Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN PORTOFOLIO INDIVIDU

MATA KULIAH KESEHATAN PENYELAMAN DAN HIPERBARIK

Disusun Oleh :
Mellynia Fitria Rahmi
NIM. 1910071

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
TA. 2021/2022
REVIEW JURNAL
ISI
NO JUDUL PENULIS PENERBIT TAHUN JENIS SAMPEL / VARIABLE INSTRUMEN HASIL
TERBIT PENELITIAN RESPONDEN
1. TINJAUAN Nurachmad Oseana 2018 Deskriptif Penyelam Penyelaman Cross Dalam
TENTANG Hadi Scuba SCUBA Sectional sejarah
PENYELAMAN dilakukan penyelaman
pada tidak di-
kedalaman 18 ketahui kapan
- 39 m atau pertama kali
kurang dari manusia
itu tergantung mulai
pada menyelam.
kebutuhannya, Manusia
dan dise- primitif sudah
suaikan mulai
dengan mencoba
kecepatan melakukan
arus penyelaman
(maksimal 1 walaupun
knot). dengan teori
yang paling
sederhana.
Jadi usaha
manusia
melakukan
penyelaman
telah dimulai
sejak zaman
purba seumur
peradab- an
manusia
sendiri.
Pada mulanya
penyelaman
dilakukan
dengan
menahan
napas, tanpa
bantuan alat.
Untuk
mempercepat
mencapai
dasar air,
penyelam
sering terjun
dari satu
ketinggi- an
dengan
memeluk batu
sebagai
pemberat.
Setelah
sampai pada
kedalaman
yang dituju
batu tersebut
dilepaskan
dan mereka
berge- rak
sesuai dengan
kebutuhan
untuk apa pe-
nyelaman itu.
TINJAUAN TENTANG PENYELAMAN
oleh
*)
Nurachmad Hadi

ABSTRACT
NOTES ON DIVING. Diving is closely related with every underwater aspects. Formerly, it was
practice by simply stopping to breathe. The development of science and technology gives
opportunity for people to produce more sophesticated diving equipments such as SCUBA = Self
Contained Underwater Breathing Apparatus. Ho- wever, to practice diving by using SCUBA,
several factors related to knowledge on diving techniques, equipments and procedures should be
perfectly understood in order to guarantee the safety of life of the divers. Since SCUBA is largely
used for diving. Its detailed usage is explained in this article. Several diving techniques,
procedures and ethics as well as sickness due diving foult are reviewed.

PENDAHULUAN dan lamanya penyelaman sangat terbatas dan


tergantung kepada kemampuan mena- han napas.
Dalam sejarah penyelaman tidak di-ketahui kapan Untuk memperjelas penglihatan dalam air
pertama kali manusia mulai menyelam. Manusia penyelam tradisional banyak me- makai kaca mata
primitif sudah mulai mencoba melakukan renang yang bingkainya terbuat dari bambu, biji
penyelaman walaupun dengan teori yang paling kenari atau kayu. Pada penyelaman tahan napas,
sederhana. Jadi usaha manusia melakukan adap-tasi manusia terhadap lingkungan
penyelaman telah dimulai sejak zaman purba penyelaman (air) sangat terbatas, bahkan dapat
seumur peradab- an manusia sendiri. dikatakan dengan menyelam manusia mela-wan
Pada mulanya penyelaman dilakukan dengan kodratnya sendiri. Seiring dengan ke-majuan
menahan napas, tanpa bantuan alat. Untuk teknologi, manusia berusaha mencip-takan alat
mempercepat mencapai dasar air, penyelam sering selam berupa alat bantu pernapas-an, pakaian
terjun dari satu ketinggi-an dengan memeluk batu selam, serta alat lain pendukung penyelaman. Alat-
sebagai pemberat. Setelah sampai pada kedalaman alat bantu selam itu di- perlukan untuk beradaptasi
yang dituju batu tersebut dilepaskan dan mereka terhadap media (lingkungan) penyelaman,
berge- rak sesuai dengan kebutuhan untuk apa pe- sehingga perubah- an-perubahan flsiologis pada
nyelaman itu. Dengan demikian kedalaman tubuh sejak terjun ke dalam air, menyelam ke
dasar air,

*) Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Jakarta.

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


dll. Dengan goggling ini penyelam sulit untuk
selama berada di kedalaman, sampai muncul
melakukan ekualisasi, akibatnya mudah terkena
kembali ke permukaan dapat berlangsungdengan
squeeze mata dan baro-trauma teiinga yang dapat
wajar tanpa tinibul komplikasi. Alat-alat yang
menyebab-kan kesulitan bagi penyelam. b.
diciptakan nianusia di- antaranya ialah : SCUBA
"Snorkelling" adalah penyelaman tahan napas
(Self ContainedUnderwater Breathing Apparatus)
dengan menggunakan masker kaca (face mask)
dan SSBA(Surface Supplied Breathing Apparatus).
yangmenutupi mata dan hidung, serta pipa napas
Dengan alat-alat tadi manusia dapat menye-lanii
(Snorkell). Cara dan kegunaannya untuk
sungai, laut, danau dan bahkan bawah es di
menyelam sama dengan goggling, namun sedikit
daerah kutub (ice diving), lebih lama lebih menguntungkan karena penyelam mudah
dan lebih dalam. melakukan ekualisasi dan dapat berenang di
Dewasa ini telah dicapai suatu kemaju- an yang
permukaan tanpa mengang-kat kepala apabila
sangat pesat baik dari segi teknik penyelanian hendak bernapas.
maupun peralatan penyelaniannamun dalam tulisan
ini penulis hanya akan membicarakan teknik dasar Kemampuan penyelam menahan napas nie-
penyelanian yang menggunakan peralatan SCUBA nyebabkan terbatasnya waktu dan kedalam- an
(Scuba Diving). dalam melakukan pekerjaan bawah air.

JENIS TEKNIK DASAR PENYELAMAN 2. Penyelaman SCUBA atau SCUBA Diving


(Gambar 1)
Ditinjau dari jenis teknik dasar penye- lanian, Penyelaman SCUBA dilakukan pada kedalaman
menurut MAULANA & SUSANTO (1989 a) ada 3 18 - 39 m atau kurang dari itu tergantung pada
cara yang dipergunakan yaitu : kebutuhannya, dan dise- suaikan dengan
1. Penyelanian tahan napas (Breath Hold kecepatan arus (maksimal 1 knot). Dalam
Diving, Skin Diving) keadaan normal penyelam- an SCUBA
2. Penyelanian SCUBA (Scuba Diving) dilakukan pada kedalaman
3. Penyelanian SSBA (Surfased Supply 18 m selama 60 menit, sedangkan maksi-malnya
Breathing Apparatus Diving). dilakukan pada kedalaman 39 m selama 10 menit.
SCUBA digunakan untuk melakukan tugas
1. Penyelaman tahan napas (Breath Hold penyelaman di air dangkal yang memerlukan
Diving, Skin Diving) mobilitas tinggi, tetapi dapat diselesaikan dalam
Penyelanian tahan napas ada 2 macam waktu relatif singkat. Penyelaman SCUBA sering
yakni : dilaku- kan untuk melakukan pemeriksaan, penca-
a. "Goggling" dan rian benda-benda, penelitian, pengamatan
b. "Snorkelling". pertumbuhan biota laut, perbaikan atau perawatan
a. "Goggling" adalah penyelanian tahan na- pas ringan pada kapal.
dengan menggunakan kaca mata renang. Biasanya, Penyelaman SCUBA dapat juga dijadi- kan
banyak dilakukan oieh penyelam alam dan para penunjang bagi objek wisata bawah air
nelayan untuk mencari mutiara, teripang, menembak (underwater tourism) yang dapat mengha- silkan
ikan, memasang dan mengambil bubu devisa yang cukup banyak untuk negara.

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


Gambar 1. Penyelani SCUBA lengkap dengan peralatannya.

Keterangan :
1. labung SCUDA (Aqualong)
2. Regulator
3. Masker
4. Snorkel
5. Pressure gauge (pengukur tekanan udara dalam SCUBA)
6. Depth gauge (pengukur kedalaman)
7. Pakaian selani (Wet/Dry suit)
8. Ronipi apung (Bouyancy compensator
9. Sabuk pemberat (quick release weight belt)
10. Pisau selam (knife)
11. Sirip renang (Fins)
12. Jam selam (Diving watch)
Back pack disini tidak terlihat.

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


BEBERAPA ALAT SELAM DANKEGUNAANNYA
Semua penyelam SCUBA harus me-nguasai teknik
ESA (Emergency Swimming Ascend) yaitu berenang (Gambar 2 & 3)
bebas kepermukaan dengan cepat sambil selalu 1. Masker (Face Mask)
menghembuskan napas. Di samping itu penyelaman Bentuk mask ada beberapa macam. Pilihlah salah
SCUBA seharusnya selalu dilakukan bersama mitra satu diantaranya yang sesuai dengan wajah anda
selam (buddy diver) dan diperlukaii adanya sehingga nyaman dipakai- nya. Untuk menguji
penyelam cadangan yang selalu siap menye- lam bila kekedapannya yang sempurna, kenakanlah mask
dibutuhkan. Dalam menggunakan alat-alat SCUBA di wajah anda tanpa mengenakan tali kepala, tarik
penyelam harus mematuhi prosedur yang benar napassedikit melalui hidung, jika mask tadi me-
supaya tidak mengelami komplikasi atau penyakit miliki kekedapan yang sempurna maka maskharus
akibat penye- laman. tetap menempel di wajah. Kegunaan mask untuk
Keuntungan penyelaman SCUBA ini ialah mencegah arir masuk ke hidung dan mata serta
persiapannya cepat, tidak banyak me- merlukan melindunginya dari zat yang mengganggu yang
dukungan logistik, praktis, mobili- tasnya tinggi dan dapat menimbulkan ra-dang (iritasi). Mask juga
gangguan yang ditimbulkan oleh peralatan selam memungkinkan anda dapat melihat benda di
sangat minimal. Walau-pun mempunyai keuntungan bawah air dengan jelas. Pilihlah mask dengan
tetapi ada juga kerugiannya diantaranya ialah "tem- pered glass", jangan yang dari plastik.
terbatasnya suplai udara dalam scuba sehingga
kedalam- an dan lamanya terbatas pula, tidak dapat 2. "Snorkel"
dilakukan komunikasi suara antara penye- lam "Snorkel" merupakan peralatan survi- val
maupun tender, sangat terpengaruh kecepatan arus, terpenting yang digunakan baik oleh "skin diver"
adanya hambatan pernapas- an dan perlindungan maupun "scuba diver". "Snor- kel"
terhadap penyelaman terbatas. memungkinkan kita melihat tamasya bawah air
dengan cara berenang dan mene- lungkupkan
3. Penyelaman SSBA (Surfaced Supply Breathing
muka di permukaan air tanpa harus mengangkat
Apparatus Diving).
kepala untuk mengambil napas. "Snorkel"
Penyelaman SSBA ini memerlukan du- kungan
membantu kita berenang menuju sasaran
logistik yang lebih komplek serta dukungan peralatan
penyelaman tanpa harus menggunakan udara dari
dan anggota dalam jum- lah yang cukup besar. Gerak
tabung scuba. Bentuk snorkel bermacam-macam.
penyelaman dalam bidang vertikal sukar dilakukan.
Namun demikian penyelaman SSBA ini memasok 3. Sabuk pemberat
udara tidak terbatas dan dapat di- laksanakan pada Sabuk pemberat dibuat agar mudah dibuka,
kecepatan arus maksimal 2,5 knots. Karenanya sehingga dalam keadaan darurat sabuk pemberat
penyelaman ini di- gunakan untuk melaksanakan dengan mudah dan cepat dilepas. Biasanya
penelitian-pe- nelitian pada kedalaman lebih dari 60 penyelam scuba memakai beberapa pemberat
m selama 40 menit (MAULANA dan SUSAN- TO untuk keseimbangan se- suai dengan kebutuhan.
1989 a). Saat ini pembicaraannya kita tinggalkan dulu. Pemberat biasanya terbuat dari timah atau logam
lain. Kenakan sabuk pemberat sehingga mudah
dibuka dengan satu tangan sesuai dengan
kebiasaan setiap kali memakai sabuk.

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


Gambar 2. Pakaian selam
a. lengan baju dan celana pendek
b. lengan baju dan celana panjang

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


Gambar 3. Beberapa Peralatan Selam

KETERANGAN GAMBAR :
1. Masker kaca ("Face Mask").2.Pipa napas 6. "Back Pack"
("Snorkel"). 7. "Regulator"
3. Sabuk pembeiat ("Weight Belt") 8. Pengukur tekanan udara dalam
4. Peralatan apung ("Buoyancy Control 9. scuba ("Pressure gauge")
Device" BCD). lO.Pisau selam ("Dive knife")
5. Tabung selam ("Aqualung"). ll.Siriprenang("Fins").

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


operasi intelejen, dan fotografi bawah air yang
4. Peralatan apung atau "Buoyance con
profesional.
trol divice" (BCD)
Penyelaman dengan "closed circuit scuba" hanya
"Buoyancy vest" atau peralatan apung adalah
dilakukan sampai kedalaman 10 meter dan
perlengkapan penting yang digunakan seorang
maksimum 14 meter (PO2 =2,4 ATA). Hal ini
penyelani. Alat ini berfungsi dalam 4 keperluan
untuk menghindari kera- cunan gas oksigen sebab
utama sebagai berikut:
pada sistem ini digunakan oksigen murni.
a. Untuk niemberikan daya apung positip
Keracunan oksi- gen biasanya mulai terjadi
(positive buoyance) selama berenang di
pada PO9 =2 ATA.
permukaan air.
b. untuk niemberikan daya apung guna is- 6. "Backpack"
tirahat, atau menyangga seorang penye "Back pack" adalah alat pemegang scuba agar
lani yang mengalami kecelakaan. scuba tetap/enak dipakai dipung- gung penyelani.
c. Untuk niemberikan daya apung netral Adajuga "back pack" yang langsung dirakit
(neutral buoyance) terkendali dalam air menempel dengan BCD.
diakibatkan hilangnya daya apung dari 7. Regulator
baju selam (wet suit) atau tas koleksi Regulator adalah alat yang mengatur pengeluaran
(collecting bag) yang berat. udara dari tabung (Aqualung) ke penyelani
d. Untuk mendapatkan kemampuan dalam sehingga keluarnya udara sesuai dengan yang
memeberikan pertolongan, baik untuk dibutuhkan.
diri sendiri maupun untuk menolong
oranglain. 8. "Pressure gauge*'
"Pressure gauge" ialah alat pengukur tekanan
5. Tabung selam (Aqualung) udara dalam scuba, agar kita tahu sampai berapa
Sebuah tabung selam, atau botol udara dibuat atmosfer/PSI udara yang ada di dalam tabung.
untuk menampung udara yang dimampatkan secara
aman. Tabung-tabung masa kini dibuat dari baja 9. "Depth gauge"
atau campuran aluminium dan dapat diperoleh "Depth gauge" ialah alat untuk meng- ukur
dalam be- berapa ukuran. Pada umumnya scuba kedalaman, dengan demikian kita tahu berapa
yang dipakai adalah "open circuit scuba" yaitu dalam kita menyelam. Hal ini bergu- na sekali
dimana udara pernapasan langsung dihem- buskan untuk penyelani dalam menghitung adanya
keluar (kedalam air). Adajuga "semi closed circuit dekompresi.
scuba" dan "closed circuit scuba". Pada "closed
circuit scuba" udara yang dikeluarkan (CO ) tidak 10. Pisau selam
dihembus- kan ke luar tetapi lewat proses kimia Pisau selam bukan merupakan senjata bagi
terten- tu diubah kembali menjadi Oksigen (CL) penyelani tetapi alat sangat penting untuk
dan digunakan lagi untuk bernapas, sehingga keperluan seperti memotong tali, menggali,
gelembung-gelembung udara yang keluar tidak memotong sisa-sisa jaring nelayan yang
nampak. "Closed circuit scuba" sering mengganggu penyelani, mengumpil dll. Jangan
dipergunakan oleh penyelani militer dalam memegang pisau sambil berenang,

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


kehidupan bawah air lainnya. Beberapa pe- nyakit
simpanlah pisau pada sarungnya dan letak- kan
akibat penyelaman dijelaskan di bawah ini.
disalah satu kaki di bawah lutut demi keamanan kit
a sendiri. Banyak ragam ukur- an dan bentuk pisau 1. Barotrauma
selam. Barotrauma adalah kekerasan (penge- rutan)
11. "Fins" (sirip renang) akibat tekanan tinggi yang dapat mengakibatkan
Sirip renang diciptakan untuk membe- ri kekuatan kerusakan jaringan tubuh. Ini diakibatkan
pada kaki dan merupakan pi- ranti bergerak, kegagalan tubuh menyesuai- kan tekanan
sehingga kemampuan renang kita bertambah 10 kali udara/gas yang terdapat padarongga-rongga udara
lebih besar, tetapi bukan diciptakan untuk kecepatan di dalam tubuh penye- lam, dengan tekanan
renang. Ada 2 macam sirip renang yaitu "open absolut yang dialami penyelam. Barotrauma ini
heel" dan "foot pocket". dapat terjadi pada saat penyelam berenang turun
(tekan-an meninggi, volume udara mengecil) mau-
12. Baju selam (Gambar 2) pun penyelam berenang kepermukaan (te- kanan
Ada dua macam baju selam yaitu "Wet suit" dan mengecil, volume udara membesar sesuai hukum
"dry suit". Baju selam ini berguna untuk melindungi Boyle).
tubuh dari dingin-nya air sehingga tubuh kita tidak Gejala umum barotrauma adalah rasa sakit yang
terlalu banyak kehilangan panas badan. Di samping sering diikuti pendarahan pada/ dari rongga udara
itu berguna juga untuk melindungi diri dari yang mengalami barotrau-ma, dimana pendarahan
sengatan binatang berbisa dan binatang beracun yang terjadi sering tidak disadari oleh penyelam.
serta dapat melindungi kulit dari pergeseran dengan Rasa sakit pada telinga adalah indikator
batu karang atau benda tajam yang lain. (petunjuk) yang cukup sensitif untuk
13. Jam selam (diving watch) menunjukkan bahwa tubuh belum berhasil
Jam selam berfungsi untuk menghi- tung waktu melaksanakan adaptasi terhadap perubahan
menyelam agar terhindar dari dekompressi. tekanan.
Selain alat-alat yang tersebut di atas ada pula a. Barotrauma sinus
peralatan lain seperti kompas selam, senter selam, Pada tengkorak manusia terdapat rong- ga udara
sarung tangan, sepatu karang, bendera penyelam, (sinus) yang umumnya menipunyai hubungan
tas alat-alat, pelampung dan talinya, "log book" dan (lubang) yang bermuara pada tenggorokan.
tabel dekompressi. Kegagalan penyesuaian tekan- an udara dalam
sinus dapat menyebabkan pendarahan disertai rasa
sakit pada sinus yang terkana.
BEBERAPA PENYAKIT AKIBATPENYELAM AN
b. Barotrauma masker
Pekerjaan penyelaman selalu diincar bahaya baik Umumnya terjadi karena saat penye- lam berenang
sebagai akibat dari perubahan tekanan, temperatur turun tidak menghembuskan udara ke rongga
air, maupun terhadap masker, sehingga setelah daya lentur masker
mencapai maksimalmaka untuk mengimbangkan
tekanan udara

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


di dalam masker, jaringan-jaringan lunak pada 2. Keracunan
wajah dapat terhirup ke dalam masker. Akibatnya a. Keracunan gas pernapasan
Biasanya terjadi pada penyelam berada di
terjadi pembengkakan dan warna kemerahan
(perdarahan) pada bagian putih mata serta kedalaman (di dasar laut), tetapi bisa juga terjadi
kelopak mata, Rasa sakit atau tertekan terasa pada pada saat penyelam berenang menuju dasar.
kulit wajah yang ber- singgungan dengan masker. Semakin dalam menyelam semakin besar pula
tekanan parsial gas per- napasan yang dihisap
c. Barotrauma gigi masuk ke jaringan
Barotrauma gigi ini terjadi apabila ada gigi yang tubuh. Pada orang-orang rentan, tinggi te- kanan
berlubang (caries) akibatnya rasa sakit pada gigi parsial gas-gas tersebut dapat menim- bulkan
(terutama saat menye- lam) yang disertai keracunan gas. Oleh karena itu pada penyelaman
perdarahan. laut dalam sering digunakan
gas campuran misalnya gas Nitrox (Nitro- gen-
d. Barotrauma paru-paru Oksigen), Heliox (Helium-Oksigen) bah- kan ada
Pada kedalaman tertentu paru-paru penyelam juga tiga campuran yaitu Helium- Nitrogen-
berisi udara bertekanan tinggi yang sesuai dengan Oksigen.
tekanan absolut di ke- dalaman tersebut. Bila
karena sesuatu hal penyelam berenang dengan b. Keracunan Nitrogen (Nitrogen Narcosis)
cepat ke permu- kaan (Emergency Swimming Keracunan nitrogen dapat terjadi mu- lai
Ascent Blow Up) tanpa terkendali dan tanpa kedalaman 30 meter atau lebih (PN2 = 3,2 ATA),
menghem- buskan napas/udara, maka setibanya dimana gejalanya seperti orang mabok alkohol
di per- mukaan volume paru-paru akan mengem- akibat minum minuman keras. Seterusnya setiap
bang dengan cepat tanpa diimbangi pengem- kedalaman bertam- bah 10 meter gejala keracunan
bangan dinding dada sehingga paru-paru dapat akan ber- tambah pula. Batas kadar PN2 yang me-
pecah. nimbulkan Nitrogen Narcosis setiap penye- lam
sangat bervariasi dan sangat tergantung pada
e. Barotrauma usus kondisi fisik penyelam sebelum penye- laman
Biasanya terjadi pada para penyelam pemula. Hal dimulai. Penyelaman di air laut yang dingin,
ini karena mereka seringnya menelan udara (tak bejcerja berat di dalam air, gelisah, kurangnya
sengaja) saat nielakukan ekualisasi atau bernapas pengalaman, menurunnya O serta meningginya
2
biasa dengan regula- tor. Saat berenang naik, CO dalam udara pernapasan dapat mempermudah
2
udara tekanan tinggi yang tertelan tadi akan terjadinya keracunan N
2.
niengenibang sehingga menyebabkan sembelit,
sakit perut atau bahkan muntah. Penyebab lainnya c. Keracunan Oksigen (Oxigen Toxicity)
ada- lah karena minum minuman yang mengan- Keracunan ini sering terjadi pada pe-
dung soda (CO?) pada waktu akan menye- lam. nyelaman dalam (90 meter dengan udara)
atau 10 meter bila penyelam bernapas de-
ngan Oksigen murni. Gejalanya biasanya

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


Pada saat penyelani berenang ke permukaan
perut mual atau muntah, kepala pusing halusinasi
(setelah menyelam dalam dan lama) harus
pandangan/pendengaran, kebi- ngungan, kejang-
kejang halus otot-otot bibir dan wajah, hilangnya mematuhi prosedur tertentu (prosedur de-
ingatan setelah kejang. kompresi) untuk mengeluarkan gas N^ dari tubuh
penyelani yang terlarut. Bila prosedur dekompresi
d. Keracunan Karbondioksida (C02) dilanggar maka sudah dapat di- pastikan bahwa
Bila udara segar yang masuk ke dalani kompresor akan terjadi penyakit de- kompresi dengan segala
(waktu mengisi tabung) terce- mar gas C02 dari akibatnya. Ada 2 tipe penyakit dekompresi.
mesin/pabrik maka akibat- nya penyelam bisa Penyakit dekom- presi tipe I (Bends, Pain Only
keracunan. Gejalanya di- antaranya adalah sesak Decom- pression Sickness).
napas (napas pendek, cepat, dalani dan berat), Seluruh tubuh (terutama persendian)terasa sangat
berdenyut di daerah dahi, kepala terasa ringan, nyeri timbulnya berangsur- angsur atau
kejang-kejang, penglihatan menurun dan pada mendadak. Kelelahan dan rasa ngantuk yang
tingkat berat jantung dan pernapasan dapat berhen- berlebihan, pusing, bercak- bercak merah pada
ti dan berakhir dengan kematian. kulit disertai rasa gatal.

e. Keracunan Karbonmonoksida (CO) Penyakit dekompresi tipe II merupa-kan penyakit


Akibat tidak sempurnanya pembakar- an dalani mesin yang serius. Jika perawatannya terlambat atau
kompresor, udara dalani scuba dapat tercemar gas CO tidak memadai sering menye- babkan cacat tubuh
atau tercemar- nya udara atmosfir oleh gas CO dari atau kematian. Gejala - gejalanya sebagai berikut
mesin- mesin lain, pabrik/industri sehingga udara :
yang dikompresikan ke dalani scuba mengan- dung a. Gejala neurologis
gas CO yang tinggi. Biasanya kalauhal ini sampai Kulit terasa tebal terasa seperti ditusuk- tusuk
terjadi akan berakibat bagi penyelani yaitu terasa jarum, hilangnya/menurunnya rasa sakit.
adanya sakit kepala, napas pendek, kekacauan Kelemahan sampai kelumpuhan otot anggota
mental, muntah, lumpuh, tak sadar dan dapat berakhir gerak. Bisa terjadi kebutaan.
de- ngan kematian. b. Gejala paru-paru (Chockes)
Dada terasa nyeri dan berat/tertekan, napas sesk
sampai sianosis (pucat, kebiru-an) disertai batuk
3. Penyakit Dekompressi (Decompression kering.
Sickness, DCS) c. Gejala sistem kardiovaskuler (Bends
Sesuai dengan Hukum Henry, semakin dalani shock)
penyelanian semakin banyak pula Nitrogen yang larut Bends shock merupakan tanda gawat darurat
dalani jaringan tubuh penyelani. Tinggi kadar yang perlu ditangani dengan sege-ra dan intensif.
Nitrogen atau tinggi PN2 di dalani jaringan tubuh
bergantung kepada kedalaman dan lamanya
penyelanian.Oleh karena itu semakin dalani dan lama 4. Berbagai bahaya lain
suatu penyelanian semakin tinggi pula kadar N~ yang
Disamping penyakit tersebut ada pula beberap hal
larut ke dalani tubuh penyelani.
yang dapat dialami oleh semua jenis penyelanian
misalnya : serangan dari

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


kan dapat berenang dan disarankan pula semua
binatang laut yang berbahaya baik yang berbisa
penyelam memakai rompi apung yangdilengkapi
maupun yang beracun. Binatang laut ada yang
tabung CCL atau yang dihubung- kan dengan
nienggigit tapi ada pula yang nienyengat. Luka
scuba sehingga dapat dikembang- kan dengan
yang diakibatkan oleh gigitan binatang sewaktu
cepat apa bila dalam keadaandarurat.
menyelam dapat menyebabkan pendarahan yang
hebat dan dapat menimbulkan kematian.
Sedangkan binatang laut yang nienyengat tidak KAIDAH MENYELAM DENGAN AMAN
menim- bulkan luka yang berarti, tetapi reaksi
alergi/keracunan yang ditimbulkan dapat pula 1. Anda harus dalam kondisi fisik dan men
membahayakan penyelani (MAULANA & tal yang baik, menyelamlah hanya jika
SUSANTO 1989 b). Menurut KASTORO badan dan rohani anda sehat.
(1976) akibat tusukan gigi parut dari "Ka- 2. Usahakan selalu agar kemampuan renang
lajengking laut" (Conus) terasa setelah 4 atau 5 anda memuaskan.
jam kemudian dan AZIZ (1976) menyebutkan 3. Jangan mengadakan penyelaman jika
bahwa daya racun atau "virulensi" dari ular laut anda tidak memiliki sertifikat selam. Jika
relatif lebih kuatdari ular biasa yang hidup di darat. anda memiliki sertifikat selam, ketahui-
Kekuat- annya dapat niencapai 10 sanipai 20 kali lah batas-batas kegiatan selam sesuai
lebih kuat dari ular cobra. Beberapa bina- tang laut dengan kemahiran anda sebagaimana ter-
yang berbahaya yang perlu diwas- padai oleh tera dalam tingkat sertifikat selam anda.
penyelani adalah : 4. Sangat dianjurkan jika anda memiliki
1. Ubur-ubur "Kapal perang Portugis" sertifikat selam "Penyelani bebas" (skin
2. Kerondong
diver) sebelum anda menjadi penyelani
3. Gurita
"scuba". Hal ini akan sangat membantu
4. Ikan Pari
penghayatan dan keamanan. Skin Diving
5. Dean alu-alu
bukan merupakan prakwalifikasi sebelum
6. Ikan Hiu
menjadi penyelani scuba. Skin Diving
7. Dean lepu batu
justru merupakan kemahiran tersendiri
8. Karang api
yang khusus, namun sejajar dengan ke-
9. Jelatang laut, dll.
trampilan scuba.
5. Belajarlah keterampilan PPPK khususnya
Tentang bahaya menyelam di daerah te- rumbu
yang berhubungan dengan kemungkinan
karang telah ditulis cukup jelas oleh AZIZ (1976).
kecelakaan penyelaman.
Tenggelam adalah salah satu resiko yang dihadapi
6. Kuasailah teknik bantuan penyelaman
oleh setiap orang yang berke- cimpung di air, dan
(life saving).
sering mengakibatkan kematian karena masuknya
7. Sediakan selalu kotak PPPK yang leng-
air ke dalam paru-paru. Oleh karena itu kepada
kap untuk kecelakaan penyelaman (ber-
semua calon penyelani dan juga penyelani diharus-
beda dengan kotak PPPK umum).
8. Ketahuilah keterbatasan kemampuan dan
peralatan selam anda.

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


9. Periksalah selalu sebelum penyelaman dan pergunakan secara lengkap dan sem- purna perlengkapan yang
sesuai yang jugaberada dalam keadaan sempurna, jangan meminjamkan peralatan selani kepada pe-
nyelam tanpa sertifikat selam.
10. Rencanakan dengan baik penyelaman anda
11. Kenalilah medan penyelaman dimana an da mengadakan penyelaman, dan hindarikondisi berbahaya dan
cuaca buruk.
12. Batasi kedalaman (kurang dari 18 m).
13. Menyelamlah dengan berpasangan "buddy" dan tetaplah bersamanya selamapenyelaman.
14. Kembangkan sendiri dan gunakan selalu komunikasi bawah air dengan mitra se lam. untuk dibawah air.
15. Perlakukan spear gun (bila membawa) sama dengan senjata yang berbahaya baginyawa manusia.
16. Ekualise tekanan bawah air sebelum sakit mulai terasa.
17. Keluarlah dari air jika terluka, merasa lelah atau mulai kedinginan.
18. Muncullah kepermukaan dengan hati- hati dan dengan cara sempurna.
19. Bernapaslah dengan biasa dan wajar (seperti bernapas di udara terbuka) jika nienggunakan peralatan
scuba, janganlahbernapas patah-patah (skip breathing) untuk memperpanjang waktu pemakaian udara
yang tersedia dalam tabung scuba.
20. Hindari dekompresi terhadap atau de- kompresi karena penyelaman ulang, pe nyelaman di ketinggian
atau naik pesa- wat terbang setelah selesai menyelam.
21. Gunakan hanya udara yang bersih
22. Rawat dan perlakukan tabung udara se- bagaimana mestinya.
23. Service seluruh peralatan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


SARAN DAN PENUTUP
Dari sedikit uraian di atas dapat di-simpulkan bahwa penyelaman scuba cukup mengandung resiko tinggi. Oleh
karenanya diharapkan kepada semua penyelam hendak-nya mematuhi aturan-aturan yang sudah digariskan
(prosedur penyelaman) dan men- taati semua larangan yang telah ditentukan. Rawatlah alat-alat selam secara
teratur sesuai dengan ketentuan. Pakailah alat selam yang biasa anda pakai (kalau mungkin milik pri- badi).
Kenalilah alat selam anda dengan baik ciri-ciri khasnya, sehingga di dalam air anda menyatu dengan alat selam
yang anda pakai. Bila anda harus menyewa, usahakan menye- wa pada satu tempat agar anda dapat mema- kai
alat yang telah anda kenali dengan baik. Usahakan untuk mengikuti pendidikan selani sampai tahu apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh penyelam. Dalam satu unit penyelaman usahakan minimal
seorang penyelam harus nienggunakan depth gauge, jam selam, kompas selani serta tabel dekompresi dan "log
book".

DAFTAR PUSTAKA
AZIZ, A. 1976. Apakah Ular laut berbaha- ya 1. Oseana, 11(6): 3 -4.
AZIZ, A. 1979. Mengenal bahaya menyelam di daerah terumbu karang. Oseana, V (4): 10 - 15 .
KASTORO, W. 1976. Si Kalajengking laut dengan sengatan mautnya. Oseana, III (2): 1 - 3 .
MAULANA, 0 dan A. SUSANTO 1989 a.
Macam-macam penyelaman. Simposiumsehari penyelaman dengan aman. Jakarta,19Februaril989,8hal.
MAULANA, 0 dan A. SUSANTO 1989 b.
Bahaya dan komplikasi penyelaman serta cara penanggulangannya. Simposium se- hari penyelaman dengan
aman. Jakarta, 19 Februari 1989,14 hal 9 lamp.

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


REVIEW JURNAL
ISI
NO JUDUL PENULIS PENERBIT TAHUN JENIS SAMPEL / VARIABLE INSTRUMEN HASIL
TERBIT PENELITIAN RESPONDEN
2. HUBUNGAN Eka Senja PT. Trijaya 2018 Deskriptif 6 orang Variabel Cross . Hasil dari
ANTARA Koesdianasari Global responden dependen Sectional penelitian
PENGETAHUAN Marindo pada adalah dari
MENYELAM penelitian ini total 6 orang
DENGAN adalah responden,
GANGGUAN gangguan 100%
PENDENGARAN pendengaran, responden
PADA PEKERJA sedangkan dengan
BAWAH AIR DI variabel pengetahuan
PERUSAHAAN independen buruk
KONSTRUKSI nya adalah mengalami
BAWAH LAUT pengetahuan gangguan
menyelam pendengaran
tuli sedang,
60%
berpengetahuan
baik
mengalami
gangguan
pendengaran
tuli ringan, dan
40% responden
dengan
pengetahuan
baik tidak
mengalami
gangguan
pendengaran.
Hasil uji
statistik
koefisien
kontingen,
menunjukkan
bahwa terdapat
hubungan
antara
pengetahuan
menyelam
dengan
gangguan
pendengaran di
PT
Aquamarine
Divindo
Inspection
Sidoarjo.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN MENYELAM DENGAN
GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA BAWAH AIR DI
PERUSAHAAN KONSTRUKSI BAWAH LAUT

RELATIONSHIP BETWEEN DIVING KNOWLEDGE WITH HEARING LOSS


ON UNDERWATER WORKERS IN UNDERWATER CONSTRUCTION
COMPANY

Eka Senja Koesdianasari


PT. Trijaya Global Marindo
E-mail: eka.senja-13@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
Underwater workers were prone to hearing loss. Pressure during diving and depth of dive were causing hearing loss.Jobs
that are at risk for barotrauma are divers, keepers or pearl takers, marine boat keepers, rescue teams, and underwater
construction work. Diving which requires a longer dive duration and deeper depth is very susceptible to health problems
such as damage to the lungs, brain hemorrhage, gas poisoning and loss of body heat. This study aims to learn relationship
between dive knowledge and hearing loss. The design of this research is a cross sectional study. This research is a
descriptive research, because this research is the whole population. This was observational study carried out from April
until June 2017 used cross sectional method. The dependent variable in this study is hearing loss, while the independent
variable is diving knowledge. The result showed that obtained from 6 respondents, 100% of the respondents with bad
knowledge suffer from moderate hearing loss, 60% of the respondents with sufficient knowledge suffer from mild hearing
loss and 40% of the respondents with sufficient knowledge do not suffer from hearing loss. Contingency coefficient
statistical test results indicate that there is a relationship between diving knowledge and hearing loss in PT Aquamarine
Divindo Inspection Sidoarjo. The better knowledge can affect the respondent’s hearing loss. The conclusion in this studyis
the Ambang Listen Value using the audiometry test most respondents are mild deaf.

Keywords: audiometric, hearing loss, underwater construction, underwater workers

ABSTRAK
Pekerja di bawah air rentan terhadap gangguan pendengaran. Tekanan saat menyelam dan kedalaman menyelam
menyebabkan gangguan pendengaran. Pekerjaan yang berisiko barotrauma adalah penyelam, pemelihara atau pengambil
mutiara, pemelihara kapal laut, tim penyelamat, dan pekerjaan konstruksi bawah laut. Penyelaman yang membutuhkan
durasi selam penyelaman lebih lama dan kedalaman yang lebih dalam sangat rentan terjadi gangguan kesehatan seperti
terjadinya kerusakan pada paru paru, pendarahan otak, keracunan gas dan kehilangan panas tubuh. Tujuan penelitian ini
untuk mempelajari gangguan pendengaran pada pekerja bawah air yang dilihat dari pengetahuan menyelam para pekerja
bawah air. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena penelitian ini menggambarkan keseluruhan populasi.
Penelitian diambil pada April sampai Juni 2017 menggunakan metode cross sectional. Variabel dependen pada penelitian
ini adalah gangguan pendengaran, sedangkan variabel independen nya adalah pengetahuan menyelam. Hasil dari penelitian
adalah dari total 6 orang responden, 100% responden dengan pengetahuan buruk mengalami gangguan pendengaran
tuli sedang, 60% berpengetahuan baik mengalami gangguan pendengaran tuli ringan, dan 40% responden dengan
pengetahuan baik tidak mengalami gangguan pendengaran. Hasil uji statistik koefisien kontingen, menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan menyelam dengan gangguan pendengaran di PT Aquamarine Divindo Inspection
Sidoarjo. Pengetahuan yang semakin baik dapat memengaruhi responden terkena gangguan pendengaran. Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah Nilai Ambang Dengar (NAD) menggunakan tes audiometri sebagian besar responden adalah
tuli ringan.

Kata kunci: audiometri, gangguan pendengaran, pekerja bawah air, konstruksi bawah air

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991

©2018 IJOSH. Open access under CC BY NC-SA license doi: 10.20473/ijosh.v7i3.2018.348–356. Received
28 July 2017, received in revised form 31 July 2017, Accepted 01 August 2017, Published: 30 Desember2018
PENDAHULUAN masuk ke dalam telinga, dan adanya perbedaan
tekanan dari dalam tubuh dan luar tubuh yang cukup
Negara Indonesia memiliki 2/3 luas wilayah berupa ekstrem.
lautan, dengan keadaan tersebut sangat terbuka untuk Organ yang berperan untuk fungsi pendengaranadalah
pemanfaatan laut sebagai sarana tempat kerja bagi telinga. Telinga selain berfungsi untuk pendengaran
pekerja nya. Industri maritim merupakan tempat juga berfungsi untuk keseimbangan. Secara anatomis
kerja khusus dengan cara kerja di laut dan telinga terbagi menjadi telinga luar (auris externa),
berhubungan dengan lautan (Suma’mur, 1991). telinga tengah (auris media) dan telinga dalam (auris
Industri maritim semakin berkembang, berbagai interna). Telinga luar berperanseperti mikrofon yaitu
kegiatan pengeksplorasian kekayaan laut telah sering mengumpulkan bunyi dan meneruskan nya melalui
dilakukan, kegiatan pengeksplorasian kekayaan laut saluran telinga (canalis acusticus externus) menuju
antara lain penangkapan ikan oleh nelayan, telinga tengah dan telinga dalam. Getaran yang sampai
pemanfaatan laut sebagai sarana transportasi dan ke telinga dalam selanjutnya akan diubah menjadi
pengeksplorasian kekayaan bawah laut seperti rangsang listrik yang selanjutnya akan dikirim ke
eksploitasi minyak bumi dan gas dengan cara pusat pendengarandi otak.
penyelaman. Jumlah orang di seluruh dunia dengan semua
Risiko pekerjaan dalam penyelaman sangat tingkat gangguan pendengaran meningkat terutama
bervariasi. Risiko penyelaman tergantung darijenis disebabkan meningkatnya populasi global dan usia
pekerjaannya. Terdapat berbagai macam jenis harapan hidup. Persentase prevalensi gangguan
penyelaman, yaitu penyelam tradisional dan pendengaran pada populasi penduduk secara umum
penyelam modern (Ekawati, 2005). Penyelam bervariasi dari minimal 4,2% di Indonesia hingga
tradisional biasanya bekerja sebagai nelayan, 9% di Sri Lanka, 13,3% di Thailand dan 16,6% di
berisiko tinggi terkena penyakit akibat kerja karena Nepal. Berdasarkan angka tersebut, terdapat lebih
kurang lengkap dan tidak aman peralatan yang dari 100 juta orang yang menderita masalah ketulian
digunakan. Penyelam modern juga rentan terkena dan gangguan pendengaran di kawasan Asia Timur.
penyakit akibat kerja karena ketidaktahuan dalam Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1970 pasal
memakai peralatan yang digunakan. 8 ayat 1, pengurus diwajibkan memeriksakan
Pusat Data dan Informasi Kementerian Tenaga Kerja kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
dan Transmigrasi RI (Jamsostek) hingga Agustus fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya
2012, penduduk Indonesia yang bekerja sebanyak maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
110.808.154 orang. Pada tahun 2011 tercatat 96.314 pekerjaan yang diberikan padanya. Dan pengurus
kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang
dengan korban meninggal 2.144 orang dan berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada
mengalami cacat sebanyak 42 orang. 3 kasus Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tahun dibenarkan oleh Direktur.
2012. Meskipun demikian data tersebut diatas tidak Beberapa penelitian di luar Indonesia
menjelaskan jumlah keseluruhan kasus kecelakaan menunjukkan bahwa penyelam paling sering
dan penyakit akibat kerja yang terjadi di Indonesia, mengalami gangguan pendengaran. Sebuah
tersebut meningkat menjadi 103.000 kasus per studi pada 429 penyelam professional di Iran
tahunnya (Sukbar dkk, 2016). menunjukkan gangguan yang paling sering otitis
Gangguan pendengaran dapat terjadi karena berbagai eksternal 43,6% (Kristianto, 2012). Sebuah
faktor. Gangguan pendengaran dapat didefinisikan penelitian di Eropa didapatkan dari 142 penyelam,
sebagai kurangnya atau sulitnya menerima 64% melaporkan gejala barotrauma, tuli sementara
rangsangan bunyi atau suara. Atau dapat dikatakan akibat tinnitus 27,5% dan mengalami vertigo 9,9%
bahwa gangguan pendengaran adalah (Kristianto, 2012).
ketidakmampuan secara sebagian ataupun Pekerjaan menyelam yang membutuhkan durasi
keseluruhan untuk mendengarkan suara pada salah kerja penyelaman lebih lama dan kedalaman yang
satu maupun kedua telinga (Susanto, 2010). lebih dalam, teknik dan peralatan yang digunakan
Gangguan pendengaran dapat diakibatkan oleh berbeda (Rijadi, 2009). Penyelaman yang
banyak faktor misalnya suara keras atau bising, membutuhkan durasi selam penyelaman
infeksi pada telinga, adanya binatang kecil yang

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


lebih lama dan kedalaman yang lebih dalamsangat sehingga penelitian ini masuk ke dalam jenis
rentan terjadi gangguan kesehatan seperti terjadinya penelitian observasional. Penelitian ini termasuk
kerusakan pada paru paru, pendarahan otak, dalam jenis penelitian lapangan karena penelitian
keracunan gas dan kehilangan panas tubuh. Hal dilakukan langsung pada tempat subjek berada.
tersebut dikarenakan suhu air laut yang lebih dingin, Lokasi penelitian dilakukan pada PT.
tekanan air terhadap tubuh yang lebih besar, Aquamarine Divindo Inspection Sidoarjo, yakni
terbatasnya udara pernafasan dan adanya ancaman sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
dari binatang laut berbahaya yang ada di laut dalam konstruksi bawah air yang memiliki head office di
(Lazwar, 2015). Sidoarjo. Waktu untuk penelitian ini dimulai pada
Data yang dikumpulkan Dit Sepim Kesma Depkes November 2016 hingga April 2017. Pengambilan
sampai dengan tahun 2008, dari 1.026 penyelam data pada tempat penelitian dimulai pada Mei 2017.
ditemukan 93,9% penyelam pernah menderita gejala Populasi dari penelitian ini merupakan
awal penyakit penyelaman, yaitu sebanyak 29,8% keseluruhan populasi dari pekerja bawah air yang
menderita nyeri sendi 39,5% menderita gangguan meliputi operation bawah air, teknisi bawah air,
pendengaran dan 10,3% menderita kelumpuhan, dan pengelas bawah air. Keseluruhan populasi pada
yang sebagian besar diantaranya adalah penyelam penelitian ini berjumlah 6 orang.
tradisional. Variabel penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yakni
Pekerjaan yang berisiko barotrauma adalah variabel dependen atau variabel terikat dan variabel
penyelam, pemelihara atau pengambil mutiara, independen atau variabel bebas. Variabel dependen
pemelihara kapal laut, tim penyelamat, dan pekerjaan pada penelitian ini adalah gangguan pendengaran,
konstruksi bawah laut. Pengambilan data dilakukan di sedangkan variabel independennya adalah
PT Aquamarine Divindo Inspection Sidoarjo karena pengetahuan menyelam.
pada perusahaan tersebut belum ada program Cara pengumpulan data adalah peneliti
pemeriksaan kesehatan berkala untuk pekerja bawah menggunakan kuesioner yang akan diisi olehpekerja
air. Tetapi memang belum adanya data yang bawah air. Tes audiometri untuk mengetahui derajat
menunjukkan bahwa di perusahaan tersebut banyak pendengaran. Penelitian ini menggunakan data
pekerja yang mengalami gangguan pendengaran. primer yang didapatkan dari hasil kuesioner yang
Itulah sebabnya penelitian ini dilakukan guna untuk diisi oleh subjek penelitian. Analisis data yang
melihat kesehatan para pekerja bawah air di PT digunakan adalah menggunakan metode uji chi-
Aquamarine Divindo Inspection Sidoarjo. square untuk melihat hubungan antara variabel
Berdasarkan data kasus kecelakaan kerja yang telah dependen dengan variabel independen.
diperoleh diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan pengetahuan menyelam dengan gangguan HASIL
pendengaran pada pekerja bawah air di PT
Aquamarine Divindo Inspection Sidoarjo. Alasan Gambaran Umum PT. Aquamarine Divindo
peneliti mengambil data di perusahaan tersebut Inspection Sidoarjo
adalah karena menurut pengambilan data awal bahwa Perusahaan yang bergerak di bidang inspeksi bawah
perusahaan tersebut belum menerapkanpemeriksaan air, dan konstruksi bawah air, PT. AquamarineDivindo
kesehatan berkala, sementara di undang-undang No.1 Inspection adalah perusahaan multinasional yang
tahun 1970 sudah diatur bahwa perusahaan yang berdiri sejak tahun 2007 telah memiliki banyak
memiliki risiko pekerjaan tinggi wajib menerapkan pengalaman dalam bidangnya. Hal ini dibuktikan
pemeriksaan kesehatan berkala minimal 1 tahun dengan banyaknya sertifikasi dan penghargaan yang
periode. didapatkan. Pengakuan dan keanggotaan profesional
yang relevan telah diberikan untuk International
Marine Contractors Association (IMCA), dan
METODE
Association of Diving Contractor International
Rancang bangun penelitian ini merupakan penelitian (ADCI) sebagai anggota umum. PT Aquamarine
cross sectional. Penelitian ini merupakanpenelitian Divindo Inspection memiliki kurang lebih 30 orang
deskriptif, karena penelitian ini menggambarkan karyawan.
keseluruhan populasi. Peneliti tidak melakukan
perlakuan terhadap subjek penelitian,
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
Penyelaman komersial (Commercial Diving),
penyelaman deep diving course yang dilakukan oleh
penyelam professional untuk melakukan kegiatan
seperti konstruksi bawah air, penambangan lepas
pantai, pengangkatan kapal tenggelam dan lain-lain.
Untuk melakukan diving course ini dibutuhkan
sekolah khusus untuk menjadi commercial diver.
Penyelaman Ilmiah (Scientific diving), Diving course
yang dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
yang ada di bawah air, seperti penelitian, biologi laut,
geologi, kedokteran hiperbarik, arkeologi dan ilmu-
Gambar 1. Logo PTAquamarine Divindo Inspection ilmu kelautan lainnya. Penyelaman olah raga/rekreasi
Sidoarjo (sport/recreation diving). Scuba course inilah yang
Pada gambar 1, merupakan logo dari PT Aquamarine paling banyak diminati, karena selain sebagai sarana
Divindo Inspection. Logo tersebut memiliki makna olah raga juga untuk kepentingan rekreasi atau wisata
yaitu keahlian dari perusahaan yang ahli dalam bawah air.
bidang pekerjaan bawah air yang dilambangkan PT. Aquamarine Divindo Inspection Sidoarjo
dengan segitiga berwarna biru dan alat penyelaman termasuk dalam kategori penyelaman komersial
yang disebut KMB (Kirby Morgan) Band Mask. (commercial diving). Penyelaman dilakukan dengan
Segitiga dengan tiga garis merah menunjukkan tujuan konstruksi bawah air dan dilakukan oleh
semangat perusahaan untuk terus melakukan professional yang sebelumnya mengetahui tata cara
pengembangan agar dapat menjadi perusahaan yang menyelam yang didapat dalam diving course atau
terdepan dalam bidang pekerjaan bawah air. Tulisan sekolah khusus diver. PT. Aquamarine Divindo
PT Aquamarine Divindo Inspection merupakan Inspection Sidoarjo menetapkan diperlukannya
nama dari perusahaan yang diikuti dengan tulisan di sertifikat khusus yang digunakan atau sebagai bukti
bawahnya yaitu “Underwater Construction and bahwa dia pernah mengikuti sertifikasi pengelasan
Marine Service” yang mempertegas bahwa PT bawah laut dan ahli dalam hal tersebut, karena bila
Aquamarine DivindoInspection sangat unggul dalam tidak ada sertifikasi atau mengikuti diving course
pekerjaan bawah air. terlebih dahulu pekerjaan pengelasan bawah laut
dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang fatal.
Macam-Macam Jenis Penyelaman
Jenis Gangguan Pendengaran
Scuba diving merupakan kegiatan di bawah
permukaan air yang dilakukan dengan alat bantu Gangguan pendengaran terbagi dalam beberapa
untuk bernafas di dalam air yaitu Self Contained kelompok besar, yaitu gangguan pendengaran
Underwater Breathing Apparatus (SCUBA). Sistem konduktif, sensorineural, campuran, dan fungsional.
ini pertama kali dirancang oleh Jacques Cousteau, Gangguan pendengaran konduktif, gangguan
udara yang bertekanan tinggi dimasukkan ke dalam konduksi bunyi dari telinga luar ke telinga tengah
tabung/tangki udara kemudian tekanannya dikurangi, menyebabkan gangguan pendengaran tipe konduktif.
dimampatkan, disaring dan dipompa sehingga bisa Gangguan ini terjadi ketika konduksi bunyi dengan
dihirup layaknya bernapas di atas permukaan air. hantaran udara terhambat. Etiologi gangguan ini
Menyelam dengan scubacourse merupakan aktivitas diantaranya adalah dampak serumen, adanya benda
yang banyak dilakukan oleh para penyelam deep asing pada kanal telinga, adanya tumor benigna pada
diving, karena keterampilan diving course ini bisa telinga tengah, disfungsi tuba eustachius, karsinoma
digunakan untuk berbagai tujuan antara lain. pada telinga luar, otitis media, kolesteatoma, dan
Penyelaman scuba diving course untuk tujuan otosklerosis. Gangguan pendengaran jenis ini masih
pertahanan dan keamanan negara, antara lain dapat dikoreksi dengan pembedahan. Mekanisme
penyelaman untuk tugas-tugas tempur maupun terjadinya gangguan pendengaran tipe ini adalah
kemanusiaan, seperti Search and Rescue (SAR). penurunan transmisi bunyi dari luar telinga menuju ke
Penyelaman jenis ini banyak dilakukan oleh militer. koklea. Etiologi tersering adalah otosklerosis dan
kolesteatoma, yaitu timbulnya kista yang bersifat

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


lokal dan jinak. Suara yang diterima oleh otak terjadi karena kombinasi gangguan pendengaran
berkurang, namun tidak terdistorsi. konduktif dan juga sensorineural. Gangguan
Gangguan pendengaran sensorineural, Pendengaran Fungsional, Gangguan jenis fungsional
merupakan tipe gangguan pendengaran yang jarang terjadi. Gangguan jenis fungsional tidak
disebabkan oleh gangguan pada bagian telinga disebabkan oleh kerusakan pada organ, namun faktor
dalam, yaitu organ corti. Gangguan ini tidak dapat pencetusnya adalah kondisi emosi dan juga
dikoreksi dengan cara apapun. Gangguan tipe ini psikologis. Kurangnya konsentrasi dan perhatian
terjadi karena adanya cedera atau gangguan pada pada saat tes audiometri dapat menyebabkan hasil
jalur pendengaran setelah koklea. Hal tersebut bisa gangguan pendengaran fungsional. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya kerusakan sel rambut pada terjadi pada anak-anak.
koklea ataupun cedera serabut saraf pendengaran
(Cranial Nerve VIII). Suara yang diterima oleh otak Jenis Pemeriksaan Pendengaran
akan berkurang dan terdistorsi. Etiologi gangguan Tes untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran sensorineural diantaranya penuaan pendengaran pada seseorang, diantaranya adalahtes
(presbikusis), penyakit Ménière, zat ototoksik akuitas auditorius, tes audiometri,tes Rinne, dan tes
(contoh: arsen, etil, metal alkohol), penyakit sistemik Weber. Akuitas Auditorius adalah tes yang dilakukan
(contoh: diabetes melitus), dan induksi bising. Noise- untuk memperkirakan kemampuan pendengaran.
induced hearing loss (NIHL) bisa disebabkan oleh Subjek pada pemeriksaan ini harus menutup salah
dua hal, yaitu sebab okupasional atau sebab yang satu lubang telinganya terlebih dahulu. Pemeriksa
berhubungan dengan pekerjaan, dan juga sebab non- berdiri 1 atau 2 kaki (0,3 atau 0,6meter) dari subjek
okupasional (Syafrudin, 2015). penelitian, kemudian pemeriksa memulai tes ini
Gangguan yang disebabkan oleh sebab sambil menutupi mulut agar subjek tidak membaca
okupasional lebih sering terjadi walaupun cara gerak bibir pemeriksa. Pemeriksa kemudian berbisik
pencegahan nya tidak sulit. Gangguan pendengaran dengan perlahan ke arah telinga yang terbuka. Subjek
karena bising muncul perlahan setelah pajanan bising tidak dapat mengulang kata yang dibisikkan oleh
selama bertahun-tahun, pada pajanan yang stabil, pemeriksa, maka pemeriksa boleh meningkatkan
gangguan ini mulai terjadi secara signifikan setelah intensitas suaranya menjadi bisikan sedang dan
10tahun. Tes audiometri pada NIHL menunjukkan bisikan keras.
hasil tuli sensorineural pada frekuensi3000-6000 Hz, Tes audiometri nada murni, bersifat akurat untuk
dengan efek paling besar pada 4000 Hz. Homberg skrining gangguan pendengaran dengan sensitivitas
memaparkan bahwa bunyi dengan intensitas ≥72 dB 92% dan spesifikasi 94%, namun untuk
akan diartikan sebagai bunyi yang mengganggu oleh melakukannya membutuhkan biaya yang cukup
otak manusia walaupun dengan alat pelindung tinggi. Awal dari pemeriksaan ini adalah menjelaskan
telinga. Dornie dan Lakssonen kemudian meneliti kepada subjek pemeriksaan untuk mengangkat
lebih jauh tentang bunyi yang dianggap mengganggu tangan ataupun mengatakan ada atau tidak ada bunyi
tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa apabila pemeriksa telah menyalakan bunyi. Subjek
interpretasi kualitas bunyi yang mengganggu bisa pemeriksaan diminta untuk memakaiheadphone yang
saja memberikan peringatan bagitubuh bahwa bunyi dihubungkan dengan alat listrik yang menghasilkan
tersebut dapat mengganggu kesehatan, terutama bunyi nada murni dari berbagaifrekuensi, dan dapat
kesehatan pendengaran. Sekresi kortisol urin diatur intensitasnya. Subjek diminta duduk dengan
menunjukkan peningkatan pada seseorang yang nyaman pada kursi yang menghadap 30° dari
bekerja dengan bunyi yang tidak diinginkan. Kortisol pemeriksa dengan tujuan agar subjek tidak dapat
urin menurun menjadi normal setelah tujuh hari melihat pemeriksa melakukan sesuatu atau tidak. Hal
peredaman bunyi tersebut. tersebut dilakukan untuk menghindari hasil palsu.
Pajanan bising tidak hanya membuat sel rambut mati, Telinga manusia normal mampu mendengar bunyi
tetapi juga membuat penyimpangan fungsi dari sel dengan rentang frekuensi 20–20.000 Hz, dan
rambut yang masih hidup. Pada koklea yang terpajan frekuensi yang paling penting dalam percakapan
bising juga ditemukan aktivitas apoptosis. Induksi sehari-hari adalah 500–2.000 Hz. Pemeriksaan ini
terjadinya apoptosis ini mungkin saja distimulasi adalah penunjang utama diagnostik fungsi
oleh signal kaskade Src-protein tyrosine kinase pendengaran. Intensitas bunyi akan diturunkan secara
(PTK). Gangguan Pendengaran Campuran, Jenis berangsur-angsur dan tes akan diakhiri pada
gangguan ini intensitas terendah yang dapat
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
didengar oleh subjek pemeriksaan. Hasil dari tes Tabel 1. Klasifikasi Gangguan Pendengaran
audiometri nada murni dituangkan pada audiogram Derajat Tingkat Pengertian dan
dengan angka dalam satuan desibel. Pendengaran Gangguan Klasifikasi
Tes Rinne dilakukan untuk melihat Tidak ada kesulitan
perbandingan antara hantaran tulang (bone yang signifikan
conduction) dengan hantaran udara (air conduction). 0–25 dB Normal
dengan percakapan
Alat yang dibutuhkan pada tes ini adalah garpu tala yang lemah
512 Hz. Keuntungan dari tes Rinne adalah murah nya Kesulitan dengan
biaya yang dikeluarkan, biaya pemeliharaan alatyang 26–40 dB Ringan percakapan yang
murah, tidak dibutuhkannya kalibrasi ataupun lemah
penyeteman, ukuran alat yang kecil memudahkan Sering kesulitan
untuk membawanya bepergian. Tes ini memiliki 41–55 dB Sedang dengan percakapan
spesifikasi 96% namun memiliki sensitivitas rendah, normal
yaitu 55%. Prosedur tes Rinne dimulai dengan Sering kesulitan
Cukup
meletakkan dengan kuat ujung tangkai garpu tala 56–70 dB meskipun dengan
Parah
pada tulang mastoideus setelah digetarkan. Tulang percakapan keras
mastoideus berada di belakang telinga. Setelah Dapat memahami
responden tidak mendengar bunyi, garpu tala teriakan saja atau
71–90 dB Parah
dipindah kan dengan cepat ke depan lubang telinga percakapan yang
responden, kemudian pastikan apakah responden diperkuat
dapat mendengar bunyi tersebut. Hasil tes dikatakan > 91 dB Sangat Biasanya tidak bisa
normal atau terdapat tuli sensorineural apabila bunyi Parah mengerti meskipun
hantaran udara terdengar lebih lama dibandingkan percakapan diperkuat
hantaran tulang (AC >BC). Pada tuli konduktif, bunyi
melalui hantaran tulang akan terdengar lebih lama
terjadi lateralisasi ke arah telinga yang mengalami
atau sama dengan bunyi melalui hantaran udara (BC
gangguan. Tes ini tidak dapat menentukan gangguan
≥ AC). 7 Tes Rinne dapat memberikan hasil false
pendengaran bilateral.
negative pada telinga yang menderita SNHL yang
Penelitian ini menggunakan tes audiometri yang
sedang di tes. Hal ini disebabkan karena stimulus BC
merupakan tes yang dilakukan oleh dokter telinga.
dapat terdengar pada telinga yang tidaksedang di tes
Tes ini menghasilkan derajat gangguan telinga yang
akibat adanya transmisi transkranial, sehingga BC
dialami seseorang.
akan terdengar seolah lebih keras dibandingkan AC.
Penelitian yang dilakukan pada Mei 2017 yang
Oleh karena itu hasil tes Rinne pada pasien SNHL
dilaksanakan di PT. Aquamarine Divindo Inspection
dan individu normal tidak dapat dibedakan, yang
Sidoarjo menggunakan alat audiometri yang
merupakan kelemahan tes ini.
dilakukan dan dibantu oleh tenaga khusus yaitu
Tes Weber ditujukan untuk melihat lateralisasi. Untuk seorang dokter dari salah satu lembaga yang ahli
melakukan tes ini dibutuhkan garpu tala 512 Hz. dalam bidangnya yaitu Laboratorium Ultra Medica.
Sama halnya seperti tes Rinne, keuntungan dari tes Pengambilan data responden yaitu dengan cara
Weber adalah murahnya biaya yang dikeluarkan, wawancara dan pemeriksaan telinga dilakukan
biaya pemeliharaan alat yang murah, tidak dengan cara mengumpulkan para pekerja bawahair
dibutuhkannya kalibrasi ataupun penyeteman, dan di perusahaan dan dilakukan tes audiometri di dalam
ukuran alat yang kecil memudahkan untuk ruangan kedap suara dengan cara bergantian.
membawanya bepergian. Tingkat akurasi tes initidak Responden berjumlah 6 orang yang bekerja di PT
begitu tinggi, yaitu 60% pada sensitivitas dan 69% Aquamarine Divindo Inspection Sidoarjo sebagai
pada spesifikasi. Untuk memulai tes ini, garpu tala pekerja bawah air yang meliputi operation bawah air,
digetarkan terlebih dahulu kemudian diletakkan pengulas bawah air, dan teknisi bawah air.
dengan kuat ujung tangkainya pada puncak kepala
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa respondenterbanyak
atau pada tengah dahi responden. Hasil yang normal
berada dalam pengetahuan menyelam dengan baik.
adalah bunyi akan terdengar pada kedua sisi dan
Total jumlah 6 responden dengan pengetahuan baik
sama kerasnya. Pada tuli sensorineural unilateral,
pada pekerja bawah air ada sebanyak 5 orang (83%).
bunyi akan lateralisasi ke arah telinga yang tidak
terganggu. Terdapat tuli konduktif unilateral, akan
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Hasil
Pengeta huan Penyela man di PT Aquamarine Pemeriksaan Audiometridi PT Aquamarine Divindo
Divindo Inspection Sidoarjo Tahun 2017 Inspection Sidoarjo Tahun 2017

Pengetahuan n % Gangguan Pendengaran n %


Baik 5 83 Normal 2 33%
Buruk 1 17 Tuli ringan 3 50%
Total 6 100 tuli sedang 1 17%
Total 6 100%

Pengetahua n r esponden b er dasar ka n


pengetahuan menyelam yang telah didapatkan dari sama dengan α maka dapat dikatakan bahwa Ho
pelatihan atau training khusus untuk mendapatkan ditolak, yang artinya terdapat hubungan antara
sertifikasi yang berstandar internasional. Pengetahuan pengetahuan menyelam dengan gangguan
responden yang meliputi pengetahuan mengenai pendengaran pada pekerja bawah air di PT
keadaan lingkungan, mereka harus bisa beradaptasi Aquamarine Divindo Inspection Sidoarjo.
dengan lingkungan laut yang digunakan dalam objek
pekerjaan. Lingkungan laut dapat berupa lingkungan
PEMBAHASAN
berlumpur, berkarang, atau banyak binatang buas di
sekitar laut. Pengetahuan yang paling berhubungan PT Aquamarine Divindo Inspection Sidoarjo
dengan gangguan pendengaran adalah pengetahuan merupakan perusahaan yang berperan dalam bidang
teknik menyelam. konstruksi bawah air, biasanya perusahaan ini
Teknik menyelam yang paling berpengaruh adalah menangani perbaikan kapal atau lambung kapal, serta
teknik equalizing. Teknik tersebut sangat penyambungan pipa minyak dan gas di dalam laut.
memengaruhi gangguan pendengaran, karena apabila Perusahaan ini tidak mempunyai program
seseorang terlambat melakukan teknik equalizing, pemeriksaan kesehatan berkala kepada pekerja.
maka mereka akan naik ke permukaan laut untuk Pemeriksaan kesehatan diatur dalam Peraturan
mengambil nafas, tetapi ternyata cara itulah yang Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.
menyebabkan adanya perbedaan tekanan yang cukup 02/MEN/1980 yang berbunyi perusahaan yang
besar dan bersifat fatal bagi pekerja. diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatan wajib
Responden dengan pengetahuan menyelam buruk membuat rencana pemeriksaan kesehatan sebelum
yaitu pekerja bawah air yang baru memulai karir bekerja, berkala dan pemeriksaan kesehatankhusus. PT
dalam bidang konstruksi bawah air, sehingga Aquamarine Divindo Inspection Sidoarjo termasuk
kurangnya pengalaman membuat pekerja mengalami dalam perusahaan yang seharusnya memiliki
gangguan pendengaran tuli sedang. program pemeriksaan kesehatan karena mengingat
pada tabel 3 didapatkan Nilai Ambang Dengar (NAD) risiko yang cukup tinggi pada pekerja karena paparan
pekerja bawah air di PT Aquamarine Divindo pekerjaan dengan jangka waktu yangcukup lama.
Inspection Sidoarjo. Peneliti mengklasifikasikan nilai Responden dengan total populasi 6 orang merupakan
ambang dengar pada responden yang didasarkan responden dengan pekerjaan tetap atau biasa disebut
pada klasifikasi menurut WHO, 1980. Pemeriksaan sebagai pegawai tetap dari perusahaanPT Aquamarine
telinga pada pekerja bawah air menggunakan Divindo Inspection Sidoarjo.
audiometri oleh salah satu laboratorium kesehatan. Responden sebagian besar memiliki
Pengklasifikasian dari WHO lebih banyak digunakan pengetahuan menyelam baik. Dan hasil pemeriksaan
oleh beberapa penelitian. Hasil dari penelitian, paling menunjukkan bahwa pekerja bawah air lebih banyak
banyak responden dengan gangguan pendengaran tuli memiliki gangguan telinga tuli ringan sebanyak 50%
ringan yaitu sebanyak 50%. dari total populasi responden. Responden dengan
Selanjutnya, dilakukan pengujian statistika gangguan pendengaran tuli ringan masih termasuk
menggunakan uji Chi Square untuk kedua variabel. ke dalam golongan normal dengan kata lain tidak
Hasil uji yang dilakukan, didapatkan signifikasi terlalu parah dan berbahaya bagi pekerja bawah air.
koefisien kontingensi sebesar 0,05. Nilai α = 0,05 Pengetahuan responden termasuk dalam
(5%), maka nilai signifikasi koefisien kontingensi pengetahuan mengenai cara menyelam dengan
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
baik dan benar. Perusahaan sudah memiliki standar Sebaliknya, jika semakin rendahnya pendidikan
penyelaman bagi penyelam yang berstandar maka tingkat pengetahuan semakin kurang. Selain itu
internasional, dan sudah memiliki sertifikasi yang pengetahuan mengenai menyelam bisa didapatkanjuga
diakui. Pekerja bawah air yang meliputi teknisi, dari pengalaman pekerjaan responden, semakin
operation, dan pengelas bawah air harus memiliki banyak dan lamanya pengalaman, maka akan
sertifikasi di bidangnya masing-masing. Sertifikasi semakin mengetahui teknik penyelaman yang akan
pada bidangnya masing-masing sudah harus diakui dilakukan.
oleh internasional dan merupakan standar perusahaan Responden paling banyak mengalami gangguan
pada saat rekruitmen. pendengaran tuli ringan dengan pengetahuan
Pengetahuan pada responden meliputi menyelam baik yaitu responden yang mengalami
pengetahuan mengenai penggunaan alat pelindung gangguan tuli ringan dalam batas normal. Baik atau
diri, teknik ekualising, cara mengetahui keadaan, buruknya pengetahuan didapatkan dari
kondisi laut sekitar objek pekerjaan, dan sikap kerja pengalaman dan lama kerja responden selama
yang tidak aman. Pengetahuan yang paling penting bekerja di bidang konstruksi bawah air. Sementara,
merupakan pengetahuan mengenai teknik ekualising buruknya pengetahuan biasanya dikarenakan
pekerja bawah air, karena sangat berpengaruh besar kurang adanya pelatihan dan briefing mengenai cara
terhadap gangguan pendengaran. Penyelam terlambat penyelaman yang benar dan aman. Sebenarnya, semua
dalam melakukan teknik equalizing, maka penyelam pekerja bawah air memiliki pengetahuan yang sama
tersebut akan naik ke atas permukaan laut dengan karena mereka memiliki sertifikasi yang berstandar
cepat dan terjadi gangguan pendengaran karena internasional, hanya untuk media
perbedaan tekanan yang cukup signifikan. pengimplementasiannya saja yang berbeda untuk
Menurut hasil penelitian Dharmawirawan dan setiap orang.
Modjo (2012), pada nelayan tradisional di Kepulauan
Seribu, salah satu yang termasuk kedalam identifikasi SIMPULAN
bahaya keselamatan dan kesehatan kerja adalah
pengetahuan nelayan kompresor mengenai safety
dive yang rendah. Pengetahuan tersebut berdampak DAFTAR PUSTAKA
pada adanya gangguan dan penyakit akibat kerja pada
Dharmawirawan, D.A., Modjo, R., 2012. Identifikasi
penyelaman.
Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Penggunaan alat pelindung diri seperti kaca mata dan
Penangkapan Ikan Nelayan Muroami. Kesmas:
kompresor juga dapat menyebabkan terjadinya
National Public Health Journal, [e-Jurnal] 6(4),
gangguan telinga dan penyakit barotraumatelinga pada
pp.185-192
penyelam. Sebanyak 60% nelayan yang tidak
menggunakan kompresor maupun kaca mata Ekawati, T., 2005. Analisis Faktor Risiko Barotrauma
Membrana Timpani Pada Nelayan Penyelam
menderita kejadian barotrauma berat, sementara total
Tradisional Di Kecamatan Semarang Utara Kota
responden yang mengalami kejadian barotrauma
Semarang . Tesis. Semarang: Program Pascasarjana
berarti pada penelitian tersebut berjumlah 53,3%
Universitas Diponegoro
(Irhamdi dkk, 2016).
Irhamdi, A., Soulisa, J. And Latuconsina, L., 2016.
Banyaknya pengetahuan dapat dilihat dari
Hubungan Pengunaan Alat Penyelam Tradisional
pendidikan pekerja bawah air, semakin tinggi
Dengan Kejadian Barotrauma. Global Health
pendidikan maka tingkat pengetahuan semakin besar.

Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Penyelaman dengan Gangguan Pendengaran di PT Aquamarine Divindo


Inspection Sidoarjo Tahun 2017

Gangguan Pendengaran
Total
Pengetahuan Normal Tuli Ringan Tuli Sedang
n % n % n % N %
Baik 2 40 3 60 - - 5 100
Buruk - - - - 1 100 1 100
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
Total 2 33.3 3 50 1 16.7 6 100
Science (Ghs), [e-Journal] 1(1): pp. 30–35 Jamsostek P., 2012. Laporan Tahunan 2012. Jakarta:
PT. Jamsostek
Kristianto, W., 2012. Gambaran Gangguan Pendengaran Pada Penyelam TNI Angkatan Laut. Skripsi.
Depok: Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia
Lazwar, F., 2015. Hubungan Tipe Kepribadian dan Stressor Lingkungan Kerja dengan StresKerja pada
Penyelam di PT. Advanced Offshore Services. Skripsi. Surabaya: Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas
Airlangga
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.02/MEN/1980. Tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam PenyelenggaraanKeselamatan Kerja. Jakarta: Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Rijadi, R., 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Jakarta: Lembaga KesehatanKelautan
TNI AL

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


Sukbar, S., Dupai, L. And Munandar, S., 2016. Hubungan Aktivitas Penyelam Dengan KapasitasVital Paru
Pada Pekerja Nelatan Di Desa TorobuluKecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa KesehatanMasyarakat, [e-Jurnal] 1(2): pp. 1-9
Suma’mur., 1991. Higiene Perusahaan dan KesehatanKerja. Jakarta: Haji Masagung
Susanto, S., 2010. Risiko Gangguan Pendengaran Pada Neonatus Hiperbilirubinemia. Tesis.
Semarang: Magister Ilmu Biomedik dan FakultasKedokteran Universitas Diponegoro
Syafrudin, S.K., 2015. Hubungan Intensitas Bunyi dengan Kejadian Sensorineural Hearing-Loss di Salah
Satu Pabrik Tekstil di Kabupaten Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Bandung
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Lembaran
Negara RI Tahun 2003, No. 38. Jakarta:Sekretariat Negara

Oseana, Volume XVI No. 4, 1991


REVIEW JURNAL
ISI
NO JUDUL PENULIS PENERBIT TAHUN JENIS SAMPEL / VARIABLE INSTRUMEN HASIL
TERBIT PENELITIAN RESPONDEN
3. ADAPTASI Lindung Universitas 2020 Analitik 49 responden di Seorang Menggunakan Hasil dari
FISIOLOGIS Saputra, Negeri observasional kelurahan penyelam data di google penelitian
VOLUME Pudia M. Padang, Ilmu kedung cowek rentang schooler. bahwa
OKSIGEN Indika Keolahragaan, surabaya beresiko 23 nelayan
MAKSIMAL Padang, terjadi nya (46,9%)
(VO2MAKS) Indonesia kecelakaan dengan
PADA didalam air indeks masah
PENYELAM sehingga tubuh normal,
seorang 10
penyelam nelayan
harus (20,4%)
memiliki kategori gemuk
volume ringan,
oksigen 15nelayan
maksimal (30,6%)
yang baik. kelompok
gemuk berat, 1
nelayan dengan
kelompok
kurus
ringan. analisa
disimpulkan
bahwa korelasi
ntidak ada
hubungan
antara
Indeks masa
ADAPTASI FISIOLOGIS VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2MAKS)PADA
PENYELAM

Lindung Saputra1, Pudia M. Indika2


1
Universitas Negeri Padang, Ilmu Keolahragaan, Padang, Indonesia 2Universitas
Negeri Padang, Ilmu Keolahragaan, Padang, Indonesia
lindungsaputra1@gmail.com, pudiamindika@fik.unp.ac.id

Abstract
Divers are activities carried out in water that usually affect the structure and function of a person's body. Diving
activities can be divided into several types to whom, depth, purpose and type of equipment used. Divers must
have good endurance in order to reduce the risk of a situation that could prevent the diver from accidents
in the water that could injure the diver or lead to death. physical fitness (cardiorespiratory endurance)
is often measured by the consumption of a person's maximal volume of oxygen (VO2max). The analysis
of this review article aims to look at the physiological adaptation of the maximum oxygen volume (VO2max)
of the diver. This research method with literature study is to study various journals and relevant references.
The result that can be conveyed is that a divers in the range is at risk of an accident in the water so that a
diver must have a good maximum oxygen volume.
Key words : diving, physiological adaptation, physiology, VO2max

Abstrak
Penyelam merupakan suatu kegiatan yang dilakukan didalam air yang biasanya mempengaruhi struktur
dan fungsi tubuh seseorang. kegiatan menyelam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis kepada siapa,
kedalamannya, tujuan dan jenis peralatan yang digunakan. Penyelam harus memiliki daya tahan yang
baik supaya mengurangi resiko terjadi nya suatu keadaan yang bisa membuat penyelam terhidar dari
kecelakaan di dalam air yang membuat penyelam terluka atau bisa mengancam kematian. kebugaran
jasmani (daya tahan kardiorespirasi) sering diukur melalui konsumsi volume oksigen maksimal (VO2maks)
seseorang. Analisa review artikel ini bertujuan unt uk melihat adaptasi fisiologis volume oksigen maksimal
(VO2maks) dari penyelam. Metode penelitian ini dengan studi literature yaitu mengkaji berbagai jurnal
dan reverensi yang relevan. Hasil yang dapat disampaikan yaitu seorang penyelam rentang beresiko
terjadi nya kecelakaan didalam air sehingga seorang penyelam harus memiliki volume oksigen
maksimal yang baik.
Kata kunci : Selam, adaptasi fisiologis, fisiologi, VO2maks

PENDAHULUAN
Penyelam merupakan kegiatan bawah air yang sering dipengruhi oleh struktur dan fungsi tubuh
seseorang. Seseorang penyelaman harus berenang cepat untuk membantu teman
penyelamnya dan selalu mampu stabil saat penyelaman (Averill, H. et al, 2011). Penyelam akan
mengalami kejadian dimana akan mengalami beberapa risiko tenggelam didalam air,
menurunnya temperatur, dan meningkatnya tekanan di dalam air. Hal ini akan berpengaruh
terhadap meningkatnya saluran darah dari pelifer ke saluran dada sehingga meningkatkan
jumlah darah sekitar 700 ml yang akan menurunkan paru secara maksimal

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
300ml kapasitas vital yang mirip dengan pejanan suhu rendah.
Dapat dilihat dari penjelasan diatas masalah yang ada pada judul adaptasi fisiologis volume
oksigen maksimal adalah terdapat pada penyelam. Dimana penyelam yang berenang dibawah
air akan berpengaruh terhadap struktur dan fungsi tubuh seseorang, dan juga akan mengalami
beberapa resiko tenggelam di dalam air, menurunnya temperatur dan meningkatnya tekanan
didalam air. Itulah masalah yang dialamai oleh penyelam yang akan terjadi sewaktu-waktu.
Kegiatan menyelam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis kepada siapa, kedalamannya,
tujuan dan jenis peralatan yang digunakan. sistem pernafasan membuat Oksigen yang masuk
melalui hidung dengan menghirup dan dibawa melalui darah keseluruh bagian tubuh dan
dilepaskan Carbon dioksida udara menuju ke paru melewati dijalan nafas dan pipa udara yang
semakin kurangnya ruang bronci dan bronchioles kemudian berpisah dikedua sisi paru-paru
dari pipa udara utama/ trachea. Saluran udara terakhir di alveoli atau gelembung paru yang
menjadi tempat udara terakhir, sistem pergantian Oksigen dan Carbon dioksida dari sirkulasi
darah tubuh. (Sherwood, L, 2012).
Seorang penyelam harus memiliki sistem pernafasan yang baik sehingga penyelam tidak
merasakan kelelahan saat melakukan penyelaman di dasar laut. Apabila penyelam merasa
kelelahan saat menyelam itu akan menyebabkan beberapa hal yang akan menyebabkan resiko
saat menyelam seperti merasa lemah, pusing, berkunang-kunang bahkan bisa terjadi
kehilanngan kesadaran di dasar kedalaman. Untuk menghindari resiko tersebut itu pentingnya
daya tahan yang baik
Kebugaran jasmani (daya tahan kardiorespirasi) sering diukur melalui konsumsi volume
oksigen maksimal (VO2maks) seseorang. Selama waktu awal latihan konsumsi O 2 meningkat
sehingga mencapai saat keadaan maksimal untuk itu kebutuhan O2 sesuai dengan yang
dibutuhkan saat Melakukan latihan. Bersamaaan dengan keadaan maksimal ini terjadi pula
adaptasi ventilasi paru, denyut jantung, dan cardio output. Dimana kebutuhan oksigen yang
sudah maksimal tidak bisa naik lagi walaupun dengan menambah tingkat latihan, inilah yang
disebut dengan ( VO2maks ). Kebutuhan O2 (VO2maks) menurun secara berlahan bersamaan
dengan perhentian latihan karena konsumsi O2 mulai menurun (sharkey, B , 2011).
Penjelasan di atas bisa lihat bahwa seorang penyelam harus memiliki daya tahan yang terlatih,
sehingga saat menyelam mengurangi resiko terjadi nya suatu keadaan yang bisa membuat
penyelam terhidar dari kecelakaan di dalam air yang membuat kita terluka atau bisa
menganjam kematian. Volume oksigen maksimal (VO2maks) adalah salah satu tolak

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
ukur daya tahan bagi penyelam. bisa kita perkirakan bahwa cepat lambat nya seorang
penyelam merasakan kelelahan saat melakukan kinerja di bawah laut dalam intensitas ringan
atau berat. Semakin banyak oksigen yang diserat membuktikan bahwa seseorang semakin baik
kinerja otot dalam melakukan gerakan.

METODE
Penelitian ini dibuat dengan metode penelitian review artikel dengan jenis studi literature,
penulisannya membahas referensi diambili dari jurnal-jurnal yang sudah ada sebelumnya,
sumber referensi yang relevan dengan judul penelitian yang diawali dengan mengabil,
menganalisa, kemudian disimpulkan agar memperkuat analisa yang dibuat. Dalam
penyelesaian artikel ini penulis mencari sumber yang akan di analisa sesuai judul menggunakan
data di google schooler. Dengan kata kunci yaitu fisiologi, adaptasi, volume oksigen maksimal
penyelam. Dimana artikel ini diambil dari sumber jurnal yang terbitannya dari tahun 2000
sampai 2020.

HASIL
Berdasarkan hasil review artikel yang telah dilakukan, maka dapat dapat di kemukakan data
sebagai berikut :
Table 1.1 data hasil review 10 artikel volume oksigen maksimal (VO2maks) penyelam.

No Penulis,
Tahun, Judul Tujuan Penelitian Metode
Sampel Hasil Penelitian
Sari, R.K, Hasil dari
poemomo, J penelitian bahwa
dan 23 nelayan
wijayaningrum, (46,9%) dengan
Untuk melihat
L, 2019. indeks masah
adanya hubungan
Hubungan tubuh normal, 10
IMT dengan
antara indeks nelayan (20,4%)
kapasitas
massa tubuh 49 responden di kategori gemuk
kesegaran
dan tingkat kelurahan ringan, 15nelayan
1 jasmani dengan Analitik
kebugaran kedung cowek (30,6%) kelompok
diukur V02maks observasional
jasmani surabaya gemuk berat, 1
pada nelayan
dengan nelayan dengan
penyelam
mengukur kelompok kurus
lelurahan kedung
VO2maks pada ringan. analisa
cowek Surabaya
nelayan disimpulkan
penyelam bahwa korelasi
dikelurahan ntidak ada
kedung cowek hubungan antara
Surabaya Indeks masa

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
tubuh dengan
kebugaran
jasmani nelayan
Terdapat pengaruh
Untuk mengetahui
yang signifikan dari
Saputra, F.A, pengaruh latihan
latihan selam
Bafirman. selam terhadap
Sampel sebnayak terhadap kapasitas
2020. The kapasitas vital
24 orang vital paru dan
effect of diving paru dan
peneyelamdi club kebugaran jasmani
sports trainingof kebugaran
2 Eksperimen diving fakultas penyelamclub
lung vital jasmani club
semu ilmu keolahragaan diving fakultas ilmu
capacity and selam (diving)
universitas negeri keolahragaan
phicical fitnessin fakultas ilmu
padang Universitas
diving club keolahragaan
Negeri Padang
faculty of universitas negeri
science padang

Latihan nafas
Wahyudi A.T, mengealami
Pramita, I, peningkatan
Darmaja, dengan durasi
I.G.A.P.2018. tertinggi dari 140
Latihan Nafas menjadi 160 menit
Dalam Mengetahi niali dan yang terendah
Sampel sebnayak
3 MeningkatkanD tahan nafas . Pre dari 110
10 orang
aya Tahan VO2maks, ekspemental menjadi 130. Nilai
penyelam
Menyelam kapasitas paru VO2maks tertinggi
Divemasterdi dengan jarak 2600
Pantai meter. Nilai
Semawang, kapsitas vital paru
Senur Denpasar divemaster
tertinggi 4700
meter
Menyimpulkan
bahwa kapasitas
Putra,K.P, vital paru memiliki
Pratama, R.P, korelasi positif
Nugroho , yang kuat dengan
K.P.A. 2020. Dari penelitian ini durasi apnea.
Kapasitas Vital kita mengetahui Pepenyelam pria Subjek yang
4 Paru korelasi antara Analitik sebanyak 30 kapasitas vital
Berkolerasi kapasitas vital observasional orang berusia paru yang besar
Positif Dengan paru dan durasi 19-25 dapat menahan
Kemampuan apnea nafas lebih lama
Tahan Nafas dibandingkan
Pada Laki-Laki dengan subjek
Usia 19-25 yang memiliki
kapasitas vital

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
paru lebih kecil
Nilai volume
Numbery, E.I,
kapasitas vital
Jaseph, W.B.S,
paru menunjukan
Maramis, F.R.R, Untuk
bahwa sebanyak
Kawetu, P.A.T. mengetahui
(53% )dalam
Gambaran tingkat volume
kategori (baik)
5 Volume Dan dan kapasitas Sebanyak 28
Deskriptif normal,(39,2%)
Kapasitas Paru paru ( orang penyelam
kategori restriksi
Pada Para kardiovaskuler)
ringan,(3,6%)
Penyelam para penyelamdi
kategori restriksi
Professional Di kota manado
sedang,dan
kota Manado
(3,6%) kategori
restriksi berat
Herman, H,
Yunus, F, Dari hasil
Memperoleh
Harahap, F , penelitian dapat
data
Rasmi, Sebanyak 45 disimpulkan
karakteristik,
M.2011.Ambilan orang penyelam bahwa fungsi
perbedaan Menggunakan
6 Oksigen scuba dikomando paru dan
VO2maks dan study potong
Maksimal Dan pasukan kata VO2maks
fungsi paru lintang analitik
Faal Paru Laki- (KOPASKA) penyelam lebih
penyelam
Laki Sehat besar dari yang
danbukan
Penyelam Dan bukan penyelam
penyelam
Bukan
Penyelam
Dalam penelitianini
menunjukan
bahwa satu
kali latihan aerobic
Duplancic Z.D, memperbaiki
victerzic I M pembentukan
,Ivancev V, gelembung gas
ValicZ, vena pada
EterivicD, manusia . hasil ini
PetriN, Wislift memiliki implikasi
Pengukuran
dan Alfo, yang cukup besar
7 volume oksigen 13 pria berusia
brukbakk.2004. Studi populasi untuk
maksimal 22 tahun
aerobic exercise penegembangan
(VO2maks)
beforediving prosedur non
reduces venous farmakologis
gas bubble untuk
formation in pengurangan
humans pemebntukan
gelembung dan
demikian
risiki DCS yang

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
serius
disimpulkan
korelasi dengan
Untuk mengetahui
Farancisco F, kapasitas vital
kinerja individu di
Gonzales- rave, paru, volume
apnea indoor,
J.M, andJuarez. Sampel sebanyak darah, persentase
hemoglobin,
8 D.2017.breath- Studi 56 laki-laki lemak tubuh, datak
volume darah ,
hold diving observasional penyelam jantung,dan
VO2max,
performance penahan nafas saturasi oksigen
komposisi tubuh,
factors terendah yang
detak jantung
diperoleh selama
apnea statis
dengan apnea
Berdasarkan hasil
penelitian
disimpulkan tingkat
pendidikan
responden
yang paling
dominan adalah
Fatimah, sekolah dasar
Andarini, S, yaitu sebanyak
Tujuan penelitian
Melani.A.2019. 147 .frekuensi
ini untuk
Diving penyelam
mengetahui
Frequency Sampel responden yang
9 pengaruh Observasional
Increase The berjumalah 200 paling dominan
frekuensi analitik
Risk penyelam lebih dari dua kali
menyelam dan
Barotraumas In penyelaman
waktu istirahat
Tradisional dalam satu hari
pada barotrauma
Fisherman sebnayk
Divers 100 orang
(57,4%). Waktu
istirahat paling
dominan kurang
dari empat jam/
hari sebanyak
170 orang (97%)

Oetama, E.C, Untuk Fungsi paru


Luhulima, J, mengetahui nelayan
Mainase. J. perbandingan fu peneylam tahan
2018.perbandin ngsi paru antara nafas
15 nelayan
gan fungsi paru nelayan Analitik lebih baik secara
10 penyelam dan 15
antara nelayan penyelam tahan pendekatan signifikan
nelayan bukan
penyelam tahan nafas dan cross sectional dibandingakn
penyelam
nafas dan nelayan buakan nelayan bukan
nelayan bukan penyelam dikota peneylam, dengan
penyelam di ambon tahun latar
2018 belakang perilaku

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
kota ambon hidup sehat.yang
tahun 2018 kurang baik.
Aktivitas
menyelam
tahan nafas
secara rutin dapat
meningkatkan
fungsi paru

PEMBAHASAN
Dalam melakukan analisa review arltikel bisa dilihat banyak metode penelitian yang digunakan
dalam 10 artikel jurnal yang di analisa. Metode yang digunakan yaitu analitik observasional,
eksperimen semu, deskriftif, study, korelasi. Dengan karakteristik sampel/populasi atau objek
dalam penelitian nya yaitu penyelam. Instrument penelitian yang dianalisa sebnayak 10 artikel
jurnal yaitu adaptasi fisiologis, fisiologi dan volume oksigen maksimal (VO2maks) penyelam
sebanyak 10 artikel jurnal.
Fisiologi tubuh saat menyelam
Bila manusia menyelam dasar laut, akan bertambahnya tekanan disekelilinya. Agar paru tidak
kolaps udara yang diberikan harus bertekanan tinggi agar paru tetap bekerja. Menyebabkan
darah didalam paru-paru juga terpejan dengan volume gas alveolus semakin tinggi. kejadian ini
disebut hiperbarik. Hal penting lainya dari kedalaman adalah adanya penurunan gas sehingga
volume nya semakin kecil.
Seorang yang dihubungkan dengan udara lewat alat pernafasan, tidak mampu melakukan
inspirasi saat kedalamam lebih dari lima meter. Kedalaman sepeti ini, tolakan air yang
menyebabkan rongga dalam dada tdak mampu dilawan oleh otot inspirasi. Ini sangat
dibutuhkan tolakan udara pernafasan lebih tinggi supaya udara bisa masuk dalam paru. inilah
pokok permasalahan yang timbul pada penyakit dekompresi (Giriwijoyo, H.Y.S.S, Sidik, D.Z,
2012 ).
Adaptasi Fisiologi Penyelam
Penyelam pada hakikatnya merupakan aktifitas manusia dilingkungan berbagai atmosfer
absolute yang dapat berbentuk udara bertekanan didalam air. Stressor berupa bertambahnya
tekanan udara lingkungan merupakan faktor utama perubahan fisiologi seorang penyelam yang
tidak sesuai. Sedangkan mekanisme adaftif itu sendiri merupakan mekanisme di dalam tubuh
manusia sebagai upaya mengurangi streor tekanan tinggi dan perubahan fisiologis yang
ditimbulkannya, untuk mencapai keadaan “kesembangan”. Pada keadaan tertentu kondisi
keseimbangan tidak dapat dicapai hingga mencapai suatu keadaan

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
potologi (Sukbar, Dupai, L dan Munandar,S, .2016)
Saat melakukan latihan fisik menyelam, otot-otot tubuh, jantung, dan sirkulasi darah serta
pernafasan diaktifkan. Denyut jantung, curah jantung dan konsumsi oksigen meningkat.
Secara linier terhadap intensitas latihan fisik. Peningkatan denyut jantung merupakan respon
yang timbul segera pada sistem kardiovaskuler terhadap latihan fisik. Pada penyelam selama
Manahan nafas, penyimpanan oksigen dalam paru dan darah berkurang hingga tekanan
partikel oksigen (paO2) dalam otok menjadi begitu rendah dan penyelam berisiko kehilangan
kesadaran (Edmonds, C., Mckenzie, B. Zand Thomas, R, 2010).
Bila seorang masuk kedasar air dan menyelam semakin kedalam, maka tekanan yang akan
diterima juga semakin besar dengan kedalaman ia menyelam. Hal ini disebabkan dikarenakan
berat jenis air lebih tinggi dari pada udara. Tekanan yang diterima tubuh akan diteruskan
keseluruh organ tubuh termasuk kecairan jaringan. Tekanan yang diterima tidak hanya
berpengaruh mekanis, tetapi juga menyebakan gas-gas dalam udara nafas lebih banyak yang
terlarut, yang dapat menimbulkan gangguan pada difusi dan trasportasi gas padda proses
pernafasan.
Volume oksigen maksimal (VO2maks) penyelam
VO2maks adalah metabolisme enegi seseorang akibat dari oksigen yang di pakai oleh otot
dalam interval waktu tertentu. VO2maks adalah hasil kerja jantung dan ekstraksi O2 maksimum
oleh jaringan, dan keduanya meningkat pada latihan. Dimana VO 2maks pada pria adalah 38
ml/kg/mnt dan untuk wanita sekitar 29 Ml/kg/mnt, nilai ini lebih rendah pada orang yang tidak
beraktivitas (Ganong, 2008 ).
VO2maks merupakan sebagai tertinggi seseorang untuk keperluan oksigen selama beraktifitas
fisik. VO2maks mereflisiakan keadaan paru, kardiofaskuler, dan hematologik dalam
pengantaran oksigen, serta mekanisme oksidatif dari otot yang melakukan aktifitas. Selama
menit-menit pertama latihan, konsumsi oksigen berambaht hingga akhirnya tercapai keadaan
steady state dimana konsumsi oksigen sesuai kebutuhan latihan. Bersamaan dengan keadaan
steady state menjadi pula adaptasi ventelasi paru, denyut jantung, dan kardio output. Keadaan
dimana konsumsi oksigen telah mencapai nilai maksimal tanpa bisa naik lagi mesti dengan
penambahan intensitas latihan inilah yang disebut dengan VO 2maks. Konsumsi oksigen lalu
turun secara bertahap bersamaman dengan penghentian latihan karena kebutuhan oksigen pun
berkurang.
Dimana saat kita melakukan aktivitas dalam durasi yang lama, konsumsi O2 di otot bertambah
daya tahan paru-paru (kardiovaskuler) jika bagus tentu dapat memberikan O2 ke

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
jaringan yang berfungsi. dimana kebutuhan O 2 didalam jaringan selalu didapatkan pada setiap
bentuk aktivitas olahraga termasuk olahraga selam. Saat menyelam dengan jarak yang jauh
kebutuhan energi secara aerob sangatlah diperlukan. VO2maks penyelam yang baik akan
mampu melakukan penyelaman jarak yang jauh tidak akan terjadi kelelahan sehingga tidak
akan mengalami resiko saat menyelam.
Faktor yang mempengaruhi volume oksigen maksimal penyelam
Menurut (Umar, 2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendah nya
VO2maks adalah sebagai berikut:yang menghasilakan hemoglobin dan oksigen adalah paru-
paru, yang akan diikat O2 dan membawa nya keseluruh tubuh, pembuluh darah (sirkulasi) yang
akan mengalirkan darah seluruh tubuh, dan otot rangka sebagai bagian tubuh yang akan
dipakai O2 untuk preses oksidasi bahan makanan sehingga menghasilkan energi.
Beberapa faktor berpengaruhi terhadap nilai VO2maks di 10 artikel jurnal dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1) Umur
Umur adalah faktor yang sangat berpengaruh kepada nilai VO2maks penyelam. Apabila umur
penyelam semakin tinggi berarti nilai VO 2maks penyelam semakin rendah. Dilihat pada salah
satu jurnal rangkuman dimana umur dari sampel dikelompok menjadi 3 kelompok berdasarkan
umur. Didapatkan nilai VO2maks antara 3 kelompok tersebut berbeda. Berarti dapat disimpul
kan fartor umur berbading terbalik dengan nilaI volume oksigen maksimal.
2) Durasi penyelaman
Lama penyelaman menjadi suatu keadaan yang berpengaruh terhadap penyelam tradisional
penderita peneyakit dekompresi, saat dilakukan analisa multivariate menunjukan hasil yang
bermakna secara statistic (p= 0,021; OR= 9,860;CI= 1,410 – 68,943). Dengan demikian lama
menyelam >2 jam memiliki besar resiko 9,6 kali lebih besar untuk terjadi kualitas hidup buruk
dibandingkan< 2 jam.
Semakin lama waktu menyelam maka semakin banyak jumalah nitrogen terpakai pada jaringan.
waktu menyelam semakin lama berpengaruh pada kebutuhan dan yang dikeluarkan udara
nitrogen berada pada jaringan cepat dan semakin lemah nya jaringan. Beban itu menyebabkan
penyakit dekompresi
3) Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok sangat lah hal yang biasa dikalangan penyelam. Penyelam yang merokok
memiliki kapasitas vital paru yang rendah di bandingkan penyelam yang tidak

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
merokok. Dengan penelitian yang berjumlah 468 penyelam scuba militer menyimpulkan bahwa
penurunan kapasitas vital paru tidak ada kaitannya dengan peralatan pemuelam namun
kebiasaan merokok berpengaruh terhadap penurunan kapasitas vital paru.
4) Aktivitas Latihan
Aktivitas pelatihan fisik dapat menambah VO2maks. namun , VO2maks ini tidak berhubungan
pada nilainya, namun berganti sesuai tingkat dan banyak aktivitas fisik. Contohnya pada jurnal
yang sudah di review bahwa menyatakan orang yang sudah latih ( terlatih) akan memiliki
kemampuan VO2maks 2 kali lebih besar dari pada seseorang yang jarang latihan. Dilihat pada
penyelam yang terlatih walaupun usia nya 30-50 tahun yang rutin melakukan latihan walaupun
umur bertambah penurunak VO2maks tidak akan sebesar pada kelompok control.
Latihan nafas adalah salah satu latihan fisik untuk meningkatkan volume oksigen maksimal
seseorang dilihat pada jurnal berjudul latihan nafas dalam meningkatkan daya tahan menyelam
divemasterdi pantai semarang, senur, denpasar dapat disimpulkan durasi menyelam sebelum
pemberian laihan nafas dalam tertinggi 140 menit Dan terendah 110 menit. Setelah latihan
nafas penyelam mengalami peningkatan yaitu tertinggi 160 menit dan terendah 130 menit.

KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa 10 artikel jurnal mengenai adaptasi fisiologis volume oksegen
maksimal (VO2maks) dapat disimpulkan Latihan selam yang teratur berpengaruh kepada
kapasitas vital paru dan kebugaran jasmani seseorang. volume oksigen maksimal penyelam
lebih besar dari pada yang bukan penyelam serta Umur berpengaruh terhadap nilai volume
oksigen maksimal, semakin tua seseorang maka semakin turun nilai volume oksigen maksimal
seseorang.
Seorang penyelam yang terlatih akan terhindar dari resiko saat melakukan penyelaman. Karna
seorang yang terlatih akan berpengaruh kepada daya tahan seseorang . daya tahan khususnya
volume oksigen maksimaal seorang penyelam yang baik otomatis penyelam tersebut akan lama
untuk merasakan kelelahan saat menyelam.

DAFTAR PUSTAKA

Averill, H. et al. 2011. Open water diver manual (e-book). USA: NASE Worldwide Duplancic,
Z.D, victerzic I M ,Ivancev V, Valic Z, Eterivic D, Petri N, Wislift dan Alfo
.2004. aerobic exercise before diving reduces venous gas bubble formation in
humans. Jurnal physiol 555(3) pp 637-642

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
Edmonds, C, Mckenzie, B. Zand Thomas, R. 2010. Diving Medicine For Scobs Diver.
Australia : Cari Edmond

Farancisco, F, Gonzales-rave, J.M, and Juarez. D .2017.breath-hold diving performance


factors.Jurnal of human sport and exercise 12(3) pp 582-592

Fatimah, Andarini, S, Melani.A. 2019. Diving Frequency Increase The Risk Barotraumas In
Tradisional Fisherman-Divers. Jurnal kedokteran brawijayam 30 (4) pp. 284-286

Ganong. 2008 . Fisiologi Kedokteran . Jakarta : Penerbit Kedokteran

Herman, H, Yunus, F, Harahap, F , Rasmi, M .2011.Ambilan oksigen maksimal


dan faal paru laki-
laki sehat penyelam dan bukan penyelam. Jurnal Respir Indo, 31(2)

Numbery, E.I, Jaseph W.B.S, Maramis, F.R.R, Kawetu, P.A.T. Gambaran volume dan
kapasitas paru pada para penyelam professional dikota manado. Jurnal USRM

Oetama, E.C, Luhulima, J, Mainase. J .2018. perbandingan fungsi paru antara nelayan
penyelam tahan nafas dan nelayan bukan penyelam dikota ambon tahun
2018.Jurnal patimura medical review,1(2)

Putra,K.P, Pratama, R.P, Nugroho, K.P.A .2020. Kapasitas vital paru berkolerasi positif dengan
kemampuan tahan nafas pada laki-laki usia 19-25. Jurnal of sport science and education 5(1)

Sari, R.K, poemomo, J dan wijayaningrum, L. 2019. Hubungan antara indeks massa tubuh dan
tingkat kebugaran jasmani dengan mengukur VO2maks pada nelayan
penyelam dikelurahan kedung cowek Surabaya. HTMJ, 16(2)

Saputra, F.A, Bafirman . 2020. The effect of diving sports training of lung vital
capacityand phicical
fitness in diving club faculty of science. Jurnal stamina, 3(2)

Sharkey, B. 2011 . Kebegaran dan kesehatan. Jakarta : PT raja grafido persada

Sherwood, l. 2012. Human pysiologi from cell to system. Singapore : cengage

learning

Sukbar, Dupai, L dan Munandar,S, .2016. Hubungan Aktivitas Penyelam Dengan Kapasitas
Vital.Paru Pada Pekerja Nelayan Di.Desa Rirobulu Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe
Selatan

Umar. 2008. Profil VO2maks Pada Fase Siklus Menstruasi. Jurnal, Hari Olahraga, Vol. 10, No
3, September

Wahyudi, A.T, Pramita, I, Darmaja, I.G.A.P.2018. latihan nafas dalam meningatkan daya

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
Tahan Menyelam Divemasterdi pantai semawang, senur denpasar. Jurnal siniesa, 978-602(4)

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
REVIEW JURNAL
ISI
NO JUDUL PENULIS PENERBIT TAHUN JENIS SAMPEL / VARIABLE INSTRUMEN HASIL
TERBIT PENELITIAN RESPONDEN
4. IMPLIKASI Jabil GEOGRAFIA 2018 Analisis Penyelam Terdapat Cross Hasil kajian
SOSIOEKONOMI Mapjabil, OnlineTM Deskriptif scuba di beberapa ciri Sectional menunjukkan
PEMBANGUNAN Mohamad Malaysia beberapa pulau khusus yang bahawa
PELANCONGAN Pirdaus Journal of di Malaysia menjadikan pelancongan
PENYELAMAN Yusoh, Society and sesebuah penyelaman
SKUBA Rosmiza Space 8 issue destinasi skuba ini telah
TERHADAP Zainol 5 (26 - 38) pelancongan memberi
KOMUNITI penyelaman implikasi
PULAU DI skuba itu sosioekonomi
MALAYSIA: terkenal di yang
SATU peringkat besar kepada
TINJAUAN global komuniti
AWAL tempatan. Ini
dapat dilihat
berdasarkan
penyertaan
komuniti
tempatan
dalam aktiviti
tersebut.
Bagaimanapun,
wujud impak
negatif dalam
bentuk
manipulasi
pasaran oleh
pihak ketiga
selain
peningkatan
pemilikan
tanah oleh
orang luar dan
perubahan
guna tanah
pertanian di
pulau
berkenaan.
Implikasi sosioekonomi pembangunan pelancongan penyelaman
skuba terhadap komuniti pulau di Malaysia: Satu tinjauan awal
Jabil Mapjabil1, Mohamad Pirdaus Yusoh1, Rosmiza Zainol2
1
Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universiti Sains Malaysia, 11800 Pulau Pinang,
2
Pusat Pengajian Sosial Pembangunan dan Persekitaran, Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan, Universiti Kebangsaan Malaysia,
43600 Bangi, Selangor

Coresspondence: Mohamad Pirdaus Yusoh (email: pirdausps3@yahoo.com )

Abstrak

Makalah ini bertujuan membincangkan pembangunan pelancongan penyelaman skuba di beberapa pulau di Malaysia
serta implikasinya terhadap sosioekonomi komuniti pulau berkenaan. Pelancongan penyelaman skuba ialah satu bentuk
pelancongan khusus yang menawarkan aktiviti penyelaman skuba sebagai produk utama percutian di pulau. Terdapat
beberapa ciri khusus yang menjadikan sesebuah destinasi pelancongan penyelaman skuba itu terkenal di peringkat
global. Antaranya persekitaran marin yang sihat, informasi yang lengkap dan tepat di sepanjang keseluruhan perjalanan
pelancongan berkenaan, wujudnya pelbagai lokasi penyelaman seperti tinggalan kapal karam, jurang yang dalam dan
terumbu karang, jarak penglihatan yang baik dan kaya dengan pelbagai spesies hidupan marin. Kajian yang dijalankan
secara literatur ini adalah berasaskan pengalaman di beberapa pulau termasuk Pulau Sipadan, Pulau Mabul, Pulau
Layang-Layang, Pulau Perhentian, Pulau Redang dan Pulau Payar. Hasil kajian menunjukkan bahawa pelancongan
penyelaman skuba ini telah memberi implikasi sosioekonomi yang besar kepada komuniti tempatan. Ini dapat dilihat
berdasarkan penyertaan komuniti tempatan dalam aktiviti tersebut. Bagaimanapun, wujud impak negatif dalam bentuk
manipulasi pasaran oleh pihak ketiga selain peningkatan pemilikan tanah oleh orang luar dan perubahan guna tanah
pertanian di pulau berkenaan.

Katakunci: destinasi pelancongan, implikasi sosioekonomi, komuniti pulau, pembangunan pelancongan, penyelaman
skuba, penyertaan penduduk setempat

Socioeconomic implications of scuba diving tourism development on


the island community of Malaysia: A preliminary observation

Abstract

This paper discusses scuba diving tourism development on several islands in Malaysia and its socioeconomic
implications to the island communities. Scuba diving tourism is a specialized form of tourism that offers scuba diving
activities as the main product of island holidays. There are several features that make scuba diving islands a popular
tourist destination renowned globally. These include a healthy marine environment, complete and accurate information
throughout the whole tourism journey, the presence of a variety of diving sites such as the remains of sunken ships,
deep trenches in the coral reefs, good underwater visibility and rich marine life species. This literaturestudy was based
on the experience of selected islands namely Pulau Sipadan, Pulau Mabul, Pulau Layang-Layang, Pulau Perhentian,
Pulau Redang and Pulau Payar. Scuba diving as a tourism activity has brought a direct socioeconomic implication the
local communities. This may be observed through the islanders’ participation in various economic activities. However,
there are also some negative impacts such as market manipulation by outside parties, increasing land wnwership by
outside people and agricultural land use changes in the islands.

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
Keywords: island community, local participation, socio-economic implications, scuba diving, tourism destination,
tourism development

Pengenalan

Selepas pertengahan tahun 1990-an, pelancongan penyelaman skuba adalah antara pelancongan alternatif
yang semakin pesat membangun dan popular di peringkat antarabangsa. Setiap tahun, sejumlah besar
pertukaran mata wang asing berlaku terutamanya di negara-negara pesisir pantai yang mempunyai potensi
persekitaran yang kaya dengan sumber marin terutamanya landskap semula jadi, pelbagai spesies haiwan
dan tumbuh-tumbuhan akuatik, gua atau gunung berapi di bawah air, dan lain-lain (Hall, 2005; Alban et al.,
2008; Peters dan Hawkins, 2009). Pendapatan sesetengah negara (contohnya, Greece) amat bergantung
kepada industri penyelaman skuba. Manakala negara yang lain seperti Malta, Mesir, Maldives dan Turki
memperoleh manfaat daripada jenis pelancongan ini berikutan berlakunya aliran masuk mata wang asing ke
negara tersebut (Uyarraa dan Côtéb, 2007; Garrod dan Gossling, 2007). Kepentingan aktiviti penyelaman
skuba dalam industri pelancongan dapat dilihat dalam Jadual 1.

Jadual 1. Statistik penyelam berlesen dunia

Tahun Pemberian Pemberian Pertambahan Tahun Pemberian Pemberian Pertambahan


Lesen Lesen (%) Lesen Lesen (%)
setahun Kumulatif setahun Kumulatif
1969 23,836 23,836 - 1990 440,418 3,381,524 13.6
1970 23,736 47,572 -0.4 1991 456,046 3,837,300 3.5
1971 36,490 84,062 53.7 1992 529,463 4,366,763 16.1
1972 51,842 135,904 42.1 1993 564,672 4,931,435 6.6
1973 60,120 196,024 16.0 1994 625,487 5,556,922 10.8
1974 49,834 245,858 -17.1 1995 680,263 6,237,185 8.8
1975 61,244 307,102 22.9 1996 717,973 6,955,158 5.5
1976 66,606 373,711 8.8 1997 743,753 7,698,921 3.6
1977 69,771 443,432 4.7 1998 775,735 6,474,656 4.3
1978 86,187 526,669 23.5 1999 799,696 6,274,352 3.1
1979 95,193 624,862 10.4 2000 852,702 10,127,054 6.6
1980 107,404 732,266 12.6 2001 907,171 11,034,225 6.4
1981 124,365 856,631 15.6 2002 896,977 11,931,202 -1.1
1982 141,429 998,060 13.7 2003 907,722 12,838,924 1.2
1983 168,778 1,166,838 19.3 2004 954,049 13,792,973 5.1
1984 203,001 1,369,838 20.3 2005 927,529 14,720,502 -2.8
1985 240,384 1,610,223 18.4 2006 936,579 15,657,081 1.0
1986 277,378 1,867,601 15.4 2007 952,716 16,606,797 1.7
1987 315,468 2,203,069 13.7 2008 952,097 17,561,894 -0.1
1988 350,000 2,553,069 10.9 2009 897,401 18,459,295 -5.7
1989 387,767 2,940,836 10.8 2010 923,571 19,382,866 2.9
Sumber: http://www.padi.com/scuba/

Menurut PADI, sehingga tahun 2010 terdapat kira-kira 19 juta orang penyelam yang berdaftar di seluruh
dunia (http://www.padi.com/scuba/). Dapat juga diperhatikan bahawa peratus jumlah penyelam skuba berlesen
meningkat setiap tahun. Peningkatan ini jelas memperlihatkan bahawa pelancongan alternatif ini semakin
mendapat tempat dalam kalangan pelancong dan masyarakat moden sekarang. Berdasarkan statistik yang
dikeluarkan oleh PADI ini, pelancongan penyelaman skuba ini telah bermula sejak tahun 1960-an lagi dan
sehingga kini ia masih relevan dan semakin menampakkan kesan dalam

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
pasaran ekonomi pelancongan dunia. Jumlah pelancong penyelaman skuba pada tahun 1960-an hanya 23,836
orang dan melonjak kepada lebih 19 juta orang pada tahun 2010. Jadi ia jelas menunjukkan bahawa
pelancongan penyelaman skuba ini merupakan pelancongan alternatif bernilai tinggi yang perlu diberi
perhatian khusus oleh pihak berwajib.
Banyak negara yang telah menjalankan pelbagai usaha untuk mengeksploitasi alam semula jadi mereka bagi
menarik pengunjung dan seterusnya menikmati faedah pasaran pelancongan penyelaman antarabangsa.
Sejumlah besar individu dan syarikat terlibat dalam industri yang berteraskan aktiviti menyelam dengan
menawarkan pelbagai produk dan perkhidmatan untuk bilangan pelanggan yang semakin meningkat (Lynch
et al., 2004; Jennings, 2006; Bell et. al, 2008). Disebabkan itu, kajian terhadap pelancongan penyelaman
skuba ini telah mendapat perhatian serius daripada para sarjana sejak tahun 1990-an. Sehingga tahun 2009,
terdapat 115 kajian yang telah dijalankan di Malaysia berkaitan dengan penyelaman skuba, iaitu 50 kajian di
Semenanjung Malaysia dan 65 kajian di Sabah & Sarawak (www. Reefcheck.org.my). Sehubungan itu kajian
ini bertujuan untuk membincangkan industri penyelamanskuba dan impaknya terhadap komuniti pulau di
Malaysia dengan tumpuan khas di Pulau Sipadan, Pulau Mabul, Pulau Layang-Layang, Pulau Perhentian, Pulau
Redang dan Pulau Payar.

Pelancongan penyelaman skuba dan komuniti tempatan

Pelancongan penyelaman skuba adalah salah satu pelancongan yang semakin mendapat tempat di kalangan
pencinta alam sekitar. Ia diklasifikasikan sebagai pelancongan berprestasi tinggi dan mempunyai prospek
masa depan yang cerah serta memberi pulangan yang lumayan kepada ekonomi sesebuah negara.
Penyelaman skuba adalah salah satu aktiviti pelancongan marin (Cater, 2001; Garroddan Wilson, 2003).
Aktiviti yang diklasifikasikan sebagai ekstrem dan mencabar oleh Ewert (1989) dan dikatakan juga
mengandungi elemen berbahaya oleh Blamey (2001) kini adalah antara aktiviti pelancongan yang paling
pesat membangun. Ia berupaya memperluaskan pasaran kepada sub sektor ini dalam agenda aktiviti
pelancongan dunia (Bennet, 2003; Dignan, 1990). Pada masa ini jumlah penyelam skuba yang berlesen telah
mencecah hampir satu juta orang.
Peningkatan yang berterusan ini menimbulkan kebimbangan tentang kemungkinan berlaku gangguan
terhadap hidupan marin (Thapa et al., 2006). Menurut Mastny (2001), terdapat lebih 60% terumbu karang
sedang terancam sementara 27% sudah musnah akibat aktiviti penyelaman marin (Status of the Coral
Reef of the World, 2000). Komuniti yang bergantung hidup kepada aktiviti pelancongan penyelaman skuba
ini akan membiarkan hidupan seperti terumbu karang di kawasan mereka musnah kerana tiada usaha untuk
menyekat atau mengehadkan sebarang aktiviti penyelaman (Hawkins dan Roberts, 1994). Di Malaysia kajian
yang dijalankan kebanyakannya adalah berkaitan dengan impak positif dan negatifterhadap komuniti pulau
(Jabil, 1999), tahap kepuasan, demografik dan destinasi menyelam (Ghazali Musa, 2002; Ghazali et al.,
2006). Selain itu, terdapat juga isu kesesakan dan kekerapan penyelamanan di sesuatu destinasi seperti yang
dijalankan oleh Ghazali Musa (2002) di Pulau Sipadan. Namun, isu serta cabaran yang perlu diredah bagi
membangunkan pelancongan penyelaman skuba ini kurang ditekankan.
Pembangunan pelancongan penyelaman skuba ini semakin mendapat perhatian sarjana dan penyelidik seperti
Jabil (1999), Clifton (2004), Canty (2007) dan Garrord dan Gossling (2008). Pelancongan penyelaman skuba
terlah membangunkan ekonomi, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan komuniti tempatan di Pulau
Utila, Honduras yang mempunyai kepadatan penduduk lebih kurang 8500 orang. Pelancongan ini juga
membentuk implikasi negatif iaitu emigrasi penduduk dari tanah besar Honduras yang memberikan tekanan
terhadap sumber alam melalui eksploitasi hutan bakau dan ini akan menyebabkan kemerosotan ekosistem di
kawasan tersebut. Kebanjiran pengusaha penginapan bajet murah dan dominasi pihak luar akan memberi
tarikan pelancong penyelaman skuba dan akan menyebabkan tekanan terhadap ekosistem terumbu karang.
Impak ekonomi dan sosiobudaya juga dikaji di Taman Marin Wakatobi, Indonesia yang dijalankanoleh
Clifton, 2004. Menurut beliau, pelancongan penyelaman skuba ini memberi manfaat kepada

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
komuniti tempatan kerana kebergantungan kepada bekalan item bukan makanan khususnya yang berkaitan
dengan operasi dan penjagaan bot pelancong daripada pembekal tempatan, penerimaan dan sikap positif
daripada kalangan komuniti tempatan terhadap kehadiran pelancong serta kewujudan pengurusan taman
marin dapat memastikan pemuliharaan dan penggunaan secara lestari sumber laut di sekitarnya.
Sebagai salah satu pelancongan alternatif bernilai tinggi, pelancongan penyelaman skuba ini telah
menimbulkan isu migrasi dalam kalangan komuniti pulau. Ia dikaitkan dengan faktor kemiskinan dan usaha
untuk menigkatkan taraf sosioekonomi. Masalah sosioekonomi ini adalah pusaka yang diperturunkan kepada
mereka dari satu generasi ke stu generasi (Yahaya Ibrahim, 2004a).
Ketiadaan pelancongan sebelum ini menyebabkan komuniti berhijrah keluar dari pulau bagi mencari peluang
pekerjaan yang baru. Tapi dengan wujudnya pelancongan alternatif ini seperti di Pulau Pangkor dan Pulau
Redang, komuniti tempatan khususnya remaja kembali pulang ke pulau berkenaan bagi bekerja di sektor
pelancongan. Dengan migrasi masuk ini mendedahkan pula masalah sosial dan kesihatan yang baru kepada
komuniti pulau.
Bird (1989) dalam kajiannya di Langkawi mendapati bahawa pelancongan ini telah memberikan impak
negatif kepada komuniti Melayu di pulau tersebut. Berlainan pula dengan Kadir H. Din (1982) yang
mendapati pembangunan pelancongan ini telah membuka banyak peluang pekerjaan untuk komuniti
tempatan serta membantu meningkatkan pembangunan kemudahan awam dan infrastruktur. Perkara yang
sama ditemuai oleh Mohd Rusli et al., (2007) di Pulau Redang di mana aktiviti pelancongan menyumbang
kepada sebanyak 937 jumlah pekerjaan.

Pembangunan pelancongan penyelaman skuba di Malaysia

Sebelum konsep pelancongan penyelaman skuba popular, kebanyakan aktiviti berkaitan dengannya
termasuklah snorkeling, penyelamanan bebas dan aktiviti memancing dikaitkan dengan pelancongan pulau,
pelancongan marin, ekopelancongan dan pelancongan sukan. Pelancongan penyelaman skuba adalah
perjalanan ke sesuatu destinasi menyelam sama ada di sebuah pulau yang terpencil, gugusan pulau di luar
pesisir pantai atau pinggir pantai tanah besar sesebuah negara. Ia melibatkan sekurang-kurangnya satu
ekspidisi penyelamanan dilakukan. Menurut Tabata (1992), penyelaman skuba adalah suatu bentuk
pelancongan khusus yang menawarkan penyelaman sebagai aktiviti utama dalam tempoh percutian
seseorang pelancong. Aktiviti menyelam melibatkan kombinasi ciri pelancongan berasaskan pelayaran
dan pengembaraan ke dasar laut. Ia turut berkaitan dengan kajian tentang gua, arkeologi, seni fotografi
dan aktiviti perikanan di dasar laut serta gastonomy (Gržinić dan Zanketić, 2009). Pelancongan penyelaman
skuba di Malaysia semakin mendapat tempat dalam kalangan penyelam seluruh dunia. Terdapat banyak
lokasi yang terkenal dengan aktiviti penyelaman skuba di Malaysia. Ia bukan sahaja menarik pelancong
tempatan sahaja malahan pelancong asing juga tertarik dengan pemandangan pulau yang cantik selain aktiviti
penyelaman skuba untuk menyelami dasar lautan.
Pelancongan penyelaman skuba di Malaysia semakin menampakkan impaknya dalam pasaran ekonomi
tempatan. Prospek pelacongan ini dalam konteks ekonomi negara amat tinggi. Ini dapat diterjemahkan dalam
Jadual 2 yang menunjukkan pembangunan pelancongan penyelaman skuba di Malaysia.
Sehingga kini terdapat lebih 40 premis menjual peralatan penyelaman skuba dan lebih 60 pusat penyelaman
skubadi Malaysia. Selain jumlah instruktor yang aktif mencecah 150 orang, jumlah penyelamberlesen di
negara ini juga semakin meningkat dan jumlah terbaru adalah 70,000 orang penyelam dan 5000 orang
daripada angka tersebut adalah penyelam yang aktif. Saiz keuntungan yang telah diraih melalui sektor
pelancongan alternatif ini mencecah RM250 juta. Ini jelas menunjukkan bahawa pelancongan penyelaman
skuba ini mempunyai prospek yang cerah dalam membangunkan industri pelancongan Malaysia
keseluruhannya dan seterusnya meningkatkan ekonomi negara serta komunititempatan.

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
Jadual 2. Pembangunan pelancongan penyelaman skuba di Malaysia

Bil Perkara
1 40 premis menjual kelengkapan peralatan penyelaman skuba
2 Lebih 60 pusat penyelaman skuba
3 Lebih 150 orang instruktor penyelaman skuba yang aktif
4 70,000 orang penyelam berlesen
5 5,000 penyelam skuba yang aktif
6 Dominasi industri kecil dan sederhana
7 Saiz keuntungan industri ~ RM250 juta
8 Pengurusan kewangan / modal kendiri
9 Penyediaan peraturan / undang-undang sendiri

Lokasi penyelaman skuba di Malaysia

Secara umumnya, terdapat empat lokasi penyelaman skuba yang utama di Malaysia, iaitu (i) Luar Pantai
Barat Semenanjung Malaysia - Pulau Payar, Kedah dan Pulau Jarak, Perak; (ii) Luar Pantai Timur
Semenanjung Malaysia (Zon Utara) - contohnya Pulau Perhentian, Pulau Kapas dan Pulau Redang; (iii) Luar
Pantai Timur Semenanjung Malaysia (Zon Selatan) - Pulau Tioman, Pahang dan Pulau Aur, Johor dan (iv)
Luar Pantai Sabah - contohnya Pulau Layang-Layang, Pulau Sipadan dan Pulau Mabul. Lokasi aktiviti
penyelaman skuba ini dijelaskan sebagai berikut.

Pulau Payar

Pulau Payar terletak di bahagian utara Selat Melaka, berhampiran Kuala Kedah dan 30 kilometer di selatan
Pulau Langkawi. Pulau ini adalah destinasi pelancongan yang sangat popular. Pulau Payar mempunyai empat
pantai yang berpasir yang mana panjang setiap satunya hampir 200 meter. Kawasan pulau ini mempunyai
banyak terumbu karang serta jarak penglihatan sekitar sembilan hingga 15 meter dan keadaan ini sesuai
untuk aktiviti penyelaman skuba, snorkeling, berenang dan perkelahan. Terdapat juga dua laluan yang telah
disediakan bagi pengunjung untuk menerokai flora dan fauna di pulau itu. Trek ini tampaknya kurang
dimanfaatkan oleh beberapa pengunjung walaupun menyedari kewujudannya. aktiviti penyelaman skuba
amat sesuai di pulau ini kerana penyelam dapat melihat sendiri ikan-ikan yang berbagai spesies keluar dari
habitatnya iaitu batu karang.

Pulau Jarak

Pulau Jarak terletak kira-kira 34 kilometer ke barat daya kota Lumut, Perak. Pulau ini sangat terkenal sebagai
destinasi aktiviti menyelam terkini Malaysia. Pulau kecil yang daratannya hanya seluas hampir lapan hektar
mempunyai ketinggian kira-kira 50 meter di atas permukaan laut dan ditutupi dengan vegetasi yang subur,
di mana banyak ditemui sarang helang laut. Tidak ada pantai di Pulau Jarak, granit hanya condong ke dasar
laut berpasir dengan patch kecil batu karang. Garis pantai pulau batu-puing membuatnya hampir tidak dapat
dicapai, meninggalkan keajaiban murni Pulau Jarak itu sebahagian besarnya belum diselidiki. Fenomena di
bawah laut yang mempersonakan di pulau tersebut termasuklah karang berwarna cerah cawan, Murex merah
jambu, Crown-of Thorns Starfish berwarna ungu dan banyak makhluk laut yang lain dengan pelbagai warna,
bentuk dan saiz. Pemandangan bawah air pulau ini yang menarik mengundang penyelam untuk menembusi
barikade alam dan menjelajahi dunia bawah air yang misteri serta menaajubkan.

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
Pulau Tioman

Pulau Tioman merupakan sebuah pulau yang terkenal di kalangan peminat sukan menyelam. Pulau Tioman
yang berkeluasan 468 kilometer persegi ini merupakan sebuah pulau yang terletak di sebelah timur
Semenanjung Malaysia, di sempadan antara negeri Pahang dan negeri Johor. Pulau Tioman sebenarnya terletak
dalam pentadbiran negeri Pahang Darul Makmur. Bentuk Pulau Tioman dari udara seperti seketul paha ayam.
Pulau ini terletak 70 km dari Mersing, Johor. Mersing ialah jeti yang paling popular dalam kalangan pelancong.
36 batu nautika dari jeti Tanjung Gemok, Kuala Rompin di Pahang. Terdapat lapan buah pulau dalam gugusan
Pulau Tioman. Pulau Tioman adalah pulau yang terbesar.
Jumlah ketibaan pelancong mencapai 30,000-50,000 orang sebulan. Kebanyakan pelacong yang datang ke
pulau ini berasal dari Eropah. Tempat yang menjadi tumpuan ramai untuk dikunjungi ialah Kg. Salang.
Antara resort popular di Kampung Salang ialah Pusaka Resort, Salang Sayang Resort dan Salang Indah
Tioman, kebanyakan resort diusahakan oleh penduduk Kampung Salang sendiri.

Pulau Redang

Pulau Redang yang terletak di perairan Laut China Selatan merupakan salah satu daripada sembilan buah
pulau yang membentuk taman laut Kepulauan Redang, di negeri Terengganu, serta tapak pemuliharaan
penyu yang penting. Perairan di sekeliling Pulau Redang juga mengandungi dua buah bangkai kapal yang
bersejarah, iaitu H.M.S Putera Wales dan H.M.S Repulse yang telah ditenggelamkan di sini pada permulaan
Perang Dunia Kedua oleh tentera Jepun. Pulau lain yang terletak berhampiran termasuk Pulau Lang Tengah,
Pulau Perhentian Besar, PulauPerhentian Kecil danPulauBidong. Pulau Redang adalah salah satu pulau yang
terbesar dan yang tercantik di pantai timur Malaysia. Pulau ini kini merupakan sebuah pulau peranginan yang
amat popular dalam kalangan orang Malaysia, dengan kebanyakan mereka yang datang melalui pakej
pelancongan. Salah satu pantai yang paling cantik di pulau ini ialah Pasir Panjang. Pasirnya putih dan airnya
jernih dengan batu karang dan ikan terdapat hanya beberapa meter daritepi pantai. Antara aktiviti utama
pelancongan di pulau ini ialah kegiatan snorkel dan junam. Pulau Redang boleh dikunjungi melalui Merang
dengan bot yang dikendalikan oleh syarikat peranginan di sini. Jaraknya dari jeti Kampung Penarik ialah
30 kilometer nautika. Pulau ini juga boleh dikunjungi dariKuala Terengganu melalui Jeti Shahbandar
dengan menggunakan feri. Terdapat juga sebuah lapangan terbang kecil di pulau ini.

Pulau Sipadan

Pulau Sipadan ialah sebuah pulau lautan berhampiran dengan Semporna, sebuah bandar di pantai timur negeri
Sabah. Pulau Sipadan merupakan satu-satunya pulau samudera di Malaysia daripada batu kapur dengan
ketinggian 600 meter dari dasar laut. Pulau Sipadan terkenal sebagai satu pilihan tempat bagi aktiviti
menyelam skuba (scuba diving) antara yang terbaik di dunia. Mengikut keputusan undian umum yang
dikeluarkan oleh organisasi tunggal bagi pengundian 7 keajaiban terbaik dunia (New 7 Wonders of Nature
votes commitee), Pulau Sipadan telah tersenarai antara 77 bentuk muka bumi yang ajaib dan terbaik dunia
pada tahun berakhir Julai 2009. Alam bawah laut Sipadan menawarkan kepada para penyelam pemandangan
yang penuh dengan kehidupan marin seperti Barracuda, penyu, ikan, dan sebagainya. Warna-warna yang
banyak dan bertukar ganti, birai, celah, batu rungkupan, gua besar dan cerombong yang menegak di bawah
air yang dibentuk oleh pelbagai karang menanti untuk disaksikan oleh para penyelam yang ingin menikmati
tempat penyelaman yang menyeronokkan di dunia. Pulau ini telah diwujudkan sebagai tempat perlindungan
hidupan liar pada tahun 1933 dan persekitarannya yangasal telah dapat dikekalkan sehingga kini. Di sekitar
Pulau Sipadan terdapat beberapa kawasan popular untuk penyelam (Hot spot center to scuba divers) misalnya
Barracuda Point, Turtle Cavern (Gua Penyu), Coral Gardens Drop Off (terletak berhampiran jeti utama
Pulau Sipadan), North Point, West Ridge,

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
Taman-taman Tergantung (Hanging Gardens), Lobster Lair, Staghorn Crest, South Point, Turtle Patch, Batu
Karang Tengah (Mid Reef), Whitetip Avenue dan Coral Gardens.

Pulau Mabul

Pulau Mabul dikatakan salah satu lokasi fotografi-makro terhebat di dunia. Pulau ini yang terletak di perairan
jernih Laut Sulawesi tidak jauh dari pantai Sabah dikelilingi terumbu karang yang melandai sedalam 2 hingga
40 meter. Pulau seluas 21 hektar ini lebih besar dari Pulau Sipadan dan menjadi tempat tinggal kaum Bajau
Laut yang merupakan salah satu etnik pribumi Negeri Sabah. Penyelaman skuba adalah aktiviti utama di
pulau ini dan penyelamanan boleh dijalankan sepanjang tahun. Antara hidupan laut yang terdapat di sini
ialah kuda laut, tapak sulaiman, ikan goby, ikan baji-baji, 'pipefish' dan belut ular. Terdapat lebih daripada
lapan tapak penyelamanan yang popular di sini di mana setiap satu mempunyai kelebihannya yang tersendiri.
Aktiviti di Pulau Mabul sering bergantung kepada resort yang pengunjung pilih untuk menginap. Pulau
Mabul menyediakan chalet pantai daripada jenis kos sederhana dan murah sehinggalah banglo yang mahal
dan mewah. Banglo yang dibina di atas perairan cetekmengingatkan kepada gaya kehidupan santai di Pulau
Maldives. Antara aktiviti yang boleh dilakukan merangkumi Snorkeling, kayak laut, bola tampar pantai serta
berehat di kolam renang atau jacuzzi.

Rajah 1. Lokasi Penyelaman Skuba di Malaysia

Implikasi pelancongan penyelaman skuba terhadap sosioekonomi komuniti tempatan

Pembangunan pelancongan sememangnya memberikan kesan kepada alam sekitar mahupun komuniti
setempat. Sama juga seperti pembangunan pelancongan penyelaman skuba ini yang mana turut memberi
impak kepada komuniti tempatan sama ada secara langsung mahupun tidak langsung. Prospek pelancongan
penyelaman skuba ini amat tinggi kerana ia adalah antara pelancongan alternatif yang bernilai ekonomi
tinggi. Justeru, pembangunan pelancongan yang dijalankan dalam sektor pelancongan ini harus
dimanfaatkan sepenuhnya oleh penduduk tempatan bagi menambah baik sistem kehidupan

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
mereka. Pembangunan yang dijalankan memberikan implikasi yang besar kepada penduduk tempatan dalam
pelbagai aspek yang positif walaupun terdapat juga impak negatif.

Perubahan taraf hidup

Salah satu impak yang jelas membabitkan komuniti tempatan adalah perubahan taraf sosioekonomi. Sebelum
kewujudan pembangunan pelancongan penyelaman skuba ini, penduduk tempatan lebih cenderung untuk
menjalankan aktiviti menangkap ikan dan juga bercucuk tanam. Akan tetapi setelah pelaksanaan
pembangunan pelancongan penyelaman skuba, ramai isi rumah yang menukar pekerjaan dengan menceburi
sektor ekonomi yang lebih baik khususnya pelancongan sebagai pekerja di resort, pemandu pelancong,
boatman dan dive master. Pemerhatian di Pulau Mabul jelas menunjukkan bahawa pelancongan penyelaman
skuba memberikan impak positif kepada komuniti tempatan. Ramai isi rumah di pulau ini membuka
perniagaan seperti menjual hasil laut atau berkerja di resort, dan bagi nelayan yang berkemahiran
mengendalikan bot berenjin bertukar pekerjaan sebagai boatman dan dive master. Selainitu, cerapan di
Pulau Pangkor juga mendapati komuniti tempatan telah mengalami satu transformasidalam taraf hidup
mereka. Dahulunya mereka hanya nelayan dan sekarang penduduk tempatan ini telah menjadi pekerja dan
pengusaha dalam sektor pelancongan. Komuniti tempatan juga sudah mula berjinak dengan sektor
perkhidmatan secara formal. Ini kerana sektor ini lebih terjamin berbanding dengan pekerjaan sebagai
nelayan. Penduduk tempatan bekerja sebagai pekerja di restoran dan juga pembersih bilik-bilik hotel.
Walaupun pelancongan penyelaman skuba membantu meningkatkan taraf sosioekonomi penduduk tempatan
namun ada juga dalam kalangan mereka yang tidak bersetuju. Mereka beranggapan bahawa pembangunan
pelancongan penyelaman skuba di pulau tempat mereka tingga hanya memberi peluang pekerjaan sektor
bawahan sahaja seperti pekerja am, pengawal keselamatan, ahli penyelamat, pembantu dapur dan pembantu
jualan. Selain itu, kecenderungan tanah pulau untuk dijual kepada usahawan luar adalah tinggi menyebabkan
komuniti tempatan kurang bersetuju dengan pembangunan pelancongan di pulau tersebut (Jabil, 1999).
Pemerhatian di Pulau Mabul misalnya jelas menunjukkan berlakunya penjualan tanah secara berleluasa
kepada pengusaha luar pulau. Ini menyebabkan timbulnya pelbagai isu hak milik tanah di pulau tersebut.
Usahawan dari luar pulau dikatakan telah mengeksploitasi hak milik tanah dan perniagaan di pulau berkenaan
menyebabkan komuniti tempatan terpinggir.

Penglibatan dalam sektor pelancongan

Tahap penglibatan penduduk dalam pembangunan pelancongan semakin ketara. Penduduk tempatansudah
pandai menilai dan mengambil peluang-peluang yang ada daripada pembangunan pelancongan di kawasan
mereka. Penduduk yang mempunyai kemahiran sama ada dari segi komunikasi mahupun kecekapan dalam
mengendalikan peralatan dan bot akan bekerja dengan resort yang menawarkan pakej penyelaman skuba.
Pembukaan resort-resort baru telah mengubah aliran pekerjaan penduduk tempatan. Kajian di Pulau Mabul
(Jabil, 2009), menunjukkan bahawa penduduk di pulau ini kini lebih cenderung untuk bekerja dalam sektor
pelancongan seperti menjadi pembantu am, pengawal keselamatan termasuk sebagai pasukan penyelamat
serta pembantu jualan di resort. Golongan wanita dan remaja juga tidak ketinggalan untuk terlibat dengan
menjadi pekerja di resort atau rumah tumpangan, pekerja kebersihan dan keceriaan pulau.
Kajian yang dijalankan di Pulau Tioman (Yahaya Ibrahim, 2002) mendapati 86% ketua keluarga daripada
3,021 orang terlibat dengan industri pelancongan. Pada asalnya mereka memperoleh pendapatan sebanyak
antara RM300 hingga RM700 sebulan. Namun, terdapat juga penduduk pulau yang terlibat secara langsung
dalam industri tersebut sebagai pengusaha chalet. Terdapat lebih 86 buah chalet yang dibina di Pulau Tioman.
Terdapat juga penduduk menjadi pengusaha bot pelancong dan sebagai orang tengah yang mampu
memperoleh pendapatan bulanan antara RM1,000 hingga RM8,000. Kajian Macleod (1999) mendapati,
akibat daripada ramainya komuniti pulau ini bergiat dalam industri yang berasaskan

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
pelacongan secara langsung, maka kerja yang sebelum ini mereka lakukan sedikit sebanyak semakin
dilupakan. Kebanyakan anak-anak muda lebih berminat bekerja sebagai pelayan bar, pemandu pelancong
dan bekerja di resort. Kajian oleh Rogelja (2002) di Izola, Slovenia mendedahkan bahawa wujudnya situasi
nelayan di pulau itu telah mengubah mata pencarian mereka menjadi pekerja pelancongan.

Penglibatan dalam sektor keusahawanan

Penduduk pulau sebenarnya lebih mudah melibatkan diri dalam bidang keusahawanan. Kehidupan sebagai
nelayan menyediakan pengalaman yang memudahkan kerja untuk mendapatkan bekalan sumber seperti
kerang, batu karang dan kulit siput. Akan tetapi, hasil produk ini biasanya akan dibeli oleh orang tengah yang
akan menjual produk ini dengan harga yang lebih tinggi. Hakikatnya, perniagaan komuniti tempatan ini
masih lagi berada pada tahap yang lama dan peratusan untuk berkembang itu sangat sedikit. Faedah sektor
keusahawanan ini masih lagi didominasi oleh pihak luar dan penduduk tempatan hanya mendapat cebisan
dari sektor ini (Bird, 1989). Kelewatan mengenal pasti potensi pelancongan ini oleh komuniti tempatan telah
menyebabkan prospek tersebut diambil oleh orang luar (Cohen, 1983). Kajian yang dijalankan oleh Canty
(2007) di Pulau Utila, Honduras mendapati 45% daripada pihak berkepentingan yang mengusahakan
pelancongan penyelaman skuba adalah pihak luar dan majoritinya dari Eropah dan 22% pengusaha lain
adalah dari tanah besar Honduras.
Dalam kajian di kepulauan Canary pula, Farrel (1997) dan Macleod (1999) mendapati kewujudan industri
pelancongan di situ telah mengubah corak hidup komuniti tempatan. Rata-rata kehidupan nelayan di
kepulauan ini telah berubah dengan bergiat aktif dalam industri pelancongan. Kebanyakan nelayantelah
mengubahsuai rumah mereka untuk dijadikan rumah tumpangan untuk para pelancong. Selain itu, terdapat
warga tempatan yang membuka restoran dan bar, kedai runcit, butik dan menjalankan kereta sewa. Kajian di
Sodwana Bay, Afrika Selatan juga menunjukkan keputusan yang sama. Dengan kewujudan pelancongan
penyelaman skuba di kawasan tersebut, terdapat lebih kurang 637 peluang pekerjaan yang disediakan.
Dengan 63% daripadanya adalah pekerjaan tetap dan selebihnya adalahpekerjaan sewaktu jumlah ketibaan
pelancong yang ramai (Mograbi, 2007). Secara keseluruhan produk pelancongan tempatan menyediakan
52% pekerjaan tetap dan 47% daripada jumlah tersebut adalah di Sodwana Bay iaitu lokasi penyelaman
skuba. Situasi ini jelas menunjukkan pelancongan penyelaman skuba ini telah membuka lebih banyak
memberikan kesan positif kepada penduduk tempatan dari aspek pekerjaan. Ia juga menarik pihak luar untuk
melabur di kawasan tersebut. Menurut Mograbi (2005), operator asing dalam penyelaman skuba ini mewakili
28% daripada peluang pekerjaan yang terdapat di Sodwana Bay ini.
Melihat kepada aspek keusahawanan dalam pelancongan penyelaman skuba ini, penduduk tempatan begitu
responsif dengan bidang ini. Di kebanyakan pulau di Malaysia seperti Pulau Langkawi, Pulau Pangkor dan
Pulau Tioman, rata-rata penduduk tempatan sendiri terlibat dalam sektor seperti pengangkutan dan
perniagaan. Dalam sektor pengangkutan seperti perkhidmatan kemudahan bot, kemahiran penduduk
tempatan amat diperlukan. Justeru, tidak hairanlah ramai penduduk tempatan yang berminat dalam
keusahawanan bot ini (Jabil, 2009). Penduduk tempatan juga dilihat cenderung menjalankan perniagaan
cenderahati yang berasaskan sumber laut.
Dengan pendapatan yang boleh dikatakan lumayan, komuniti tempatan di Pulau Pangkor yang tidak bekerja
di resort menceburi bidang keusahawanan. Mereka mencuba mengambil peluang untuk menjadi peruncit,
pemborong, pembekaldan seterusnya pengusaha dalam sektor ini. Setelah meilhat prospekpelancongan ini
semakin cerah, komuniti tempatan turut sama melibatkan diri dengan perniagaan pelancongan seperti
menjadi pengusaha bot dan chalet, membuka kedai makan serta kedai cenderamata. Permiagaan makanan
didapati menerima permintaan tinggi terutamanya makanan yang berasaskan sumber laut yang agak popular
dalam kalangan pelancong. Pendapatan bersih mereka antara RM1,000 hingga RM5,000 sebulan (Yahaya
Ibrahim, 2010).

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
Masalah sosial

Perkembangan drastik pelancongan penyelaman skuba ini juga telah melahirkan satu impak baru dalam dunia
komuniti tempatan iaitu masalah sosial. Penduduk tempatan yang sebelum ini hanya tahu menangkap ikan
serta bercucuk tanam telah diperagakan dengan budaya baru yang dibawa oleh pelancong asing seperti
minuman keras, seks bebas dan hiburan yang melampau. Jadi, ini secara tidak langsung akan mengubah
corak kebudayaan yang terdapat di pulau tersebut. Menurut Ramle et al. (2005), hampir 90% pemandu bot di
Pulau Perhentian yang ditemu bual pernah terlibat dengan gejala seks bebas yang mana pasangan terdiri
daripada golongan pelancong asing. Penglibatan mereka dalam aktiviti ini menjejaskan pandangan
pelancong luar terhadap imej budaya yang dikatakan antara yang terbaik di dunia.
Bagi kes di Pulau Pangkor pula, ramai golongan remaja terjebak dengan perkara negatif seperti berjudi,
menghisap rokok dan juga minum arak. Ini kerana setelah Pulau Pangkor diwartakan sebagai Pulau Bebas
Cukai pada tahun 2003, bahan-bahan larangan seperti arak dan rokok mudah didapati pada harga yang murah.
Jadi ini mendorong penduduk tempatan khususnya remaja terjebak dengan aktiviti yang kurang sihat ini.

Interaksi dan budaya layan tamu

Pembangunan pelancongan penyelaman skuba ini turut memberi impak terhadap aspek interaksi penduduk
tempatan dengan komuniti luar. Sebelum ini, ruang lingkup komunikasi penduduk tempatan hanya di sekitar
pulau dan kewujudan pelancongan nilai tinggi ini telah memberikan satu pembaharuan dalam aspek
komunikasi mereka. Aspek pertuturan dan interaksi yang baik dan ramah boleh diterapkan kepada pelancong
asing bagi memperoleh persepsi yang baik dari golongan berkenaan. Jadi, sekiranya pelancong berpuas hati
dengan layanan dari komuniti tempatan, mereka akan lebih cenderung untuk datang kembali ke destinasi
tersebut. Menurut Yahaya Ibrahim (2004), selain daripada keindahan pantai dan aktiviti seperti snokerling
dan penyelaman skuba, keramahan, rasa hormat-menghormati serta sikap tolong-menolong komuniti
tempatan terhadap para pelancong yang berkunjung turut menjadi daya tarikan pelancong ke kawasan pulau.
Jadi dengan keadaan ini, sikap penduduk tempatan itu perlu dipertingkatkan demi menarik lebih ramai
golongan pelancong ke pulau tersebut. Dengan ini, secara tidak langsung pendapatan dan ekonomi komuniti
tempatan akan meningkat.
Aktiviti pelancongan penyelaman skuba ini juga merupakan salah satu faktor yang mendidik masyarakat
tempatan mempelajari Bahasa Inggeris.

Implikasi dasar

Kewujudan pelancongan alternatif ini mampu memberikan impak kepada komuniti tempatan khususnya
dalam aspek sosioekonomi. Pembangunan sektor pelancongan penyelaman skuba telah mengubah lanskap
muka bumi pulau-pulau yang terbabit. Dengan tertubuhnya banyak resort serta rumah tumpangan di
pulau-pulau ini ia menggambarkan perubahan demografik yang hampir menyeluruh daripada keadaan
asal pulau tersebut. Seperti kajian kes yang dijalankan oleh Jabil (1999) mendapati hanya tiga buah resort
sahaja yang terdapat di Pulau Mabul, akan tetapi pada tahun 2009 terdapat lima buah guest house yang
menawarkan perkhidmatan penginapan di Pulau Mabul ini (Jabil, 2009). Jadi, di sini jelas menunjukkan
bahawa pembangunan pelancongan penyelaman skuba ini telah mengubah aspek ruang di kawasan pulau.
Selain memberikan kemudahan dan kesejahteraan serta pembaikan dari aspek ekonomi kepada komuniti
tempatan, pembangunan pelancongan penyelaman skuba ini turut memberikan tekanan kepada sumber
yang terdapat di kawasan pulau tersebut. Menurut Canty (2007), emigrasi penduduk dari tanahbesar
Honduras ke Pulau Utila telah memberikan tekanan terhadap sumber alam melalui eksploitasi hutan

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
paya bakau serta menyebabkan kemerosotan ekosistem terumbu karang di kawasan pulau tersebut. Ia juga
menyebabkan dominasi pihak luar melalui pembukaan pusat penginapan bajet murah dan sebagainya.
Kepesatan permintaan terhadap pelancongan penyelaman skuba ini telah mengundang masalah kesesakan di
sesuatu lokasi penyelamanan. Menurut Hasler dan Ott (2008), pelancongan penyelaman skuba mengancam
ekosistem terumbu karang di Dahab, Sinai Selatan, Mesir kerana destinasi ini merupakan antara yang paling
kerap dikunjungi di dunia iaitu melebihi 30,000 orang penyelam per tahun. Hasil kajian menunjukkan
bahawa beberapa lokasi yang kerap menjadi tumpuan pelancong penyelaman skuba membawa impak negatif
yang lebih serius terhadap kerosakan dan kemusnahan batu dan terumbu karang. Antara strategi pengurusan
yang boleh dilakukan oleh operator penyelaman skuba untuk meminimumkan kesan kerosakan terhadap
terumbu karang ialah melakukan giliran lokasi penyelamanan, mengajar kaedah apungan dan mendidik
penyelam melalui kursus atau taklimat sebelum penyelamanan dilakukan (Howard, 1999).

Rumusan

Hakikatnya pada masa kini, pembangunan pelancongan penyelaman skuba ini telah memberikan satu
dimensi baru kepada komuniti pulau. Pembaharuan dalam aspek sosioekonomi penduduk dapat dilihat
dengan jelas dan ketara. Namun dalam memperoleh kelebihan dalam sektor pelancongan penyelaman skuba
ini, aspek kelestarian mesti diterapkan bagi mengurangkan kesan kepada alam sekitarnya. Kepesatan dalam
pembangunan pelancongan ini perlu diselitkan dengan elemen dan program yang boleh memberikan situasi
menang-menang kepada semua pihak. Pihak-pihak berkepentingan perlu memberikanlebih peluang kepada
‘anak jati’ untuk memperoleh manfaat daripada apa yang wujud di kawasan mereka. Penduduk tempatan juga
harus pandai mengambil peluang yang ada bagi menjauhkan pengaruh atau eksploitasi pihak luar dalam
pembangunan pelancongan penyelaman skuba di kawasan mereka.

Rujukan

Alban F, Appere G, Boncoeur J (2008) Economic analysis of marine protected areas a literature review.
EMPAFISH Project, London.
Aw SL, Cabanban SA, Abdullah MH (2006) Application of the limits of Acceptable Change (LAC) for
sustainable marine ecotourism on Mabul Island, Semporna, Sabah. Proceeding of the 2nd Southeast Asian
Natural Resources and Environmental Management (SANREM) Conference, November 21-23. pp 45-50.
Bell CD, Blumenthal JM, Austin TJ, Petrie GE, Broderick AC, Brendan GJ (2008) Harnessing recreational
divers for the collection of sea turtle data around the Cayman Islands. Tourism Marine Environ. 5, 245-257.
Bennet M (2003) Scuba diving tourism in Phuket, Thailand, pursuing sustainability (Ph.D dissertation).
University of Victoria, Canada.
Bird B (1989) Langkawi – from Mahsuri to Mahthir: Tourism for Whom? INSAN Publication, Kuala
Lumpur.
Blamey RK (2001) Principles of ecotourism. In: Weaver DB (ed) The encyclopedia of ecotourism, pp. 5-22,
CAB International, Wallingford.
Canty SWJ (2007) Positive and negative impact of dive tourism: The case study of Utilia, Honduras.
(Mater Thesis). Lund University Centre for sustainability Studies, Lund, Sweden.
Cater C, Cater E (2001) Marine environments. In: Weaver DB (ed) The encyclopedia of ecotourism, pp.
265-282, CAB International, Wallingford.

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
Clifton J (2004) Evaluating contrasting approaches to marine ecotourism: ‘Dive tourism’ and ‘research
tourism’ in the Wakatobi Marine National Park, Indonesia. In: Boissevain J, Selwyn T (eds) Contesting the
foreshore: Tourism, society and politics on the coast. Amsterdam University Press, Amsterdam, pp. 151-168.
Davis D (1993) Scuba diving: Conflicts in marine protected area. Australian Journal of Leisure and
Recreation 3 (4), 65-71.
Dearden P, Bennet M, Rollins R (2007) Perception of diving impact and implications for reef conservation.
Coastal management 35 (2-3), 305-317.
Dignan D (1990) Scuba gaining among mainstream travellers. Tour and Travels News 1, 44-45.
Ewert AW (1989) Outdoor advanture pursuits: Foundation, models and theories. Publishing Horizons
Inc.: Arizona.
Farrell JP (1997) A retrospective on educational planning in comparative education. ComparativeEducation
Review 41, 270-313
Garrod B, Gossling S (2008) New frontiers in marine tourism: Diving experiences,sustainability,
management.
Gerrard B, Wilson JC (2003) Marine ecotourism: Issue and experience. Channel View Publications,
Clevedon.
Ghazali Musa (2002) Sipadan: A scuba diving paradise - An analysis of tourism impact, diver satisfactionand
tourism management. Tourism Geographies 4 (2), 195-209.
Ghazali Musa, Sharifah Latifah Syed A. Kadir, Lawrence Lee (2006) Layang-Layang: An empirical study
on scuba divers’ satisfaction. Tourism in marine Environment 2 (2), 1-14.
Hall CM, Page S (2005) The geography of tourism and recreation environment place and space. 3rd Edn.,
Routledge and Taylor Francis Group, UK.
Hasler H, Ott J (2008) Diving down the reefs? Intensive diving tourism threatens the reefs of the northernRed
Sea. Marine Pollution Bulletin 56, 1788–1794.
Hawkins JP, Roberts CM (1994). The growth of coastal tourism in the Red Sea present and future effects
on coral reffs. Ambio 23, 503-508.
Howard JL (1999) How do scuba diving operators in Vanuatu attempt to minimize their impact on the
environment? Pacific Tourism Review 3, 61-69.
Jabil Mapjabil (1999) Pelancongan di Pulau Mabul: Impak terhadap masyarakat nelayan. Tesis sarjana.
Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi.
Jabil Mapjabil, Kadir Din (2003) Physical impacts of tourism development on Mabul Island. Paper presented
at The Society, Space & Environment in a Globalized World: Challenges and Prospects, Pusat Pengajian Ilmu
Kemanusiaan, Universiti Sains Malaysia, Penang, 22-23 September.
Jennings G (2006) Water-based tourism sport leisure and recreation experiences. Butterworth-Heinemann
Publ., UK., ISBN: 978-0750661812, pp. 320.
Kadir H Din (1982) Tourism in Malaysia: Competing needs in a plural society. Annals of Tourism Research
9 (2), 453-480.
Lim LC (1997) Carrying capacity assessment of Pulau Payar Marine Park. Report roduced Under Project
MYS 3411/96
Lim LC, Spring N (1995) The concept and analysis of caring capacity: A management tool for effective
planning, part 3, case study: Pulau Tioman. WWF Malaysia. Produced Under Project MY0058.
Lynch TP, Wilkinson E, Melling L, Hamilton R, Macready A, Feary S (2004) Conlict and impact of divers
and anglers in a marine park. Environ. Manage. 33, 196-211.
Mastny L (2001) A world watch addendum on coral reef. World Watch 14 (3), 20-21.
Mohd Rusli Y, Ahmad S, Mohd Farid M, Alias R (2007) Local economic benefits of ecotourismdevelopment
in Malaysia: The case of Redang Island Marine Park. International Journal of Economics and Management
1 (3), 363-384.
Mograbi J, Rogerson CM (2007) Maximizing the local pro-poor impacts of dive tourism; Sodwana Bay,
South Africa. Urban Forum 18, 85-104.

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
Peters H, Hawkins JP (2009) Access to marine parks a comparative study in willingness to pay. Ocean
Coastal Manage., 52, 219-228.
Ramle Abdullah, Lazim Omar, Mohd Afandi Salleh (2005) Masalah sosial di Pulau Perhentian.
ISBN:987-983-9842-07. KUSZA.
Rogelja N (2002) The ethnography of local tourism: Connections between fishery and tourism in Izola.
Maritime Studies (MAST) 1 (1), 85-102.
Roshanim Koris (2004) Komuniti pulau, kemiskinan dan impak pelancongan: Kajian kes di Pulau
Redang, Terengganu. 4th International Malaysian Studies Conference; 3-5. Universiti Kebangsaan
Malaysia, Bangi
Tabata RS (1992) SCUBA Diving Holiday. In: Weiler B, Hall CM (eds) Special Interest Tourism.
Belhaven Press, London.
Thapa B, Graefe A, Meyer LA (2006) Specialization and marine based environmental behaviors among
scuba divers. Journal of Leisure Reseach 38 (4), 601-615.
Tourism Queensland (2003) Dive tourism [cited 10 Febuari 2010]. Available
from:www.tq.com.Au/.research.
Uyara MC, Watkinson AR (2009) Managing dive tourism for the sustainable use of coral
reefs:Validatingdiver perceptions of attractive site features. Environmental Management 43, 1-16.

Volume 3, Nomor 12, Desember 2020


stamina.ppj.unp.ac.id
REVIEW JURNAL
ISI
NO JUDUL PENULIS PENERBIT TAHUN JENIS SAMPEL / VARIABLE INSTRUMEN HASIL
TERBIT PENELITIAN RESPONDEN
5. PUSAT La Ode GARIS- 2017 Deskriptif Tidak ada Konsep bentuk Cross Berdasarkan hasil
PELATIHAN Ahmad Jurnal responden dasar menerapkan Sectional rancangan
PENYELAMAN Fauzan Mahasiswa pendekatan analogi mengenai
DI WAKATOBI Pasollesu Jurusan bentuk snorkel dan Perencanaan Pusat
WATER Arsitektur tampilan bangunan Pelatihan
EFFICIENCY mengidentifikasikan Penyelaman di
sifat-sifat air dan Wakatobi dengan
masker selam yang Konsep Water
diaplikasikan pada Efficiency, maka
fasad bangunan. dapat disimpulkan
Pusat Pelatihan bahwa Pusat
Penyelaman di Pelatihan
Wakatobi dengan Penyelaman di
Konsep Water Wakatobi dengan
Efficiency ini Konsep Water
menyediakan Efficiency ini
fasilitas-fasilitas menyediakan sarana
pelatihan berupa pelatihan, rekreasi
kelas pelatihan dan informatif
teori, kolam latihan terhadap kegiatan
panjang, kolam penyelaman melalui
latihan dalam, dan fasilitas-fasilitas
kolam latihan pelatihan berupa
simulasi laut. kelas pelatihan
Bangunannya teori, kolam latihan
didesain dengan panjang, kolam
konsep-konsep latihan dalam, dan
Water Efficiency. kolam latihan
simulasi laut.
Konsep bentuk
dasar dan tampilan
bangunan Pusat
Pelatihan
Penyelaman di
Wakatobi dengan
Konsep Water
Efficiency ini
disesuaikan dengan
fungsinya yaitu
sebagai bangunan
yang melaksanakan
kegiatan pelatihan
penyelaman maka,
bentuk dasar
bangunan
direncanakan
berdasarkan
pendekatan analogi
bentuk snorkel dan
tampilan bangunan
mengidentifikasikan
sifat-sifat air dan
masker selam yang
diaplikasikan pada
fasad bangunan
sehingga
pengunjung dengan
mudah mengenal
bangunan sebagai
bangunan pelatihan
penyelaman.
PUSAT PELATIHAN PENYELAMAN DI WAKATOBI
WATER EFFICIENCY
La Ode Ahmad Fauzan Pasollesu
Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo E-mail :
Fauzantheahmad@gmail.com

Ainussalbi Al Ikhsan
Tenaga Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Halu Oleo E-mail:
ainussalbi_ikhsan@uho.ac.id

ABSTRAK
Kabupaten Wakatobi terkenal sebagai salah satu tujuan wisata bahari di Indonesia terutama pada wisata penyelamannya.
Seiring dengan meningkatnya jumlah dan minat wisatawan yang datang ke wakatobi, maka permintaan terhadap pendamping,
instruktur dan pelatih menyelampun semakin meningkat untuk menunjang kegiatan berwisata bawah laut. Namun di Wakatobi
sendiri, belum ada bangunan yang khusus berfungsi sebagai pusat pelatihan penyelaman yang mempunyai fasilitas lengkap
dalam melakukan kegiatan pelatihan penyelaman. Perencanaan Pusat Pelatihan Penyelaman di Wakatobi dengan Konsep Water
efficiency berfungsi sebagai sarana pelatihan, rekreasi dan informatif terhadap kegiatan penyelaman. Konsep bentuk dasar
menerapkan pendekatan analogi bentuk snorkel dan tampilan bangunan mengidentifikasikan sifat-sifat air dan masker selam
yang diaplikasikan pada fasad bangunan. Pusat Pelatihan Penyelaman di Wakatobi dengan Konsep Water Efficiency ini
menyediakan fasilitas-fasilitas pelatihan berupa kelas pelatihan teori, kolam latihan panjang, kolam latihan dalam, dan kolam
latihan simulasi laut. Bangunannya didesain dengan konsep-konsepWater Efficiency.

Kata Kunci : Wakatobi, Penyelaman, Water Efficiency

ABSTRACT
Wakatobi regency is famous as one of the maritime tourism destination in Indonesia, especially on dive tours. Along with the
increasing number and interest of tourists who come to Wakatobi, the demand for coaches, instructors andtrainers to
continue to increase to support the activities of underwater travel. But in Wakatobi itself, there is no special building that
serves as a dive training center that has complete facilities in conducting diving training activities. Diving Training Center
Planning in Wakatobi with Water Efficiency Concept as a training, recreation and informative facility for diving activities. The
basic form concept applies the snorkel form analogue approach and the building view identifies the properties of the water and
the diving mask that is applied to the building facade. The Wakatobi Diving Training Center with Water Efficiency Concept
provides training facilities in the form of theoretical training classes, long training pools, deep exercise pools, and ocean
simulation training pools. The building is designed with Water Efficiency concepts.
Keywords: Wakatobi, Dives, Water Efficiency

PENDAHULUAN melakukan olahraga yang mulai populer saat ini yaitu


A. Latar Belakang olahraga menyelam.
Beberapa tahun belakangan ini fenomena potensi wisata Kabupaten Wakatobi terkenal sebagai salah satu top ten
Indonesia telah menjadi sebuah primadona yang destinasi wisata nasional. Taman Nasional Wakatobi
mengglobal. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa memiliki luas kurang lebih 1.390.000 hektar dengan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar kekayaan keanekaragaman alam bawah laut yang sangat
yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia lengkap berupa terumbu karang dan biota laut. Para
setelah Kanada (Numberi, 2009). Oleh karenanya, penyelam di Wakatobi bisa menikmati sekitar 750 terumbu
Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam karang dari 850 jenis terumbu karang yang ada di dunia.
yang sangat kaya mulai dari daratan hingga sumber daya Ditambah keanekaragaman biota laut dengan
lautnya. 93 jenis spesies ikan serta keberadaan beberapa jenispenyu
Khusus dari aspek wisata bahari, Indonesia memiliki diantaranya Penyu Lekang, Penyu Sisik dan Penyu
potensi wisata bahari yang cukup besar. Destinasi wisata Tempayan. Sepanjang karang penyelam juga bisa
bahari ini dapat kita jumpai dibeberapa lokasi diIndonesia, menikmati gua-gua bawah laut yang sangat indah.
seperti di Pulau Bunaken, Raja Ampat, Pulau Komodo, dan Seiring dengan meningkatnya jumlah dan minat wisatawan
Wakatobi. Destinasi wisata ini, bukan hanya sekedar yang datang ke wakatobi, maka permintaan terhadap
menyimpan keanekaragaman sumber daya alam yang pendamping, instruktur dan pelatih menyelampun semakin
melimpah namun destinasi wisata ini juga dapat menjadi meningkat untuk menunjangkegiatan berwisata bawah laut.
pusat dari kunjungan para wisatawan yangingin melakukan Dalam melakukan kegiatan penyelaman dalam hal ini Scuba
kegiatan atau hobi kesukaannya seperti Diving,penyelam tidak bisa sembarangan. Ada sertifikasi
yang

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 16


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
harus dilakukan sebelum penyelam bisa (diizinkan) 2. Bagaimana menerapkan konsep Water Efficiency
melakukan Scuba Diving. Di Indonesia, untuk menyelam pada perencanaan desain bangunan pusat pelatihan
minimal harus menguasai teori dan keterampilan sebagai penyelaman di Wakatobi sebagai langkah untuk
SCUBA (Self- Contained Underwater Breathing melakukan penghematan air bersih pada bangunan ?
Apparatus) diver atau penyelam dengan tabung udara.
Menilik hal tersebut, maka di Wakatobi sangat dibutuhkan C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan
suatu fasilitas sebagai pusat pelatihan penyelaman yang 1. Tujuan Pembahasan
dapat memberikan fasilitas belajar lengkap untuk a. Untuk menciptakan desain bangunan sebagai pusat
meningkatkan penguasaan teori dan praktek bagi para calon pelatihan penyelaman yang dapat memberikan
penyelam. fasilitas belajar dan berlatih menyelam di Wakatobi.
Di Wakatobi sendiri, belum ada bangunan yang khusus b. Untuk menerapkan konsep Water Efficiency pada
berfungsi sebagai sarana penunjang wisata yang berfungsi perencanaan desain bangunan pusat pelatihan
sebagai pusat pelatihan penyelaman yang mempunyai penyelaman di Wakatobi sebagai langkah untuk
fasilitas lengkap dalam melakukan kegiatan pelatihan melakukan penghematan air bersih pada bangunan.
penyelaman. Disisi lain lembaga-lembaga kursus dan tour 2. Sasaran Pembahasan
guide yang terdapat di Wakatobi belum memenuhi standar a. Menciptakan desain bangunan sebagai pusat
dalam melakukan kegiatan pelatihan penyelaman karena pelatihan penyelaman yang dapat memberikan
dalam melakukan pelatihannya masih dilakukan langsung fasilitas belajar dan berlatih menyelam di Wakatobi.
di laut. Kekurangan dari pelatihan langsung di laut ini b. Menerapkan konsep Water Efficiency pada
adalah tidak setiap saat kegiatan pelatihan dapat dilakukan perencanaan desain bangunan pusat pelatihan
(bila situasi cuaca tidak baik). Oleh karena itu, dirasakan penyelaman di Wakatobi sebagai langkah untuk
perlu membangun sebuah fasilitas pelatihan yang terpadu, melakukan penghematan air bersih pada bangunan.
tempat di mana semua kegiatan pelatihan dapat dilakukan
dari awal hingga seorang penyelam memperoleh sertifikasi TINJAUAN LITERATUR
tanpa tergantung kondisi cuaca yang terkadang A. Tinjauan Bangunan Penyelaman
menghalangi kegiatan. Aktivitas wisata selam membutuhkan perhatian khusus
Jika berbicara tentang bangunan pusat pelatihan terkait dengan sarana dan prasarana yang digunakan sebagai
penyelaman, maka bangunan ini sangat erat kaitannya upaya dalam meningkatkan pengalaman berwisata bagi
dengan penyediaan air bersih untuk menunjang seluruh wisatawan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
kegiatan yang ada di dalamnya. Masalah penyediaan air Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
bersih ini menjadi perhatian utama karena Kabupaten Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 –
Wakatobi yang merupakan daerah kepulauan dan pesisir 2025, terutama menyangkut fasilitas Dive Centre dan
yang sangat sulit untuk mendapatkan air bersih. Oleh karena peralatan selam.
itu, perlunya mencari jalan keluar untuk masalah kebutuhan
air ini. Salah satu caranya adalah dengan penerapan konsep 1. Standar eksterior
Water Efficiency yaitu suatu konsep penghematan air yang
dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan air segar,
melalui metode teknologi atau perilaku sosial.
Melihat hal itu, maka perencanaan pusat pelatihan
penyelaman di Wakatobi dengan konsep Water Efficiency
ini sangat dibutuhkan, dengan harapan nantinya masyarakat
Indonesia dan dunia akan lebih mengenal dan tertarik Gambar 1. Ilustrasi Eksterior Dive Center
melakukan kegiatan penyelaman bawah laut. Wakatobi Sumber: Permenpar No. 1 tahun 2017
akan mempunyai fasilitas berlatih berupa kolam selam dan
fasilitas pendukung lainnya untuk meningkatkan Dive Centre hendaknya merupakan sebuah bisnis usaha
keterampilan menyelam sebelum akhirnya menyelam dan selam yang bersih dan terorganisir dan memiliki papan iklan
menikmati keindahan alam bawah laut yang ada di dengan design yang menarik serta informasi yang valid.
Wakatobi. Lebih dari itu, tidak hanya sekedar kegiatan Selain itu, juga harus memiliki jam operasional dan aktivitas
fungsi pelatihan dan belajar, tetapi dengan adanya fasilitas yang konsisten sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
ini membuat masyarakat sadar untuk mencintai alam ini
khususnya dalam melakukan kampanye penghematan air 2. Standar Interior
untuk menjaga ketersediaan air untuk generasi mendatang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menciptakan desain bangunan sebagai
pusat pelatihan penyelaman yang memberikan
fasilitas belajar dan berlatih menyelam di Wakatobi ?
Gambar 2. Ilustrasi Interior Dive Center (Sea Pearl Jakarta)
Sumber: Permenpar No. 1 tahun 2017

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 17


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
6. Ruang Perbaikan Alat
Interior Dive Centre harus ditata dengan baik sesuai dengan
Ruangan perbaikan alat harus terorganisir, bersih, dan
fungsi masing-masing peralatan seperti peralatan Scuba
perlengkapannya tertata dengan baik.
Diving maupun Snorkeling. Barang-barang tersebut
7. Tempat bilas dan kamar ganti
diletakkan ditempat yang mudah dijangkau disertai dengan
Tempat bilas harus bersih, rapi, tidak berbau, dan dilengkapi
papan informasi mengenai nama dan kegunaan barang
dengan perlengkapan standar seperti tisu, sabun, dan
dengan huruf yang jelas dan menarik.
handuk. Selain itu, disarankan memiliki rak, bangku, serta
kursi untuk menjaga kenyamanan pengunjung.
3. Ruang Kelas
8. Kepegawaian
Penampilan harus bersih dan rapi, profesional, serta
menggunakan tanda pengenal agar mudah dikenali. Setiap
pegawai harus menguasai pengetahuan tentang produk dan
layanan yang disediakan pada Dive Center tersebut.
9. Pelatihan Penyelam
Program pelatihan yang ditawarkan harus tersusun dengan
baik dan selalu diperbaharui secara berkala. Jadwal kelas
Gambar 3. Ilustrasi ruang kelas Sumber: Permenpar harus fleksibel dan menyediakan banyak pilihan termasuk
No. 1 tahun 2017 e-learning. Materi yang digunakan untuk pelatihan harus
sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan oleh PADI.
Kelas diperlukan untuk keperluan pelatihan teori 10. Aktivitas
penyelaman, berkapasitas 10-20 orang dengan system Aktivitas yang ditawarkan harus menarik dan tidak monoton
pengajaran nonformal dan lebih mengarah kesistem diskusi. misalnya kegiatan non diving yang bersifat sosial. Selain itu,
Dalam proses pelatihan teori ini dibutuhkan alat peraga untuk menjaga hubungan baik dengan wisatawan.
(alat-alat selam) dan mungkin juga diperlukan multimedia 11. Kolam Latihan Dalam (Kolam Latihan Dasar)
untuk mendukung proses pelatihan. Kolam latihan dalam diperlukan untuk program latihan
4. Ruang Penyewaan Peralatan perkenalan alat dalam air, buoyancy (keseimbangan dalam
Ruang penyewaan peralatan harus mencerminkan tempat air), dan keterampilan lain yang berhubungan dengan alat
yang bersih dan terorganisir dengan baik, dan memiliki selam. Kolam latihan dalam memerlukan kedalaman 4-6 m,
produk yang modern serta tidak cacat. Seluruh barang yang namun peralihan kedalam dibuat patah.
ada dikelola dengan baik, dibersihkan secara teratur, dan
peralatan dirawat secara berkala dan tercatat.

Gambar 6. Kolam Latihan Dalam


Sumber: Laporan Tugas Akhir Pusat Penyelaman Sabang, 2016

12. Kolam Latihan Panjang (Kolam Latihan Laut)


Gambar 4. Wakatobi Dive Adventure Kolam latihan panjang diperlukan untuk program pratek
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016 latihan selam yang membutuhkan jarak renang yang
panjang, seperti latihan kebugaran, latihan jalan dalam air,
5. Ruang Pengisian Tangki Udara dan latihan olahraga selam prestasi. Kolam ini tidak
Ruang pengisian tangki udara harus bersih dan terorganisir, memerlukan kedalaman yang terlalu dalam, cukup dengan
terbebas dari dari kotoran dan minyak mesin kompresor kedalaman 1,5-2 m.
pengisian udara. Ventilasi udara harus terbuka sehingga
buangan udara dari mesin kompresor tidak mengotori 13. Kolam Simulasi Laut
ruangan lain. Kolam simulasi laut adalah puncak dari ketiga sertifikasi
penyelaman dimana semua keterampilan menyelam dalam
menyelam akan diuji oleh instruktur selam. Kegiatan ini
umunya dilakukan pada lokasi-lokasi penyelaman, namun
terdapat kendala bila cuaca dan gelombang laut tidak
memungkinkan bagi kegiatan penyelaman. Oleh karena itu
diperlukan sebuah kolam simulasi keadaan laut yang dapat
digunakan setiap saat.
Gambar 5. Instalasi Pengisian Udara Sumber:
Permenpar No. 1 tahun 2017

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 18


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
teknologi alternatif pengolahan air selokan dengan
menggunakan tanaman hias air. N & P cemar; BOD, COD,
Detergent, Bakteri patogen, serta menghilangkan bau dan
menjernihkan air.

Gambar 7. Kolam Simulasi Laut


Sumber: Laporan Tugas Akhir Pusat Penyelaman Sabang, 2016

B. Tinjauan Konsep Water Efficiency


1. Pengertian Water Efficiency
Water Efficiency adalah salah satu sekian banyak cabang Gambar 8. Skematik pengolahan greywater
(energy, recycle materials, etc) dari Sustainable design. Sumber: www.greywater.com, 2016
Pada dewasa ini banyak orang merasakan bahwa cukupnya
suplai air bersih akan menjadi salah satu masalah terpenting d. Sistem penampungan air hujan
di masa yang akan datang. Akan sangat mengagetkan ketika Penampungan air hujan ini dapat dibangun atau diletakan di
persediaan air berkurang, dan air harus dihitung, atau atas permukaan tanah atau di bawah bangunan/rumah/teras
persediaan terkontaminasi dan tidak lagi tersedia untuk yang disesuaikan dengan ketersediaan lahan. Kolam
kegunaan harian. Untuk itu Water Eficiency sangat penting penampungan yang diletakan diatas permukaan tanah
peranannya dalam Sustainable Design dan masa yang akan mempunyai berbagai keuntungan seperti
datang. mudah dalam
2. Penerapan Water Efficiency pada bangunan mengambil/memanfaatkan airnya (pengalirannya dapat
Penerapan penghematan air pada bangunan dapat dilakukan dengan metode gravitasi dan mudah perawatannya.
dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Sumber air alternative
Beberapa sumber air alternatif yang dapat digunakan
sebagai berikut:
1) Air bekas pakai selain dari kegiatan WC/toliet
2) Air hujan
3) Air laut
4) Air danau Gambar 9. Sistem penampungan air hujan dan sumur resapan
b. Fitur air efisiensi tinggi Sumber: www.kelair.bppt.go.id, 2016
Pemasang fitur air efisiensi tinggi pada bangunan.
e. Pengolahan air laut
Tabel 1. Fitur Air Efisiensi Tinggi
Kapasitas
Alat Keluaran Air Keluaran Air

WC Flush Valve < 6 liter/flush

WC Flush Tank < 6 liter/flush

Gambar 10. Proses filtrasi dan alat ROSumber:


Urinal Flush Valve/Peturasan < 4 liter/flush nanosmartfilter.com, 2016

Proses desalinasi ini menggunakan filter semipermeabel


Keran Westafel/lavatory < 8 liter/flush untuk memisahkan molekul garam dalam air. Proses ini
lebih dikenal dengan sistem osmose balik (Reverse
Osmosis). Keistimewaan dari proses ini adalah mampu
Keran Tembok < 8 liter/flush nyaring molekul yang lebih besar dari molekul air.
3. Penerapan Water Efficiency pada tapak
Shower < 9 liter/flush Penerapan penghematan air pada tapak dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Sprinkler penyiram tanaman
(Sumber: GBC Indonesia)

c. Daur ulang air


Pusat Penelitian dan Pengembangan

Permukiman merilis beberapa teknologi pengolahan


Volume 2, No. 3 | Desember 2017 19
GARIS-Jurnal
limbah cair antaraMahasiswa
lain EcotechJurusan Arsitektur
Garden (EGA) atau (E-ISSN
taman : 1456212297)
sanita. Ecotech Garden (EGA) adalah salah satu

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 20


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
D. Wawancara pihak terkait, dilakukan untuk
memperoleh gambaran umum dari masyarakat dan
pihak-pihak terkait, guna melengkapi data-data yang
diperoleh dari studi literatur dan observasi lapangan.

PEMBAHASAN DAN HASIL RANCANGAN


A. Lokasi Proyek
Gambar 11. Sprinkler tanamanSumber: 1. Gambaran Umum Site
AliExpress.com, 2016 Peruntukan : Kawasan Pariwisata
Luas Tapak : 3.47 Hektar
Penggunaan sprinkel dimaksudkan agar penyiraman dapat KDB : 60:40
dilakukan secara terkontrol agar tidak berlebihan, misalnya GSL : 100 meter dari garis pantai
menggunakan penyiraman otomatis dengan debit yang Kondisi tanah : tanah keras (koral)
disesuaikan. 2. Lokasi dan Site Terpilih
Lokasi dan site terpilih terletak di Desa Longa yang dilalui
b. Biopori Jl. Raya Patuno yang termasuk dalam Rencana
Pengembangan Pariwisata Pulau Wangi-Wangi, dengan
kondisi lingkungan sekitar sebagai berikut:
Batas Utara : Jl. Raya Patuno
Batas Selatan : Lahan Kosong
Batas Timur : Lahan Kosong
Batas Barat : Lahan Kosong
Gambar 12. Biopori
Sumber: penanggulangankrisis.kemkes.go.id, 2016
B. Konsep Pengolahan Tapak
Penggunaan lubang biopori pada tapak dilakukan agar 1. Orientasi matahari dan angin
limpasan air hujan dapat diserap tanah secara makasimal, Orientasi matahari pada tapak akan di atasi dengan beberapa
hal ini dimaksudkan agar ketersediaan aittanah tetap terjaga. cara sebagai berikut:
a. Orientasi bangunan diatur kearah timur laut-barat
c. Perkerasan penyerap air daya untuk mengurangi cahaya yang masuk dari arah
timur-barat. Selain itu Pengoptimalan penggunaan
secondary skin pada area ruangan yang terkena
cahaya matahari langsung.
b. Pemanfaatan energi panas matahari sebagai energi
listrik dengan menggunakan panel surya pada lampu
taman. Selain itu Pengunaan kolam taman pada tapak
Gambar 13. Grass Block dan Paving Block sebagai tempat untuk menampung air hujan.
Sumber: conblocknusantara.com, 2016

Perkerasan yang mampu menahan beban kendaraan, namun


juga meresapkan air, seperti grass block dan pavingblok.

METODE PEMBAHASAN
Metode pembahasan yang digunakan adalah metode
deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan data,
kemudian dilakukan analisa melalui pendekatan kualitatif
dan kuantitatif, untuk mendapatkan hasil berupa
kesimpulan yang digunakan dalam penyusunan landasan
program perencanaan dan perancangan. Gambar 14. Orientasi Matahari dan Angin
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
A. Studi literatur, untuk memperoleh teori-teori serta Arah angin pada tapak akan di atasi dengan beberapa cara
regulasi yang relevan. sebagai berikut:
a. Penempatan bukaan berupa jendela dan ventilasi
B. Studi komparasi, untuk untuk membandingkan suatu
untuk mengatur sirkulasi angin yang masuk ke dalam
variabel (objek penelitian), antara subjek yang
bangunan.
berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan
b. Penggunaan pohon sebagai filter alami terhadap
hubungan sebab-akibatnya.
angin yang membawa polusi kendaraan.
C. Observasi lapangan, untuk memperoleh data
mengenai lokasi perencanaan dan perancangan, 2. Arah Pandang (View)
Berdasarkan kondisi arah pandang (view) pada tapak maka
serta data studi banding
beberapa cara yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:
a. View keluar tapak

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 21


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
d. Vegetasi penutup tanah
1) View pemandangan kearah laut/pantai akan
Tanaman endemik pantai yang berfungsi sebagai penutup
digukanan sebagai view utama karena View
tanah yaitu tapak kambing (Ipomoea pes- caprae) dan
laut/pantai akan memberikan kesan alam pada
rumput gajah (Pennisetum Purpureum).
pengguna.
e. Vegetasi air
2) Orientasi bangunan kolam simulasi laut akan Tanaman yang dapat digunakan untuk mengolah air limbah
diarahkan menghadap laut/pantai untuk memberikan
atau greywater seperti kana air (Canna Aquatic), Lotus
kesan alam pantai pada area tersebut. (Nyamphaea lotus), talia (Thalia Dealbata), Kala lili
(Zantedeschia aethiopica), Apu- apu (Pistia stratiotes,
Pistia crispate).

Gambar 15. Arah Pandang (view)

b. View ke dalam tapak


a) Penonjolan bangunan kolam simulasi laut sebagai point
of interest kearah jalan agar pengunjung dapat melihat dan
Gambar 17. Vegetasi
tertarik untuk mengunjugi bangunan Pusat Pelatihan
Penyelaman.
2. Penggunaan Elemen Ruang Luar
a. Material jalan
3. Pencapaian dan Sirkulasi ke Tapak Grass block digunakan pada sirkulasi kendaraan dan
parkiran sedangkan paving block digunakan pada area jalur
pejalan kaki masuk dan keluar tapak.
b. Material Lampu
Material lampu yang digunakan yaitu lampu yangdilengkapi
dengan teknologi solar cell untuk dapat memanfaatkan
cahaya matahari menjadi energi listrikpada lampu.
c. Elemen taman
1) Kolam taman
2) Viewing deck
3) Bangku taman
Gambar 16. Pencapaian dan Sirkulasi Ke Tapak 4) Penggunaan sprinkel
5) Penggunaan lubang biopori.
Pada tapak terdapat satu main entrance dan side entrance
yang ditempatkan pada jalan utama. Sedangkan main
entrance dan side entrance bagi servis dibuat tepisah
dengan main entrance utama agar tidak menggangu
sirkulasi pengunjung.

C. Konsep Perancangan Ruang Luar


1. Penggunaan Vegetasi
a. Vegetasi pengarah
Pohon kelapa (Cocos Nucifera) tinggi ± 15 m sebagai
pengarah dan jenis perdu yaitu pandan pantai (Pandanus
odorifer) sebagai tanaman pengarah dan estetika ruang luar.
b. Vegetasi peneduh
Pohon ketapang tinggi ± 15 m dan lebar tajuk ± 6 m
(Terminalia Cattapa) dan pohon cemara pantai (Casuarina Gambar 18. Elemen Ruang Luar
Equisetifolia) sebagai peneduh.
c. Vegetasi penghias
Jenis vegetasi yang akan digunakan yaitu tanaman hemat air
seperti lidah mertua (Sansevieria) dan pucuk merah
(Syzygium oleana).

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 22


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
D. Bentuk Dasar dan Tampilan Bangunan
1. Bentuk Dasar Bangunan
Pusat Pelatihan Penyelaman di Wakatobi dengan Konsep
Water Efficiency adalah dengan menerapkan pendekatan
analogi yang terinsprirasi dari bentuk salah satu alat
penyelaman yaitu snorkel.
Gambar 24. Biru laut

E. Besaran Ruang
Gambar 19. Bentuk Dasar Tabel 1. Rekapitulasi besaran ruang per area fungsi
No Kelompok Ruang Besaran (m2)
1 Area Fungsi Rekreasi/komersil 2774
2 Area Perkantoran 892
3 Area Pelatihan Teori 901
4 Area Kolam Latihan Panjang 2166
5 Area Kolam Latihan Simulasi Laut 9576
6 Area Kolam Latihan Dalam 906
7 Area Pelayanan Teknis 3401
8 Area Parkir 2757
9 Area Pengolah Limbah 1920
Total 25293
Gambar 20. Tata masa Bangunan
Tabel 2. Rekapitulasi besaran ruang per area lantai
2. Tampilan Bangunan No Lantai Besaran (m2)
Tampilan bangunan akan mengacu pada bentuk alam yaitu 1 Lantai Dasar 9879
akan mengekspresikan sifat-sifat dari air dan alat selam 2 Lantai 1 4974
3 Lantai 2 2430
untuk menampilkan fungsi dari bangunan pusat pelatihan
4 Lantai 3 2663
penyelaman. 5 Lantai 4 3427
a. Tampilan fasad bangunan dirancang dengan konsep 6 Area Pengolah Limbah 1920
metafora gelembung air. Total 25293

Analisis penentuan luas lahan berdasarkan perbandingan


Building Coverage, luas lantai dasar dan luas open space,
maka :
Total luas lahan terbangun
Gambar 21.Tampilan Fasad Gelembung air = Lantai Dasar + Area Pengolah Limbah
= 9.879 + 1.920
b. Penerapan alat selam yaitu diving masker pada fasad = 11.799
bangunan.
Luas Open Space
= 34.713 – 11.799
= 22.914
Maka,
BC = × 100 %
= 34 %
Gambar 22. Masker Diving
OS = .
.
× 100%
a. Bentuk atap bangunan dirancang dengan prinsip-
= 66 %
prinsip gelombang air laut.

Jadi, BC : OS = 34 : 66

F. Sistem Struktur
1. Modul Struktur
Modul yang digunakan pada perencanaan ini adalah modul
Gambar 23. Gelombang air yang berbentuk grid, penentuan modul ini didasarkan pada
pertimbangan fungsi ruang yang dominan yaitu retail sewa
b. Warna eksterior pada massa bangunan menggunakan dan ruang kerja.
warna biru.

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 23


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)

Gambar 29. Struktur Kolam Renang


Gambar 25. Modul Struktur

2. Upper Struktur 6. Struktur Kolam Simulasi Laut

Gambar 26. Upper Struktur


Gambar 30. Struktur Kolam Simulasi Laut
Upper struktur menggunakan sistem struktur rangka ruang
(space frame) dengan sistem mero dan menggunakan Struktur kolam laut memakai struktur rangka batang
material penutup membran ETFE. dimana ruang-ruang di samping dapat digunakan sebagai
3. Super Struktur jalur inspeksi dan instalasi pemipaan. Material yang
digunakan ialah beton bertulang dengan semen khusus yang
tahan terhadap air laut.
7. Struktur Terowongan

Gambar 27. Super Struktur

Super struktur yang digunakan berupa struktur balok dan


kolom serta menggunakan dinding bata ringan.
4. Sub Struktur
Jenis sub struktur yang termasuk dalam kategori pondasi Gambar 31. Struktur Terowongan
dangkal yaitu menggunakan struktur pondasi telapak (strap
footing). Struktur terowongan dibuat terpisah dari bangunan. Untuk
struktur pemikul digunakan beton bertulang, dan sebagai
terowongan setengah lingkaran digunakan material dari
bahan acrylic dengan ketebalan 60 cm sampai 80 cm.

8. Struktur Double Fasad

Gambar 28. Sub Struktur

5. Struktur Kolam Renang


Struktur kolam renang dibuat dari rangka besi yang
kemudian dicor dengan beton. Dalam pengecoran bisa
menggunakan Pada sisi – sisi kolam bagian luar berupa
balok–balok yang menahan dinding beton kolam agar tidak
rubuh. sedangkan pada bagian dasar kolam berupa balok –
balok yang menumpu diatas lapisan tanah keras.

Gambar 32. Struktur Double Fasad

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 24


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
Material penutup atap dan dinding yang digunakan pada
perencanaan bangunan pusat pelatihan penyelaman adalah
ETFE. ETFE (Ethylene tetrafluoroethylene) adalah sejenis
polimer/plastik.

G. Ruang Dalam
Suasana ruang dalam bangunan pusat pelatihanpenyelaman
akan didesain sesuai dengan konsep tampilan bangunan
dengan menerapkan sifat air pada interior bangunan.
Gambar 35. Jaringan Air Bersih
Adapun inspirasi desain yang akan diterapkan pada interior
bangunan yaitu gelembung air, gelombang air dan warna
biru air. 3. Sistem Pengolahan air limbah
a. Greywater

Gambar 33. Suasana Ruang Dalam


Gambar 36. Skema Sistem Pengolahan Greywater
H. Utilitas dan Perlengkapan Bangunan b. Blackwater
1. Sistem jaringan air laut Disposal padat yang berasal dari WC di salurkan ke
Adapun sistem jaringan pengolahan air laut adalah septictank melalui pipa yang tertanam di dalam tanah dan
sebagai berikut: berakhir pada area peresapan.
4. Perlengkapan air efisiensi tinggi
Penghematan air pada bangunan dapat dilakukan dengan
memasang fitur air efisiensi tinggi pada bangunan.

Tabel 3. 16 Fitur Air Efisiensi Tinggi


Alat Keluaran Kapasitas Keluaran
Air Air

WC Flush Valve < 6 liter/flush


Gambar 34. Jaringan Air Laut

2. Sistem jaringan air bersih WC Flush Tank < 6 liter/flush


Sistem distribusi air bersih pada Pusat Pelatihan
Penyelaman ini, mengunakan sistem distribusi secara Urinal Flush
vertikal untuk melayani ruang toilet, kamar mandi, < 4 liter/flush
Valve/Peturasan
dapur/pantry. Penggunaan distribusi air bersih
menggunakan pompa melalui reservoir air tawar kemudian Keran
< 8 liter/flush
dipompa ke reservoir atas, dan selanjutnya secara gravitasi Westafel/lavatory
melalui pipa air didistribusi menuju ruang- ruang yang
membutuhkan. Keran Tembok < 8 liter/flush
Pengadaan air bersih pada fasilitas ini berasal dari
pemanfaatan air laut. Air laut digunakan karena letak
fasilitas yang dekat dengan sumber air laut dan juga sebagai Shower < 9 liter/flush
alternatif sumber air selain air tanah.
(Sumber: GBC Indonesia)

5. Sistem Pencegahan Kebakaran Bangunan


Pencegahan bahaya kebakaran pada Pusat Pelatihan
Penyelaman di Wakatobi ini di atasi dengan:
a. Pencegahan pasif:

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 25


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
1) Penempatan tangga darurat penerapan water efficiency yang akan diaplikasikan
b. Pencegahan aktif: adalah sebagai berikut:

1) Alat deteksi asap (smoke detector) A. Pada bangunan


2) Sprinkler 1. Sumber air alternatif
3) Fire hydrant system 2. Fitur air efisiensi tinggi
c. Penggunaan material yang tahan api 3. Daur ulang air
4. Sistem penampungan air hujan
6. Sistem Akustik pada Ruang Mini Bioskop 5. Pengolahan air laut
Sistem akustik pada mini bioskop menggunakan B. Pada tapak

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 26


bahan penyerap bunyi. Pada dinding menggunakanlapisan dengan bahan berpori yang dapat menyerap bunyi, seperti:
akustik panel, soft board, glass wol, serta-serta kayu, ubin selulosa, dan karpet.
7. Sistem Transportasi
Sistem transportasi yang di gunakan di dalam bangunan menggunakan sistem transportasi vertikal Lift dan Tangga.
8. Sistem Persampahan pada Bangunan
Sampah yang berupa bahan padat dikumpulkan, kemudian dibuang menuju bak sampah. Sampah yang dikumpulkan
pada bak sampah dan ditempatkan padatitik tertentu diangkat oleh cleaning service ke bak penampungan sementara
yang selanjutnya akan diangkut oleh mobil sampah untuk dibuang pada tempat pembuangan akhir.
9. Sistem Elektrikal
Sumber listrik yang di gunakan adalah PLN dengan cadangan energi dari genset. Pendistribusianmenggunakan pipa
yang di bedakan dengan pipa air
10. Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir di gunakan pada bangunan guna melindungi dari bahaya ledakan dan kebakaran yang di
timbulkan oleh sambaran petir. Pada bangunan ini menggunakan sistem penangkal petir sistem tongkat Franklin
(Franklin Rod).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil rancangan mengenai Perencanaan Pusat Pelatihan Penyelaman di Wakatobi dengan Konsep Water
Efficiency, maka dapat disimpulkan bahwa Pusat Pelatihan Penyelaman di Wakatobi dengan KonsepWater Efficiency
ini menyediakan sarana pelatihan, rekreasi dan informatif terhadap kegiatan penyelamanmelalui fasilitas-fasilitas
pelatihan berupa kelas pelatihan teori, kolam latihan panjang, kolam latihan dalam, dan kolam latihan simulasi laut.
Konsep bentuk dasar dan tampilan bangunan Pusat Pelatihan Penyelaman di Wakatobi dengan Konsep Water
Efficiency ini disesuaikan dengan fungsinya yaitu sebagai bangunan yang melaksanakan kegiatan pelatihan
penyelaman maka, bentuk dasar bangunan direncanakan berdasarkan pendekatan analogi bentuk snorkel dan tampilan
bangunan mengidentifikasikan sifat-sifat air dan masker selam yang diaplikasikan pada fasad bangunan sehingga
pengunjung dengan mudah mengenalbangunan sebagai bangunan pelatihan penyelaman.
Untuk rencana penerapan hemat air pada bangunan Pusat Pelatihan Penyelaman di Wakatobi dengan Konsep Water
Efficiency ini dengan penekanan pada aspek teknisbangunan. Adapun yang menjadi penekanan utama pada

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 27


1. Sprinkler penyiram tanaman
2. Biopori
3. Perkerasan penyerap air

DAFTAR REFERENSI
[1] Anonim. (2006). Persyaratan dan Peraturan DasarSelam Indonesia, POSSI, Jakarta.
[2] Cakra, Nirwan. 2014. Pusat Penyelaman Sabang.
Tugas Akhir Unsyiah. Banda Aceh
[3] De Chiara, John, Joseph & Callender. 1973. Times Saver Standard For Building Type. New York: Mc
Graw Hill Book Company
[4] Green Building Council Indonesia,2012. Greenship untuk Gedung Baru Versi 1.2:
Ringkasan Kriteria dan Tolak Ukur. Department of Rating Development GBCI, Jakarta.
[5] Jessica, Mia. 2007. Pusat Pelatihan dan Rekreasi Selam Di Ancol. Tugas Akhir S1, Institut Teknologi
Bandung
[6] Karyono, Tri Harso. 2010. Green architecture : Pengantar pemahaman arsitektur hijau di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Press
[7] Mediastika, Christina E. 2013. Hemat Energi dan Lestari Lingkungan MelaluiBangunan.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
[8] Rosesanti, Natalie Fajar. 2015. Pusat Pelatihan Olahraga Selam Tema Desain Arsitektur High –Tech.
Tugas Akhir S1, Universitas KatolikSoegijapranata
[9] Tangoro, D. (2006), Utilitas Bangunan. UI-Press : Jakarta.

Volume 2, No. 3 | Desember 2017 28

Anda mungkin juga menyukai