Anda di halaman 1dari 4

4.

Abraham Maslow mengembangkan teori hirarki kebutuhan manusia yang mengklasifikasikan


kebutuhan manusia dari yang paling fundamental hingga yang paling tinggi dalam struktur piramida.
Berikut adalah susunan kebutuhan tersebut:

1. Kebutuhan Fisiologis: Ini melibatkan kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal, dan udara.
Sebagai contoh, seseorang harus memenuhi kebutuhan makanan dan minuman untuk kelangsungan
hidup.

2. Kebutuhan Keamanan: Ini mencakup aspek perlindungan, kestabilan finansial, pekerjaan yang aman,
dan tempat tinggal yang terjamin. Misalnya, seseorang yang memiliki pekerjaan stabil dan tempat
tinggal yang aman akan merasa lebih tenteram.

3. Kebutuhan Sosial: Ini melibatkan kebutuhan akan hubungan sosial, persahabatan, cinta, dan rasa
memiliki. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mencari cinta dan persahabatan.

4. Kebutuhan Penghargaan: Ini mencakup rasa hormat, penghargaan, dan prestise. Contohnya,
seseorang mungkin merasa puas jika mendapatkan pengakuan atas prestasinya di tempat kerja.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri: Ini adalah tingkat puncak dalam hierarki, yang melibatkan upaya mencapai
potensi pribadi dan menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Contohnya, seseorang yang mengembangkan
bakat seni mereka atau menjalani karier yang sesuai dengan minat mereka mungkin merasa mencapai
aktualisasi diri.

Penting untuk diingat bahwa Maslow berpendapat bahwa individu akan cenderung memenuhi
kebutuhan di tingkat yang lebih rendah sebelum mencapai kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi dalam
piramida kebutuhan.

5. Teori dua-faktor Herzberg, yang dikenal juga sebagai teori motivasi-higiene, mengemukakan bahwa
terdapat dua kelompok faktor yang memengaruhi kepuasan dan ketidakpuasan kerja secara terpisah.

1. Faktor Motivasi: Ini berhubungan dengan kepuasan intrinsik yang diperoleh dari pekerjaan itu sendiri,
seperti pencapaian, pengakuan, tanggung jawab, dan perkembangan pribadi. Sebagai contoh, ketika
seorang karyawan merasa dihargai atas pencapaiannya dan memiliki tanggung jawab yang menantang,
ia akan cenderung lebih puas dengan pekerjaannya.

2. Faktor Higiene: Ini berhubungan dengan ketidakpuasan yang timbul jika kebutuhan dasar tidak
terpenuhi, seperti kondisi kerja, gaji, hubungan dengan atasan, dan kebijakan perusahaan. Sebagai
contoh, ketika kondisi kerja buruk atau gaji yang rendah, karyawan dapat merasa tidak puas dan kurang
termotivasi.
Herzberg meyakini bahwa untuk meningkatkan motivasi dan kepuasan karyawan, perlu memperhatikan
baik faktor motivasi maupun faktor higiene.

6. Teori X dan Y yang dikemukakan oleh Douglas McGregor adalah dua pendekatan terhadap
manajemen perilaku karyawan yang didasari oleh asumsi yang berbeda.

1. Teori X:

- Karyawan cenderung menghindari pekerjaan jika memungkinkan.

- Karyawan lebih suka pengawasan dan arahan.

- Karyawan lebih merespons ancaman atau janji ganjaran luar untuk memotivasi mereka.

- Karyawan cenderung menghindari tanggung jawab dan mencari keamanan.

2. Teori Y:

- Karyawan dapat melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang alamiah, seperti bermain atau beristirahat.

- Karyawan memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri dan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.

- Karyawan mampu berinovasi dan berkreasi jika diberi peluang.

- Karyawan dapat memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan.

Teori X dan Y mencerminkan perspektif yang berbeda mengenai sifat dasar karyawan dan berdampak
signifikan pada pendekatan manajemen yang digunakan dalam organisasi.

7. Gaya kepemimpinan dalam manajemen adalah cara di mana seorang pemimpin memandu,
memotivasi, dan mengelola tim atau organisasi. Beberapa bentuk gaya kepemimpinan yang umumnya
dikenal meliputi:
1. Kepemimpinan otoriter: Di sini, pemimpin mengambil keputusan secara mandiri tanpa banyak
partisipasi dari anggota tim, terutama dalam situasi-situasi darurat atau yang memerlukan keputusan
cepat.

2. Kepemimpinan demokratis: Pemimpin mengajak anggota tim untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan, yang dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas anggota tim.

3. Kepemimpinan transaksional: Pemimpin memberikan insentif atau sanksi kepada anggota tim
berdasarkan pencapaian target atau kinerja mereka.

4. Kepemimpinan transformasional: Pemimpin menginspirasi dan memotivasi anggota tim untuk


mencapai tujuan yang lebih besar, seringkali dengan menjadi contoh yang baik dan memacu semangat
tim.

5. Kepemimpinan servan: Fokus pemimpin adalah pada melayani anggota tim dan berusaha
menciptakan kebahagiaan dan perkembangan mereka, dengan tujuan menciptakan lingkungan kerja
yang berkelanjutan.

Pilihan gaya kepemimpinan biasanya disesuaikan dengan situasi, tujuan, dan karakteristik anggota tim,
dan pemimpin bisa menggunakan kombinasi berbagai gaya sesuai kebutuhan.

8. Gaya kepemimpinan situasional adalah pendekatan di mana seorang pemimpin menyesuaikan


gayanya berdasarkan situasi atau kebutuhan spesifik tim atau individu yang dipimpin. Dalam gaya ini,
pemimpin dapat beralih antara beberapa gaya kepemimpinan sesuai dengan tuntutan situasi.

Contoh 1: Dalam situasi krisis di perusahaan, seorang pemimpin bisa mengadopsi gaya kepemimpinan
otoriter dengan mengambil keputusan cepat tanpa banyak keterlibatan tim untuk mengatasi masalah
segera.
Contoh 2: Di saat tim memiliki anggota yang sangat kompeten dan berpengalaman, pemimpin dapat
beralih ke gaya kepemimpinan delegatif, memberi mereka otonomi lebih dalam pengambilan keputusan
dan pelaksanaan tugas.

Anda mungkin juga menyukai