Anda di halaman 1dari 1

Di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, kasus cyberbullying meningkat drastis setiap tahunnya.

Menurut data KPAI, diketahui 1.283 kasus cyberbullying yang dilaporkan pada tahun 2021.
Cyberbullying adalah bentuk perundungan yang dilakukan melalui media digital, seperti media
sosial, pesan singkat, atau email. Cyberbullying dapat berupa pelecehan verbal, ancaman,
penyebaran informasi palsu, atau penyebaran foto atau video yang bersifat memalukan.
Cyberbullying muncul karena dorongan dari berkembangnya media baru yang digunakan untuk
menggambarkan teknologi komunikasi yang menggunakan digitalisasi dan ketersediaannya yang
luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi. Munculnya Cyberbullying merujuk pada
dampak dari teori ekologi media yang dikemukakan oleh Marshall McLuhan pada tahun 1964
mengenai media, teknologi, dan komunikasi serta bagaimana mereka memengaruhi lingkungan
manusia. Sosial media dapat dikategorikan sebagai media baru karena memenuhi semua media
baru yaitu representasi numerik, modularitas, otomatisasi, variabilitas dan transkoding. Sosial
media menggunakan teknologi digital untuk menyimpan dan mendistribusikan konten. Sosial
media tersedia secara luas bagi masyarakat umum. Sosial media dapat digunakan oleh individu
untuk tujuan pribadi. Sosial media memungkinkan pengguna untuk berinteraksi satu sama lain.
Dan sosial media memungkinkan pengguna untuk berbagi informasi.
Persoalan ini akan semakin kompleks apabila akibat dari cyberbullying tersebut dikemudian hari
menyebabkan gangguan psikis pada korban. Maka dengan adanya perlindungan anak yang telah
diterapkan oleh KPAID Jatim dan telah ditentukan regulasinya. KPAI adalah lembaga pemerintah
yang mandiri, pembentukannya berdasarkan pada ketentuan yang ada di dalam UU No. 23 Tahun
2022 dan Kepres No. 77 Tahun 2003. Dalam pelaksanaan tugasnya Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) berfungsi sebagai pengatur kebijakan di area
eksekutif yang mengoordinasikan beragam inisiatif perlindungan terhadap anak yang nantinya
akan dilakukan seluruh stakeholder pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah.
KPAID Jatim menangani kasus seorang siswa SMP di sebuah sekolah di Kabupaten Surabaya yang
berstatus menghina karena orang tua korban berjualan bubur. Dalam kasus ini, korban masih duduk
di bangku SMP. Isu rebutan pacar berujung pada tindakan penghinaan atau cyberbullying. Setelah
itu, salah satu siswa menjadi kesal dan melampiaskan kekesalannya di media sosial. Kebetulan
salah satu teman korban membalas dengan saling fitnah, dan akhirnya orang tua salah satu siswa
tidak setuju.
Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi kasus cyberbullying yang marak terjadi di
Jawa Timur. KPAID Jawa Timur dapat melakukan koordinasi untuk menentukan jenis layanan
yang dilakukannya dengan bekerja sama dengan P2TP2A Kota Surabaya. Kerja sama psikolog ini
terutama bertujuan untuk pendampingan psikologi korban ataupun untuk psikoterapi pada anak
korban cyberbullying. KPAID Jatim berusaha memberikan psikoterapi baik secara formal maupun
INFORMAL. Memberikan pemahaman terhadap pelaku tindak pidana cyberbullying agar
memberikan keterangan yang jelas saat proses koordinasi identifikasi pelaku. Mengadakan
sosialisasi bagi masyarakat Jawa Timur terkait pencegahan tindak pidana cyberbullying.

Anda mungkin juga menyukai