Anda di halaman 1dari 16

NOTULEN PRESENTASI PANCASILA

Kelas : ES 1B

Presentasi Kelompok 14

1. Naufal Tanzil Zaidan D (1860402233195)


2. Aldrien Decka Dwi F (18604022331960)
3. Mohammad Riski (1860402233205)

1. Diana Ayuning Tyas (174)

Pertanyaan:

Apakah terdapat tantangan khusus dalam implementasi perundang-undangan terkait korupsi, dan
bagaimana hal tersebut mempengaruhi efektivitas penegakan hukum?

Jawaban:

• Yuli Antika Putri (191)

Terdapat beberapa tantangan khusus dalam implementasi perundang-undangan terkait korupsi di


Indonesia. Beberapa di antaranya melibatkan kelemahan dalam sistem peradilan, kurangnya
koordinasi antarlembaga penegak hukum, dan potensi intervensi politik. Selain itu, proses hukum
yang panjang dan kompleks, serta kekurangan sumber daya manusia dan finansial, juga dapat
menjadi hambatan.

Tantangan ini mempengaruhi efektivitas penegakan hukum dengan memperlambat proses


penyelidikan dan pengadilan, bahkan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan impunitas.
Ketidakpastian hukum, terutama dalam kasus yang melibatkan pejabat tinggi, juga dapat
mempengaruhi kemauan lembaga penegak hukum untuk bertindak tegas.

Diperlukan reformasi lebih lanjut dalam sistem hukum dan penegakan hukum, termasuk perbaikan
dalam independensi lembaga penegak hukum, peningkatan transparansi, serta penguatan
mekanisme pengawasan. Upaya untuk mengatasi tantangan-tantangan ini merupakan langkah kritis
dalam meningkatkan efektivitas penegakan hukum terkait korupsi di Indonesia.
2. Sinta Febriana Nur Q (186)

Pertanyaan:

Apa peran media dalam mengungkap dan menangani kasus korupsi?

Jawaban:

• Diana Ayuning Tyas (174)

Peran media dalam mengungkap dan menangani kasus korupsi sangat penting dalam memperkuat
transparansi dan akuntabilitas. Media memiliki peran sebagai pengawas dan penyampai informasi
kepada masyarakat, sehingga dapat mengungkap kasus korupsi, mempublikasikan hasil investigasi,
dan memberikan tekanan kepada pihak berwenang untuk menindaklanjuti kasus tersebut. Selain itu,
media juga dapat memainkan peran dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak
negatif korupsi, serta memobilisasi dukungan untuk reformasi dan pemberantasan korupsi.

Media juga dapat memainkan peran dalam mempengaruhi opini publik dan memberikan tekanan
kepada pemerintah untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan penegakan hukum terkait
kasus korupsi. Melalui liputan yang cermat dan investigasi mendalam, media dapat membantu
memperkuat penegakan hukum dan mendorong perubahan kebijakan untuk mencegah korupsi di
masa depan.

3. Kinasti Tsania Putri (1860402233193)

Pertanyaan:

Bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi dinamika geostrategi


Indonesia?

Jawaban:

• Sinta Febriana Nur Q (186)

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mempengaruhi dinamika geostrategi


Indonesia dalam beberapa aspek. TIK telah membawa dampak positif dan negatif terhadap
keamanan nasional dan stabilitas politik Indonesia. Di satu sisi, TIK memungkinkan pertukaran
informasi yang cepat dan efisien, memperkuat konektivitas antarwilayah, dan memfasilitasi
pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain, TIK juga membawa tantangan baru, seperti penyebaran
berita bohong (hoaks) dan ancaman keamanan siber.

4. Dea Elpina (203)

Pertanyaan:

Apa saja tantangan dalam penanganan tindak pidana korupsi di era digital saat ini?
Jawaban:

• Diana Ayuning Tyas (174)

Tantangan dalam penanganan tindak pidana korupsi di era digital saat ini meliputi:

1. Kompleksitas Investigasi

Perkembangan teknologi digital telah menciptakan beragam sumber data elektronik yang
memerlukan keahlian khusus dalam mengumpulkan, menganalisis, dan mengelola bukti elektronik
terkait kasus korupsi.

2. Keamanan Data

Perlindungan data pribadi dan rahasia dalam penyelidikan korupsi menjadi semakin penting,
terutama dalam menghadapi ancaman peretasan dan kebocoran informasi.

3. Transparansi dan Akuntabilitas

Meskipun teknologi digital dapat meningkatkan transparansi, namun juga dapat digunakan untuk
menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan yang dapat menghambat proses penegakan hukum.

4. Kolaborasi lintas-batas

Tindak pidana korupsi seringkali melibatkan transaksi lintas negara, sehingga penegakan hukum
memerlukan kerja sama antar negara dalam mengumpulkan bukti dan menindak pelaku korupsi.

5. Keterbatasan Sumber Daya

Implementasi teknologi digital dalam penegakan hukum korupsi memerlukan investasi dalam
infrastruktur, pelatihan, dan sumber daya manusia yang memadai.

• Yuli Antika Putri (191)

Beberapa tantangan dalam penanganan tindak pidana korupsi di era digital meliputi kompleksitas
jejak digital, keamanan data yang rentan, dan adaptasi pelaku ke teknologi untuk menyembunyikan
jejak transaksi korupsi. Selain itu, perlu upaya ekstra dalam mengembangkan teknologi forensik
untuk mengungkap bukti digital dan memperkuat kerjasama lintas negara dalam mengatasi korupsi
yang melibatkan transaksi internasional.

• Ulil Hidayah (178)


Beberapa tantangan dalam pelaksanaan tindak pidana korupsi di era digital meliputi kompleksitas
teknologi, pelacakan transaksi elektronik, perlindungan data pribadi, dan pengembangan keahlian
investigatif terkait teknologi. Selain itu, peningkatan kecerdasan buatan dan enkripsi juga dapat
menjadi hambatan dalam mengungkap kasus korupsi di dunia digital.

5. Naghsyina Asaddina Nazuruh (190)

Pertanyaan:

Berapa tahun hukuman penjara paling singkat bagi pelaku korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999?

Jawaban:

• Lusi Zainnatul Khusna (162)

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia
menyebutkan bahwa hukuman penjara paling singkat bagi pelaku korupsi adalah 4 tahun.

6. Ulil Hidayah (178)

Pertanyaan:

Apa saja unsur unsur tindak pidana korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi?

Jawaban:

• Lusi Zainnatul Khusna (162)

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia
mengatur beberapa unsur-unsur tindak pidana korupsi. Seperti:

1. Melibatkan unsur subyek, yaitu pelaku tindak pidana korupsi, yang bisa melibatkan pejabat publik,
swasta, atau pihak lain yang terlibat.

2. Berkaitan dengan objek yang menjadi subjek korupsi, seperti uang, barang, atau hak yang dapat
dinilai dengan uang.

3. Menyertakan tindakan atau perbuatan tertentu yang dianggap sebagai tindak pidana korupsi,
seperti penerimaan hadiah atau gratifikasi, penyalahgunaan wewenang, atau pemerasan.

4. Adanya kerugian keuangan negara atau masyarakat yang timbul akibat perbuatan korupsi.

5. Dapat termasuk unsur akibat, seperti merugikan kepentingan negara atau masyarakat.

6. Seringkali melibatkan penyalahgunaan jabatan atau kewenangan oleh pejabat yang terlibat.

7. Pada umumnya, tindak pidana korupsi mensyaratkan adanya unsur kesengajaan dari pelaku.
7. Desyana Eka Putri (197)

Pertanyaan:

Mengapa tindak pidana korupsi di Indonesia sampai saat ini sulit diberantas?

Jawaban:

• Yuli Antika Putri (191)

Tindak pidana korupsi di Indonesia sulit diberantas karena beberapa faktor, termasuk kompleksitas
kasus, sistem hukum yang masih memerlukan perbaikan, kurangnya transparansi, serta adanya
tantangan dalam penegakan hukum dan pencegahan korupsi. Selain itu, faktor budaya, seperti
rendahnya kesadaran anti-korupsi dan toleransi terhadap praktik korupsi, juga dapat menjadi
hambatan dalam upaya pemberantasan korupsi. Diperlukan koordinasi yang lebih baik antara lembaga
penegak hukum, reformasi hukum, dan perubahan budaya untuk mencapai kemajuan signifikan dalam
memberantas korupsi.

• Diana Ayuning Tyas (174)

Tindak pidana korupsi di Indonesia sulit diberantas karena beberapa faktor, termasuk kompleksitas
investigasi korupsi yang melibatkan bukti elektronik dan transaksi lintas negara. Selain itu, tantangan
keamanan data dan penyebaran informasi palsu melalui teknologi digital juga mempersulit
penanganan kasus korupsi. Keterbatasan sumber daya dan perlindungan data pribadi juga menjadi
hambatan dalam penegakan hukum terkait korupsi. Selain itu, korupsi juga melibatkan berbagai pihak
dan jaringan yang kuat, sehingga memerlukan kerja sama lintas sektor dan negara dalam
penanganannya.

• Dea Elpina (203)

Tindak pidana korupsi di Indonesia sulit diberantas karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor utama adalah lemahnya integritas dan kesadaran diri sejumlah
pejabat dan sebagian masyarakat dalam memerangi korupsi. Selain itu, kesadaran antikorupsi di
Indonesia masih lebih banyak didorong oleh ketakutan terhadap sanksi/hukuman daripada kesadaran
dalam diri masing-masing orang. Selain itu, korupsi di Indonesia telah menjadi bagian dari budaya
masyarakat, sehingga sikap masyarakat menjadi permisif dan toleran terhadap tindakan korupsi. Selain
itu, regulasi yang ada belum sepenuhnya efektif dalam mencegah dan menindak tindak pidana korupsi.
Terakhir, tantangan dalam penanganan tindak pidana korupsi di era digital saat ini semakin kompleks
dan luas. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih serius dan terintegrasi dari berbagai pihak untuk
memerangi tindak pidana korupsi di Indonesia, termasuk meningkatkan kesadaran antikorupsi,
memperkuat integritas, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang siber teknologi

8. Evi Eka Yulinti (208)

Pertanyaan:

Bagaimana akibat tindak pidana korupsi yang tidak mengembalikan kerugian negara?

Jawaban:

• Yuli Antika Putri (191)


Tindak pidana korupsi yang tidak mengembalikan kerugian negara dapat memiliki dampak serius.
Pertama, korupsi merugikan keuangan negara, mengakibatkan dana yang seharusnya digunakan
untuk pembangunan dan pelayanan publik dialihkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok
tertentu. Akibatnya, proyek-proyek pembangunan mungkin terhambat atau tidak dapat
memberikan manfaat optimal kepada masyarakat.

Selain itu, korupsi dapat menciptakan ketidaksetaraan sosial dan ekonomi karena sebagian dana
publik disalahgunakan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Hal ini dapat merugikan
pertumbuhan ekonomi dan menciptakan ketidakadilan dalam distribusi sumber daya.

• Desyana Eka Putri (197)

Tindak pidana korupsi yang tidak mengembalikan kerugian negara dapat berakibat pada denda
dan uang pengganti. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi, penegakan hukum pidananya lebih mengutamakan pengembalian ganti rugi
keuangan negara dari para pelaku tindak pidana korupsi. Meskipun pelaku tindak pidana korupsi
telah mengembalikan keuangan negara sebelum putusan pengadilan, proses hukumnya tetap
berjalan, namun pengembalian uang dapat menjadi faktor yang meringankan bagi terdakwa saat
hakim menjatuhkan putusan. Pengembalian kerugian negara merupakan suatu upaya yang harus
dijalankan untuk memulihkan kembali perekonomian negara yang terkena dampak tindak pidana
korupsi. Selain itu, ada wacana tentang peniadaan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yang
mengembalikan kerugian keuangan negara sebagai upaya restoratif dari kerugian yang
diakibatkan.Oleh karena itu, pengembalian kerugian negara merupakan bagian penting dari
penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi.

9. Lupita Ulul Azmi (160)

Pertanyaan:

Apa saja kasus korupsi yang ada di Indonesia serta bagaimana peran pemerintah dalam menangani
kasus tersebut?

Jawaban:

• Yuli Antika Putri (191)

Ada berbagai kasus korupsi yang pernah terjadi di Indonesia. Beberapa contoh kasus melibatkan
pejabat pemerintah, baik di tingkat nasional maupun daerah, serta sektor swasta. Contoh kasus
melibatkan korupsi antara lain kasus e-KTP, korupsi Bank Century, dan kasus korupsi di sektor
pertambangan.

Pemerintah memiliki peran penting dalam menangani kasus korupsi melalui lembaga-lembaga
penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kepolisian, dan jaksa. KPK, sebagai
lembaga independen, memiliki tugas khusus untuk memberantas korupsi dan melakukan
penyelidikan serta penuntutan terhadap pelaku korupsi. Pemerintah juga berperan dalam
mendorong reformasi hukum dan kebijakan anti-korupsi, meningkatkan transparansi, dan
memperkuat sistem pengawasan.

Selain itu, peran masyarakat sipil, media, dan lembaga swadaya masyarakat juga penting dalam
mendukung upaya pemberantasan korupsi dengan mengawasi dan memberikan tekanan untuk
menegakkan keadilan. Meskipun banyak langkah yang telah diambil, tantangan tetap ada, dan
upaya terus dilakukan untuk memperkuat sistem anti-korupsi di Indonesia.

10. Lusi Zainnatul Khusna (162)

Pertanyaan:

Bagaimana peran masyarakat dalam mendukung penegakan hukum terkait tindak pidana korupsi
menurut ketentuan hukum yang berlaku?

Jawaban:

• Kinasti Tsania Putri (193)

Masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung penegakan hukum terkait tindak pidana
korupsi menurut ketentuan hukum yang berlaku, antara lain:

1.Memberikan Informasi: Masyarakat berhak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi


terkait dugaan tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak
pidana korupsi.

2. Memberikan Saran dan Pendapat: Masyarakat juga berhak memberikan saran dan pendapat
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi agar pemberantasan
tindak pidana korupsi dapat dilakukan dengan lebih efektif.

3. Pelaporan Dugaan Korupsi: Masyarakat dapat membuat laporan terkait adanya dugaan korupsi
kepada penegak hukum atau pejabat yang berwenang secara lisan atau tertulis, baik melalui media
elektronik maupun non-elektronik.

Dengan melaksanakan peran tersebut, masyarakat dapat turut berperan dalam mendukung
penegakan hukum terkait tindak pidana korupsi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

11. Yuli Antika Putri (191)

Pertanyaan:

Bagaimana saja inisiatif pencegahan korupsi yang telah berhasil diterapkan di tingkat lokal?

Jawaban:

• Ulil Hidayah (178)


Beberapa inisiatif pencegahan korupsi yang berhasil di tingkat lokal melibatkan peningkatan
transparansi, penggunaan teknologi untuk memantau keuangan, pelibatan masyarakat dalam
pengawasan, dan penerapan sistem pengaduan yang efektif.

12. Moch. Hafiz Maulana (176)

Pertanyaan:

Bagaimana cara mengidentifikasi bentuk korupsi?

Jawaban:

• Diana Ayuning Tyas (174)

Identifikasi bentuk korupsi dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:

1. Analisis Transaksi Keuangan

Melalui pemeriksaan transaksi keuangan yang mencurigakan, seperti pembayaran yang tidak
lazim atau adanya dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan operasional, dapat membantu
mengidentifikasi korupsi keuangan.

2. Pemeriksaan Dokumen

Pemeriksaan dokumen terkait kontrak, pembayaran, dan laporan keuangan dapat membantu
mengungkap tindak korupsi terkait manipulasi dokumen atau kegiatan yang tidak sesuai dengan
prosedur.

3. Pengawasan dan Pelaporan Internal

Membangun mekanisme pengawasan dan pelaporan internal yang efektif di dalam organisasi
dapat membantu mengidentifikasi tindak korupsi, seperti penyalahgunaan wewenang atau
konflik kepentingan.

4. Investigasi Independen

Melakukan investigasi independen dengan melibatkan pihak eksternal atau lembaga independen
dapat membantu mengidentifikasi bentuk korupsi yang terjadi di dalam organisasi.

• Lusi Zainnatul Khusna (162)

Beberapa cara umum untuk mengidentifikasi bentuk korupsi meliputi:

1. Memeriksa transaksi keuangan secara rinci untuk mendeteksi adanya transaksi yang tidak
lazim, seperti pembayaran yang tidak jelas atau penyelewengan dana.
2. Pelaporan dari Masyarakat

3. Melakukan audit internal dan eksternal untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian atau


penyimpangan yang mungkin menunjukkan tindak pidana korupsi.

4. Menggunakan analisis data untuk melacak pola atau anomali yang dapat mengindikasikan
adanya praktik korupsi, seperti perubahan kekayaan yang tidak wajar atau kenaikan pembayaran.

5. Memanfaatkan teknologi untuk memonitor dan mengaudit transaksi keuangan serta


komunikasi elektronik yang dapat terkait dengan tindak pidana korupsi.

6. Menganalisis gaya hidup pejabat atau individu tertentu untuk memastikan konsistensi dengan
penghasilan resmi yang dimilikinya.

13. Mohammad Riyan (192)

Pertanyaan:

Mengapa masih banyak kasus korupsi di Indonesia?

Jawaban:

• Ainun Jannatin (172)

Beberapa alasan mengapa masih banyak kasus korupsi di Indonesia meliputi:

1.Tingkat Pengawasan yang Rendah: Kurangnya pengawasan dan penegakan hukum yang efektif
dapat memberikan kesempatan bagi tindakan korupsi.

2.Budaya Korupsi: Budaya korupsi yang telah berkembang di masyarakat atau dalam sistem dapat
menjadi hambatan untuk memberantasnya.

3.Ketidaksetaraan Ekonomi: Kesenjangan ekonomi dan ketidaksetaraan dapat menciptakan


motivasi ekonomi bagi individu untuk terlibat dalam praktik korupsi.

4.Kurangnya Kesadaran Hukum: Beberapa orang mungkin tidak sepenuhnya menyadari


konsekuensi hukum dari tindakan korupsi atau mungkin merasa dapat menghindarinya.

5.Tata Kelola Pemerintahan yang Buruk: Lemahnya tata kelola pemerintahan, baik di tingkat
nasional maupun daerah, dapat mempermudah praktik korupsi.

6.Proses Hukum yang Lambat: Proses hukum yang lambat atau tidak efektif dapat mengurangi
efektivitas penegakan hukum terhadap kasus korupsi.
7.Politik dan Nepotisme: Praktik nepotisme atau penyalahgunaan kekuasaan politik dapat
menciptakan lingkungan yang mendukung korupsi.

8.Kurangnya Transparansi: Kurangnya transparansi dalam penggunaan anggaran dan kebijakan


pemerintah dapat membuka peluang bagi tindakan korupsi.

Penanggulangan korupsi memerlukan upaya lintas sektor, termasuk reformasi hukum,


peningkatan pengawasan, pendidikan publik, dan perubahan budaya organisasi. Perubahan ini
membutuhkan waktu dan kesadaran kolektif untuk menciptakan lingkungan yang tidak
mendukung korupsi.

14. Anis Tasya Munawaroh (200)

Pertanyaan:

Kapan seseorang dikatakan korupsi menurut peraturan perundang undangan?

Jawaban:

• Lusi Zainnatul Khusna (162)

Seseorang dikatakan melakukan korupsi menurut peraturan perundang-undangan ketika dia


terlibat dalam tindakan atau perbuatan yang diakui sebagai tindak pidana korupsi sesuai dengan
hukum yang berlaku. Hal ini dapat mencakup berbagai bentuk pelanggaran, seperti penerimaan
suap, penyalahgunaan wewenang, pemerasan, atau perbuatan korupsi lainnya yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di suatu negara.

15. Moch. Lutfi Khasanudin (180)

Pertanyaan:

Dari banyaknya faktor penyebab korupsi faktor apa yang paling berpengaruh terhadap maraknya
korupsi?

Jawaban:

• Anis Tasya Munawaroh (200)

Beberapa faktor penyebab korupsi terbesar meliputi:

1. Sifat serakah manusia: Seseorang yang memiliki sifat serakah dan merasa tidak berkecukupan
dengan kehidupan mereka mungkin menjadi penyebab korupsi
2. Gaya hidup yang konsumtif: Konsumsi yang kuat dan keinginan materialistik dapat mendorong
masyarakat untuk mencari cara mudah untuk mendapatkan kekayaan, termasuk melalui korupsi.

16. Dharma Dika Julka (194)

Pertanyaan:

Apakah ada kekurangan dalam sistem peradilan yang mempengaruhi efektivitas pengadilan
dalam menangani kasus korupsi?

Jawaban:

• Lusi Zainnatul Khusna (162)

Ya, beberapa kekurangan dalam sistem peradilan dapat mempengaruhi efektivitas pengadilan
dalam menangani kasus korupsi. Seperti:

-Proses peradilan yang lambat yang bisa disebabkan oleh beban kerja berat, keterbatasan
sumber daya, dan prosedur hukum yang rumit.

-beberapa sistem peradilan dapat mengalami tekanan politik, yang dapat mempengaruhi
independensi pengadilan dalam menangani kasus korupsi.

-Ketidakpastian Hukum

-Adanya korupsi di dalam sistem peradilan itu sendiri

-Kurangnya perlindungan bagi para pelapor atau saksi yang bersedia memberikan informasi
tentang kasus korupsi dapat menghambat proses pengungkapan kejahatan.

17. Khoirun Anisak Dwi Mulyati (161)

Pertanyaan:

Apa peran media dalam mengawasi dan mengungkap kasus korupsi untuk mendukung penegakan
hukum?

Jawaban:

• Ainun Jannatin (172)

Peran media dalam mengawasi dan mengungkap kasus korupsi sangat penting dalam
mendukung penegakan hukum. Beberapa peran utama media dalam konteks ini melibatkan:
1.Pemberian Informasi Publik: Media menyediakan platform untuk menyampaikan informasi
kepada masyarakat tentang kasus korupsi, termasuk detail kasus, pelaku, dan konsekuensinya. Ini
meningkatkan kesadaran publik dan mendukung prinsip transparansi.

2.Pemantauan Terhadap Pemerintah: Media dapat berperan sebagai penjaga kebijakan


pemerintah dengan menyelidiki dan mengawasi tindakan pejabat publik. Ini membantu
mencegah atau mengungkap praktik korupsi di dalam pemerintah.

3.Mendorong Pertanggungjawaban: Melalui pemberitaan yang kritis, media membantu


menciptakan tuntutan pertanggungjawaban bagi para pemimpin dan lembaga pemerintah. Ini
dapat memicu respons dari lembaga penegak hukum dan memastikan adanya konsekuensi bagi
pelaku korupsi.

4.Perlindungan terhadap Pengadu (Whistleblower): Media dapat memberikan perlindungan


terhadap sumber informasi atau pengadu yang takut represalias. Melalui pelaporan yang rinci,
media dapat memastikan bahwa informasi penting tidak tertutup rapat dan mencapai
masyarakat.

5.Pelembagaan Nilai Antikorupsi: Melalui liputannya, media membantu membangun kesadaran


masyarakat akan bahaya korupsi, menciptakan opini publik yang menentangnya, dan
mempromosikan nilai-nilai integritas dan transparansi.

6.Membantu Lembaga Penegak Hukum: Media dapat menyediakan informasi dan bukti yang
berharga kepada lembaga penegak hukum. Pemberitaan yang mendalam dapat mempercepat
proses penyelidikan dan penuntutan kasus korupsi.

Dengan demikian, media berperan sebagai salah satu penjaga demokrasi dan dapat menjadi alat
yang efektif dalam memberantas korupsi dengan menyediakan informasi yang kredibel,
menggugah kesadaran publik, dan mempromosikan pertanggungjawaban pemerintah dan
pejabat publik.

• Yuli Antika Putri (191)

Peran media sangat penting dalam mengawasi dan mengungkap kasus korupsi untuk mendukung
penegakan hukum. Beberapa peran kunci media dalam konteks ini melibatkan:

1. Pemberitaan dan Pengungkapan


- Media dapat menggali informasi, menyelidiki, dan mengungkap kasus-kasus korupsi.
Pemberitaan yang mendalam membantu masyarakat memahami kasus tersebut dan menyoroti
perilaku koruptif.

2. Penciptaan Opini Publik

- Melalui liputan yang berkualitas, media membantu membentuk opini publik terhadap korupsi.
Hal ini dapat menciptakan tekanan sosial untuk tindakan lebih lanjut dari lembaga penegak
hukum.

3. Fungsi Pengawasan

- Media berperan sebagai pihak yang mengawasi dan memeriksa tindakan pemerintah. Mereka
dapat menyampaikan temuan-temuan mereka kepada masyarakat, lembaga penegak hukum,
dan otoritas terkait.

18. Barliana Putri Larasati (166)

Pertanyaan:

Jelaskan apa saja yang menjadi penyebab adanya korupsi?

Jawaban:

• Ahmad Rohif Faisol (206)

1. Aspek Individu dan Keluarga: Sifat tamak, moral yang lemah, kebutuhan hidup yang mendesak,
dan penghasilan yang kurang mencukupi dapat mendorong individu untuk melakukan korupsi

2. Aspek Sosial dan Budaya: Nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung korupsi, seperti
menghargai seseorang berdasarkan kekayaan, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan
dampak korupsi, juga dapat menjadi penyebab korupsi.

3. Aspek Hukum: Lemahnya perundang-undangan dan penegakan hukum, serta kurangnya


efektivitas penegakan hukum dalam menimbulkan efek jera, memberikan celah bagi koruptor
untuk melakukan tindakan korupsi.

4. aspek Ekonomi: Faktor-faktor ekonomi seperti tingkat pendapatan yang tidak mencukupi, serta
kesempatan untuk memperkaya diri, juga dapat menjadi pemicu korupsi.

19. Barliana Putri Larasati (166)

Pertanyaan:

Bagaimana cara dan solusi agar tidak melakukan tindakan korupsi?

Jawaban:
• Khoirun Anisak Dwi Mulyati (161)

Untuk menghindari melakukan tindakan korupsi, penting untuk mempraktikkan integritas dan
transparansi dalam segala aspek kehidupan. Sertakan prinsip-prinsip etika, hindari konflik
kepentingan, dan pahami konsekuensi hukum dari tindakan korupsi. Selain itu, tingkatkan
kesadaran akan dampak negatif korupsi pada masyarakat dan bangsa. Jika dihadapkan pada
situasi yang meragukan, prioritaskan kejujuran dan pertanggungjawaban.

20. Ahmad Rohif Faisol (206)

Pertanyaan:

Apa definisi korupsi menurut Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)?

Jawaban:

• Khoirun Anisak Dwi Mulyati (161)

Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) di Indonesia, atau Undang-


Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001, mendefinisikan korupsi sebagai perbuatan melawan hukum yang merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara yang dilakukan dengan maksud tertentu. Dalam undang-
undang tersebut, korupsi melibatkan tindakan suap, gratifikasi, atau penyalahgunaan wewenang
yang dilakukan oleh penyelenggara negara atau swasta.

Definisi tersebut mencakup berbagai tindakan korupsi yang dapat merugikan keuangan negara
dan masyarakat. Undang-undang ini memberikan dasar hukum bagi penegakan hukum terhadap
pelaku korupsi di Indonesia.

21. Lusi Zainnatul Khusna (162)

Pertanyaan:

Apa saja hukuman yang dapat diterapkan terhadap pelaku tindak pidana korupsi menurut
perundang-undangan yang berlaku?

Jawaban:

• Khoirun Anisak Dwi Mulyati (161)

Hukuman untuk pelaku tindak pidana korupsi bervariasi tergantung pada negara dan perundang-
undangan yang berlaku. Umumnya, hukuman tersebut meliputi pidana penjara, denda, atau
sanksi lainnya. Beberapa negara mungkin juga memberlakukan konfiskasi harta benda yang
diperoleh melalui tindak korupsi. Selain itu, ada kemungkinan sanksi etika, seperti pencabutan
jabatan atau hak-hak tertentu. Perlu dicatat bahwa hukuman dapat berbeda-beda dan dapat
diubah melalui perubahan undang-undang.

22. Ulil Hidayah (178)

Pertanyaan:
Bagaimana sanksi menurut undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang korupsi?

Jawaban:

• Yuli Antika Putri (191)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi di Indonesia memberikan
sanksi berupa pidana penjara dan denda terhadap pelaku korupsi. Pidana penjara dapat
mencapai maksimal seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun, serta denda
sebesar minimal dua kali kerugian negara yang diperoleh pelaku. Sanksi tambahan, seperti
pencabutan hak politik, juga dapat dikenakan. Sanksi ini bertujuan untuk memberikan efek jera
dan mencegah tindak korupsi.

23. Mohammad Riyan (192)

Pertanyaan:

Sejauh apa Indonesia dalam memberantas korupsi?

Jawaban:

• Ulil Hidayah (178)

Pemberantasan korupsi di Indonesia adalah upaya yang terus dilakukan, meskipun tantangan
masih ada. Beberapa langkah telah diambil, seperti pembentukan KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dan penegakan hukum terhadap kasus-kasus korupsi. Meskipun demikian, masih
diperlukan upaya lebih lanjut untuk mencapai hasil yang optimal.

24. Ainun Jannatin (172)

Pertanyaan:

Bagaimana peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi di Indonesia?

Jawaban:

• Lusi Zainnatul Khusna (162)

Mahasiswa memiliki peran penting dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Mereka dapat
aktif dalam advokasi transparansi, mengorganisir kampanye anti-korupsi, dan memberikan
pendidikan kepada masyarakat tentang dampak negatif korupsi. Selain itu, mahasiswa juga bisa
menjadi agen perubahan dengan mengkritisi praktik korupsi dan mendukung reformasi
kebijakan. Partisipasi aktif mahasiswa dapat membantu membangun kesadaran dan menciptakan
tekanan publik untuk memerangi korupsi.

25. Mohammad Riyan (192)

Pertanyaan:

Apa langkah kecil yang masyarakat bisa lakukan untuk mengurangi masalah korupsi di Indonesia?
Jawaban:

• Aldrien Decka Dwi Framusdji (196)

Beberapa langkah kecil yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi masalah korupsi di
Indonesia antara lain adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya etika, mendukung
transparansi dalam pemerintahan, serta melaporkan tindakan korupsi kepada lembaga yang
berwenang. Edukasi dan partisipasi aktif dalam proses demokrasi juga dapat berkontribusi dalam
membangun tatanan yang lebih bersih.

Anda mungkin juga menyukai