Anda di halaman 1dari 4

SISTEM IE DI JEPANG DALAM IMPLEMENTASI DAN RELEVANSI DI

MASYARAKAT MENURUT PENDAPAT KELOMPOK 3

Dosen pengampu:

Ni Made Savitri Pramita, S.S., M.A.

Bima Doni Priawan 225110200111004

Reyhan Akbar Rullah 225110200111005

Yoga Rahmatullah 225110200111009

Muhammad Arief Ali Hasan 225110201111006

Muhammad Abdul Jalil 225110201111007

Thalib Rafian Darmawan 225110201111014

Nabiel Muammar Rumata 225110200111024

Perubahan dalam struktur keluarga di Jepang dari system Ie ke kaku Kazoku (核


家 族 =keluarga inti) menimbulkan kontroversi. Beberapa pihak ada yang memilih pro
dan kontra. Yang pro memandang dampak positif sistem Ie seperti:

1. Hak setiap individu di dalam keluarga lebih dihormati. Hak dan tugas setiap individu
dalam keluarga hampir bersifat konkret

2. Istri mempunyai hak bersama suami mengkoordinasi struktur rumah tangganya


sendiri tanpa campur tangan dari pihak Ie seperti mertua ataupun tetangga.

3. Anak laki-laki dan anak perempuan mempunyai persamaan hak untuk menerima
waris sehingga tidak menimbulkan konflik dalam keluarga.
Sedangkan pihak yang tidak menyetujui adanya sistem Ie berpendapat bahwa sistem Ie
dapat merugikan untuk masa yang akan datang. Meskipun terdapat hal positif namun
tidak dapat dihindari lagi akan adanya dampak negatif seperti:

1. Kehidupan kaum lanjut usia semakin kurang terjamin sedangkan beban Negara untuk
mengatasi masalah ini semakin besar. Pada tahun 2018 silam, jadi kasus dalam sebuah
universitas medis di Tokyo

dimana universitas dengan sengaja mengurangi jumlah perempuan yang diterima


sebagai

peserta didik untuk menjaga rasio mahasiswi pada angka 30% (The Japan Times, 2018).

Partisipasi perempuan dalam bidang politikpun sangat rendah yaitu hanya sebesar 9.5%

dalam parlemen nasional (OECD, 2017), serta rendahnya perempuan sebagai kandidat
pemilu

dalam berbagai partai (Aoki, 2014), yaitu hanya sebesar 15% atau 169 dari 1093
kandidat

dalam pemilu di tahun 2014.

2. Proses sosialisasi nilai-nilai yang mementingkan faktor hirarki dalam keluarga dan
dalam masyarakat mulai terganggu dan hal ini sedikit demi sedikit akanmempengaruhi
karakter orang Jepang dimasa-masa mendatang. Singkatnya, keluarga Jepang zaman
sekarang belum bisa menciptakan perwatakan pribadi Jepang yang baru. Hal ini
disebabkan karena pasca perang dunia, banyak masyarakat yang memilih untuk
menikah dan memiliki anak, sehingga melonjaknya angka kelahiran serta pertumbuhan
penduduk di Jepang pada saat itu. Peristiwa ini disebut sebagai baby boom.

Menurut kami, sistem ie ini sudah mengakar dari zaman dahulu terutama setelah
zaman Yamato sehingga sulit untuk melepaskan sistem ini dari masyarakat tradisional
Jepang itu sendiri. Namun menurut kami karena sistem yang sudah berlangsung sudah
lama ini tentunya sudah siap dan matang dalam mengatur pola hidup masyarakat Jepang
untuk kedepannya yang diatur berdasarkan ajaran konfusianisme. Namun menurut kami
sepertinya sistem ini terlalu patriarki, yang dimana walaupun seorang laki-laki itu tidak
ada hubungan darahnya sama sekali tetap bisa untuk menjadi 課長 (pemimpin) dalam
sistem ie. Walaupun begitu untuk menjadi seorang 課長 (pemimpin), seorang laki-laki
memikul tanggung jawab yang besar yang dimana tidak semua perempuan bisa
memikul tanggung jawab yang besar. Apalagi nanti ketika menikah, seorang lelaki
harus berhadapan dengan mertuanya, yang tentunya ketika seorang laki-laki tersebut
ingin menjadi 課長 (pemimpin) dalam keluarga perempuannya harus lah membuktikan
kalau dia mampu kepada mertuanya. Sistem Ie secara tidak langsung merugikan kedua
belah pihak dikarenakan masing-masing pihak menanggung tanggung jawab yang
begitu besar namun tidak dapat dibagi tugaskan ke pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA

Diva Devita, S. (2022). PENGARUH KOREIKA SHAKAI TERHADAP


PERKEMBANGAN DEMOGRAFI DI JEPANG (Doctoral dissertation, UNSADA).

Sari, A. Y., & Pattipeilohy, S. C. H. (2020). Ketidaksetaraan Gender sebagai Bentuk


Kekerasan Terhadap Perempuan di Jepang. Journal of International Relations, 6(2),
358-367.

Widisuseno, I. (2018). Pola budaya pembentukan karakter dalam sistem pendidikan di


Jepang. Kiryoku, 2(4), 221-230.

Anda mungkin juga menyukai