Akreditasi
4bu_Mus4Mei 29, 2022
Metode tracer study umumnya digunakan oleh perguruan tinggi, yaitu studi pelacakan jejak
lulusan atau alumi setelah mereka lulus (biasanya 2 tahun) apakah mereka sudah bekerja, belum
bekerja, melanjut, jenis pekerjaan dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui outcome
pendidikan dalam bentuk transisi dari dunia pendidikan tinggi ke dunia kerja.
Dari hasil tracer studi tersebut akan diketahui penyebaran, informasi kompetensi yang relevan
didunia kerja sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi untuk perbaikan, dan pengembangan
kualitas dalam sistem pendidikannya.
Bagaimana Tracer Study yang dimaksud dalam instrument akreditasi satuan pendidikan?
Konsep tracer study yang biasa dilakukan perguruan tinggi tidak sepenuhnya sama dengan yang
dimaksud dalam instrument akreditasi satuan pendidikan.
Tracer studi dalam IASP adalah pengumpulan data tingkat kepuasan pemangku kepentingan
(stakehorders) satuan pendidikan tentang terpenuhinya atau tidak terpenuhi kebutuhan,
keinginan, harapan pemangku kepentingan tersebut.
Pemangku kepentingan (stakeholder) yang dimaksud adalah pengguna lulusan terdiri dari:
2. Komite sekolah/madrasah;
4. Dunia kerja;
5. Perguruan Tinggi.
Ada tiga kompetensi yang dimiliki lulusan satuan pendidikan yang dibutuhkan, diinginkan oleh
pemangku kepentingan yaitu.
1. Kepuasan terhadap sikap lulusan dari satuan pendidikan sikap ini terdiri dari :
a. sikap religiusitas;
b. sikap kejujuran;
d. kedisiplinan.
b. bidang teknologi;
d. bidang budaya.
a. kreativitas;
b. produktivitas;
c. komunikasi; dan
d. kolaborasi
4. Membuat video /youtub pemangku kepentingan tentang tinggakt kepuasan mutu lulusan
Sekolah akan mengalami kesulitan jika semua cara di atas digunakan, langkah yang paling
sederhana adalah menyusun angket (kuisioner) untuk disebarkan kepada pemangku
kepentingan.
Angket ini diusahakan memuat kompetensi lulusan yang diinginkan pemangku kepentingan
dengan tingkat keterbacaan yang mudah dipahami karena pemangku kepentingan terdiri dari
berbagai macam latar belakang.
Penyusunan instrumennya boleh menggunakan skala Likert, Truston, semantic difrensial, Huston
atau cukup pilihan ganda saja. Kalau memungkinkan hasil kuisioner ini dikuatkan dengan
metode pengumpulan data yang lain seperti wawancara.
Selanjutnya data hasil kuisioner tracer studi dikumpulkan kemudian di olah oleh sekolah dan
disusun laporannya. Laporan tracer studi yang dimaksud minimal dapat menjawab hal berikut:
1. Apa kegiatannya
2. Dimana dilakukan
3. Kapan dilakukan
6. Dokumen pendukung apa saja ? (apakah foto, daftar hadir dan lain-lain)
Apablia Pemangku kepentingan menyatakan sangat puas terhadap mutu lulusan sekolah /
madrasah terkait sikap, pengetahuan, dan keterampilan mereka maka sekolah sudah mencapai
budaya mutu atau dalam penilaian akreditasi masuk level 4.