Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

BAB PENDAHULUAN................................................................................................3

A. Latar Belakang.......................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................4

C. Tujuan.....................................................................................................................4

BAB PEMBAHASAN..................................................................................................6

1. Konsep Dasar Medis..............................................................................................6

A. Definisi...................................................................................................................6

B. Etiologi...................................................................................................................7

C. Klasifikasi.............................................................................................................10

D. Patofisiologi.........................................................................................................16

E. Manifestasi Klinik................................................................................................17

F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................18

G. Penatalaksanaan...................................................................................................19

2. Konsep dasar keperawatan...................................................................................22

1) Pengkajian............................................................................................................22

2) Diagnosa Keperawatan.........................................................................................26

1
3) Intervensi Keperawatan........................................................................................27

4) Implementasi........................................................................................................30

5) Evaluasi................................................................................................................31

BAB PENUTUP..........................................................................................................33

A. Kesimpulan...........................................................................................................33

B. Saran.....................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek., tetapi jika benjolan
itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai,
jangan-jangan itu merupakan pertanda awal terjadinya kanker tulang.
Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran langsung. Apabila sel kanker
melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di dalam kelenjar
limfe, biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya. Apabila sel berjalan
melalui peredaran darah, maka sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh,
mulai tumbuh, dan membentuk tumor baru. Proses ini disebut metastasis. Tulang
adalah salah satu organ target yang paling sering menjadi tempat metastasis.
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut.(Price, 1962:1213)
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun
jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk
220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di
Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan
terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004)
tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas

4
(72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang
osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari
seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah
seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka
harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun
setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang
dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika
tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara
penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan
radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 –
25 tahun (pada usia pertumbuhan). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur
15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan.
Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak
laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui. (Smeltzer. 2001:
2347).

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud Kanker Tulang ?


b. Apa saja etiologi dari Kanker Tulang?
c. Apa saja klasifikasi dari Kanker Tulang?
d. Bagaimana patofisiologi Kanker Tulang?
e. Bagaimana manifestasi klinis pada Kanker Tulang?
f. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Kanker Tulang?

C. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

5
a. Mengetahui dan memahami arti dari Kanker Tulang
b. Mengetahui dan memahami etiologi dari Kanker Tulang
c. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari Kanker Tulang
d. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari Kanker Tulang
e. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis pada psaien dengan Kanker
Tulang.
f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari Kanker Tulang.
g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasien dengan Kanker
Tulang.

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Medis

A. Definisi

Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang
menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam
tubuh.(Wong.2003: 595).
Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus
secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Kanker dapat berasal dari
dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang
berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang
terdapat pada sumsum tulang.
Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. (Wong. 2003: 616).
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut.(Price. 1998: 1213).
Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke
paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.(Smeltzer. 2001: 2347).
Osteosakroma merupakan kanker tulang primer yang paling sering terjadi
pada individu muda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada
anak laki-laki dan pria dari pada anak perempuan dan wanita dengan rasio 1,5:1.
(Souhami & Tobias,1986)

7
Insiden puncak terjadi sekitar usia 14 tahun dan cenderung terjadi pada
individu dewasa yang mengalami penyakit Paget, yang mengindikasikan adanya
kaitan dengan peningkatan aktivitas tulang (Schwartz & Tobias,1986).
Sekitar 10-20% pasien telah mengalami metastasis ke paru pada saat
didiagnosis (Lewis,1996), hal ini mempengaruhi prognosis mereka secara
signifikan.
Walaupun nyeri sering dikeluhkan, studi yang dilakukan oleh Grimer &
Sneath (1990) menunjukkan bahwa, rata-rata, pasien yang mengalami
osteosarkoma menunggu 6 minggu sebelum mereka meminta advis dokter umum.
Selain itu, mereka juga merasakan nyeri selama 7 minggu kemudian sebelum
diagnosisi ditegakkan.

B. Etiologi

Di 1969, Dr. Joseph Fraumeni melihat kelompok-kelompok keluarga dengan


jumlah yang lebih tinggi dari kanker pada anak dan dewasa awal kanker onset.
Dengan bantuan Dr. Frederick Li, mereka menemukan angka peningkatan
sarkoma, leukemia, kanker adrenal, dan kanker payudara dalam keluarga ini
daripada biasanya akan diharapkan. Ini "sindrom kanker familial" akhirnya
dikenal sebagai Li-Fraumeni Syndrome. Di 1990 peneliti menemukan bahwa LFS
paling sering disebabkan oleh mutasi gen pada gen supresor tumor p53. Ketika
gen p53 ini bermutasi, itu tidak bekerja dengan baik untuk menghentikan
pertumbuhan sel tumor dan mengembangkan. LFS diagnosis juga dapat hasil dari
mutasi Chk2.
Kanker yang berhubungan dengan LFS termasuk:
 Kanker adrenocortical
 tumor otak
 sarkoma jaringan lunak

8
 osteosarcoma
 kanker payudara genetic
 leukemia genetic
 limfoma
 glioblastoma
 rhabdomyosarcoma
Dahulu osteosarkoma rahang sering terjadi pada pekerja yang mengecat
lempeng dengan bahan yang berkilau karena mereka mengingesti radium saat
membasahi kuas lukis dengan mulut (Ross Bell, 1994, Souhami &Tobis,
1986).
Adapun etiologi lain dari carsinoma tulang yaitu :
 Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
 Keturunan
 Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi).
Penyakit Paget adalah kelainan langka tulang yang mempengaruhi laju
pembentukan dan kehancuran dari berbagai tulang kerangka. Hal ini
umum di orang tua dan orang-orang dari keturunan Eropa. Tepat penyebab
kondisi ini tidak jelas. Dalam penyakit Paget osteoclasts menjadi lebih
aktif daripada Osteoblas membuat perbedaan antara tulang breakdown dan
formasi. Ini berarti bahwa ada lebih banyak kerusakan tulang dari
biasanya. Osteoblas mencoba untuk menjaga dengan membuat tulang
baru. Seluruh proses menjadi kacau menuju pembentukan tulang cacat
yang besar, misshapen, dan padat, sementara semua sementara lemah dan
rapuh dan mudah untuk fraktur membungkuk atau menekuk karena
tekanan. Tulang cacat, dan cocok bersama-sama sembarangan. Tulang
normal ketika dilihat di bawah mikroskop menunjukkan struktur tumpang
tindih yang ketat yang muncul sebagai dinding batu bata. Dalam penyakit

9
Paget ada pola mosaik yang tidak teratur, seolah-olah batu bata hanya
berkumpul dan meninggalkan bersama sembarangan.

 Virus onkogenik
Virus ini merupakan salah satu pemicu terjadinya kanker. Virus
onkogenik adalah virus yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan
yang mempengaruhi proses onkogenesis. Onkogenesis adalah hasil
akumulasi berbagai perubahan genetik yang mengubah ekspresi atau
fungsi protein yang penting dalam pengendalian pertumbuhan dan
pembelahan sel. Virus onkogenik saat menginfeksi sel dapat menyebabkan
mutasi proto-onkogen sel menjadi onkogen.

Proto-onkogen adalah gen normal sel yang dapat berubah menjadi


onkogen aktif karena terjadinya mutasi atau mengalami ekspresi yang
berlebihan (menghasilkan onkoprotein dalam jumlah berlebihan).
Onkogen adalah istilah untuk gen yang bisa menginduksi satu atau
beberapa sifat karakteristik sel kanker. Gen tersebut dapat berupa gen
virus atau gen sel yang bila dimasukkan ke dalam sel yang sesuai, secara
sendiri atau bersama gen lain dapat merubah sifat sel normal menjadi sifat
sel ganas.
Gen Pengendali Tumor (Tumor Supressor Gene) adalah gen yang bila
mengalami inaktivasi (menjadi tidak aktif) akan menyebabkan
pembentukan tumor. Tumor adalah istilah untuk perbanyakan sel yang
tidak normal. Kanker adalah sebutan untuk tumor yang ganas. (Smeltzer.
2001: 2347).

10
C. Klasifikasi

Jaringan Asal Tumor Jinak Tumor Ganas


Tulang Osteoid osteoma Osteosarkoma
Osteoblastoma
Kista tulang
Aneurisme
Kartilago Osteokondroma Kondrosarkoma
Kondroma
Enkondroma
Fibrosa Fibroma Fibrosakroma
Sumsum Myeloma
Tidak jelas Tumor sel raksasa Sarcoma ewing
Histiositoma Histiositoma
Fibrosa jinak Fibrosa ganas

Klasifikasi Tumor Tulang terdiri dari :


1. Tumor tulang benigna
Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas, gejalanya
sedikit dan tidak menyebabkan kematian. Tumor tulang benigna terdiri atas :
 Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang relative jarang terjadi,
biasanya timbul pada tulang membranosa tengkorak.
 Chondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada lengan
kadang-kadang terdapat pada tulang datar seperti tulang ileum.
 Osteohondroma, bukan neoplasma sejati, berasal dari sel-sel yang
tertinggal pada permukaan tulang, lapisan kartilago pada osteochondroma

11
dapat mengalami transformasi maligna setelah trauma dan dapat terjadi
chondrosarkoma.
2. Tumor tulang maligna
Tumor tulang maligna sekunder yaitu berasal dari metaste tumor, misalnya
tumor payudara, bronkus, prostat dan ginjal. Contoh dari tumor maligna sekunder
adalah osteosarkoma dan osteogeniksarkoma.
Tumor tulang maligna terdiri dari :
a. Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan kanker tulang primer yang sering terjadi
pada individu muda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada
anak laki-laki dan pria dari pada anak perempuan dan wanita, dengan rasio 1,5
: 1 (Souhami & Tobias, 1986). Insiden puncak terjadi sekitar usia 14 tahun
dan cenderung pada individu muda yang memiliki tinggi badan di atas rata-
rata individu seusia mereka. Tumor ini juga terjadi pada individu biasa yang
mengalami penyakit paget, yang mengdindikasikan adanya peningkatan
aktifitas tulang (Schwartz et al,1993). Osteosarkoma terjadi sebesar 3-4% dari
kasus keganasan masa kanak-kanak dengan sekitar 150 kasus dan kasus baru
yang didiagnosis di Inggris setiap tahun (Souhami & Tobias,1986).
Ada lima jenis osteosarkoma yang utama : osteoblastik, kondroblastik,
fibroblastic, campuran dan telangiektatik (O’Sullivan & Saxton,1997). Tumor
terjadi pada metastasis tulang tempat pertumbuhan lebih aktif. Mayoritas
terlihat pada ekstremitas bawah, khususnya pada femur distal dan tibia
proximal degan tempat lainnya yang sering adalah humerus proksimal, femur
proximal, dan pelvis.
Sekitar 10-20% pasien telah mengalami metastasis ke paru pada saat
didiagnosis (Lewis,1996) : hal ini mempengaruhi prognosis mereka secara
signifikan. Walaupun nyeri sering dikeluhkan, studi yang dilakukan Grimer
dan Sneath (1990) menyebutkan bahwa, rata-rata pasien mengalami
osteosarkoma menunggu 6 minggu sebelum mereka meminta advis dokter

12
umum. Selain itu, mereka juga merasakan nyeri selama 7 minggu kemudian
sebelum diagnosis ditegakkan.
Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada
berbagai macam faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarkoma. Adapun
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarkoma antara lain:
 Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah terjadinya trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat
dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat
trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarkoma.
 Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan
melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarkoma
ini
 Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkulosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarkoma.
 Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarkoma baru
dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan
onkogenik virus pada osteosarkoma manusia tidak berhasil. Walaupun
beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel
osteosarkoma dalam kultur jaringan.
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terjadinya trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap
sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan
maupun parah jarang menyebabkan osteosarkoma. Insiden osteosarkoma
juga lebih tinggi pada tulang yang teradiasi. Osteosarkoma merupakan

13
salah satu tumor yang teridentifikasi dalam keluarga kanker Li-Fraumeni.
Pada kanker Li-Fraumeni, terdapat awitan dini kanker payudara pada ibu
dan kerabat dekat akibat mutasi garis induk P53 (Porter et al, 1992).

b. Ewings sarkoma
Erwing’s Sarkoma adalah tumor ganas yang timbul dalam sumsum
tulang, pada tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula, humerus, ulna,
vertebra, skapula. Ewings sarcoma merupakan tumor ganas yang paling sering
ke empat dan tersering kedua pada individu muda 75% terjadi pada pasien
dibawah usia 20 tahun dengan rasio laki-laki terhadap perempuan adalah 3:2
(O’Sullivan & Saxton,1997). Mayoritas pasien berkulit putih, dengan insiden
terrendah pada populasi kulit hitam afro-karidia.
Sel tumor yang agresif, kecil, bulat dan biru asalnya tidak jelas. Tumor
ini terjadi pada diafisis atau batang tulang. Walaupun dapat terjadi pada
semua tulang, tumor ini lebih sering terjadi pada femur, tibia , fibula, humerus
dan pelvis. Biasanya tumor tersebut menyebar lebih cepat ke area jaringan
lunak dan lebih ekstensif dari pada osteosarkoma (Pringle,1987). Sekitar 25%
pasien mengalami metastasis paru pada saat didiagnosis dan tumor dapat
menginfiltrasi sumsum tulang, yang secara rutin di aspirasi sebelum dilakukan
penanganan.
Pasien yang mengalami sarcoma ewing dapat mengalami pireksi,
sering terjadi dimalam hari disertai keringat. Peningkatan LED (Laju Endap
Darah) dan hitung sel darah putih kemungkinan karena sifat nekrosis tumor
(Dukworth,1995). Gambaran klinis sarcoma ewing dapat menyerupai
osteomielitis.
Etiologi Studi sitogenik menunjukkan bahwa terjadi translokasi
kromosom 22 pada pasien yang mengalami sarcoma Ewing, hal ini juga
terjadi pada pasien yang mengalami tumor neural. Tumor neuroektodermal
primitive perifer (peripheral primitive neurectodermal tumours,PNET) saat ini

14
dimasukkan ke dalam sarcoma ewing, yang menunjukkan translokasi
kromosom 11, PNET saat ini ditangani dengan cara yang sama dengan
sarcoma ewing. Abnormalitas sitogenik ini didukung dengan resiko pasien
sarcoma ewing mengalami osteosarkoma pada area yang teradiasi (Schwartz
et al,1993). Tidak ditunjukkan adanya keterkaitan herediter.
c. Multiple myeloma
Mieloma adalah tumor ganas pada sel plasma sumsum tulang. Tumor
ini dapat muncul sebagai lesi tulang tunggal, suatu plasmasitoma, tetapi yang
lebih sering, terjadi lesi multiple yang timbul dimanapun terdapat sumsum
tulang merah.
Pasien umumnya berusia lebih dari 45 tahun dan mengalami gejala
nyeri tulang, nyeri tekan, kelemahan, dan anemia karena kerusakan sumsum
tulang. Terjadi fraktur patologis, khususnya pada spina karena korpus
d. Fibrosarkoma
Fibrosarkoma merupakan neoplasma ganas yang berasal dari sel
mesenkim, dimana secara histology sel yang dominan adalah sel fibrosis.
Pembelahan sel yang tidak terkontrol dapat menginvasi jaringan local serta
dapat bermetatase jauh ke bagian tubuh yang lain.
Penyebab pasti dari fibrosarkoma belum diketahui, namun ada
beberapa faktor yang sering berkontribusi seperti faktor radiasi yang
menyebabkan adanya perubahan genetik oleh karena hilangnya alel, poin
mutasi, dan translokasi kromosom. Selain beberapa penyebab di atas, fraktur
tulang, penyakit paget, dan operasi patah tulang juga dapat menimbulkan
fibrosarkoma sekunder. Fibrosarkoma merupakan keganasan yang sering
terjadi terutama akibat paparan radiasi. Sebagian besar kasus mengenai usia
diantaran 30-50 tahun dengan proporsi jumlah laki-laki yang lebih dominan
terkena dan jarang terjadi pada anak-anak. Seseorang dengan riwayat infark
tulang atau iradiasi merupakan faktor risiko pada fibrosarkoma sekunder.

15
Fibrosarkoma pada grade yang tinggi merupakan faktor risiko yang signifikan
untuk terjadi metastasis dan kekambuhan lokal.

e. Chondrosarkoma
Conrdosarkoma merupakan tulang ganas primer tersering kedua.
Tumor ini terjadi pada tulang matur, dengan insiden puncak pada pasien yang
berusia 40-60 tahun. Tumor tersebut berasal dari sel kartilago dengan
sebagian besar area kartilago mengalami osifikasi (sebuah proses
pembentukan tulang. Pembentukan tulang dimulai dari perkembangan
jaringan penyambung seperti tulang rawan yang berkembang menjadi tulang
keras. Jaringan yang berkembang akan disisipi dengan pembuluh darah). Ada
dua bentuk kondrosarkoma :
 Bentuk sentral yang muncul dalam tulang dari enkondroma (tumor jinak
se-sel rawan displastik yang timbul pada metafisis tulang tubular,
terutama pada tangan dan kaki).
 Bentuk perifer yang muncul pada permukaan tulang dari osteokondroma.
 Kondrosarkoma lebih sering terjadi pada pelvis dan ujung proksimal
tulang panjang (Duckworth, 1995). Tumor ini tumbuh lebih lambat dari
tumor ganas lainnya dan secara bertahap ukurannya meningkat timbul dari
ujung tulang panjang yang besar atau dari tulang pipih seperti pelvis dan
skapula.
3. Kanker tulang metastatic
Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari tumor
tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana saja bisa
menginflasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang lokal, dengan gejala yang
mirip dengan yang terjadi pada tumor tulang primer.

16
Tumor yang bermetastasis ketulang paling sering adalah karsinoma ginjal,
prostat, paru-paru, payudara, ovarium dan tiroid. Tumor metastatik paling sering
menyerang kranium, vertebra, pelvis femur dan humerus.

D. Patofisiologi

Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang (myeloma) dari
jaringan sel tulang (sarkoma) atau tumor tulang (carsinomas). Pada tahap
selanjutnya sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul limpa, hati limfe dan
ginjal. Akibat adanya pengaruh aktivitas hematopoetik sumsum tulang yang cepat
pada tulang, sel-sel plasma yang belum matang / tidak matang akan terus
membelah. Akhirnya terjadi penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
Osteogeniksarcoma sering terdapat pada pria usia 10-25 tahun, terutama pada
pasien yang menderita penyakit paget’s. hal ini dimanifestasikan dengan nyeri
bengkak, terbatasnya pergerakan serta menurunnya berat badan. Gejala nyeri pada
punggung bawah merupakan gejala yang khas, hal ini disebabkan karena adanya
penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang patologik. Anemia dapat terjadi
akibat adanya penempatan sel-sel neoplasma. Pada sumsum tulang hal ini
menyebabkan terjadinya hiperkalsemia, hiperkalsuria dan hiperurisemia selama
adanya kerusakan tulang. Sel-sel plasma ganas akan membentuk sejumlah
immunoglobulin / bence jones protein abnormal. Hal ini dapat dideteksi dalam
serum urin dengan teknik immunoelektrophoesis. Gejala gagal ginjal dapat terjadi
selama presitipasi immunoglobulin dalam tubulus (pada pyelonephritis),
hiperkalsemia, peningkatan asam urat, infiltrasi ginjal oleh plasma sel (myeloma
ginjal) dan thrombosis pada pena ginjal.

17
Kecederungan patologik perdarahan merupakan ciri-ciri myeloma dengan dua
alasan utama, yaitu :
 Penurunan platelet (thrombositopenia) selama adanya kerusakan
megakaryosit, yang merupakan sel-sel induk dalam sel-sel tulang.
 Tidak berfungsinya platelets, microglobin menghalangi elemen-elemen dan
turut serta dalam fungsi hemostatik.

E. Manifestasi Klinik

1. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses
metastasis ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh
pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada
endosteum oleh tumor. Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih terasa pada malam
hari atau waktu beristirahat.
2. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi
lebih rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-kadang fraktur
timbul sebelum gejala-gejala lainnya. Daerah yang sering mengalami fraktur
yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.
3. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis
menjadi terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan
nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau
mati rasa disekitar abdomen.
4. Peninggian kadar kalsium dalam darah

18
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari
tulang. Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual,
haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran.
5. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai
dengan tipe sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel
darah merah. Apabila sel darah putih yang terkena, maka pasien dapt dengan
mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat
menyebabkan perdarahan.
 Akibat riwayat trauma dan atau cidera yang berkaitan dengan olahraga
yang tidak berhubungan.
 Peningkatan kadar fosfate alkalis serum.
 Keterbatasan gerak.
 Kehilangan berat badan.
 Peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
 Lesi primer dapat mengenai semua tulang.
 Malaise.
 Demam.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto tulang konvensional


digunakan untuk menentukan karakter metastasis ke tulang.
2. Gambaran CT-Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang
yang susah atau tidak dapat ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan
luasnya tumor atau keterlibatan jaringan 7.

19
3. MRI
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk
mendeteksi suatu metastasis lebih sensitif daripada penggunaan
skintiscanning. Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau
lebih (kebanyakan/lebih sering soliter),lesi multipel dengan metastasis ke
aksis dari pada rangkaian.
4. Scintigraphy ( nuclear medicine )
Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh
tubuh untuk menilai metastasis ke tulang.

5. Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)


Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik
konvensional adalah pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering
dikenai lesi-lesi metastatik yaitu skelet, foto bone survey dapat memberikan
gambaran klinik yaitu:
 Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau
pada organ-organ tertentu
 Apakah tumor bersifat soliter atau multiple
 Jenis tulang yang terkena.
 Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan medis adalah sebagai berikut:
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan
ganas dengan metode seefektif mungkin :

20
 Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi
 Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-
3000ml/hari) unutuk mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah
hiperkalsium dan hiperurisemia
 Bifosfonat
berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang
berlebihan akibat metastasis.
 Kemoterapi dan terapi hormonal
Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam
tubuh. Kemoterapi dapat diberikan per-oral maupun intravena. Terapi
hormon digunakan untuk menghambat aktivitas hormon dalam
mendukung pertumbuhan kanker.
 Radioterapi
Berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor
di area metastasis.
 Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.
Biasanya pembedahan juga dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam
pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament untuk mendukung
struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.
Teknik Pembedahan :
 Eksisi luas, tujuan adalah untuk mendapatkan batas-batas tumor
secara histologis, tetapi mempertahankan struktur-struktur
neurovaskuler yang utama.
 Amputasi, tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan
mengamputasi. Indikasi amputasi primer adalah lesi yang terjadi
secara lambat yang melibatkan jaringan neurovaskuler, menyebabkan
firaktur patologis (terutama raktur proksimal), biopsi insisi yang tidak

21
tepat atau mengalami infeksi, atau terkenanya otot dalam area yang
luas.
 Reseksi enblock, taknik ini memerlukan eksisi luas dari jaringan
normal dari jaringan disekitarnya, pegankatan seluruh serabut otot
mulai dari origo sampai insersinya dan reseksi tulang yang terkena
termasuk struktur pembuluh darah.
 Prosedur tikhofflinbekrg, teknik pembedahan ini digunakan pada lesi
humerus bagian proksimal dan meliputi reaksi enblock skapula,
bagian humerus dan klavikula.
 Pilihan Rekonstruksi
 Kriteria pasien untuk pembedahan mempertahankan ekstremitas, usia,
insisi biopsi dan fungsi pasca bedah ekstremitas yang dipertahankan
lebih dari fungsi alat prostesis, rekonstruksi dapat dilakukan dengan
penggunaan berbagai bahan logam maupun sintesis
2. Penatalaksanaan keperawatan
 Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian
analgetika ).
 Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
 Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi

22
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
 Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di
rumah.(Smeltzer. 2001).

2. Konsep dasar keperawatan

1) Pengkajian

 Identitas pasien
Identitas klien : Identits klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS,
diagnose medis ). Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang
kelompok usia 15 – 25 tahun (pada usia pertumbuhan). Status ekonomi yang
rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
osteosarkoma ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Gaya
hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman yang
mengandung karbon. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat,
waktu dan orang). Pekerjaan yang memicu terjadinya osteosarkoma adalah
yang sering terkena radiasi seperti tenaga kesehatan bagian O.K, tenaga kerja
pengembangan senjata nuklir, tenaga IT. Pendidikan berkisar antara SMP
samapai Sarjana. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak
perempuan.
 Riwayat keperawatan:
 Keluhan utama : Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya
klien ke rumah sakit (adanya benjolan dan nyeri).

23
 Riwayat penyakit sekarang : Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Didahului dengan
manifestasi klinis nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang
terkena. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas. Peningkatan kadar kalsium dalam darah.
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.
 Riwayat penyakit dahulu : Perlu dikaji untuk mengetahui riwayat
penyakit yang pernah dialami sebelumnya yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam menentukan proses keperawatan. Kemungkinan
pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas tidak
normal. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti :
makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain.
 Riwayat penyakit keluarga : Perlu dikaji untuk mengetahui apakah
penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada hubungannya dengan
penyakit herediter. Kemungkinan ada keluarga yang menderita
sarcoma.

 Pemeriksaan fisik:
a. B1 (Breath)
 Inspeksi : bentuk simetris. Kaji frekuensi, irama dan tingkat
kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi. dipsnea (-),
retraksi dada (-), takipnea (+)
 Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan.

24
 Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk
mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau
infeksi lainnya.
b. B2 (Blood)
 Inspeksi : pucat
 Palpasi : peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena, nadi meningkat.
 Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10
cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5
dan 8.
 Auskultasi : disritmia jantung,
c. B3 (Brain)
 Inspeksi : px lemas, yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan
klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak
tampak sakit. KeSadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen,
delirium, stupor dan koma.
 Palpasi : adakah parese, anesthesia.
 Perkusi : refleks fisiologis dan refleks patologis.
 Kepala : kesemitiras muka, warna dan distibusi rambut serta kondisi
kulit kepala. Wajah tampak pucat.
 Mata : Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus.
Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis.
Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek
pupil (-)
 Hidung : dapat membedakan bau wangi,busuk.
 Telinga : bisa mendengarkan suara dengan baik.
d. B4 (Bladder)

25
 Inspeksi : testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor
menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK
frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau
mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
 Palpasi : adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

e. B5 (Bowel)
 Inspeksi : BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari
3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur
permukaan kulit menurun, retraksi dan kesemitrisan abdomen. Ada
konstipasi atau diare.
 Auskultasi : Bising usus
 Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar dan lien
tidak membesar suara tymphani.
 Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah.
f. B6 (Bone)
 Inspeksi : px tampak lemah, aktivitas menurun, rentang gerak pada
ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa, nyeri,
pembengkakan ekstremitas yang terkenal.
 Palpasi : teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa
serta adanya pelebaran vena, terjadi kelemahan otot pada pasien.
 Perkusi : nyeri dan atau mati rasa pada ekstremitas yang terkena.
 Pola Fungsi Kesehatan
 Pola Nutrisi
Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan
bahan pengawet). Anoreksia, mual/muntah. Intoleransi makanan.

26
Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia,
berkurangnya massa otot. Perubahan pada kelembapan/turgor kulit,
edema.
 Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi, BAB dan BAK dilakukan dengan bad rest.
 Pola istirahat
Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan
berkeringat malam.
 Pola aktivitas
nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelemahan dan atau keletihan.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan. Pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi. (Doenges dkk,
2000).

2) Diagnosa Keperawatan

 Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi


 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan,
kerusakan muskuloskeletal, nyeri, atau amputasi.
 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan atau kerusakan
jaringan lunak.

27
3) Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi lokasi dan Untuk mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan 3 intensitas nyeri (skala respon dan sejauh mana
dengan obstruksi x 24 jam nyeri dapat 0-10). Selidiki tingkat nyeri pasien.
jaringan saraf teratasi. perubahan
atau inflamasi. Kriteria hasil : karakteristik nyeri.
1. Meningkatkan
kenyamanan. 2. Berikan tindakan Mencegah pergeseran
2. Mengurangi skala nyeri kenyamanan (contoh tulang dan penekanan
3. Dapat mengendalikan ubah posisi sering, pada jaringan yang luka
nyeri pijatan lembut).
4. Dapat melaporkan
karakteristik nyeri. 3. Berikan sokongan Peningkatan vena return,
(support) pada menurunkan edema, dan
ektremitas yang luka. mengurangi nyeri.

4. Berikan lingkungan Agar pasien dapat


yang tenang. beristirahat dan
mencegah timbulnya
stress

5. Kolaborasi dengan Untuk mengurangi rasa


dokter tentang sakit / nyeri.
pemberian
analgetik, kaji

28
efektifitas dari
tindakan penurunan
rasa nyeri.
2. Gangguan Tujuan : 1. Observasi tingkat Pasien akan membatasi
mobilitas fisik Setelah dilakukan immobilisasi yang gerak karena salah
berhubungan tindakan keperawatan disebabkan oleh persepsi (persepsi tidak
dengan selama 3 x 24 jam edema dan persepsi proporsional).
penurunan masalah kerusakan pasien tentang
kekuatan, mobillitas fisik teratasi. immobilisasi tersebut.
kerusakan Kiteria hasil :
muskuloskeletal, 1. pasien tampak ikut
2. Berikan terapi latihan Meningkatkan sirkulasi
nyeri, atau serta dalam program fisik : ambulasi, darah muskuloskeletal,
amputasi. latihan / menunjukan keseimbangan, mempertahankan tonus
keinginan berpartisipasi mobilitas sendi. otot, mempertahakan
dalam aktivitas. gerak sendi, mencegah
2. Pasien menunjukan kontraktur/atrofi dan
teknik / perilaku yang mencegah reabsorbsi
memampukan tindakan kalsium karena
beraktivitas. imobilisasi. Memenuhi
3. Pasien tampak kebutuhan nutrisi

29
3. Anjurkan pasien Meningkatkan aliran
untuk melakukan darah ke otot dan tulang
latihan pasif dan aktif untuk meningkatkan
pada yang cedera tonus otot,
maupun yang tidak. mempertahankan
mobilitas sendi,
mencegah kontraktur /
atropi dan reapsorbsi Ca
yang tidak digunakan.

mempertahankan
koordinasi dan
mobilitas sesuai tingkat
4. Bantu pasien dalam Meningkatkan kekuatan
optimal.
perawatan diri. dan sirkulasi otot,
meningkatkan pasien
dalam mengontrol
situasi, meningkatkan
kemauan pasien untuk
sembuh.
5. Kolaborasi dengan Untuk menentukan
bagian fisioterapi. program latihan.
3. Resiko infeksi Tujuan : 1. Observasi
keadaan luka Untuk
mengetahui
berhubungan dengan Setelah dilakukan (kontinuitas dari kulit)
tanda-tanda
tindakan pembedahan tindakan terhadap adanya: edema, infeksi
atau kerusakan keperawatan rubor, kalor, dolor, fungsi
jaringan lunak selama 3 x 24 jam laesa.
masalah resiko
infeksi tidak
2. Anjurkan pasien untuk tidak Meminimalkan

30
memegang bagian yang luka. terjadinya
kontaminasi.

3. Rawat luka dengan Mencegah


menggunakan tehnik aseptik. kontaminasi dan
kemungkinan
infeksi silang.

terjadi. 4. Mewaspadai adanya keluhan Merupakan


Kriteria hasil : nyeri mendadak, keterbatasan indikasi adanya
1. Tidak ada tanda- gerak, edema lokal, eritema osteomilitis.
tanda Infeksi. pada daerah luka
2. Leukosit dalam
5. Kolaborasi pemeriksaan Leukosit yang
batas normal. darah : Leukosit meningkat artinya
3. Tanda-tanda sudah terjadi
vital dalam batas proses infeksi
normal.

4) Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana


tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup :
melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja aktivitas sehari - hari,
memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien
dan mengevaluasi kinerja anggota staf dan mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawat kesehatan berkelanjutan dari klien. Selain
itu juga implementasi bersifat berkesinambungan dan interaktif dengan komponen
lain dari proses keperawatan. Komponen implementasi dari proses keperawatan

31
mempunyai lima tahap yaitu : mengkaji ulang klien, menelaah dan memodifikasi
rencana asuhan yang sudah ada, mengidentifikasi area bantuan,
mengimplementasikan intervensi keperawatan dan mengkomunikasikan
intervensi perawat menjalankan asuhan keperawatan dengan menggunakan
beberapa metode implementasi mencakup supervise, konseling, dan evaluasi dari
anggota tim perawat kesehatan lainnya.
Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskriptif
singkat dari pengkajian keperawatan. Prosedur spesifik dan respon dari klien
terhadap asuhan keperawatan. Dalam implementasi dari asuhan keperawatan
mungkin membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan keperawatan dan
personal.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan proses keperawatan yang mengukur respon klien


terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.
Perawat mengevaluasi apakah prilaku atau respon klien mencerminkan suatu
kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status
yang sehat. Selama evaluasi perawatan memutuskan apakah langkah proses
keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan
membandingkannya dengan prilaku yang disebutkan dalam hasil yang
diharapkan. Selama evaluasi perawat secara kontinyu perawat mengarahkan
kembali asuhan keperawatan kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi positif terjadi ketika hasil yang dinginkan terpenuhi menemukan
perawat untuk menyimpulkan bahwa dosis medikasi dan intervensi keperawatan
secara efektif memenuhi tujuan klien untuk meningkatkan kenyamanan. Evaluasi
negative atau tidak di inginkan menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan
atau terdapat masalah potensial yang belum diketahui. Perawat harus menyadari
bahwa evaluasi itu dinamis dan berubah terus tergantung pada diagnosa

32
keperawatan dan kondisi klien. Hal yang lebih utama evaluasi harus spesifik
terhadap klien. Evaluasi yang akurat mengarah pada kesesuaian revisi dan
rencana asuhan yang tidak efektif dan penghentian terapi yang telah menunjukan
keberhasilan.

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker tulang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : radiasi sinar
radio aktif dosis tinggi, keturunan. Selain itu juga kanker tulang disebabkan oleh
beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat
pajanan radiasi ).
Manifestasi klinis yang muncul pada kanker tulang bisa bervariasi tergantung
pada jenis kanker tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Akan tetapi
manifestasi lainnya juga yang sering muncul, yaitu : persendian yang bengkak
dan inflamasi, patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh.
Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang, yaitu : pembedahan, terapi
radiasi dan kemoterapi. Adakalanya dibutuhkan kombinasi terapi dari ketiganya.
Pengobatan sangat tergantung pada jenis kankernya, tingkat penyebaran atau
bermetastasis dan faktor kesehatan lainnya.

B. Saran

Saran Bagi Mahasiswa Keperawatan


Seluruh mahasiswa keperawatan agar meningkatkan pemahamannya terhadap
penyakit Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) sehingga dapat dikembangkan
dalam tatanan layanan keperawatan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012.Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta : Diva


Press.

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Buku
Kedokteran EGC

http://1.bp.blogspot.com/-Materi Kuliah AsKep Osteosarkoma Agus Nadianus, S.


Kep.htm

http://1.bp.blogspot.com/-Nissa Anagh Uchil ASKEP CA TULANG.html

Mansjoer, Arief et al. 2000. Fakultas Kedokteran UI Kapita Selekta Kedokteran.Edisi


3 Jillid 2 Jakarta : Media Aesculapius

NANDA International.2009. Diagnosa Keperawatan NANDA 2009-2011. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://ayutri27.blogspot.co.id/2016/04/kanker-tulang_27.html di akses pada tanggal


14 oktober 2017

35

Anda mungkin juga menyukai