendapat ketiga yaitu tidak
ada perbedaan air musta‟mal dengan air mutlak,
keduannya boleh dijadikan untuk menghilangkan hadas.
Hal ini merupakan pendapat Abu Thur dan Daud.75
Perbedaan pendapat ini berangkat dari berbedanya
mereka dalam memandang air musta‟mal itu, yaitu
apakah air yang telah dipakai itu sudah hilang
kemutlakannya atau tidak. Menurut Mazhab Hanafi dan
Al-Syafi‟i, air musta‟mal itu sudah tidak mutlak lagi.
Mazhab Maliki memandang sebaliknya, bahwa air
musta‟mal itu masih tergolong ke dalam air mutlak.
Menurutnya, dengan dipakainya air itu tidak berarti air
tersebut tidak mutlak lagi. Menurut Mazhab Hanafi dan
Al-Syafi‟i, air yang sudah dipakai secara tidak nyata
berarti sudah bercampur dengan hadas, justru kerananya
tidak bisa lagi digunakan untuk menghilangkan hadas. 76
c. Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang terjemur sinar
matahari dalam bejana. Air ini makruh dipakai unt uk
badan, tetapi tidak makruh untuk pakaian kecuali air
yang terjemur ditanah, seperti air sawah, air kolam, dan
tempat-tempat yang bukan bejana yang mungkin
berkarat.77
Menurut fikih Islam menggunakan air yang
dipanaskan dengan sinar matahari dalam tempat logam
yang terbuat dari seng (besi), tembaga, baja, aluminium
tidak dianjurkan, karena benda-benda tersebut mudah
berkarat. Menurut kajian kesehatan, menggunakannya
tidak dianggap sebagai sesuatu yang sehat karena apabila
dipakai akan menimbulkan suatu penyakit, karena air
tersebut akan mudah membuka pori-pori dan air yang
telah terkontaminasi dengan karat besi tersebut akan
75
Rusd, Bidayatul Mujtahid Jilid III, 20.
76
Ibrahim, Fiqih Perbandingan, 56.
77
Beni Ahmad Saebani Adul Hamid, Fiqh Ibadah (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2009), 165.
36
mudah sekali masuk ke dalam pori-pori kemudian
menimbulkan penyakit yang dalam hadis tersebut disebut
baras (penyakit kulit). 78 Rasulullah Saw bersabda :
ِ ِ
ال
َ فَ َق.س ْ ت َماءً ِِف الش
ِ َّم ْ ََع ْن َعائ َش َة َرض َي اهللُ َعْن َها أَن ََّها َس َّخن
d. Air Mutagayar
Air Mutagayar adalah air mutlak yang sudah
berubah salah satu dari bau, rasa, atau warnanya.
Perubahan tersebut terkadang bercampur dengan benda
suci, dan terkadang berubah karena bercampur dengan
benda najis. Kalau air itu berubah karena bercampur
dengan benda najis maka air itu menjadi mutanajjis dan
hukumnya sama dengan benda najis, yaitu tidak boleh
(haram) diminum dan tidak sah untuk mensucikan hadas
atau najis. Apabila air itu berubah dengan benda suci
maka perubahan itu dapat terjadi dari beberapa sebab,
yakni berubah dengan sebab tempatnya seperti air yang
mengalir di batu belerang, berubah karena lama terletak
seperti air kolam, berubah karena sesuatu yang terjadi
padanya seperti berubah karena sebab ikan, berubah
dengan sebab tanah yang suci atau daun-daun yang jatuh
ke dalamnya. Hukum air tersebut adalah suci
78
Ibid, 69.
79
Sunan Ad-Daruquthni, No. 86.
37
mensucikan, tetapi kalau perubahan itu sudah menjadi
sangat kotor, maka hukumnya tidak mensucikan lagi. 80
Air yang bernajis tidak dibenarkan digunakan
untuk bersuci, kecuali air dalam jumlah yang banyak,
misalnya air di lautan tentu banyak orang yang buang
hajat ke laut, tetapi karena jumlah air laut yang banyak,
airnya dapat dipilih-pilih, sehingga kondisinya tetap suci
dan menyucikan. Demikian juga, air danau, air
bengawan, air sungai, air bendungan karena jumlah
airnya banyak masih dapat digunakan untuk bersuci. 81
Air yang tidak boleh digunakan untuk bersuci
adalah air yang salah satu sifatnya sudah berubah oleh
najis. Misalnya air dalam bak mandi yang telah dikotori
oleh najis, kecuali apabila airnya dalam jumlah yang
banyak.82
Harus dipertegas kembali bahwa pada dasarnya
semua air yang terkena benda najis tidak dapat dipakai
untuk bersuci sebagaimana disampaikan oleh Ibnu
Mundzir dan Ibnu Mulqin, yaitu jika benda najis itu
mengubah salah satu diantara rasa, warna dan baunya.
Akan tetapi bila air tersebut tetap dalam keadaan mutlak,
artinya salah satu diantara sifatnya yang tiga tersebut
tidak berubah, hukumnya suci dan mensucikan, sedikit
atau banyak.83
Tiga sifat pada air yang dapat berubah adalah bau,
rasa dan warna, sedangkan perubahan yang terjadi adalah
sebagai berikut:
1) Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang
atau mengalir pada batu belerang.
2) Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam.
3) Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti
berubah disebabkan ikan atau kiambang.
80
Ibid, 70.
81
Adul Hamid, Fiqh Ibadah, 164.
82
Ibid, 167.
83
Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 1, 34.
38
4) Berubah karena tanah yang suci, begitu juga segala
perubahan yang sukar memeliharanya, misalnya
berubah karena daun-daunan yang jatuh dari pohon-
pohon yang berdekatan dengan sumur atau tempat-
tempat air itu.84
5. Fungsi Air
a. Air sebagai sumber kehidupan manusia
Maksud sumber kehidupan di sini merupakan
elemen yang menyebabkan jadi hidup, bukan berarti
sumber sebagai asas hidup. Karena sumber hidup yang
hakikatnya adalah dari Allah, hal ini menyebutkan air
sebagai sumber kehidupan di sini bukan menafikan
asasnya, tetapi sebagai elemen yang mempunyai proses
untuk dapat menghidupkan. Sementara kenyataan yang
kita dapati yang saat ini menunjukan pula bahwa
kehidupan hanya bisa berjalan dengan adanya air, baik
pada binatang, tumbuhan, jasad renik, maupun manusia.85
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Anbiya‟ ayat
30:
84
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005),
14.
85
Himawan Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains
Modern,” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2019), 73.
39
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?.”
86
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur‟an, Vol 8, Cet 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 443.
87
Muhammad Kamil Abdussalam, Mukjizat Ilmiyah Dalam Al-Qur‟an,
Terjemah : Alimin, cet. 2 (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), 183.
40
sendiri. Apabila air ada, maka tanah menjadi subur.
Apabila air tidak ada maka tanah menjadi kering dan
tandus. Berdasarkan tanah yang subur menyebabkan
tumbuh-tumbuhan dan segala kehidupan ditempat
tersebut menjadi subur. Bahkan kesuburan ini juga
menjadi unsur yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Buktinya dalam semua sejarah kehidupan
manusia, pasti didapatkan penghidupan-penghidupannya
di deretan sungai atau di daratan yang mudah
mendapatkan air. Hal ini sampai sekarang dapat
dibuktikan yaitu bisa dilihat manusia sekarang yang
tinggal di daerah yang mudah akses air lebih subur dan
makmur hidupnya, sedangkan manusia yang hidup di
daerah yang tandus, kehidupannya banyak menyebabkan
gizi tidak seimbang.88 Manfaat air sebagai penyubur
dapat dipahami dalam surat Al-Fushilat ayat 39:
89
Abi Muhammad ‟Abd Al-haq Ibn ‟Atthiyyah Al-Andalusia, Tafsir Ibn
‟Atthiyah Al-Muharrar Al-Wajiz, Juz.5, cet.1, (Bairut: Dal al-Kutub al-Ilmiyyah,
1993),18.
42
berkembang. Jadi secara tidak langsung kehidupan
manusia dan binatang juga bergantung kepada tumbuh-
tumbuhan, dimana tumbuhan bergantung kepada air atau
hujan. Namaun secara langsung kehidupan manusia dan
binatang juga amat bergantung pada air. Hal ini patut kita
syukuri atas segala sesuatu yang Allah ciptakan.90
d. Air sebagai kehidupan manusia
Diantara berbagai manfaat air dalam kehidupan,
juga termasuk di dalamnya adalah manusia. Begitu juga
di antara kebutuhan manusia kepada air, yang paling
pokok adalah kebutuhan untuk minum. Sebagaimana
dijelaskan dalam surat Al-Mursalat ayat 27, yaitu:
90
Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Libang dan Diklat
Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tafsir Al-
Qur‟an Temtik : Pelestarian Lingkungan Hidup, Jilid 4 (Jakarta: Penerbit Aku Bisa,
2002), 69.
91
Syeikh Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur‟an,
Terjemah : H. M Qadirun Nur (Jakarta: Gaya Media, 2005), 548.
43
hidup. Permasalahan seperti ini perlu dicari solusi untuk
mengatasinya, karena pada dasarnya Allah menjadikan
hujan sebagai rahmat untuk segala makhluk hidup.92
e. Air sebagai sarana bersuci
Air dijadikan sebagai sarana untuk bersuci atau
membersikan diri lahir batin. Adapun bagi seorang
muslim, air bersih atau air yang suci dan mensucikan itu
dapat digunakan bukan hanya untuk mandi dan mencuci.
Tetapi air ini dapat juga digunakan untuk wudhu dan
mandi wajib. Penggunaan air secara umum dilakukan
oleh manusia untuk membersihkan dan menyucikan diri
dan lainnya, seperti mencuci benda-benda dan berbagai
peralatan, serta untuk mandi dan memandikan hewan
ternak, mencuci kaki, tangan dan membersihkan segala
anggota badan.93 Hal ini dijelaskan dalam surat Al-
Maidah ayat 6, yaitu:
92
Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains Modern.”, 78-
79.
93
Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur‟an, Tafsir Tematik, Jilid 4,
cet. 1 (Jakarta: Kamil Pustaka, 2014), 57.
44
94
Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains Modern.”, 82.
45
95
Al-Qur‟an, Al-Qur‟an, Tafsir Tematik, Jilid 4, 59.
96
Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains Modern.”, 83.
46
sarana pembangkit energi telah dijelaskan dalam Al-
Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 164, yaitu:
97
Al-Qur‟an, Al-Qur‟an, Tafsir Tematik, Jilid 4, 60.
98
Amiru ddin, “Air Dalam Prespektif Hadis.”, 15.
48
sebanyak 90watt. Agar proses daur air bias berlangsung.
Tetapi kenyataanya, rat-rata hanya sekita 240watt yang
bias sampai, sisanya sekitar 102 watt di pantulkan lagi
oleh udaradi atmosfer ke ruang angkasa. Energi yang
sanpai ke atmosfir dan permukaan bumi di serap kedalam
bentuk panas yang menyebabkan terjadinya penguapan
air laut dan air permukaan lainya, proses pertumbuhan
tanaman, serta menghangatkan suhu permukaan bumi,
suhu air laut dan air daratan, serta suhu udara. Pada rang
kaian proses diatas, peran air sangat penting karena air
memiliki sifat termal yang menguntungkan. Air
mempunyai kapasitas yang sangat besar, yakni panas
yang diperlukan untuk menaikan suhu 10C sebanyak
1gram air.99
Tingginya kapasitas panas jenis air amat penting
dalam menjaga bumi karena ber pengaruh pada caua. Air
dilau dan danau akan menyerap atau melepas panas
dalam jumlah besar hanya dengan mengalami perubahan
suhu atsmosfir. Dapat kita bayangkan apabila tidak
adanya air maka akan kepanasan dan pada malam hari
kita akan merasa kedinginan, karena bumi sedikit
memancarkan panas.100
99
Abdullah, “Manfaat Air Dalam Al-Qur‟an Prespektif Sains Modern.”, 71-
72.
100
Ibid.
DAFTAR RUJUKAN
69
70
Ghazali, Syeikh Muhammad. Tafsir Tematik Dalam Al-Qur‟an,
Terjemah : H. M Qadirun Nur. Jakarta: Gaya Media, 2005.