Anda di halaman 1dari 9

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No.

Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

Analisa Pengaruh Desulfurisasi Marine Diesel Oil (MDO)


Menggunakan Bakteri Rhodococcus Erythropolis Terhadap Performa
Mesin Diesel Satu Silinder

M. Fauzi Hartono, Beny Cahyono, dan I Made Ariana


Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo – Surabaya 60111
e-mail: fauzihartono6@gmail.com
Abstrak—Pemerintah Indonesia dan juga yang dapat mencemari polusi serta berpotensi
International Maritime Organization (IMO) semakin mengakibatkan terjadinya hujan asam yang sangat
ketat mengatur penggunaan bahan bakar dengan merugikan bagi makhluk hidup.
kandungan sulfur tinggi, dimana kandungan sulfur Kandungan sulfur pada bahan bakar mempengaruhi
maksimal yang boleh digunakan sebesar 0,5% m/m. performa mesin dalam melakukan pembakaran,
Marine Diesel Oil (MDO) memiliki kandungan sulfur dikarenakan kandungan sulfur yang terdapat pada bahan
sebanyak 2% m/m dimana hal tersebut berarti bakar. Oleh sebab itu, kandungan sulfur yang terdapat
kandungan sulfur pada marine diesel oil tidak pada bahan bakar harus dikurangi. Kandungan sulfur pada
memenuhi persyaratan penggunaan. Untuk itu bahan bakar dapat dikurangi dengan beberapa metode,
diperlukannya pengurangan kadar sulfur pada bahan Salah satunya menggunakan metode biodesulfurisasi,
bakar dengan cara desulfurisasi. Tujuan dari penelitian yaitu metode penghilangan kandungan sulfur dengan
ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar sulfur menggunakan mikroorganisme yang berperan secara
pada marine diesel oil setelah dilakukan biodesulfurisai biologis untuk mempercepat reaksi oksidasi sulfur.
menggunakan bakteri Rhodococcus Erythropolis dan Kandungan sulfur yang terdapat dibahan bakar mesin
juga pengaruhnya terhadap performa mesin diesel. diesel salah satunya adalah dibenzothiophene (DBT),
Penelitian ini berbasis eksperimen dimana kultur dimana DBT merupakan kandungan sulfur yang paling
bakteri diinkubasi selama 8 hari dalam mineral salt banyak terdapat pada bahan bakar mesin diesel. Salah
medium dengan tiga variasi konsentrasi bahan bakar satu jenis mikroorganisme yang mampu mengurangi
yaitu 15%, 20%, dan 25%. Penelitian berbasis pada kandungan sulfur yaitu bakteri Rhodococcus erythropolis
eksperimen untuk menganalisa pengaruh variasi dimana bakteri tersebut mampu melepaskan kandungan
campuran terhadap kadar sulfur bahan bakar dan juga DBT yang terdapat pada bahan bakar.
pengaruhnya terhadap performa mesin diesel. Hasil uji
kandungan sulfur tertinggi pada penelitian ini secara Pada bidang maritime, pemerintah melalui Direktorat
berurutan adalah variasi MSM+MDO 15%, Jenderal Perhubungan Laut juga telah menerbitkan Surat
MSM+MDO 25%, MSM+MDO 20%, dan MDO dan Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. SE.35
untuk hasil uji performa untuk daya, torsi dan BMEP Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Bahan Bakar
terbesar dihasilkan oleh bahan bakar MDO 15% Low Sulfur dan Larangan Mengangkut atau Membawa
dibandingkan menggunakan bahan MDO, MDO 20% Bahan Bakar yang tidak Memenuhi Persyaratan serta
dan juga MDO 25%. Pengelolaan Limbah Hasil Resirkulasi Gas Buang dari
. Kapal. Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa setiap
kapal baik kapal berbendera Indonesia maupun kapal
Kata Kunci—Desulfurisasi, Rhodococcus Erythropolis, asing yang beroperasi di perairan Indonesia wajib
Marine Diesel Oil, Performa Mesin Diesel. menggunakan bahan bakar dengan kandungan sulfur
senilai maksimal 0,5 % m/m.
I. PENDAHULUAN Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada analisa

M
kadar sulfur yang terkandung di bahan bakar
otor diesel adalah motor pembakaran dalam yang
menggunakan bakteri Rhodococcus erythropolis dan juga
menggunakan panas kompresi untuk menciptakan
penyalaan dan membakar bahan bakar yang telah pengaruhnya terhadap performa mesin diesel. Dengan
diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Bahan bakar yang Analisa ini diharapkan kandungan sulfur pada bahan
digunakan disini adalah Marine Diesel Oil yang bakar mengalami penurunan dan juga mampu
merupakan hasil penyulingan minyak yang berwarna meningkatkan performa mesin diesel setelah
hitam yang berbentuk cair pada temperatur rendah. dilakukannya desulfurisasi bahan bakar menggunakan
Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan bakteri Rhodococcus erythropolis sehingga mampu
dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di meningkatkan mutu dari bahan bakar tersebut dan mampu
sektor industri. Salah satu masalah yang timbul akibat mengurai pencemaran udara dan lingkungan.
maraknya penggunaan motor bakar yaitu emisi gas buang
yang dihasilkan dari proses pembakarannya. Gas buang
II.TINJAUAN PUSTAKA
yang dihasilkan oleh mesin diesel antara lain berupa
Nitrogen Oksida (NOx), Sulfur Oksida (SOx), A. Motor Diesel
Hidrokarbon (HC), Karbon Monoksida (CO), dan Motor bakar diesel / mesin diesel adalah motor
Particulate Matter (PM), terutama gas sulfur oksida (SOx) pembakaran dalam yang menggunakan kompresi dan suhu
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

tinggi untuk menyalakan bahan bakar yang telah I : arus listrik (Ampere)
diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Didalam ruang bakar
motor diesel terdapat piston yang befungsi sebagai Cos ∅ : 0.9
pengubah daya translasi akibat ledakan menjadi gaya rotasi
[1]. Eff Gen : effisiensi generator (0.85)
Eff Slip : effisisensi slip
B. Proses Pembakaran
Pembakaran adalah proses reaksi kimia yang cepat antara
bahan bakar dan udara. Pada mesin pembakaran dalam, ada
beberapa tahapan pembakaran untuk mesin yang berbeda. 3. Konsumsi Bahan Bakar
Dalam mesin pengapian kompresi, pada langkah kompresi, Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFOC) adalah jumlah
hanya udara yang dikompresi pada tekanan dan suhu yang bahan bakar yang di konsumsi oleh motor untuk
sangat tinggi. Rasio kompresi yang digunakan adalah dalam menghasilkan daya satu daya kuda selama satu jam.
kisaran 12 hingga 120. Suhu udara menjadi lebih tinggi dari Semakin besar nilai SFC, berarti semakin tinggi penggunaan
suhu bahan bakar yang diesel, kemudian bahan bakar diesel bahan bakarnya dengan perolehan daya yang sama.
diinjeksikan di ruang bakar dibawah tekanan sangat tinggi Sebaliknya, semakin kecil nilai SFC menunjukkan semakin
sekitar 120 hingga 210 bar [1]. hemat pemakaian bahan bakar [4]. Specific Fuel Oil
C.Performa Mesin Diesel Consumption (SFOC) dapat dihitung dengan rumus berikut:
Performa mesin atau prestasi adalah kemampuan mesin
motor bakar untuk merubah energi yang masuk yaitu bahan
(3)
bakar sehingga menghasilkan daya yang berguna. performa
mesin biasanya ditunjukan oleh tiga faktor utama yaitu fuel
FCR : laju aliran bahan bakar (gr/h)
consumption mengindikasikan berapa banyak bahan bakar
yang terbakar, torque mengindikasikan berapa banyak 𝜌 : massa jenis bahan bakar (gr/m3)
tenaga ang dihasilkan dan power yang mengindikasikan
berapa banyak kerja yang dihasilkan tiap waktu v : volume bahan bakar (m3)
1. Torsi t : waktu konsumsi bahan bakar (detik)
Torsi adalah tenaga untuk menggerakkan, menarik atau
(4)
menjalankan sesuatu (pulling power). Satuan untuk torsi
di internasional adalah feet/lbs, feet-pounds atau
Newtonmeter (Nm). Torsi dihasilkan dari jarak dan
SFOC : konsumsi spesifik bahan bakar (gr/kWh)
kekuatan dan untuk menghitungnya adalah perkalian
antara gaya dengan jarak. Mesin dari kendaraan FCR : laju aliran bahan bakar (gr/h)
menghasilkan torsi dan menggunakannya untuk P : daya (kW)
menggerakkan crankshaft. Jadi, torsi adalah tenaga yang
digunakan pada suatu jarak tertentu [2]. Untuk
menghitung torsi dapat digunakan rumus sebagai berikut: D. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah bahan yang mudah terbakar dan
dibutuhkan untuk proses pembakaran dalam mesin sehingga
(1) bisa menghasilkan energi/daya untuk menggerakan mesin
mekanik. [5].
MDO (Marine Diesel Oil) merupakan hasil penyulingan
minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair pada
T : torsi (Nm)
temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur
P : daya (kW) yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel
Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel oil
Rpm : putaran motor diesel (rpm) disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine Diesel
Fuel (MDF), Biasanya dipakai pada kapal yang
2. Daya menggunakan mesin dengan putaran menengah (medium
Daya merupakan besarnya output kerja mesin yang speed) dan tinggi (high speed diesel) kurang dari 1000
berhubungan dengan waktu, atau rata-rata kerja yang RPM. Penyusun utama adalah hidrokarbon paraffin, dengan
dihasilkan (Putra Nurliansyah, 2014). dengan kata lain daya jumlah karbon antara 10–22. Minyak diesel diramu dari
merupakan kerja atau energi yang dihasilkan mesin per berbagai komponen minyak dasar hasil pengolahan minyak
satuan waktu mesin itu beroperasi [3]. Untuk menghitung bumi agar dapat memenuhi persyaratan sebagai bahan bakar
besarnya daya motor 4 langkah digunakan rumus motor diesel putaran sedang yang meliputi: massa jenis,
viskositas kinematik, pour point, sulfur content, ash content,
flash point.
(2) E. Desulfurisasi
P : daya (kW) Desulfurisasi merupakan proses penghilangan kandungan
V : tegangan listrik (Volt) sulfur yang terdapat pada bahan bakar (Nava,2017). Proses
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

desulfurisasi pada bahan bakar dapat menggunakan dua dilakukan pengukuran pertumbuhan bakteri di medium yang
Teknik, yaitu hidrodesulfurisasi dan biodesulfurisasi [6]. telah diberi tambahan bahan bakar. Lalu setelah mencapai
1. Hidrodesulfurisasi waktu tertentu, dilakukan pemisahan bahan bakar MDO dari
Hidrodesulfurisasi (HDS) adalah proses katalitik untuk medium MSM tersebut menggunakan metode vacuum
menghilangkan sulfur. Hidrodesulfurisasi telah distillation dimana setelah itu dilakukan pengujian
dikembangkan dan saat ini digunakan dalam kilang minyak properties dari bahan bakar MDO tersebut. Kemudian
untuk menghilangkan sulfur. Pada prosesnya, selanjutnya mempersiapkan perlengkapan untuk uji mesin
hidrodesulfurisasi menggunakan tekanan tinggi (10-17 atm), berupa engine set up dimana selanjutkan dilakukan
suhu tinggi (200-425 oC) serta gas hidrogen yang bereaksi pengujian performa bahan bakar yang telah diberi perlakuan
dengan senyawa sulfur, dimana sulfur akan diubah menjadi penambahan isolate bakteri Rhodococus erythropolis. Lalu
hidrogen sulfida yang dapat dipisahkan dari minyak [6]. data hasil pengamatan dan pengujian tersebut dianalisa
2. Biodesulfurisasi untuk dilakukan penarikan kesimpulan dan saran.
Biodesulfurisasi adalah metode penghilangan kandungan
sulfur dengan menggunakan mikroorganisme yang berperan
sebagai agen biologis untuk mempercepat reaksi oksidasi
sulfur [7]. Proses biodesulfurisasi berbeda dari proses HDS
konvensional dalam beberapa aspek yang penting.
Dibandingkan dengan HDS, proses biodesulfurisasi berjalan
pada temperatur dan tekanan ambient dan menggunakan
udara sebagai pengganti hidrogen yang digunakan pada
HDS. Sebagian besar kerja biodesulfurisasi telah
menunjukkan hasil desulfurisasi yang baik dimulai dengan
DBT atau senyawa pengganti golongan alkilnya [8].

F. Rhodococcus erythropolis
Genus Rhodococcus termasuk dalam filum
Actinobacteria dan bersifat aerobik. Termasuk bakteri gram
positif, non-motil yang menunjukkan kandungan GC
tinggi. Rhodococcus diisolasi dari sumber yang melimpah
seperti tanah, air tanah, sedimen laut, organ dalam serangga,
hewan, atau tumbuhan. Rhodococcus adalah berguna
sebagai katalis yang mampu mendegradasi berbagai bahan Gambar 1 Diagram Alir Penelitian
organik alami dan senyawa xenobiotik. Antara lain, spesies
Rhodococcus menunjukkan potensi biodegradasi terhadap A. Purifikasi Bakteri
alkana rantai pendek dan panjang, aromatik terhalogenasi Uji kemurnian mikroba merupakan uji yang dilakukan
dan tersubstitusi nitro, heterosiklik, dan senyawa polisiklik. pada tahap awal penelitian bertujuan untuk meyakinkan
Rhodococcus tidak hanya memiliki fungsi fisiologis seperti bahwa kultur yang digunakan adalah kultur murni. Kultur
toleransi umum yang tinggi untuk substrat dan pelarut, Rhodococcus Erythropolis pada stok agar diambil sebanyak
namun memiliki keragaman metabolisme, diantaranya: 3 ose, kemudian diinokulasi pada media Nutrient agar (NA)
1. kehadiran dan mobilitas plasmid linier besar; menggunakan metode gores enam belas dan diinkubasi pada
2. banyaknya gen katabolik; rotary shaker dengan kecepatan 120 rpm pada suhu ruang
3. tingginya redundansi jalur biosintetik; dan selama 24 jam. Koloni murni tersebut kemudian diamati
4. jaringan regulasi dari genom. bentuk morfologinya secara mikroskopis dengan perbesaran
1000x dilanjutkan dengan pewarnaan sederhana
Ini mencap genus Rhodococcus sebagai pembangkit tenaga
menggunakan Methylene Blue. Dari pengamatan
biokatalitik kuat yang terlihat seperti hari ini. Penggunaan
seluruh jalur biosintetik dari galur Rhodococcus dalam mikroskopis isolat menunjukkan bentuk sel yang seragam.
bioremediasi polutan organik yang berasal dari minyak Sehingga dapat diketahui bahwa isolat kultur telah murni.
bumi.

III. METODOLOGI PENELITIAN


Metodologi yang digunakan pada penelitian ini berbasis
penelitian eksperimen. Dimulai dari proses pembuatan
medium Nutrient Agar untuk mempurifikasi isolate
Rhodococus erythropolis kemudian isolate tersebut
dimasukan kedalam medium Nutrient Broth untuk dijadikan
sebagai kultur starter lalu ketika isolate Rhodococus
erythropolis sudah bisa dijadikan kultur starter, isolate Gambar 2 Isolat Bakteri Purifikasi
tersebut dimasukkan kedalam medium perlakuan, dimana
medium perlakuan tersebut terdiri dari MSM+15% MDO, B. Pembuatan Kultur Starter
MSM+20% MDO, dan MSM+25% MDO dan juga
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

Kultur starter ini dibuat untuk digunakan dalam perlakuan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian tuang
biodesulfurisasi. Satu ose koloni tunggal Rhodococcus medium NA pada masing-masing cawan petri yang berisi
erythropolis diinokulasi pada 5 mL medium Nutrient Broth sampel dengan dua kali pengulangan. Lalu homogenkan
(NB), diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang, 120 rpm. dengan metode digoyang membentuk angka delapan.
Selanjutnya 4 mL kultur isolat bakteri tersebut Setelah itu inkubasi selama 2 x 24 jam untuk pengamatan
diinokulasikan ke dalam 36 mL medium Minimal Salt bakteri. Kemudia hitung banyaknya koloni bakteri dan
Medium (MSM), inkubasi selama 24 jam, suhu ruang, 120 jamur dengan colony counter.
rpm. Setelah itu 40 mL kultur isolat bakteri tersebut
E. Pemisahan MDO dari MSM
diinokulasikan ke dalam 360 mL medium Minimal Salt
Medium (MSM) + 10% MDO, inkubasi selama 24 jam, Pada penelitian ini, pemisahan dilakukan menggunakan
suhu ruang, 120 rpm. Dilakukan pengecekan konsentrasi sel metode vacuum distillation. Sebelum dilakukan purifikasi
dengan metode TPC. Apabila pertumbuhan sel bakteri sudah menggunakan vacuum distillation, bahan bakar MDO
mencapai 107 CFU/ml, Kultur siap digunakan untuk dengan medium dipisahkan terlebih dahulu menggunakan
perlakuan selanjutnya corong pemisah

Gambar 3 Kultur Starter


. Gambar 5 Corong Pemisah
Pemisahan dengan corong pemisah dapat dilakukan
C.Pembuatan Kultur Perlakuan terlebih dahulu untuk mengurangi medium tersebut. Hal
Media MSM+ dibuat dengan cara yaitu sebanyak 10% tersebut disebabkan oleh perbedaan massa jenis antara
kultur starter ditambahkan ke botol kultur, kemudian aquades dan bahan bakar MDO. Ketika bahan bakar sudah
ditambahkan bahan bakar MDO dengan 3 perlakuan dipisahkan dari medium, selanjutnya bahan bakar tersebut
konsentrasi bahan bakar MDO yang berbeda yaitu 15% dipurifikasi kembali menggunakan metode vacuum
(v/v), 20% (v/v), dan 25%(v/v) dan kemudian sisanya distillation untuk didapatkan kandungan bahan bakar MDO.
ditambahkan MSM hingga volume total mencapai 300 mL.
Media MSM+ disterilisasi pada suhu 121 oC dengan tekanan
2 atm selama 15 menit. Media ini digunakan untuk tahap Prinsip dari vacuum distillation ini yaitu dengan cara
biodesulfurisasi.

Gambar 4 Kultur Perlakuan Gambar 1 Vacuum Distillation

D.Uji Kelimpahan Bakteri menurunkan tekanan diatas permukaan caitan dengan


Uji Kelimpahan bakteri dilakukan untuk mengetahui bantuan pompa vacuum, maka cairan yang didestilasi kan
konsentrasi bakteri yang tumbuh saat pengujian mudah menguap, karena cairan ini akan mendidih dibawah
desulfurisasi. Uji kelimpahan bakteri dilakukan dengan cara titik didih normalnya. Hal ini sangat menguntungkan untuk
siapkan medium NA steril dalam bentuk cair dengan suhu ± mendestilasi campuran yang senyawa penyusunnya mudah
40°C. kemudian siapkan 9 mL aquades dalam tabung reaksi rusak atau terurai pada titik didihnya atau untuk
yang telah disterilkan. Setelah itu siapkan sampel uji. menguapkan campuran yang sangat pekat karena
Kemudian ambil 1 mL sampel uji, lalu dimasukkan ke penguapannya tidak memerlukan panas yang tinggi
dalam 9 mL aquades steril. Lalu dihomogenkan dengan
vortex dan selanjutnya di sebut dengan pengenceran 10 -1. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Selanjutnya ambil 1 mL dari pengenceran 10-1, lalu
dimasukkan ke dalam 9 mL aquades steril. Lalu A. Hasil Uji Kelimpahan Bakteri
homogenkan dan selanjutnya di sebut pengenceran 10-2
dimana dilakukan pengenceran sampel sampai 10 -10 .
kemudian ambil 1 mL dari tiap pengenceran 10 -5 - 10-10 dan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

No. Sampel Kelimpahan Bakteri CFU/


mL
Hari Hari Hari
ke-0 ke-4 ke-8

1 MSM + 15% 1.00 x 1.97 x 2.00 x


MDO 107 1011 109
2 MSM + 20% 1.00 x 4.80 x 1.85 x
MDO 107 109 1011

3 MSM + 25% 1.00 x 2.00 x 2.28 x Gambar 8 Hasil Uji Nilai Kalor
MDO 107 107 1010 Berdasarkan hasil pengujian nilai kalor menggunakan
alat Bomb Kalorimeter yang dilakukan di Lab Energi dan
Tabel 1 Hasil Uji Kelimpahan Bakteri Lingkungan ITS, nilai kalor MDO, MSM+MDO15%,
MSM+MDO 20% dan MSM+MDO 25% mempunyai
nilai berturut-turut sebagai berikut 10,847 kal/g, 10,813
kal/g, 10,888 kal/g, dan 10,915 kal/g. peningkatan nilai
kalor disebabkan oleh pengurangan kelembaban yang ada
pada bahan bakar tersebut dimana kelembaban tersebut
dipengaruhi oleh kandungan air yang ada pada bahan
bakar.
2. Hasil Uji Sulfur Content

Sulfur Content (%)


0.35
0.321

Gambar 7 Grafik Hasil Uji Kelimpahan Bakteri 0.3


0.261 0.268
Berdasarkan pengujian, isolat kultur murni yang 0.25 MDO
digunakan untuk pembuatan kultur starter memiliki 0.198 MDO 15%
konsentrasi 8.50 x 108 CFU/ mL. Kelimpahan bakteri 0.2 MDO 20%
MDO 25%
tertinggi pada medium kultur terdapat pada perlakuan 0.15
medium MSM + 20% solar dengan masa inkubasi 8 hari,
0.1
sedangkan pada hari ke-8 kelimpahan bakteri pada medium
MSM + 15% solar mengalami penurunan dan berbanding 0.05

terbalik dengan perlakuan medium MSM + 25% solar yang 0


cenderung mengalami peningkatan kelimpahan bakteri
Gambar 9 Hasil Uji Sulfur Content
B. Hasil Uji Karakteristik
Berdasarkan hasil pengujian kandungan sulfur pada
No. sampel Jenis Uji Hasil Satuan Metode Pengujian
1. Nilai kalor 10.847 kal/g IKA/LEL-ITS/BK bahan bakar menggunakan metode uji SNI 7431:2015
MDO Water Content 0.046 % ASTM D6304 yang dilakukan di Lab Energi dan Lingkungan ITS,
Sulfur Content 0.198 % SNI 7431:2015 kandunagn sulfur MDO, MSM+MDO15%, MSM+MDO
2. Nilai kalor 10.813 kal/g IKA/LEL-ITS/BK
MSM+MDO15% Water Content 0.028 % ASTM D6304 20% dan MSM+MDO 25% mempunyai nilai berturut-
Sulfur Content 0.321 % SNI 7431:2015 turut sebagai berikut 0,198%, 0,321%, 0,261% dan
3. Nilai kalor 10.888 kal/g IKA/LEL-ITS/BK 0,268%. Dapat dilihat pada grafik bahwa pada bahan
MSM+MDO20% Water Content 0.020 % ASTM D6304
Sulfur Content 0.261 % SNI 7431:2015 bakar tersebut mengalami peningkatan kadar sulfur. Hal
4. Nilai kalor 10.915 kal/g IKA/LEL-ITS/BK tersebut dikarenakan metode pengujian yang tidak sesuai.
MSM+MDO25% Water Content 0.021 % ASTM D6304 Prinsip kerja dari metode pengujian SNI 7431:2015 yaitu
Sulfur Content 0.268 % SNI 7431:2015
Belerang dan senyawa-senyawanmya dioksidasikan
dengan larutan KBr-Br2-HNO3 menjadi sulfat. Larutan
Tabel 2 Hasil Uji Karakteristik Bahan Bakar
BaCl2 ditambahkan ke dalam filtrat dalam suasana HCl
sehingga terbentuk endapan BaSO4, kemudian ditetapkan
secara gravimeter. Dari grafik diatas menunjukkan bahwa
bakteri Rhodococcus Erythropolis mampu mendegradasi
kadar sulfur organic yaitu DBT pada bahan bakar. Hal
tersebut ditunjukkan dengan peningkatan kadar sulfur
yang diuji menggunakan metode pengujian SNI
7431:2015 dimana kandungan sulfat pada bahan bakar
1. Hasil Uji Nilai Kalor diendapkan hingga membentuk endapan BaSO4.

3. Hasil Uji Water Content


Gambar 10 Hasil Uji Water Content
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6

sudah dipanaskan dengan kisaran suhu 60 derajat celcius


Water Content (%) sehingga viskositas MDO tersebut sama dengan viskositas
0.05
0.046
solar yang biasa digunakan pada mesin ini, unjuk kerja
0.045 mesin diesel tetap mengalami unjuk kerja yang tidak stabil.
0.04
Dari grafik 11 Perbandingan SFOC Dengan Daya
0.035
MDO Terhadap Jenis Bahan Bakar MDO, MDO 15%, MDO 20%,
MDO 15%
0.03 0.028 MDO 25% pada putaran mesin 1300 rpm ketika daya
MDO 20%
0.025 MDO 25% maksimum, konsumsi bahan bakar MDO, MDO 15%, MDO
0.021
0.02
0.02 20%, MDO 25% berturut-turut yaitu 465,88 gr/kWh,
0.015
429,599 gr/kWh, 432,04 gr/kWh dan 533,076 gr/kWh.
Sedangkan nilai SFOC terendah didapat pada bahan bakar
0.01
MDO 15% dengan nilai sebesar 429,599 gr/kWh pada saat
0.005 daya 1,204 kW, untuk MDO SFOC terendah pada 465,88
0 gr/kWh dengan daya 1,227 kW, kemudian MDO 20%
Berdasarkan hasil pengujian kandungan air pada bahan memiliki SFOC terendah pada 432,0402 gr/kWh pada saat
bakar menggunakan metode uji ASTM D6304 yang daya 1,308 kW dan untuk MDO 25% nilai SFOC terendah
dilakukan di Lab Energi dan Lingkungan ITS, kandunagn adalah 533,076 gr/kWh dengan daya keluaran sebesar 1,199
air MDO, MSM+MDO 15%, MSM+MDO 20% dan kW. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar
MSM+MDO 25% mempunyai nilai berturut-turut sebagai MDO 15% lebih kecil dari MDO, MDO 20% dan MDO
berikut 0,046%, 0,028%, 0,02% dan 0,021%. Dimana 25%.
kandungan air mengalami penurunan yang signifikan 5. Perbandingan antara SFOC dengan Daya terhadap
dibandingkan dengan MDO yang tidak diberi perlakuan jenis bahan bakar MDO, MDO 15%, MDO 20%
apapun. Hal tersebut terjadi dikarenakan MSM+MDO dan MDO 25% pada RPM 1400
15%, MSM+MDO 20% dan MSM+MDO 25%
dipisahkan menggunakan vacuum distillation RPM 1400
1200
4. Perbandingan antara SFOC dengan Daya terhadap
jenis bahan bakar MDO, MDO 15%, MDO 20% 1000

dan MDO 25% pada RPM 1300 800


SFOC (gr/kwh)

MDO
600 MDO 15%
MDO 20%
400
MDO 25%
RPM 1300 200

1200 0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
1000
Daya (kW)
SFOC (gr/kwh)

800 MDO
600 MDO
15%
400 MDO Gambar 12 Grafik Perbandingan SFOC Dengan Daya Terhadap Jenis
20%
200 MDO Bahan Bakar MDO, MDO 15%, MDO 20% dan MDO 25% pada RPM
25%
0 1400
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Daya (kW) Dari grafik 12 Perbandingan SFOC Dengan Daya
Terhadap Jenis Bahan Bakar MDO, MDO 15%, MDO 20%,
MDO 25% pada putaran mesin 1400 rpm ketika daya
Gambar 11 Grafik Perbandingan SFOC Dengan Daya Terhadap Jenis
Bahan Bakar MDO, MDO 15%, MDO 20% dan MDO 25% pada RPM maksimum, konsumsi bahan bakar MDO, MDO 15%, MDO
1300 20%, MDO 25% berturut-turut yaitu 511,489 gr/kWh,
439,2613 gr/kWh, 546,2053 gr/kWh dan 486,5965 gr/kWh.
Pada grafik 11 menunjukkan bahwa SFOC terendah
Sedangkan nilai SFOC terendah didapat pada bahan bakar
dimiliki oleh bahan bakar MDO 15% padahal jika dilihat
MDO 15% dengan nilai sebesar 395,673 gr/kWh pada saat
pada gambar 8 menunjukkan bahwa nilai kalor terendah
daya 1,147 kW, untuk MDO nilai SFOC terendah pada
dimiliki oleh bahan bakar MDO 15% yang mana seharusnya
493,6198 gr/kWh dengan daya 1,118 kW, kemudian MDO
semakin rendah nilai kalor suatu bahan bakar maka
20% memiliki SFOC terendah pada 467,9337 gr/kWh pada
konsumsi bahan bakar akan mengalami
saat daya 1,059 kW dan untuk MDO 25% nilai SFOC
peningkatan.dikarenakan temperature pembakaran bahan
terendah adalah 456,9106 gr/kWh dengan daya keluaran
bakar tersebut mengalami penurunan sehingga
sebesar 1,119 kW. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi
mengakibatkan bahan bakar yang butuhkan lebih banyak
bahan bakar MDO 15% lebih kecil dari MDO, MDO 20%
ketika percampuran dengan udara untuk mendapatkan
dan MDO 25%.
kinerja mesin yang diinginkan. Namun fenomena pada
penelitian ini dapat terjadi disebabkan oleh suhu bahan
bakar yang diterima oleh mesin ketika diinjeksikan kedalam
6. Perbandingan antara SFOC dengan Daya terhadap
ruang bakar tidak stabil, karena mesin yang digunakan
jenis bahan bakar MDO, MDO 15%, MDO 20%
merupakan mesin diesel dengan daya putar tinggi yang
dan MDO 25% pada RPM 1500
mana tidak sesuai dengan bahan bakar MDO yang mana
bahan bakar tersebut diperuntukan untuk mesin daya putar Gambar 13 Grafik Perbandingan SFOC Dengan Daya Terhadap Jenis
rendah. Meskipun bahan bakar MDO yang akan digunakan Bahan Bakar MDO, MDO 15%, MDO 20% dan MDO 25% pada RPM
untuk mesin diesel Yanmar TF-85MH pada penelitian ini 1500
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 7

RPM 1500 Torsi vs RPM


1200 12

1000 11.5

800 11
SFOC (gr/kwh)

MDO 10.5
600 MDO MDO

Torsi (Nm)
15% 10 MDO 15%
400 MDO
20% MDO 20%
9.5
200 MDO MDO 25%
25% 9
0 8.5
0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
8
Daya (kW) 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550
RPM

Dari grafik 13 Perbandingan SFOC Dengan Daya


Terhadap Jenis Bahan Bakar MDO, MDO 15%, MDO 20%, bakar, dimana nilainya didapatkan dari grafik SFOC
MDO 25% pada putaran mesin 1500 rpm ketika daya dengan nilai paling rendah pada tiap putaran. Torsi
maksimum, konsumsi bahan bakar MDO, MDO 15%, MDO tertinggi atau torsi puncak didapatkan pada putaran 1400
20%, MDO 25% berturut-turut yaitu 556,6274 gr/kWh, rpm. Dengan menggunakan bahan bakar MDO
450,8787 gr/kWh, 515,8269 gr/kWh dan 549,9464 gr/kWh. didapatkan torsi maksimum sebesar 9,66 Nm, MDO 15%
Sedangkan nilai SFOC terendah didapat pada bahan bakar menghasilkan torsi maksimum sebesar 10,639 Nm, MDO
MDO 15% dengan nilai sebesar 450,8787 gr/kWh pada saat 20% menghasilkan torsi maksimum sebesar 10,26 Nm,
daya 1,633 kW, untuk MDO nilai SFOC terendah pada MDO 25% menghasilkan torsi maksimum sebesar 10
504,8989 gr/kWh dengan daya 1,25 kW, kemudian MDO Nm. Dari percobaan menggunakan empat jenis bahan
20% memiliki SFOC terendah pada 515,8269 gr/kWh pada bakar tersebut, didapatkan torsi terbesar dihasilkan
saat daya 1,5967 kW dan untuk MDO 25% nilai SFOC dengan menggunakan bahan bakar MDO 15% dengan
terendah adalah 549,9464 gr/kWh dengan daya keluaran selisih 0,979 Nm terhadap MDO. Pada grafik 4.13 juga
sebesar 1,55 kW. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi dapat dilihat dengan menggunakan bahan bakar MDO
bahan bakar MDO 15% lebih kecil dari MDO, MDO 20% 20% maupun MDO 25% Torsi yang dihasilkan lebih
dan MDO 25%. besar dari MDO, antara MDO 20% dengan MDO terdapat
7. Perbandingan Daya dengan Putaran Engine pada selisih 0,6 Nm sedangkan MDO 25% dengan MDO
Beban Penuh terdapat selisih 0,34 Nm. sedangkan untuk nilai terendah
torsi dikeluarkan oleh bahan bakar MDO 15% dengan
nilai 8,817 Nm
Power vs RPM 9. Perbandingan BMEP dengan Putaran Engine pada
2 Beban Penuh
1.8
BMEP vs RPM
1.6 MDO
Daya (kW)

MDO
42000.00
BMEP (N/m2)

1.4
15% MDO
MDO
20% 38000.00 MDO 15%
1.2 MDO
25%
34000.00 MDO 20%
1 30000.00 MDO 25%
1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550
1200 1400 1600
RPM
RPM
Gambar 14 Grafik Perbandingan Daya Dengan Putaran Engine
Penuh Pada Beban Penuh Gambar 16 Grafik Perbandingan BMEP Dengan Putaran Engine
Pada grafik 14 merupakan grafik perbandingan daya Penuh Pada Beban Penuh
dengan putaran engine pada setiap jenis bahan bakar saat Pada grafik 16 merupakan grafik perbandingan BMEP
beban penuh, dimana nilainya didapatkan dari grafik maksimum dengan putaran engine pada setiap jenis bahan
SFOC dengan nilai paling rendah pada tiap putaran. Daya bakar, dimana nilainya didapatkan dari grafik SFOC dengan
tertinggi atau daya puncak didapatkan pada putaran 1500 nilai paling rendah pada tiap putaran. BMEP tertinggi
rpm. Dengan menggunakan bahan bakar MDO
didapatkan pada putaran 1400 rpm. Dengan menggunakan
didapatkan daya maksimum sebesar 1,616 kW, MDO
bahan bakar MDO didapatkan BMEP maksimum sebesar
15% menghasilkan daya maksimum sebesar 1,633 kW,
MDO 20% menghasilkan daya maksimum sebesar 1,596 41721,63 N/m2 , MDO 15% menghasilkan BMEP
kW, MDO 25% menghasilkan daya maksimum sebesar maksimum sebesar 43378,83 N/m2, MDO 20%
1,55 kW. menghasilkan BMEP maksimum sebesar 41694,13 N/m2,
MDO 25% menghasilkan BMEP maksimum sebesar
8. Perbandingan Torsi dengan Putaran Engine pada
40607,38 N/m2. Dari percobaan menggunakan empat jenis
Beban Penuh
Gambar 15 Grafik Perbandingan Torsi Dengan Putaran Engine bahan bakar tersebut, didapatkan BMEP terbesar dihasilkan
Penuh Pada Beban Penuh dengan menggunakan bahan bakar MDO 15% dengan
selisih 1657,2 N/m2 terhadap bahan bakar MDO. Pada
Pada grafik 15 merupakan grafik perbandingan torsi
maksimum dengan putaran engine pada setiap jenis bahan grafik 16 juga dapat dilihat dengan menggunakan bahan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 8

bakar MDO 20% maupun MDO 25% BMEP yang [8] D. Maass, D. T. (2015). Desulfurization and denitrogenation of heavy
gas oil. Florianopolis, Brazil: Department of Chemical and Food
dihasilkan lebih kecil 27,5 N/m2 dan 1114,25 N/m2
Engineering, Federal University of Santa Catarina.
dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar MDO.
Sedangkan nilai BMEP terendah didapatkan dengan [9] Fatemeh Davoodi-Dehaghani a, *. M. (2009). Biodesulfurization of
dibenzothiophene by a newly isolated. Tehran, Iran: University of
menggunakan bahan bakar MDO 25% dengan BMEP Tehran, Tehran, Iran
sebesar 35716,17 N/m2.
[10] Flavio Correa Bicca, L. C. (1999). PRODUCTION OF
BIOSURFACTANT BY HYDROCARBON DEGRADING
RHODOCOCCUS RUBER AND RHODOCOCCUS
V. KESIMPULAN/RINGKASAN ERYTHROPOLIS. Porto Alegre: Instituto de Ciencia e Tecnologia de
Alimentos.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang telah
[11] Fu Li Li, P. X. (2003). Deep desulfurization of hydrodesulfurization-
dilakukan penulis terkait analisis pengaruh biodesulfurisasi treated diesel oil by a facultative thermophilic bacterium
menggunakan bakteri Rhodococcus Erythropolis terhadap Mycobacterium sp. X7B. Elsevier Science B.V.
performa mesin diesel, maka dapat disimpulkan bahwa:
[12] Guo-Qiang Li, S.-S. L.-W. (2008). Improved biodesulfurization of
1. kandunagn sulfur MDO, MSM+MDO15%, hydrodesulfurized diesel oil. Shanghai, China: Chemistry and
MSM+MDO 20% dan MSM+MDO 25% Molecular Engineering, East China University of Science and
Technology,
mempunyai nilai berturut-turut sebagai [13] Q. Zhang, M. Y. (2006). Extensive desulfurization of diesel by
berikut 0,198%, 0,321%, 0,261% dan Rhodococcus. Fushun P. R. China: Fushun Research Institute of
0,268%. Petroleum.
2. Bakteri Rhodococcus mampu mendegradasi [14] Susanti, N. (2011). ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI
kadar sulfur organic yaitu DBT pada bahan DESULFURISASI DARI TANAH PERTAMBANGAN BATUBARA
bakar ASAL SUMATERA SELATAN DENGAN PENGAYAAN
3. Dalam hal performa mesin diesel untuk DIBENZOTHIPHENE DAN BATUBARA. Jakarta: Universitas Islam
daya, torsi dan BMEP terbesar dihasilkan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
oleh bahan bakar MDO 15% dibandingkan
menggunakan bahan MDO, MDO 20% dan
juga MDO 25%.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang
tua, Bapak/Ibu Dosen Departemen Teknik Sistem
Perkapalan dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan kepada penulis dalam mengerjakan penelitian ini.
Untuk semua pihak yang tudak dapat disebutkan satu
persatu, penulis mengucapkan terima kasih..

DAFTAR PUSTAKA
[1] Prafasta, G. (2020). ANALYSIS OF COMBUSTION PROCESS AND
EMISSION ON ONE CYLINDER DIESEL ENGINE WITH GREEN
DIESEL FUEL BASED ON SIMULATION. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
[2] OEMAR, K. S. (2018). ANALISA PERFORMA BERBASIS
EKSPERIMEN DAN KELAYAKAN EKONOMIS BAHAN BAKAR
BIODIESEL BIJI KEMIRI (ALEURITES MOLUCCANA) PADA
MESIN DIESEL SATU SILINDER. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember
[3] Kuspriyanto, R. I. (2018). PENGARUH PENGGUNAAN AIR DALAM
BAHAN BAKAR EMULSI BIODIESEL MINYAK KELAPA SAWIT
(CRUDE PALM OIL) TERHADAP PERFORMA, NOx, DAN PROSES
PEMBAKARAN (COMBUSTION PROCESS) PADA MESIN DIESEL.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
[4] Wijarko, R. (2018). Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Emulsi dari
Limbah Plastik Jenis Polipropilen dengan Bahan Bakar High Speed
Diesel (HSD) Terhadap Performa, Emisi dan Proses Pembakaran
pada Mesin Diesel. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
[5] Bayu Wiyantoko, M. (2016). Modul Kuliah Kimia Petroleum.
Universitas Islam Indonesia
[6] Nufauziah. (2017). DESULFURISASI BAHAN BAKAR SOLAR OLEH
BAKTERI MORAXELLA OSLOENSIS. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
[7] Carla C. C. R. de Carvalho, M. M. (2005). The remarkable
Rhodococcus erythropolis. Lisbon: Centro de Engenharia Biológica e
Química, Instituto Superior Técnico.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 9

Anda mungkin juga menyukai