A Case Report of Unilateral Pediatric Cataract Surgery: Posterior
Capsule Opacification and Visual Rehabilitation
Disusun oleh:
Mash’ab Zirrun Al-Qomah
NIM 212011101095
Dokter Pembimbing:
dr. Erwanda Fredy Purliawan, Sp. M
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
JEMBER KSM/LAB ILMU KESEHATAN MATA RSD dr. SOEBANDI JEMBER 2023 RESUME JOURNAL READING
Nama : Mash’ab Zirrun Al-Qomah
NIM : 212011101095
Nama Jurnal Opthalmologica Indonesiana : Journal of The Indonesian
dan Edisi Opthalmologist Association Vol. 47 No. 2 (2021)
Judul Artikel A Case Report of Unilateral Pediatric Cataract Surgery:
Posterior Capsule Opacification and Visual Rehabilitation Dian Estu Yulia, Ferdinand Inno Luminta Latar Belakang Deteksi dini dan penatalaksanaan secepat mungkin pada katarak anak sangat penting guna memperoleh hasil tajma penglihatan yang optimal. Faktor yang memengaruhi keberhasilan yaitu rehabilitasi visual dan ada atau tidaknya komplikasi. Posterior Capsule Opacification (PCO), merupakan salah satu komplikasi yang hampir pasti terjadi pada operasi katarak anak dengan persentase kejadian 30%-100% pada operasi yang menyisakan kapsul posterior. PCO pada anak penting untuk segera ditindaklanjuti guna mencegah terjadinya amblyopia. Risiko ambliopia deprivasi tingi pada kasus kaarak anak unilateral yang dapat diperparah dengan adanya PCO paska operasi katarak. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melaporkan kasus PCO dan ambliopia deprivasi berat yang terjadi pada pasien anak setelah menjalani operasi katarak unilateral. Metodologi Jurnal ini merupakan laporan kasus (case report) yang memaparkan kondisi ambliopia deprivasi pada pasien anak dengan riwayat operasi katarak unilateral yang mengalami komplikasi PCO. Hasil Seorang anak perempuan berusia 4 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan utama penglihatan kabur pada mata kanan. Pasien pernah menjalani operasi katarak pada mata kanannya saat berusia 2 tahun. Ibunya juga memerhatikan jika mata kanan pasien sering bergerak ke dalam dan terungkap bahwa pasien memiliki katarak pada mata kanannya. Pasien menjalani operasi dan diminta melakukan terapi oklusi namun tingkat kepatuhan pengasuhnya rendah. Pasien diberitahu jika mengalami katarak sekunder dan diperiksa di bagian mata RSCM. Hasil pemeriksaan visus pasien pada mata kanan yaitu 3/60 yang tidak terkoreksi dengan pinhole dan mata kiri 6/7,5 dengan koreksi. TIODS dalam batas normal. Ditemukan esotropia pada mata kanan pasien. Status oftalmologis anterior pada mata kanan pasien yaitu kornea jernih dengan diameter 12 mm, iris dan pupil ireguler karena terdapat sinekia posterior dan iridektomi perifer. Lensa IOL dengan PCO dan visual axis opacity (VAO). Segemen posterior diperiksa dnegan USG mendaatkan hasil dalam batas normal. Pasien menjalani operasi guna membersihkan sumbu penglihatan. Prosedur yang dilakuakn pada pasien yaitu secondary posterior capsulotomy, sinekiolisis, anterior vitrektomi, dan irigasi serta aspirasi sisa-sisa massa lensa. Pemeriksaan follow-up satu bulan setelah menjalani operasi didapatkan status oftalmologis berupa tajam penglihatan mata kanan 2/60, dengan koreksi S-4,50 C-1,50 Axis 60 0 didapatkan Best Corrected Visual Accuicity (BCVA) 6/60, sedangkan BCVA mata kiri 6/7,5 menggunakan S +3,00 C -2,00 Axis 15 0. Masih terdapat esotropia sensorik pada mata kanan. Pemeriksaan segmen anterior didapatkan pupil ireguler, IOL, dan celar visual axis. Segmen posterior dalam batas normal. Pasien mendapat resep kacamata dan terapi oklusi selam a6 jam/hari serta anjuran untuk kontrol tiap 3 bulan untuk mengevaluasi perkembangan kemmampuan melihat. Operasi katarak pada anak cenderung memberikan hasil perubahan tajam penglihatan yang kurang memuaskan dibandingkan operasi pada pasien dewasa karena perkembangan ambliopia dan tingginya angka komplikasi. PCO merupakan komplikasi tersering dengan beberapa faktor risiko seperti usia saat operasi katarak (dengan rata-rata terjadi PCO pada operasi anak usia 1-26 bulan), komorbid, kondisi lensa, jenis (bahan dan desain) IOL, prosedur, jenis fiksasi (sucular vs in bag) dan trauma. Pada pasien dilakukan operasi katarak unilateral saat pasien berusia 24 bulan, meningkatkan risiko terjadinya PCO paska operasi. PCO terjadi karena sel epitel lensa berproliferasi dan menginduksi produksi fibrosis sel metaplasia sehingga terbentuk lipatan dan kerutan pada kapsul posterior, menyebabkan berkurangnya tajam penglihatan yang signifikan. Katarak unilateral, selain memberikan kemungkinan tajam penglihatan yang cenderung lebih buruhk dibandingkan katarak bilateral, juga merupakan penyebab umum terjadinya amblopia deprivasi. Prinsip utama untuk memperbaiki dan mendapatkan tajam penglihatan optimal dengan secepat mungkin dilakukan pengangkatan katarak. Terapi oklusi diberikan untuk pasien ambliopia pada kondisi mata yang lebih baik dengan durasi 6-8 jam per hari. Kepatuhan dari caregiver menjadi tantangan terbesar untuk kesukssesan terapi tersebut. Pada pasien di kasus ini oeprasi katarak unilateral dilakukan saat pasien berusia 2 tahun dan pasien mendapat anjuran terapi oklusi yang tidak dilakukan dengan tertib. Pasien juga mengalami katarak sekunder karena berkembangnya PCO yang ditemukan saat pasien berusia 4 tahun sehinnga berisiko terjadi ambliopia deprivasi. Esotropia umum terjadi pada pasien katarak kongenital dengan tingkat kejadian 72,4% Katarak unilateral menjadi faktro predisposisi utama. Selain itu, katarak yang berkepanjangan (lebih dari enam minggu) juga memiliki kaitan erat dengan tingginya kejadian strabismus dan nistagmus. Pada kasus ini pasien mengalami katarak yang dioperasi saat pasien berusia 2 tahun, disertai dengan katarak sekunder yang ditemukan saat pasien berusia 4 tahun. Sifat katarak unilateral juga menjadi faktor risiko yang menyebabkan munculnya esotropia pada pasien. Strabismus merupakan indikasi absolut untuk dilakukannya operasi katarak pada pasien. Kesimpulan Operasi katarak pada anak cenderung memberikan hasil perubahan tajam penglihatan yang kurang memuaskan dibandingkan operasi pada pasien dewasa karena perkembangan ambliopia dan tingginya angka komplikasi. PCO merupakan komplikasi tersering yang terjadi karena sel epitel lensa berproliferasi dan menginduksi produksi fibrosis sel metaplasia sehingga terbentuk lipatan dan kerutan pada kapsul posterior, menyebabkan berkurangnya tajam penglihatan. Prinsip utama untuk memperbaiki dan mendapatkan tajam penglihatan optimal dengan secepat mungkin dilakukan pengangkatan katarak. Terapi oklusi diberikan untuk pasien ambliopia pada kondisi mata yang lebih baik dengan durasi 6-8 jam per hari. Rangkuman Katarak unilateral memiliki risiko untuk berkembang dan Hasil menjadi ambliopia deprivasi oleh karena itu perlu untuk segera Pembelajaran diatasi.. Namun, pada operasi katarak anak, juga perlu diperhatikan kemungkinan berkembangnya Posterior Capsular Opacification (PCO) sebagai salah satu komplikasi paling umum setelah operasi katarak anak. Katarak unilateral dan PCO pada anak perlu diatasi dengan cepat dan tepat guna menghindari komplikasi lain yaitu strabismus (esotropia). Rehabilitasi visual penting untuk mencapai tajam penglihatan terbaik bagi pasien.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis