Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya peningkatan status derajat kesehatan masyarakat,
dilaksanakan melalui Program Kesehatan Lingkungan yang bertujuan untuk
menciptakan kualitas lingkungan yang lebih sehat, agar dapat melindungi
masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan dan atau bahaya kesehatan terutama penyakit berbasis lingkungan.
Hal ini sejalan dengan upaya pencapaian target RPJM 2015 – 2019 yang
dikenal dengan 100 – 0 – 100 yaitu 100 % akses air minum, 0 % kawasan
pemukiman kumuh, 100 % sanitasi layak.

Untuk mewujudkan Indonesia Sehat, perlu adanya kolaborasi antara


semua pihak terutama masyarakat itu sendiri dalam hal kemandirian dalam
menangani masalah kesehatan. Berbagai program telah dilaksanakan untuk
mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya adalah
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan Program Indonesia Sehat
melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Di mana dalam program-program
tersebut masih tetap menitik beratkan kegiatan yang salah satunya adalah
penggunaan jamban sehat untuk peningkatan kualitas lingkungan yang sehat.

Kejadian Penyakit berbasis lingkungan, disebabkan oleh beberapa


faktor antara lain Perilaku masyarakat yang belum menerapkan PHBS
kaitannya dengan perilaku Stop Buang Air Besar Sembarangan. Untuk
mengatasi persoalan ini, perlu dilakukan upaya-upaya lain yang mempunyai
nilai kreatifitas dan inovatif sesuai dengan kebutuhan program, sehingga
tujuan yang diharapkan dapat terpenuhi.

Upaya - upaya tersebut harus memiliki daya ungkit besar terhadap


kegiatan pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat mencari sendiri
solusi permasalahannya dan mengeksekusinya dengan sumber daya sendiri.
Petugas sanitasi harus memahami persoalan ini dengan mengadopsi metode –
metode yang ada dalam STBM. Untuk yang menjawab persoalan di atas,
maka penulis mendirikan WARUNG SANITASI “MOHUYULA” yang salah
satu tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan sarana sanitasi dalam

Nakes Teladan Tahun 2018


1
hal ini Jamban Sehat dengan harga yang sangat terjangkau dan mendukung
Gerakan “ TINJU TINJA”.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Tujuan umum pendirian Warung Sanitasi ini, adalah Untuk


Menciptakan kualitas lingkungan yang lebih sehat, agar dapat melindungi
masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan dan atau bahaya kesehatan, guna menuju peningkatan derajat
kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan cakupan dan penggunaan jamban sehat melalui


perubahan perilaku atau kebiasaan Buang Air Besar Sembarang tempat
(BABS).

b. Menurunnya Prevalensi Penyakit berbasis Lingkungan.

Nakes Teladan Tahun 2018


2
BAB II

ISI

A. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS PAGUAT

Puskesmas Paguat terletak di Jalan Trans Sulawesi, yaitu di Kelurahan


Siduan Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Kondisi Geografis
Kecamatan Paguat berada di dataran rendah, sehingga masih mudah untuk
dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Adapun batas – batas wilayah kerja Puskesmas Paguat adalah sebagai


berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Dengilo

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Boalemo

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Marisa

Wilayah Puskesmas Paguat secara geografis mempunyai luas 2.084.09


KM2, jumlah penduduk 15.825 jiwa dan 4.144 KK dengan karakteristik
wilayah pesisir pantai dan daerah aliran sungai yang terdiri dari 3 kelurahan
dan 8 desa yaitu : Kel. Pentadu, Kel. Siduan, Kel. Libuo, Desa Molamahu,
Desa Kemiri, Desa Bunuyo, Desa Bumbulan, Desa Sipayo, Desa Soginti,
Desa Buhu Jaya, dan Desa Maleo. Secara geografis Puskesmas Paguat
(Gedung Puskesmas Induk dan Gedung Rawat Inap) mempunyai letak pada
lokasi yang sangat strategis, yaitu terletak pada lahan yang padat dari
pemukiman penduduk dan mudah diakses oleh siapa saja, sehingga untuk
mendapatkan layanan kesehatan masyarakat sangatlah terjangkau.
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Paguat,
terdiri dari :

a. TK/PAUD : 27 Buah
b. SD/MI : 18 Buah
c. SMP/MTs : 5 Buah
d. SMA/MA : 2 Buah

Nakes Teladan Tahun 2018


3
Untuk lebih jelasnya, wilayah Kerja Puskesmas Paguat dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Paguat

B. PERMASALAHAN

Problematika kesehatan khususnya kesehatan lingkungan “sanitasi


dasar”, mengundang perhatian sangat penting, sehingga memerlukan
kehadiran pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Selain itu banyak
permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya berada di
luar sektor kesehatan, untuk itu, perlu adanya kemitraan antar berbagai pelaku
pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah
melibatkan masyarakat untuk aktif didalam pelaksanaan upaya pembangunan
kesehatan khususnya di wilayah puskesmas.

Penyakit diare merupakan penyakit yang memiliki potensi terjadinya


kejadian luar biasa atau wabah. Kasus diare di Kabupaten Pohuwato relatif
masih tinggi, sedangkan di wilayah Puskesmas Paguat selama tahun 2016
ditemukan sebanyak 229 kasus diare. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

Nakes Teladan Tahun 2018


4
Tabel 1.1

JUMLAH KASUS PENDERITA DIARE DI WILAYAH PUSKESMAS PAGUAT TAHUN 2016


JUMLAH
JUMLAH
YANG
KASUS
NO DESA/KEL JUMLAH DITANGANI JLH
L P L P

1 2 3 4 5 6 7 8
1 JANUARI 8 9 17 8 9 17
2 FEBRUARI 8 4 12 8 4 12
3 MARET 7 10 17 7 10 17
4 APRIL 7 11 18 7 11 18
5 MEI 10 13 23 10 13 23
6 JUNI 8 10 18 8 10 18
7 JULI 12 13 25 12 13 25
8 AGUSTUS 4 2 6 4 2 6
SEPTEMBE
9 14 14 28 14 14 28
R
10 OKTOBER 9 13 22 9 13 22
11 NOVEMBER 9 13 22 9 13 22
12 DESEMBER 10 11 21 10 11 21
JUMLAH 106 123 229 106 123 229
Sumber : SP2TP Puskesmas Paguat Tahun 2016

1. Kondisi Umum Sanitasi

Nakes Teladan Tahun 2018


5
Pada tahun 2016 kondisi sanitasi dilihat dari akses jamban yang ada
di wilayah Puskesmas Paguat secara rinci dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. 1.2
CAKUPAN PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT
PUSKESMAS PAGUAT TAHUN 2016

JLH
JLH PDDK
NO NAMA DESA SARAN %
PDDK PGNA
A
1 2 3 4 5 6
1 PENTADU 1,933 192 1842 95
2 SIDUAN 1,766 238 1590 90
3 LIBUO 1,521 75 466 31
4 MOLAMAHU 796 58 346 43
5 KEMIRI 682 52 682 100
6 BUNUYO 1.254 189 1086 87
7 BUMBULAN 1,925 132 813 42
8 SIPAYO 1.615 133 1052 65
9 SOGINTI 1,626 116 1055 65
10 BUHU JAYA 1.440 124 1440 100
11 MALEO 1,267 72 354 28
JUMLAH 15.825 1,381 10,726 68

Nakes Teladan Tahun 2018


6
Sumber : Data Puskesmas Paguat Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase penduduk
yang akses jamban sehat hanya 68 % dan Desa di bawah 65 % presentase
penggunaan jamban sehat adalah : Kel. Libuo, Desa Molamahu, Desa
Bumbulan dan Desa Maleo.

2. Program Dan Kegiatan di Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014,


Tentang Puskesmas, disebutkan bahwa kegiatan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan termasuk dalam kegiatan UKM Esensial. Untuk Puskesmas
Paguat yang merupakan Puskesmas dengan kategori Puskesmas
Perdesaan yang memiliki ruang lingkup kegiatan kesehatan Lingkungan
berupa pemantauan tempat-tempat umum, pengelolaan makanan dan
sarana sanitasi dasar lainnya seperti sumber air bersih.
Adapun secara rinci Program kegiatan yang ada di Puskesmas
Paguat terdiri dari :

a. UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat yang


membawahi:

1) Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS

2) Pelayanan kesehatan lingkungan

3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM

4) Pelayanan gizi yang bersifat UKM

5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

6) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

b. UKM Pengembangan

1) Pelayanan kesehatan jiwa

2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat

3) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer

4) Pelayanan kesehatan olahraga

5) Pelayanan kesehatan indera

Nakes Teladan Tahun 2018


7
6) Pelayanan kesehatan lansia

7) Pelayanan kesehatan kerja

8) Pelayanan kesehatan lainnya

c. UKP, kefarmasian, dan laboratorium


1) Pelayanan pemeriksaan umum
2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
4) Pelayanan gawat darurat
5) Pelayanan gizi yang bersifat UKP
6) Pelayanan persalinan
7) Pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang menyediakan
pelayanan rawat inap
8) Pelayanan kefarmasian
9) Pelayanan laboratorium
d. Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan, yang membawahi:
1) Puskesmas Pembantu / POSKESDES
2) Puskesmas Keliling
3) Bidan Desa
4) Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
Selain kegiatan-kegiatan tersebut di atas, ada beberapa program
yang telah berlangsung dan sampai dengan tahun 2018 ini masih tetap
dilaksanakan, yaitu program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Untuk itu, sebagai upaya kolaborasi Tupoksi Sanitarian dengan
program ini, maka Puskesmas Paguat memprioritaskan 2 Kegiatan ini
sebagai wujud pencapaian target SDG’s yaitu Universal Acces 100%
rumah tangga akses air bersih dan Sanitasi. Disamping itu, dalam
Program Percepatan Sanitasi Pemukiman, diharapkan Target 100-0-100
yang artinya 100% masyarakat menggunakan rumah layak huni, 0%
masyarakat Buang Air Besar Sembarangan dan 100% masyarakat
mendapatkan akses Air Bersih akan tercapai.

Nakes Teladan Tahun 2018


8
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 852/tahun 2008, tentang Strategi
Nasional STBM yang telah ditingkatkan menjadi Permenkes RI No. 3
tahun 2014, tentang STBM mencakup 5 Pilar STBM yang terdiri dari :
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga ( PLC-RT )

C. KARYA INOVASI
Dengan melihat berbagai masalah kesehatan lingkungan yang ada di
wilayah Puskesmas Paguat, maka upaya yang perlu dilakukan adalah
melakukan kegiatan Inovatif yang mengadopsi kegiatan dari Program
Primadona Kesehatan Lingkungan yaitu Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Permasalahan yang dihadapi sekarang terkait dengan masih
rendahnya sarana Sanitasi yang dibarengi dengan masih tingginya persentase
cakupan masyarakat yang masih Buang Air Besar Sembarangan yang
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
1. Perilaku Masyarakat.
2. Ketergantungan Masyarakat terhadap Subsidi atau bentuan pemerintah
3. Tingkat ekonomi masyarakat
4. Kurangnya suplay sanitasi mengenai penyediaan model jamban yang
murah dan sehat.
Untuk mencari solusi ini, maka perlu melakukan kegiatan yang sifatnya
memperkuat 3 komponen STBM berdasarkan Permenkes No. 3 Tahun 2014,
tentang STBM seperti yang tertera pada bagan dibawah ini :

Nakes Teladan Tahun 2018


9
Gambar 2. 3 Komponen STBM

Berdasarkan bagan di atas, dapat dilihat bahwa untuk Peningkatan


Kebutuhan Sanitasi dilakukan kegiatan pemicuan, promosi dan kampanye
Hygiene Sanitasi, baik di sekolah maupun di masyarakat. Sementara
peningkatan penyediaan sanitasi berkaitan dengan pengembangan teknologi
tepat guna yang berkaitan dengan peningkatan perubahan perilaku stop
BABS serta memperkuat jejaring pasar. Kedua komponen ini akan
disempurnakan oleh peningkatan lingkungan yang kondusif melalui regulasi
dan Kebijakan Pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas, maka diambillah satu inovasi yang bisa
dilakukan untuk memfasilitasi permasalahan peningkatan supply kebutuhan
sanitasi melalui Warung Sanitasi “MOHUYULA” untuk mendukung
Gerakan “TINJU TINJA”, di mana Wirausaha sanitasi tersebut diprakarsai
oleh Masyarakat Peduli Lingkungan (MPL). Dengan pertimbangan bahwa
kegiatan ini baru difokuskan di wilayah Puskesmas Paguat pada khususnya
dan di Kabupaten Pohuwato pada umumnya.

1. Pengertian.

Wirausaha Sanitasi dalam hal ini Warung Sanitasi ‘MOHUYULA”


untuk mendukung Gerakan “TINJU TINJA”, merupakan suatu upaya
yang dilakukan oleh Masyarakat Peduli Lingkungan (MPL) yang
bertujuan untuk merubah perilaku Buang Air Besar Sembarangan dan
membantu masyarakat yang tidak mampu untuk membangun jamban
yang harganya terjangkau, sehingga masalah penyakit berbasis
lingkungan serta masalah kesehatan lingkungan lainnya dapat diatasi.

Kemiskinan sering dijadikan alasan oleh masyarakat untuk tidak


memiliki jamban, karena sepengetahuan mereka biaya untuk membuat
satu unit jamban membutuhkan biaya hingga ±Rp. 5.000.000,-. Maka,

Nakes Teladan Tahun 2018


10
Melalui Wira usaha Sanitasi dalam hal ini Warung Sanitasi
“MOHUYULA” untuk mendukung Gerakan “TINJU TINJA” ini,
masyarakat sudah dapat memiliki jamban murah dan memenuhi syarat
kesehatan hanya dengan anggaran minimal Rp. 750.000, yang
mekanisme pembayarannya dapat diangsur secara kredit maupun cash.

2. Tujuan

Adapun Tujuan Masyarakat Peduli Lingkungan ( MPL )


mendirikan Warung Sanitasi ‘MOHUYULA” dalam mendukung
Gerakan “TINJU TINJA” adalah untuk meningkatkan cakupan
kepemilikan dan penggunaan jamban sehat melalui perubahan perilaku
atau kebiasaan Buang Air Besar Sembarang tempat (BABS) dengan
harapan dapat menurunkan angka Prevalensi Penyakit berbasis
Lingkungan.

3. Mekanisme
a. Pembentukan Warung Sanitasi “MOHUYULA”
Warung Sanitasi “MOHUYULA” dibentuk oleh Masyarakat
Peduli Lingkungan ( MPL ) yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam memiliki jamban murah dan sehat.
b. Pilihan Type jamban dan harga
1) Type 1.1 : Rp. 750.000,-
2) Type 2.2.1 : Rp. 1.500.000,-
c. Sistem Pembayaran:
1) Cash ( dibayar setelah jamban selesai dibangun )
2) Kredit cara pembayarannya sebagai berikut :
a) Untuk Type 1.1 Rp. 750.000,-:
DP = Rp. 250.000 (setelah jamban selesai dibangun)
Sisanya Rp. 500.000, diangsur setiap bulan masing - masing
Rp. 250.000 selama 2 bulan berjalan.
b) Untuk Type 2.2.1 Rp. 1.500.000
DP = Rp. 750.000,- (setelah jamban selesai dibangun)
Sisanya Rp 750.000,- diangsur setiap bulan masing - masing
Rp. 250.000 selama 3 bulan berjalan.
D. HASIL

Nakes Teladan Tahun 2018


11
Warung Sanitasi “MOHUYULA” dalam mendukung Gerakan “TINJU
TINJA” yang didirikan dari Tahun 2016 sudah memproduksi sebanyak 43
Unit Jamban Murah dan memenuhi syarat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini :

Tabel. 1.3
Jumlah Jamban Yang Di Produksi Warung Sanitasi “ MOHUYULA “

NO TAHUN JUMLAH

1 2015 12 UNIT
2 2016 16 UNIT
3 2017 15 UNIT

JUMLAH 43 UNIT
Sumber : Data Warung Sanitasi “MOHUYULA”

Dengan program inovasi Warung Sanitasi “MOHUYULA” ini, pada


akhir tahun 2018 ditargetkan ada 2 Desa yang akan mendeklarasikan Stop
Buang Air Besar Sembarangan atau ODF (Open Defection Free) yaitu Desa
Bunuyo dan Kelurahan Pentadu Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato.
Penurunan angka penderita penyakit Diare pada Tahun 2017, yaitu
sebanyak 75 penderita, oleh karena itu dapat disimpulkan, bahwa Faktor
Lingkungan dan Perilaku sangat mempengaruhi Derajat Kesehatan
Masyarakat, oleh karena itu menciptakan lingkungan sehat harus
dilaksanakan oleh semua kalangan, baik pemerintah maupun pihak lainnya
dan yang paling utama masyarakat itu sendiri, sehingga peningkatan Derajat
Kesehatan dapat lebih optimal.
Berikut daftar penderita penyakit diare pada Tahun 2017 :

Tabel 1.4
JUMLAH KASUS PENDERITA DIARE DI WILAYAH PUSKESMAS
PAGUAT TAHUN 2017
JUMLAH
JUMLAH
YANG
NO DESA/KEL KASUS JLH DITANGANI JLH
L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8

Nakes Teladan Tahun 2018


12
1 JANUARI 8 6 14 8 6 14
2 FEBRUARI 6 4 10 6 4 10
3 MARET 4 3 7 4 3 7
4 APRIL 3 3 6 3 3 6
5 MEI 2 0 2 2 0 2
6 JUNI 2 1 3 2 1 3
7 JULI 1 2 3 1 2 3
8 AGUSTUS 2 3 5 2 3 5
9 SEPTEMBER 0 2 2 0 2 2
10 OKTOBER 5 3 8 5 3 8
11 NOVEMBER 2 3 5 2 3 5
12 DESEMBER 3 7 10 3 7 10
JUMLAH 38 37 75 38 37 75
Sumber : SP2TP Puskesmas Paguat Tahun 2017

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dengan adanya Warung Sanitasi ”MOHUYULA” yang diprakarsai oleh


Masyarakat Peduli Lingkungan (MPL) untuk mendukung Gerakan ’TINJU
TINJA” telah dapat membantu dan memperkuat tugas dan fungsi Puskesmas
dalam melaksanakan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit
berbasis lingkungan dalam, hal ini penyakit diare dan semua persoalan yang
ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Disamping itu pula, dengan adanya Warung Sanitasi
”MOHUYULA” untuk mendukung Gerakan ”TINJU TINJA” telah
menunjang target Desa ODF yang merupakan Output Program Sanitasi
Berbasis Masyarakat dan Meningkatkan Akses sanitasi yang juga tidak lepas
dari adanya dukungan Pemerintah Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi
Gorontalo dan semua pihak terutama dukungan dari masyarakat itu sendiri
dalam mendukung Gerakan “TINJU TINJA”.

B. SARAN

Nakes Teladan Tahun 2018


13
1. Perlu adanya dukungan dari semua pihak dalam mendukung Gerakan
“TINJU TINJA”, sehingga akan terjadi Peningkatan Derajat Kesehatan
Masyarakat dan menciptakan Generasi Emas penerus Nusa dan Bangsa.
2. Perlu adanya dukungan dari pihak perbankan ataupun pihak swasta dalam
memberikan modal kepada para pelaku wira usaha sanitasi dalam
mengembangkan usaha untuk pemenuhan kebutuhan sanitasi di
masyarakat.
3. Kegiatan ini sebaiknya diadopsi oleh kelompok masyarakat lain yang
peduli lingkungan dalam meningkatkan cakupan kepemilikan dan
penggunaan jamban sehat terutama pada masyarakat yang cakupannya
masih rendah.

BAB IV
P E N U T U P

Demikian makalah ini saya susun sebagai salah satu referensi dalam
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat dalam upaya menekan penyakit
berbasis lingkungan. Keberhasilan program ini tidak lepas dari kerjasama,
koordinasi dan konsultasi yang sinergi antara pihak puskesmas dengan lintas
sektor terkait dan masyarakat yang peduli dengan lingkungan dengan harapan
dapat memperoleh masukan dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini.
Semoga Allah SWT memberikan petunjuk dan rahmatnya kepada kita semua,
Amiin.
SALAM SEHAT, AYO DUKUNG GERAKAN “TINJU TINJA”

Nakes Teladan Tahun 2018


14
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014, Tentang Sanitasi Total


Berbasis Masyarakat
2. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 852 / Menkes / Sk / IX / 2008,
tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Tentang Puskesmas Tahun
2014
4. Kemenkes RI, 2016, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Program Indonesia
Sehat Melalui Pendekatan Keluarga. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
5. Panduan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) 2015.

Nakes Teladan Tahun 2018


15
Nakes Teladan Tahun 2018
16

Anda mungkin juga menyukai