Anda di halaman 1dari 7

Atsilah

dan Aditya ‫ ׀‬Wanita Lansia dengan Glaukoma Fakomorfik dan Proptosis



Wanita Lansia dengan Glaukoma Fakomorfik dan Proptosis

Atsilah Ulfah, Muhammad Aditya
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Glaukoma fakomorfik adalah suatu glaukoma sudut tertutup sekunder yang disebabkan oleh lensa intumesens. Glaukoma
fakomorfik disebabkan oleh penutupan sudut oleh gaya mekanik lensa terhadap diafragma iris lensa ke anterior dan oleh
blokade pupil karena lensa. Sedangkan, proptosis atau penonjolan bola mata adalah salah satu tanda utama penyakit pada
orbita. Lesi-lesi ekspansif dapat bersifat jinak atau ganas dan dapat berasal dari tulang, otot, saraf, pembuluh darah, atau
jaringan ikat. Pada laporan kasus ini dipaparkan pasien perempuan usia 63 tahun yang datang dengan keluhan penglihatan
mata kanan kabur disertai mata merah dengan mata kanan yang menonjol secara perlahan. Pada pemeriksaan fisik
oftalmologis okuli dekstra didapatkan visus 1/300, kedudukan bola mata lagoftalmus, injeksi konjungtiva, injeksi siliar,
kamera okuli anterior dangkal, pupil mid-dilatasi dengan refleks cahaya negatif, lensa keruh tidak merata dengan shadow
test positif dan tekanan intraokuler 35 mmHg. Pasien didiagnosis glaukoma fakomorfik okuli dekstra (OD) e.c katarak senilis
intumesens OD dengan proptosis OD ec. suspek massa retrobulbar. Pasien diberikan obat antiglaukoma dan tindakan
ekstraksi katarak ekstrakapsuler OD dengan visus post operasi 6/12. Simpulan, Glaukoma fakomorfik meskipun akut dan
berbahaya, tapi dapat dikenali dengan mudah dan dicegah. Proptosis merupakan suatu tanda utama penyakit orbita yang
membutuhkan pemeriksaan mendalam untuk menentukan penyebabnya dan dilakukan tatalaksana dengan tepat.

Kata kunci: glaukoma fakomorfik, katarak senilis, lansia, proptosis

Elderly Woman with Phacomorphic Glaucoma and Proptosis

Abstract
Phacomorphic glaucoma refers to secondary angle closure glaucoma which is caused by lens intumesens. Phacomorphic
glaucoma is caused by the closure of angle by the lens mechanical force to lens iris diaphragm anteriorly and by lens
blockade the pupil. Meanwhile, proptosis or eyeball’s protrusion is one of the major signs of the disease in orbital.
Expansive lesions can be benign or malignant and can come from the bones, muscles, nerves, blood vessels or connective
tissues. In this case report, a female patient aged 63 years old who present with blurred vision in her right eye with red right
eye and slowly protruding right eye. On ophthalmological examination of right eye, we obtained the visual acuity was
1/300, eye ball position: lagophtalmus, conjunctival injection, ciliary injection, shallow anterior chamber, mid-dilated pupil
and negative light reflex, cloudy lens with positive test shadow and intraocular pressure of 35 mmHg. This patient was
diagnosed phacomorphic glaucoma oculi dextra (OD) ec. senile cataract with proptosis OD ec. suspect retrobulbar mass.
Patient was given antiglaucoma drugs, and extracapsular cataract extraction OD and the visual acuity postoperative was
6/12. Conclusion, Although phacomorphic glaucoma is acute and threaten, but it can be diagnosed easily. Proptosis is one
of major sign of orbital disorders which need complete examinations to determine the etiology and appropriate therapy.

Keywords: elderly, phacomorphic glaucoma, proptosis, senile cataract

Korespondensi: Atsilah Ulfah, alamat Perumahan Way Halim Permai, Jl. Sanur C-1, Bandar Lampung, HP 089603999996, e-
mail shishillalla10@yahoo.com


5
Pendahuluan tekanan intra okuler (TIO) dan operasi katarak.

Glaukoma fakomorfik adalah glaukoma Penurunan TIO dapat dicapai dengan
sudut tertutup sekunder yang disebabkan oleh mengatasi blok pupil, menekan produksi
lensa intumesens.1,2 Glaukoma fakomorfik aqueus, dan membuka sudut yang tertutup.
disebabkan oleh 2 hal, yaitu penutupan sudut Operasi katarak sedini mungkin menurunkan
oleh gaya mekanik lensa terhadap diafragma morbiditas dan memungkinkan kontrol
iris lensa ke anterior dan oleh blokade pupil tekanan yang lebih baik pada pasien glaukoma
pada lensa. Gejala klinis glaukoma fakomorfik fakomorfik. Glaukoma fakomorfik meskipun
terbatas pada gangguan penglihatan karena dapat akut dalam onset dan berbahaya dalam
katarak. Akan tetapi pasien lebih sering datang perjalanannya, tapi dapat dikenal dengan
dalam keadaan akut dengan keluhan yang mudah dalam klinik serta dapat ditangani dan
menonjol berupa nyeri mata dan kepala, dapat dicegah.6
muntah dan penurunan tajam penglihatan Penonjolan bola mata adalah salah satu
yang terjadi secara tiba-tiba.3,4 tanda utama penyakit pada orbita. Lesi-lesi
Penanganan glaukoma fakomorfik ekspansif dapat bersifat jinak atau ganas dan
dilakukan pada 2 tahap, yaitu menurunkan dapat berasal dari tulang, otot, saraf,

Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015| 35J


Atsilah dan Aditya ‫ ׀‬Wanita Lansia dengan Glaukoma Fakomorfik dan Proptosis

pembuluh darah, atau jaringan ikat. Massa


dapat bersifat radang, neoplastik, kistik, atau
vaskular. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
memberikan banyak petunjuk mengenai
penyebab proptosis. Kelainan bilateral
umumnya mengindikasikan penyakit sistemik.7
Pada laporan kasus ini dipaparkan

seorang pasien perempuan usia 63 tahun yang Gambar 1. Status Oftalmologis Pasien
datang dengan keluhan penglihatan mata
kanan kabur disertai mata merah dengan mata Pasien didiagnosis glaukoma fakomorfik
kanan yang menonjol secara perlahan. okuli dekstra (OD) e.c katarak senilis
Publikasi laporan kasus ini telah mendapat intumesens OD dengan proptosis OD ec.
persetujuan dari pasien. suspek massa retrobulbar. Pasien diberikan
terapi medikamentosa berupa timolol 0,5%
Kasus tetes mata 2x1 tetes, asetazolamid tablet
Seorang wanita, umur 63 tahun, datang 3x250 mg, KSR tablet 1x600 mg, dan atropin
dengan keluhan penglihatan mata kanan kabur sulfat 1% tetes mata 2x1 tetes. Pada pasien
disertai mata merah sejak 2 minggu sebelum juga dilakukan tindakan operatif yaitu
masuk rumah sakit. Keluhan penglihatan mata trabekulektomi OD setelah TIO normal dan
kanan kabur sebenarnya sudah dialami pasien ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EKEK)
sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit dan fakoemulsifikasi OD dengan lensa tanam OD.
semakin lama semakin kabur. Keluhan mata Visus OD post operatif adalah 6/12.
merah dialami pasien bersamaan dengan Prognosis pada pasien ini adalah dubia
penglihatan mata kanannya yang sangat kabur. ad bonam (ad vitam) dan dubia ad malam (ad
Pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat dan fungsionam dan ad sanationam).
mual. Pasien juga mengatakan seperti melihat
pelangi di sekitar cahaya dan merasa silau saat Pembahasan
melihat cahaya. Pasien juga mengeluhkan mata Glaukoma fakomorfik adalah glaukoma
kanannya menonjol sejak 24 tahun yang lalu. yang berkembang sekunder terhadap
Semakin lama terasa semakin menonjol. Mata perubahan bentuk lensa. Perubahan bentuk
kanan terasa mengganjal dan pegal. Pasien lensa yang terjadi dalam hal ini adalah
tidak ada keluhan mata berair ataupun pertambahan kurvatura anteroposterior akibat
penglihatan ganda. Riwayat trauma, proses katarak intumesens. Dalam proses
penggunaan kacamata, operasi mata, tersebut terjadi penyerapan cairan ke dalam
hipertensi dan diabetes melitus disangkal. lensa sehingga ukuran lensa bertambah. Tajam
Dari pemeriksaan fisik oftalmologis okuli penglihatan akan menurun drastis sampai
dekstra didapatkan visus 1/300, kedudukan 1/300 atau lebih buruk. Akan ditemukan bilik
bola mata lagoftalmus, injeksi konjungtiva, mata depan yang dangkal. Pada katarak yang
injeksi siliar, kornea keruh, camera oculi asimetris, kedalaman bilik mata depan yang
anterior (COA) dangkal, pupil bulat, mid- sangat berbeda antara kedua mata, sangat
dilatasi Æ 7 mm, anisokor dengan refleks membantu dalam diagnostik glaukoma
cahaya negatif, lensa keruh tidak merata fakomorfik. Nyeri merupakan gejala yang
dengan shadow test positif dan TIO 35 mmHg. sering dikeluhkan. Tekanan intraokuler sangat
Okuli sinistra dalam batas normal. meningkat dapat mencapai 30-40 mmHg.7,8
Pemeriksaan laboratorium darah Pasien dalam kasus datang dengan
menunjukkan adanya sedikit peningkatan LED keluhan penurunan penglihatan tiba-tiba, nyeri
(20 mm/jam), sedangkan penunjang yang pada mata dan kepala yang disertai mual.
dianjurkan untuk dilakukan pada pasien ini Gejala-gejala tersebut menunjukkan adanya
adalah slit lamp biomikroskop, funduskopi, serangan glaukoma akut. Pada pemeriksaan
gonioskopi, perimetri, eksoftalmometri dan CT oftalmologis didapatkan kornea keruh, pupil
Scan orbita. mid dilatasi, COA dangkal, lensa keruh dengan
shadow test positif dan TIO yang tinggi
(pengukuran tonometri didapatkan 35 mmHg).

Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015| 36J


Atsilah dan Aditya ‫ ׀‬Wanita Lansia dengan Glaukoma Fakomorfik dan Proptosis

Penebalan lensa pada proses katarak rencana tindakan operatif, yaitu


menyebabkan blok pupil relatif yang trabekulektomi dan ekstraksi katarak.
mengakibatkan iris bombae sehingga terjadi Penderita glaukoma yang berumur lebih dari
glaukoma sudut tertutup. Hal ini dapat terjadi 40 tahun umumnya juga menderita katarak.
pada mata yang yang sebelumnya sudah Pada tingkat awal glaukoma, tindakan ekstraksi
memiliki predisposisi sudut sempit (misalnya katarak primer tanpa iridektomi dapat
mata hiperopia atau memang memiliki COA menurunkan TIO, namun pada stadium lanjut
yang dangkal) dan proses katarak dengan TIO sangat tinggi, kombinasi ekstraksi
memperberat keadaan tersebut.7,8 katarak dan trabekulektomi memberikan hasil
Pasien ini diduga memilliki mata dengan yang lebih memuaskan.17
COA dangkal karena pada pemeriksaan Terdapat dua pemilihan tindakan bedah
terhadap mata kiri pasien juga didapatkan COA pada penderita glaukoma yang disertai katarak,
dangkal namun TIO bola mata sebelah kiri yakni bedah dua tahap (bedah filtrasi lalu
dalam batas normal (pengukuran tonometri dilanjutkan dengan bedah katarak atau
didapatkan 14 mmHg). Kondisi ini merupakan sebaliknya) dan bedah satu tahap (bedah
faktor predisposisi dan proses katarak akan katarak saja atau bedah kombinasi:
meningkatkan risiko terjadinya glaukoma sudut trabekulektomi dengan fakoemulsifikasi
tertutup. disertai lensa tanam/ IOL).17,18
Terapi yang digunakan pada pasien ini Tindakan operasi untuk mengeluarkan
dibagi dalam 2 tahap, yaitu untuk menurunkan lensa katarak merupakan terapi definitif pada
TIO dan operasi katarak. Obat-obatan yang glaukoma fakomorfik. Ekstraksi katarak pada
digunakan untuk menurunkan TIO pada pasien glaukoma fakomorfik bertujuan untuk
ini antara lain beta bloker topikal (timolol 0,5% mencapai tajam penglihatan yang baik,
2x1 tetes), inhibitor karbonik anhidrase menurunkan TIO, mencegah kerusakan saraf
(asetazolamid 3x250 mg), kalium (KSR 1x600 optik dan menghindarkan pasien dari keluhan
mg), dan sikloplegik (atropin sulfat 1% 2x1 sakit pada mata dan kepala. Akan tetapi
tetes). operasi katarak pada pasien glaukoma
Beta bloker dan inhibitor karbonik fakomorfik sangat menyulitkan. Tekanan yang
anhidrase dapat menurunkan TIO melalui tinggi menyebabkan kornea edema sehingga
supresi pembentukan aqueous humor. menyulitkan untuk melihat lapangan operasi,
Pemberian sikloplegik berfungsi untuk dilatasi bilik mata depan yang dangkal juga
pupil melalui kerja sikloplegik yang menyulitkan manuver dalam lapangan
melumpuhkan otot siliaris. Dilatasi pupil operasi.19
penting dalam terapi penutupan sudut akibat Pasien juga dianjurkan untuk menjalani
iris bombae karena sinekia posterior. pemeriksaan perimetri setelah glaukoma dan
Pengendalian TIO yang baik preoperatif dan katarak pasien diatasi untuk mengetahui
pencegahan serangan akut sangat diperlukan apakah sudah terjadi defek lapang pandang
untuk menjamin hasil visus yang optimal.4,11 akibat glaukoma yang dialami oleh pasien.
Pemberian obat-obatan pada glaukoma Selain itu, pasien juga memiliki masalah
bertujuan untuk menurunkan TIO dan lain, yaitu mata kanan menonjol secara
penggunaan kombinasi direkomendasikan perlahan sejak 24 tahun yang lalu tanpa adanya
karena respon terapi individual yang seringkali masalah penglihatan. Pasien juga mengeluh
berbeda-beda terhadap satu jenis obat. Akan mata terasa pegal dan mengganjal. Keluhan ini
tetapi pengendalian tekanan dengan obat- terjadi akibat terdorongnya orbita keluar dari
obatan seringkali memakan waktu dan hasilnya rongga orbita sehingga menekan palpebra.
kurang bisa diperkirakan.9-14 Proptosis pada pasien ini terjadi unilateral
Pemberian KSR atau tablet kalium untuk sehingga dapat menyingkirkan diagnosa
mencegah hipokalemi akibat pemberian banding eksoftalmus Graves yang umumnya
inhibitor karbonik anhidrase. Pada pasien ini terjadi secara bilateral akibat penyakit sistemik
dengan pemberian obat-obatan ini melalui peningkatan hormon tiroid. Pada
memberikan respon yang baik selama hari pasien terdapat keluhan penglihatan
pertama.15,16 kabur/penurunan visus, nyeri kepala hebat
Pada pasien ini juga dipertimbangkan disertai mual, tidak ada keluhan mata berair

Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015| 37J


Atsilah dan Aditya ‫ ׀‬Wanita Lansia dengan Glaukoma Fakomorfik dan Proptosis

dan tidak ada riwayat trauma sehingga dapat pembuluh darah, dan pembuluh yang
disingkirkan diagnosa banding konjungtivitis. membesar. Lesi kalsifikasi yang dilihat tanpa
Pasien juga dianjurkan menjalani pemeriksaan penambahan kontras.26
eksoftalmometri dan CT Scan orbita untuk
22
mencari penyebab terjadinya proptosis OD. Tabel 1. Gejala pada Tumor Orbita
Pemeriksaan eksoftalmo-metri dengan Gejala Frekuensi (%)
menggunakan eksofaltmo-meter Hertel yang Proptosis 92
mengukur jarak kornea ke tepian orbita. Gangguan lapang pandang, 74
Sedangkan CT Scan mampu mengevaluasi penurunan visus
Diplopia, strabismus 66
orbita dan intrakranial yang dapat
Nyeri 34
menunjukkan penyebab proptosis (misal, Lakrimasi 23
adanya massa retrobulbar).9 Edema konjunctiva 22
Pasien belum diberikan tatalaksana Inflamasi 13
untuk keluhan mata menonjol ini karena harus
menunggu hasil dari pemeriksaan penunjang. Prognosis ad vitam pada pasien ini
Tatalaksana saat ini difokuskan pada glaukoma adalah dubia ad bonam karena kecurigaan
fakomorfik yang dialami pasien karena tingkat massa yang menimbulkan proptosis okuli
kebutaan yang dapat terjadi sebagai komplikasi dekstra. Penentuan secara pasti (jinak atau
dari glaukoma akut yang tidak ditangani sangat ganas) hanya dapat dilakukan melalui
tinggi. Hasil pemeriksaan CT Scan diharapkan pemeriksaan histopatologis dari eksisi tumor
mampu menunjukkan kelainan orbita atau melalui prosedur pembedahan.21
intrakranial yang diderita pasien sehingga Glaukoma fakomorfik memiliki hasil yang
dapat ditentukan tatalaksana selanjutnya. baik untuk tajam penglihatan setelah ekstraksi
Tumor orbita adalah tumor yang katarak, yaitu pasien yang mencapai visus
menyerang rongga orbita sehingga dapat 20/20-20/50 sekitar 50%27,28, namun pasien ini
merusak struktur dalam orbita, seperti otot memiliki penyakit penyerta lainnya (kecurigaan
mata, nervus dan sistem lakrimalis.20 Tumor tumor intraorbita). Prognosis ad fungsionam
orbita meningkatkan volume intraokular. dan ad sanationam adalah dubia ad malam
Ketajaman visual atau lapangan pandang, karena tidak didapatkan refleks cahaya pada
diplopia, atau kelainan pupil dapat terjadi okuli dekstra secara langsung maupun tidak
sebagai hasil dari invasi atau kompresi isi langsung yang menunjukkan telah terjadi lesi
intraorbital sekunder untuk tumor padat atau pada nervus okulomotorius yang mengatur
perdarahan. Disfungsi palpebra yang tidak konstriksi dan dilatasi pupil.29
dapat menutup atau lagoftalmos dan disfungsi

kelenjar lakrimal dapat menyebabkan Simpulan


keratopati paparan, keratitis, dan penipisan Glaukoma fakomorfik meskipun dapat
kornea.21 akut dalam onset, berbahaya dalam
Proptosis dapat disebabkan berbagai perjalanannya, tapi dapat dikenal dengan
macam proses dalam rongga orbita dan mudah dalam klinik, dapat ditangani dan dapat
mengganggu kosmetik.22 Etiologi proptosis dicegah. Tatalaksana dengan menurukan TIO
dapat mencakup inflamasi, pembuluh darah, dan tindakan operatif. Proptosis atau
infeksi, kistik, neoplasma, serta faktor penonjolan bola mata adalah salah satu tanda
traumatik.23,24 utama penyakit pada orbita yang
Pemeriksaan fisik dilakukan membutuhkan pemeriksaan secara mendalam
menggunakan eksoftalmometer Hertel25, untuk menentukan penyebabnya, terlebih bila
sedangkan pemeriksaan penunjang CT scan proptosis terjadi unilateral, sehingga dapat
dapat menghasilkan aksial rinci dan pandangan dilakukan tatalaksana dengan tepat.
koronal jaringan lunak dan struktur tulang.
Gambar dengan ketebalan 1-3 mm Daftar Pustaka
memungkinkan untuk evaluasi rinci massa 1. Sowka J. Phacomorphic glaucoma: case
orbital. Gambar kontras yang ditingkatkan and review. Optometry. 2006; 77(12):
dapat diperoleh dan dapat membantu 586-9.
mengidentifikasi proses inflamasi, tumor 2. Gressel MG. Lens induced glaucoma.

Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015| 38J


Atsilah dan Aditya ‫ ׀‬Wanita Lansia dengan Glaukoma Fakomorfik dan Proptosis

Dalam: Tasman W, Jaeger E, editors. pressure measurements throughout the


Duane’s clinical ophthalmology. Edisi ke-6. 24 h. Curr Opin Ophthalmol. 2009;
Philadelphia: Lippicot Williams & Wilkins; 20(2):79-83.
2006. 15. Matthews E, Portaro S, Ke Q, Sud R,
3. Morrison JC, Pollack IP. Glaucoma: science Haworth A, Davis MB, et al.
and practice. New York: Thieme; 2011. Acetazolamide efficacy in hypokalemic
4. Gamero GE. Glaucoma associated with periodic paralysis and the predictive role
lens. Dalam: Zimmerman TJ, Kooner KS, of genotype. Neurology. 2011; 77(22):
editors. Clinical pathway in glaucoma. 1960-4.
New York: Thieme; 2011. 16. Levitt JO. Practical aspects in the
5. Qamar AR. Phacomorphic glaucoma: an management of hypokalemic periodic
easy approach. Pak J Ophthalmol. 2007; paralysis. J Transl Med. 2008; 6:18.
23(2): 77-9. 17. Artini W. Hasil tata laksana glaukoma
6. Bhartiya S, Kumar HM, Jain M. primer sudut tertutup pada ras melayu
Phacomorphic glaucoma evolving Indonesia. J Indon Med Assoc. 2011;
management strategies. J Curr Glaucom 61(7): 280-4.
Pract. 2009; 3(2): 39-46. 18. Law SK, Riddle J. Management of cataract
7. Kaplowitz KB, Kapoor KG. An evidence- in patients with glaucoma. Int Ophthalmol
based approach to phacomorphic Clin. 2011; 51(3): 1-18.
glaucoma. J Clin Exp Ophthalmol. 2012; 19. Gill H, Juzych MS, Goyal A. Glaucoma
S1:006. phacomorphic [internet]. New York:
8. Papaconstantinou D, Georgalas I, Kourtis WebMD LLC.; 2014 [diakses tanggal 18
N, Krassas A, Diagnourtas A, Koutsandrea Maret 2015]. Tersedia dari:
C, et al. Lens-induced glaucoma in the http://emedicine.medscape.com/article.
elderly. Clin Interv Aging. 2009; 4: 331-6. 20. Sindou M. Practical handbook of
9. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. neurosurgery: from leading
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas neurosurgeons volume 1. New York:
Indonesia; 2009. Springer Wien; 2009.
10. Noecker RJ, Kahook MY. Acute angle 21. Mercandetti M, Cohen A. Orbital tumors
closure glaucoma [internet]. New York: [internet]. New York: WebMED LLC.; 2013
WebMD LLC.; 2013 [diakses tanggal 18 [diakses tanggal 18 Maret 2015]. Tersedia
Maret 2015]. Tersedia dari: dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1 http://emedicine.medscape.com/article/1
206956-overview. 218892-overview .
11. Singh K, Shrivastava A. Medical 22. Hassler W, Schick U. Orbitachirurgie aus
management of glaucoma: principles and neurochirurgischer Sicht. Dalam: Moskopp
practice. Indian J Ophthalmol. 2011; 59(1): D, Wassmann H, editors. Neurochirurgie-
88-92. Fachwissen in einem band. New York:
12. Singh K, Lee BL, Wilson MR. A panel Springer; 2004.
assessment of glaucoma management: 23. Ahmadi H, Shams PN, Davies NP, Joshi N,
modification of existing RAND-like Kelly MH. Age-related changes in the
methodology for consensus in normal sagittal relationship between
ophthalmology. Part II: results and globe and orbit. J Plast Reconstr Aesthet
interpretation. Am J Ophthalmol. 2008; Surg. 2007; 60(3): 246-50.
145:575-81. 24. Maheshwari R, Weis E. Thyroid associated
13. Feldman RM, Tanna AP, Gross RL, Chuang orbitopathy. Indian J Ophthalmol. 2012;
AZ, Baker L, Reynolds A, et al. Comparison 60(2): 87-93.
of the ocular hypotensive efficacy of 25. Kanski JJ, Bowling B. Cinical
adjunctive brimonidine 0.15% or ophthalmology: a systemic approach. Edisi
brinzolamide 1% in combination with ke-7. New York: Elsevier Saunders; 2011.
travoprost 0.004%. Ophthalmology. 2007; 26. Ramakrishanan R, Maheswari D, Kader
114: 1248-54. MA, Singh R, Pawar N, Bharathi MJ. Visual
14. Bagga H, Liu JH, Weinreb RN. Intraocular prognosis, intraocular pressure control

Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015| 39J


Atsilah dan Aditya ‫ ׀‬Wanita Lansia dengan Glaukoma Fakomorfik dan Proptosis

and complications in phacomorphic


glaucoma following manual small incision
cataract surgery. Indian J Ophthalmol.
2010; 58(4): 303-6.
27. Lee SJ, Lee CK, Kim WS. Long-term
therapetutic efficacy of
phacoemulsification with intraocular lens
implantation in patients with
phacomorphic glaucoma. J Cataract
Refract Surg. 2010; 36(5): 783-9.
28. Rao AA, Naheedy JH, Chen JY, Robbins SL,
Ramkumar HL. A clinical update and
radiologic review of pediatric orbital and
ocular tumors. J Oncol. 2013; 2013:
975908.
29. Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand GM.
Fundamentals and principles of
ophthalmology. Washington DC: The
Foundation of the American Academy of
Ophthalmology; 2010.

Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015| 40J


Atsilah Ulfah ‫ ׀‬Wanita Lansia dengan Glaukoma Fakomorfik dan Proptosis

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 2 | Agustus 2015 | 41

Anda mungkin juga menyukai