Anda di halaman 1dari 17

BAB I

ELEKTRONIKA DAN KOMPONENNYA

1.1. Komponen-komponen elektronik

Sebuah rangkaian elektronika akan bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai bila adanya kesesuaian yang baik antara komponen-komponen
elektronik yang ada didalamnya. Kesemua komponen-komponen yang ada itu saling
bekerjasama untuk melakukan fungsinya berdasarkan suatu urutan proses yang
terjadi dalam sebuah rangkaian elektronika. Secara umum, komponen-komponen
elektronika tersebut dalam dunia elektronika dibedakan atas 2 bagian utama, yaitu
komponen yang bersifat aktif dan komponen yang bersifat pasif.

Komponen pasif merupakan komponen elektronika yang dalam


pengoperasiannya tidak memerlukan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri.
Adapun yang termasuk dalam kategori komponen pasif antara lain : resistor,
kapasitor, dioda, transformator dan relay. Sedangkan komponen aktif merupakan
komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya memerlukan sumber arus atau
sumber tegangan sendiri. Yang termasuk dalam kategori komponen aktif seperti :
transistor, thyristor, tranducer.

1.2. Simbol – Simbol Elektronik

Secara umum semua komponen elektronik dan perangkat pendukungnya


mempunyai ciri dan simbol-simbol yang berlaku secara internasional. Kesemua
simbol-simbol tersebut digunakan oleh semua pendesain dan perancang elektronika
dan dapat dimengerti oleh semua orang. Simbol-simbol elektronika tersebut diatur
berdasarkan suatu standar Internasional yang dikeluarkan oleh sebuah badan dunia
urusan standarisasi peralatan elektronika yaitu EIC. Kesemua simbol- simbol
elektronik tersebut disajikan dalam gambar berikut :

1
Gambar 1. Simbol Kabel dan Koneksinya

2
Gambar 2. Simbol Power Supply dan fungsinya

Gambar 3. Simbol Resistor dan fungsinya

3
Gambar 4. Simbol Dioda dan fungsinya

Gambar 5. Simbol Capasitor dan fungsinya

4
Gambar 6. Simbol Transistor dan fungsinya

Gambar 7. Simbol Audio, Radio dan fungsinya

5
Gambar 8. Simbol Meter, Osiloskop dan fungsinya

Gambar 9. Simbol Sensor dan fungsinya

6
Gambar 10. Simbol Switch dan fungsinya

7
Gambar 11. Simbol Gerbang Logika dan fungsinya

8
1.3. Standarisasi Warna Komponen-komponen Elektronik

Untuk standarisasi kode warna dari masing-masing komponen juga diatur


berdasarkan suatu standar internasional yang disusun oleh sebuah badan dunia EIA, yang
berlaku secara global didunia. Standarisasi warna tersebut disesuaikan dengan fungsi
masing-masing komponen elektronika yang ada. Secara umum dapat diuraikan sebagai
berikut :

A. Sistem Kode Warna Resistor


Ciri yang umum dari suatu resistor adalah gelang gelang warna yang tertera pada
bodinya seperti pada gambar di bawah dan masing – masing dari warna tersebut
mengandung suatu nilai ukuran sesuai tabel warna yang sudah ditentukan dan
satuannya adalah “ohm”.Berikut ini merupakan uraian & tabel warna – warna dari
resistor:

Gambar 12. Sistem Pewarnaan Resistor

Fungsi resistor dapat diumpamakan dengan sekeping papan yang dipergunakan


untuk menahan aliran air yang deras di selokan/parit kecil. Makin besar nilai
tahanan, makin kecil arus dan tegangan listrik yang melaluinya. Adapun fungsi lain
resistor dalam rangkaian elektronika, yaitu :
a. Menahan arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian
elektronika.
9
b. Menurunkan tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh rangkaian
elektronika.
c. Membagi tegangan, dll.

Gambar 13. Sistem Pewarnaan dan kode warna Resistor

Besaran resistansi suatu resistor dibaca dari posisi cincin yang paling depan ke
arah cincin toleransi. Biasanya posisi cincin toleransi ini berada pada badan
resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan
posisi cincin yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai
sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau kita
telah bisa menentukan mana cincin yang pertama selanjutnya adalah membaca
nilai resistansinya.
Jumlah cincin yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar
toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3
cincin (tidak termasuk cincin toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau
2% (toleransi kecil) memiliki 4 cincin (tidak termasuk cincin toleransi). Cincin
pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan
cincin terakhir adalah faktor pengalinya.
10
Misalnya resistor dengan cincin kuning, violet, merah dan emas. Cincin berwarna
emas adalah cincin toleransi. Dengan demikian urutan warna cincin resistor ini
adalah, cincin pertama berwarna kuning, cincin kedua berwarna violet dan cincin
ke tiga berwarna merah. Cincin ke empat yang berwarna emas adalah cincin
toleransi. Dari gambar diatas diketahui jika cincin toleransi berwarna emas, berarti
resistor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansinya dihitung sesuai dengan
urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari
resistor ini. Karena resistor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga cincin
selain cincin toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh cincin pertama dan
cincin kedua. Masih dari tabel 1.1, diketahui cincin kuning nilainya = 4 dan cincin
violet nilainya = 7. Jadi cincin pertama dan ke dua atau kuning dan violet
berurutan, nilai satuannya adalah 47. Cincin ketiga adalah faktor pengali, dan jika
warna cincinnya merah berarti faktor pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini
diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau
47 x 100 = 4700 Ohm = 4,7K Ohm (pada rangkaian elektronika biasanya di tulis
4K7 Ohm) dan toleransinya adalah + 5%. Arti dari toleransi itu sendiri adalah
batasan nilai resistansi minimum dan maksimum yang di miliki oleh resistor
tersebut. Jadi nilai sebenarnya dari resistor 4,7k Ohm + 5% adalah :
4700 x 5% = 235
Jadi,
Rmaksimum = 4700 + 235 = 4935 Ohm

Rminimum = 4700 – 235 = 4465 Ohm

Apabila resistor di atas di ukur dengan menggunakan ohmmeter dan nilainya


berada pada rentang nilai maksimum dan minimum (4465 s/d 4935) maka resistor
tadi masih memenuhi standar. Nilai toleransi ini diberikan oleh pabrik pembuat
resistor untuk mengantisipasi karakteristik bahan yang tidak sama antara satu
resistor dengan resistor yang lainnya sehingga para desainer elektronika dapat
memperkirakan faktor toleransi tersebut dalam rancangannya. Semakin kecil nilai
toleransinya, semakin baik kualitas resistornya. Sehingga dipasaran resistor yang
mempunyai nilai toleransi 1% (contohnya : resistor metalfilm) jauh lebih mahal

11
dibandingkan resistor yang mempunyai toleransi 5% (resistor carbon). Untuk
Resistor NTC dan PTC berlaku standarisasi warna sebagai berikut :

Gambar 14. Sistem Pewarnaan dan kode warna NTC dan PTC

B. Sistem Kode Warna Kapasitor


Untuk standarisasi kode warna dari komponen kapasitor hampir sama dengan
komponen resistor, bila sistem kode warna pada resistor digunakan untuk
menentukan besaran resistansi dari komponen resistor tersebut, maka untuk
kapasitor kode warna tersebut dipakai untuk menentukan besarnya kapasitansi yang
ada pada komponen kapasitor. Untuk lebih jelasnya suatu sistem kode warna pada
kapasitor dapat dilihat pada gambar berikut :

12
Gambar 15. Sistem Pewarnaan Kapasitor

Contoh :

C. Sistem kode warna komponen elektronik lain dan pendukungnya


Untuk sistem kode warna komponen pendukung lainnya dari suatu rangkaian
elektronika secara umum dapat dijelaskan bahwa komponen tersebut selalu
disesuaikan dengan fungsi dari komponen tersebut. Sebagai contoh untuk komponen
kabel, biasanya sistem kode warna yang berlaku adalah warna merah dan hitam,
dimana warna merah biasanya mempresentasikan fungsi tegangan positif atau
polarisasi positif (+), atau juga berfungsi sebagai penanda bahwa jalur kabel tersebut
yang dialiri oleh sumber fasa tegangan sedangkan yang berwarna hitam biasanya
menunjukkan fungsi tegangan negatif atau polarisasi negatif (-) ataupun sebagai
penanda pentanahan ( ground).

13
Untuk kabel informasi dan data sampai saat ini belum ada standar pemberian warna
kabel. Sedangkan untuk standar kode warna untuk kabel tenaga ini meliputi ( Sesuai
standard PUIL ) :

- Earth/pertanahan: Warna majemuk hijau- kuning, tak boleh untuk tujuan lain.
- Kawat netral/Tengah: warna biru, bila instalasi tanpa hantaran netral, warna biru
boleh digunakan.
- Kawat fase/live/hidup:
Fase 1 ( Fase R ) : Merah

Fase 2 ( Fase S ) : Kuning

Fase 3 ( Fase T ) : Hitam

Atau

Earth/ Pentanahan : Hijau/Hijau + garis kuning

Netral : Hitam

Fase 1 ( R ) : Merah

Fase 2 ( S ) : Kuning

Fase 3 ( T ) : Biru

Standard pemasangan kabel pada 3 pins plug power 220 V & socketnya adalah :

Live ( L ) : Brown/coklat

Neutral ( N ) : Blue/biru

Earth ( E ) : Green/Yellow ( Hijau garis kuning )

14
BAB II
MENGGAMBAR RANGKAIAN ELEKTRONIK

2.1. Gambar skema rangkaian elektronik

Menggambar merupakan proses menuangkan sesuatu ide tentang tujuan


yang ingin dicapai dalam bentuk suatu desain garis dan grafis. Secara umum untuk
melakukan proses penggambaran terhadap suatu rangkaian elektronika
dibedakan atas 3 bagian besar yaitu gambar piktorial, gambar skema, dan gambar
PCB.

1. Gambar Piktorial

Gambar Piktorial merupakan gambar yang menunjukkan bentuk benda-benda


sesungguhnya dari semua komponen-komponen yang digunakan dalam suatu
rangkaian alat elektronika, seluruh komponen berusaha digambarkan dalam
bentuk aslinya, seluruh sambungan kaki komponen, juga digambarkan dalam
kondisi yang sebenarnya, walaupun akan terlihat sangat tidak teratur. Ketika
merancang, menguji atau merakit alat elektronika, terlebih dahulu akan dibuat
sambungan secara piktorial agar mudah dalam penambahan komponen dan
pengubahan komponen, dengan kata lain cara piktorial akan memberikan
kesempatan secara luas dalam menambah, pengurangan dan pengubahan
rangkaian, sehingga akan tercapai suatu rangkaian elektronika yang sesuai
dengan spesifikasi alat atau keinginan pembuat.

15
Contoh gambar piktorial

2. Gambar Skema
Gambar skema merupakan gambar yang menunjukkan secara grafis
komponen apa yang digunakan, dan hubungannya untuk mendapatkan
rangkaian yang diinginkan dibuat pada saat gambar piktorial telah diuji
kebenarannya dan telah sesuai dengan cara kerja alat diinginkan, pengubahan
gambar piktorial ke gambar skema dengan mengikuti kaidah atau aturan yang
telah ditentukan oleh ISO, yang mengatur tentang keseragaman gambar
komponen elektronika diseluruh dunia.
Dalam mengubah gambar piktorial harus mengikuti gambar komponen yang
telah ditetapkan dalam katalog ISO, yang telah diikuti hampir oleh seluruh
perusahaan pembuat komponen didunia, sehingga gamabr komponen pada
gambar skema rangkaian, akan dapat dibaca oleh seluruh pemakai gambar
elektronika secara Internasional.
Pada pembuatan gambar skema selain harus menggunakan bentuk komponen
yang telah standar ISO, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Garis gambar tebal, tipis atau putud-putus.
b. Jenis komponen atau singkatannya
c. Nilai komponen
d. Nama komponen atau singkatannya

16
e. Catatan (bila ada)

Contoh gambar skema


Cara meletakkan komponen pada saat membuat gambar skema, ada beberapa
cara yang bisa dilakukan untuk menghindari :
a. Kesalahan pembacaan
b. Memudahkan penyambungan kaki komponen
c. Memperindah pemandangan rangkaian
d. Memudahkan pengelompokkan sesuai kerja komponen
e. Mempercepat saat pemasangan dan perbaikan komponen
Cara berikut ini merupakan beberapa alternatif mengatasi masalah yang sering
timbul diatas, ruas gambar yang ada dibagi menjadi empat (4) kuadran dan
mengikuti beberapa langkah berikut :
a. Meletakkan komponen secara berkelompok sesuai dengan kerja dan
fungsinya
b. Meletakkan komponen y6ang pali8ng banyak kaki didaerah tengah
ruangan gambar
c. Meletakkan komponen yang mempunyai sedikit kaki didaerah pinggir
ruang gambar.
d. Niali dan kode nama komponen ditulis sesingkat mungkin dan sangat
berdekatan dengan komponen yang diberi nama.
e. Gunakan tabel ditempatatau ruang lain untuk menjelaskan nama lengkap
dan nilai komponen yang digunakan.
17

Anda mungkin juga menyukai