Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN TRANSFER

INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT DAERAH R.A.A TJOKRONEGORO

Jl.Soekarno-Hatta, Purworejo 54171 Telp.(0275)2973040


Email: rsudtjokronegoro@purworejokab.go.id
Website: rsudtjokronegoro.purworejokab.go.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan buku Panduan Transfer. Buku ini disusun dengan
tujuan sebagai panduan dalam pelayanan Transfer di RSUD RA.A.
Tjokronegoro dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang membutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan serta arahan dan dorongan yang berarti sejak dari persiapan
sampai dengan terselesainya buku Panduan Transfer.
Kami menyadari bahwa buku Panduan Transfer ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu sejalan dengan penerapannya, kami
akan terus memonitor, mengevaluasi dan melakukan revisi bila
dibutuhkan pada waktunya.
Semoga buku ini bermanfaat, di pahami dan dapat diaplikasikan
oleh semua pihak dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.

Purworejo, Maret 2020

Penyusun
SAMBUTAN
DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO

Kami menyambut dengan gembira upaya yang telah berhasil


menyusun Buku Panduan Transfer Rumah Sakit RSUD R.A.A.
Tjokronegoro. Buku ini hendaknya digunakan sebagai panduan dan
petunjuk dalam melaksananakan pelayanan kepada masyarakat yang
membutuhkan dan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan.
Harapan kami buku ini dapat dipelajari dan dipahami oleh
seluruh karyawan khususnya di Instalasi Gawat Darurat di RSUD
R.A.A. Tjokronegoro sebelum melaksanakan tugasnya, sehingga
kegiatan pelayanan RSUD R.A.A. Tjokronegoro dapat berjalan dengan
lancar, tertib dan benar.
Tak lupa kami ucapkan selamat dan terima kasih kepada
penyusun yang telah berhasil menyusun Buku Panduan Transfer
Rumah Sakit RSUD R.A.A. Tjokronegoro.
Selamat Bertugas
Purworejo, Maret 2020
Direktur RSUD R.A.A. Tjokronegoro

dr. Tolkha Amaruddin, M.Kes., SpTHT, K-L


Penata Tk.I
NIP : 19750307 200902 1 002
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
KATA SAMBUTAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. FALSAFAH
C. TUJUAN
D. SASARAN
E. DASAR HUKUM
BAB II TRANSFER PASIEN
A. LATAR BELAKANG
B. PENGERTIAN
C. TUJUAN
D. RUANG LINGKUP
E. PENGATURAN TRANSFER
F. KEPUTUSAN MELAKUKAN TRANSFER
G. STABILISASI SEBELUM TRANSFER
H. PENDAMPINGAN PASIEN SELAMA TRANSFER
I. KOMPETENSI DAN PERALATAN
J. PEMANTAUAN OBAT DAN PERALATAN
K. PEMILAHAN METODE TRANSFER
L. ALAT TRANSPORTASI UNTUK TRANSFER PASIEN
M. DOKUMENTASI DAN PENYERAHAN PASIEN
N. KOMUNIKASI DALAM TRANSFER PASIEN
O. AUDIT JAMINAN MUTU
BAB III MONITORING DAN EVALUASI
A. MONITOR
B. EVALUASI
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahirnya paradigma baru dalam pemberian pelayanan pada
pasien atau konsumen merupakan dampak positif. Revolusi
pelayanan dan perubahan konsep bahwa pasien/keluarga sebagai
penerima pelayanan ikut menentukan dalam proses pengobatan
serta tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan dapat
membantu pasien untuk menentukan keputusan.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut
dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai sumber daya, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat sehingga dapat tersedia pelayanan
kesehatan yang efisien, bermutu dan terjangkau. Hal ini
memerlukan komitmen, dukungan, kemauan dan etika disertai
semangat pemberdayaan yang memprioritaskan upaya kesehatan.
Rumah Sakit sebagai tempat perawatan dan pengobatan
merupakan sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para
profesional tentunya melibatkan banyak unit atau bagian yang
saling berkaitan dalam upaya pelayanan kesehatan pasien, yang
dimulai dari pasien datang sampai dipulangkan.Untuk itu rumah
sakit perlu mendisain dan melaksanakan proses penyediaan
pelayanan pasien yang berkelanjutan didalam rumah sakit dan
terkoordinasi dengan para tenaga medis.
Demikian juga Rumah Sakit Umum Daerah R.A.A
Tjokronegoro sebagai salah satu instansi pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan pasien secara paripurna dari kedatangan
pasien hingga dipulangkannya atau perpindahan dari unit ke unit
maupun dilakukan tranfer ke rumah sakit yang mamapu dalam
penanganan lain serta jelas orang yang bertanggung jawab terhadap
pasien selama pasien berada di rumah sakit tidak hanya
memberikan pelayanan langsung tetapi bukti pelayanannya untuk
didokumentasikan.
Bersdasarkan beberapa uraian diatas, maka agar pelayanan
yang berikan kepada masyarakat sesuai dengan yang diharapkan
maka dirasa perlu disusun buku panduan pelayanan di rumah
sakit yang berisi tentang sistem transfer,. Buku panduan yang
merupakan konsep dan prinsip serta gambaran umum ini
diharapkan dapat sebagai acuan bagi para penngolala rumah sakit
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan.

B. Falsafah
Setiap manusia sejak saat pembuahan sampai kematian,
mempunyai citra dan martabat yang mulia sebagai ciptaan Tuhan.
Setiap orang berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal
dan wajib ikut serta dalam usaha memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatannya. Rumah sakit terpanggil untuk berperan serta
dalam upaya memberdayakan masyarakat melalui pendekatan
promotif, prevenrif, kuratif, paliatif dan rehabilitatif yang
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tujuan disusunnya panduan ini adalah agar terwujud suatu
mekanisme kerja yang mengatur secara effektif dan efisien alur
pasien sesuai kebutuhan dan kewenangan medis melalui jalur
rujukan, sehingga dapat mengoptimalkan sumber daya yang
terbatas.
2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai acuan bagi unit-unit kegiatan pelaksana pelayanan
kesehatan dan masyarakat sebagai pengguna jasa rumah
sakit.
b. Sebagai panduan dalam pelaksanaan sistem rujukan
pelayanan kesehatan, baik bagi petugas kesehatan maupun
bagi masyarakat.
c. Menjadi panduan bagi pengelola (manajemen) RSUD R.A.A
Tjokronegoro dalam melaksanakan pelayanan pasien
berkesinambungan.
d. Menjadi acuan bagi RSUD R.A.A Tjokronegoro dalam
penentuan yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan pelayanan pasien.
e. Terwujudnya pelayanana kesehatan yang efektif dan efisien
dalam perencanaan alokasi sumber daya serta produktif
dalam rangka peningkatan kinerja pelayanan kesehatan
rumah sakit sebagai unit pelayanan publik.

D. Sasaran
Sasaran buku pedoman ini di peruntukan bagi semua
praktisi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan di Rumah
sakit Umum Daerah R.A.A Tjokronegoro. Adapun para professional
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Semua Dokter baik dokter umum maupun spesialis
b. Perawat
c. Bidan
d. Dan praktisi lainnya.
e. Pasien dan keluarga
E. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4431).
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4437).
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.
6. Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 2001 tentang Komite
Akreditasi Nasional;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2009 tentang Standar Pelayanan Minimal
di Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
147/Menkes/Per/I/2010 tentang perizinan Rumah Sakit;
BAB II
TRANSFER PASIEN

A. LatarBelakang.
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk
ditransfer. Prinsip transfer adalah memastikan keselamatan dan
keamanan pasien saat menjalani transfer. Transfer pasien dapat
dilakukan intra rumah sakit ataupuna ntar rumah sakit.
Transfer pasien harus dimulai dengan melakukan koordinasi dan
komunikasi pra transportasi, menentukan SDM yang
mendampingi, menyiapkan alat yang diperlukan selama transfer
dan monitoring pasien.
Transfer pasien hanya boleh dilakukan staf medis dan/atau staf
keperawatan yang berkompeten ataupun petugas RS yang sudah
terlatih.

B. Pengertian Transfer.
Transfer Pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan
keruang perawatan atau ruang tindakan lain didalam rumah sakit
(intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit
kerumah sakit yang lain (antar rumah sakit).

C. Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer pasien intra rumah sakit ataupun
antar rumah sakit adalah :
1 . Agar pelayanan transfer dapat dilakukan secara professional
dan berdedikasi tinggi
2. Agar proses transfer berjalan dengan lancar dan aman serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien
serta sesuai prosedur yang telah ditetapkan
D. Ruang Lingkup.
1. Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari :
a. Transfer pasien dari IGD ke ICU, IRNA, Instalasi Kamar
Operasi
b. Transfer pasien dari IRJ ke ICU, IRNA, Instalasi Kamar
Operasi
c. Transfer pasiendari IRNA ke ICU, Instalasi Kamar Operasi
d. Transfer pasiendari ICU ke IRNA, Instalasi Kamar Operasi
e. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRNA, ICU, IGD
f. Transfer pasien dari IGD, IRNA, ICU keInstalasi Radiologi
2. Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari :
a. Transfer pasien dari RSUD Saras Husada kerumah sakit
lain atau sebaliknya .
b. Transfer pasiendari RSUD Saras Husada ke rumah pasien
atau sebaliknya.

E. Pengaturan Transfer.
Sesuai jadwal dinas
F. Keputusan Melakukan Transfer
1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer.
2. Awali dengan pengambilan keputusan transfer, kemudian
lakukan stabilisasi pre transfer dan manajemen transfer
3. Hal ini mencakup tahapan evaluasi, komunikasi .dokumentasi,
pemantauan , penatalaksanaan, penyerahan pasien antar
ruangan dalam rumah sakit maupun ke rumah sakit rujukan /
penerima, dan kembali ke RSUD R.A.A Tjokronegoro
4. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus
dipertimbangkan dengan matang, karena transfer berisiko
mengekpospasien dan personil rumah sakit akan resiko bahaya
tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat
pasien
5. Pertimbangkanresikodankeuntungandilakukan transfer, bila
resikonya lebih besar jangan dilakukan transfer.
6. Dalam transfer pasien di perlukan personil yang
terlatih dan kompeten serta peralatan dan kendaraan
khusus.
7. Pengambilan keputusan harus melibatkan DPJP
8. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan
dokter yang mengambil keputusan,waktu pengambilan
keputusan serta alasan yang mendasari keputusan tersebut
9. Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar
RSUD R.A.A Tjokronegoro :
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik
lebih lanjut
1) Ini merupakan situasi emergensi dimana sangat
diperlukan transfer yang efisien untuk tatalaksana
lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan oleh RSUD
R.A.A Tjokronegoro
2) Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik
sebelum transfer
3) Saat memnhubungui jasa ambulan pasien dapat
dikategorikan sebagai tipe gawat daurat.
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non medis
(misalnya karena ruangan penuh, fasilitas kurang
mendukung, jumlah petugas tidak memadai)
1) Idealnya sebaiknya pasien tidak ditransfer jika bukan
karena kepentingan mereka
2) Terdapat beberapa kondisi dimana permintaan ruang
rawat inap melebihi kapasitas sehingga diputuskanlah
untuk mentransfer pasien ke unit lain atau rumah
sakit lain
3) Pengambilan keputusan haruslah
mempertimbangkan aspek etika, apakah akan
mentransfer pasein stabil yang telah berada / dirawat
di unit intensif rumah sakit atau mentransfer
pasien baru yang membutuhkan perawatan intensif
tetapi kondisinya tidak stabil
4) Saat menghubungi ambulans, pasien ini dapat
dikategorikan sebagai pasien transfer “gawat”.
c. Repatriasi / Pemulangan kembali
1) Transfer hanya boleh dilakukan jika kondisi pasien
telah stabil dan kondisinya dinilai telah cukup baik
oleh dokter DPJP yang merawat
2) Pertimbangan akan resiko dan keuntungan
transfer harus dpikirkan dengan matang dan dicatat
3) Jika telah diputuskan melakukan repratiasi, transfer
pasien ini haruslah menjadi prioritas di rumah
sakit penerima dan biasanya lebih diutamakan
dibandingkan penerimaan pasien elektif di unit
gawat darurat, hal ini juga membantu menjaga
hubungan baik antar rumah sakit
4) Saat menghubungi ambulans, pasien ini
dikategorikan sebagai pasien transfer “elektif’
10. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang
bertanggung jawab / dokter jaga wajib menghubungi
rumahsakit yang dituju
11. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit tim
transfer RSUD R.A.A Tjokronegoro akan menghubungi
rumah sakit yang dituju dan melakukan negosiasi dengan
unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju ubtuk
menerima pasien tersebut, tim RSUD R.A.A Tjokronegoro
harus memastikan tersedianya alat yang memadai di
rumah sakit yang dituju.
12. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya
memungkinkan ) dan keluarga perlunya dilakukan
transfer antar rumah sakit dan mintalah persetujuan
tindakan transfer
13. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam
rekam medis pasien ini, yang meliputi : nama, jabatan
dan detail kontak personil yang membuat kesepakatan
baikdari rumah sakit asal maupun rumah sakit penerima ;
tanggal dan waktu dilakukan komunikasi antar rumah
sakit ; saran-saran / hasil negosiasi dari kedua belah
pihak.
14. Personil tim transfer harus mempunyai kompetensi yang
sesuai, berpengalaman, memiliki peralatan yang memadai,
dapat bekerja sama dengan jas layana ambulans, protokol
rumah sakit, serta pihak-pihak lain yang terkait dam juga
memastikan proses transfer berjalan dengan aman dan
lancar tanpa menggangu pekerjaan lain di rumah sakit yang
merujuk
15. Pusat layanan ambulans harus diberitahu sesegera
mungkin jika keputusan transfer telah diambil. Bahkan
bila waktu pastinya belum ditentukan. Hal ini
memungkinkan layanan ambulan untuk pengerahan
petugas yang lebih efisien

G. Stabilisasi Sebelum Transfer


1. Meskipun berpotensi memberi resiko tambahan terhadap
pasien, transfer pasien yang aman dapat dilakukan bahkan
pada pasien sakit berat / kritis
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien tidak
stabil
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien
akibat akselerasi dan deselerasi selama transfer. Oleh
karena itu hipovolemia harus dikoreksi sebelum transfer
dilakukan
4. Unit / rumah sakit yang dituju harus memastikan adanya
prosedur/ pengaturan pasien transfer yang memadai
5. Perlu waktu hingga beberapa jam muali dari keputusan
diambil sampai pasien di transfer ke unit atau rumah sakit
lain
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer
a. Amankan patensi jalan nafas
b. Terdapat jalur akses vena yang adekuat
c. Pengukuran tekanan darah yang invasif dan
kontinyu merupakan tehnik terbaik untuk memantau
tekanan darah pasien selama proses transfer
d. Pasang kateter urin dan NGT jika diperlukan
e. Pemberian terapi tidak boleh ditunda saat menunggu
pelaksanaan transfer
7. Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran
penanganan segera / resusitasi yang perlu dilakukan
terhadap pasien dengan situasi khusus namun tanggung
jawab tetap pada tim transfer
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan
secara independen menilai kondisi pasien
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus di cek oleh
petugas transfer

H. Pendampingan Pasien Selama Transfer


1. Pasien dengan sakit berat harus didampingi minimal
oleh 2 orang tenaga perawat.
2. Kebutuhan akan tenaga medis / petugas yang
mendampingi tergantung pada kondisi / situasi klinis dari
tiap kasus
3. Sebelum melakukan transfer petugas pendamping harus
paham kondisi pasien dan setiap aspek yang berkaitan
dengan transfer
4. Berikut ini adalah pasien yang tidak memerlukan
dampingan dokter.
a. Pasien yang mampu mempertahankan patensi jalan
nafasnya dengan baik
b. Pasien dengan perintah DNR (Do Not Resucitate).
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen
definitif akut dimana intervensi anestesi tidak akan
mempengaruhi hasilnya
5. Berikut adalah panduan perlu tidaknya dilakukan transfer
berdasarkan tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien
kritis (keputusan harus dibuat oleh dr.icu atau DPJP);
a. Derajat 0
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya diruang
biasa di unit / rumah sakit yang dituju. Biasanya
tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat atau
paramedis
b. Derajat 1
Pasien dengan resiko perburukan kondisi atau pasien
yang sebelumnya di rawat di high care unit; dimana
membutuhkan perawatan diruang biasa dengan saran
dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis;
dapat didampingi perawat, petugas ambulans dan atau
dokter
c. Derajat 2
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi
yang lebih ketat, termasuk penanganan kegagalan 1
sistem organ atau pasca operasi atau pasien yang
sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, trlatih dan
berpengalaman (dokter dan perawat atau paramedis
lainnya)
d. Derajat 3
Pasien yang membutuhkan bantuan nafas
lanjutan dan bantuan nafas dasar dengan
dukungan / bantuan minimal 2 sistem organ,
termasuk pasien-pasien yang membutuhkan
penangan kegagaglan multi organ harus
didampingi oleh petugass yang kompeten,
terlatih dan berpengalaman ( biasanya dr,anestesi
dan perawat ruang Intensif/IGD).
6. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer
harus berkompeten, terlatih dan berpengalaman.
7. Petugas yang mendampingi harus membawa
telephone yang berisi nomer RSUD Saras Husada dan
rumah sakit tujuan.
8. Keselamatan adalah parameter penting selama proses
transfer
I. Kompetensi Pendamping Pasien Dan Peralatan Yang Harus
Dibawa Selama Transfer
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra ruamh sakit
Petugas
Ketrampilan
Pasien pendampin Peralatan dasar
dibutuhkan
yang
(minimal)
g
Derajat 0 Petugas Bantuan hidup
keamana dasar
Derajat Petugas
nn Bantuan hidup
0,5 keamanan dasar
(orang
tua/delir
Derajat
iu m) 1 Perawat/  Bantuan 
petug as hidup
Oksigen 
yang dasar
berpengalam Suction
a n  Pelatihan 
(sesuai tabung gas
dengan  Tiang
kebutuhan
pasien) Pemberian obat- infus portabel
obatan 
Derajat 2 Perawat  Semua  semua

dan ketrampilan peralatan

Petugas diatas, diatas,


keamana ditambah ditambah
n  

Derajat 3 Dokter, Pengalaman2


Standard monitor ekg dan

Perawat
kompetensi dokter monitor portabel
2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
Petugas
Ketrampilan
Pasien pendampin Peralatan dasar
dibutuhkan
yang
(minimal)
g

Derajat 0 Perawat Bantuan hidup Kendaraan HDS


dasar / ambulans
dan petugas
Derajat Perawat
ambulans Bantuan hidup Kendaraan HDS
0,5 (orang dasar / ambulans
tua/deliriu dan petugas
m) ambulans
Derajat 1 Perawat dan Bantuan  Kendaraan
hidup
petugas HDS /
ambulan dasar
s ambulans 
 Pelatihan Oksigen
tabung gas  Suction
 Pemberian 
obat-obatan
 Tiang

Kenal infus portabel


Derajat 2 Dokter,Peraw  Semua  Ambulans
at dan
petugas ketrampilan EMS 
ambulans diatas, ditambah
 Penggunaan semua
alat pernafasan peralatan
 Bantuan diatas,
hidup lanjut ditambah
 

Penggunaan monitor ekg dan


kantong
J. Pemantauan Obat-Obatan Dan Peralatan Selama Transfer
Pasien Kritis
1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis
memerlukan pemantauan selama proses transfer
2. Standard pelayanan / pemantauan selama proses
transfer setidak-tidaknya sama dengan standar RSUD
Saras Husada atau rumah sakit tujuan
3. Peralatan pemantauan harus tersedian dan
berfungsi dengan baik sebelum transfer dilakukan.
Standdard minimal transfer pasien yang baik adalah :
a. Kehadiran petugas yang kompeten selama transfer
b. EKG yang kontinyu
c. Pemantauan tekanan darah
d. Saturasi oksigen
e. Terpasangnya jalur intravena
f. Terkadang diperlukan jalur vena centra
g. Peralatan untuk memantau cardiac output
h. Mempertahankan dan mengamankan jalan nafas
i. Pemantaun temperatur pasine secara terus menerus
4. Pengukuran tekanan darah non invasif intermitten,
snsitif terhadap gerakan dan tidak dapat diandalkan
pada mobil yang bergerak, selain itu juga cukup
menghabiskan baterai monitor
5. Idealnya semua pasien derajat 3 harus dipantau
pengukuran tekanan darah yang invasif selama
transfer (wajib pada pasien cedera otak akut; pasien
denga tekanan darah tidak stabil atau berpotensi
menjadi tidak stabil; pasien dengan inotropik)
6. Pada pasien dengan pemasangan ventilator
lakukan pemantauan suplai oksigen, tekanan
pernafasan dan pengaturan ventilator
7. Tim transfer yang terlibat harus memastikan obat-
obatan yang diperlukan, antara lain :
a. Obat resusitasi dasar
b. Obat sedasi
c. Analgetik
d. Relaksan otot
e. Obat inatropik
8. Hindari pengunaan tiang dengan selang infus yang
terlalu banyak agar akses ke pasien tidak terhalang
dan stabilitas brankart terjaga
9. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus
terpasang dengan baik
10.Petugas transfer harus familiar dengan semua
peralatan di ambulans
11.Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga
dan mata pasine selama transfer
12.Seluruh peralatan harus kokoh, ringan dan tahan
lama
13.Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan
menggunakan baterai
14.Baterai tambahan harus dibawa
15.Monitor portabel harus mempunyai layar yang
jernih dan terang dan dapat memperlihatkan EKG,
saturasi oksigen arteri, pengukuran tekanan
darah, kapnografi dan temperature
16.Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdebgar
keras
17.Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga
terwujudnya suatu proses transfer yang lancar dan
tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi
18.Pasien harus dipantau terus menerus dan dicatat
dalam lembar pemantauan
K. Pemilahan Metode Transfer Antar RS Untuk Pasien Kritis
1. Pemilihan metode transfer harus memperhatikan
komponen penting, antara lain :
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Alur lalulintas
f. Ketersedian
g. Area untuk mendarat ditempat tujuan
h. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien , antara lain
a. Jasa ambulan gawat darurat
1) Siap sedia 24 jam
2) Jalur darat
3) Durabilitas :dengan pertimbangan petugas dan
peralatan yang dibutuhkan dengan lamanya waktu
yang dibutuhkan
L. Alat Transportasi Untuk Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Gunakan ambulan RSUD Saras Husada yang dilengkapi denga
socket listrik, suplai oksigen, monitor dan peralatan lainnya
2. Sebelum melakukan transfer pastikan kebutuhan – kebutuhan
transfer pasien terpenuhi.
3. Standard peralatan di ambulans
a. Suplai oksigen
b. Ventilator
c. Jarum suntik
d. Suction
e. Baterai cadangan
f. Alat penghangat portable
g. Defibrilator
4. Tim transfer dapat memberi sara mengenai kecepatan
amabulans berdsarkan kondisi pasien.
5. Keputusan menggunakan sirene diserahkan kepada supir
ambulans. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang
lancar dan segera dengan akselerasi dan deselerasi yang
minimal
6. Pendampingan oleh polisi perlu dipertimbangkan pada area
yang padat penduduknya
7. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan
sabuk pengaman
8. Jika terdapat kegawat daruratan medis dan pasien
membutuhkan intervensi segera, berhenti di tempat yang aman
dan segera lakukan tindakan
9. jika petugas diperlukan turun dari ambulans, gunakan
pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
M. Dokumentasi Dan Penyerahan Pasien Transfer Antar Rumah Sakit
1. Lakukan pencatatan yang lengkap pada semua tahapan transfer,
meliputi :
a. Detail kondisi pasien
b. Alasan melakukan transfer
c. Nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. Status klinis pre-transfer
e. Detail tanda vital, pemeriksaan fisik dan terapi yang
diberikan selama transfer berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar rumah sakit jejaring
dan diterapkan untuk transfer intra dan antar rumah sakit
3. Rekam medis harus mengandung:
a. Resume singkat mengenai kondisi pasien sebelum, selam dan
sesudah transfer ; termasuk kondis medis yang terkait,
faktor lingkungan dan terapi yang diberikan
b. Data untuk proses audit
c. Tim transfer harus mempunyai salinannya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah
selama transfer, termasuk penundaan transportasi
5. Tim transfer harus mempunyai informasi yang jelas mengenai
lokasi rumah sakit yang dituju sebelum melakukan transfer
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan harus ada serah terima
antara tim transfer dengan pihak rumah sakit penerima
yang akan bertanggung jawab atas perawatan pasien
selanjutnya
7. Proses serah terima pasien harus mencakup pemberian
informasi mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital,
pemeriksaan penunjang, terapi dan kondisi pasien selama
transfer
8. Hasil pemeriksaan penunjang harus didiskripsikan dan di
serahkan kepada rumah sakit penerima
9. Setelah serah terima pasien, tim transfer dibebas tugaskan
dari kewajjiban untuk merawat pasien tersebut
10. Perlu penyediaan jumlah pakaia, sejumlah peralatanyang
dapat dibawa, dan sejumlah uang untukmemfasilitasi tim
transfer kembali
N. Komunikasi Dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus
diberitahu alasan dan transfer dan lokasi dari rumah sakit
tujuan. Berikanlah nomor telepon RS dan tujuan dan
jelaskan cara mencapai RS tersebut
2. Pastikan RS tujuan dapat dan setuju menerima passien
sebelum proses transfer dilakukan
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh DPJP dari
kedua RS untuk mendiskusikan hal-hal yang diperlukan
oleh pasien
4. Untuk kontak selanjutnya tunjuklah 1 orang sebagai
komunikator utama sampai proses transfer selesai:
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat
yang ditunjuk, berikan penjelasan mengenai kondisi
pasien yang dirujuk dan lakukan penyerahan tanggung
jawab kepada perawat yang menggantikan
b. Komunikator utama harus menghubungi layanan
ambulans , jika ingin menggunakan jasanya dan harus
menjadi satu-satunya untuk diskusi selanjutnya antar
rumah sakit dan jasa ambulans
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai
kebutuhan perawatan pasien kepada RS tujuan
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan RS asal dan
tuujuan mengenai penangan medis yang diperlukan dan
terus update perkembangan kondisi pasien.
O. Audit dan Jaminan Mutu
1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan
sumber audit
3. RSUD Saras Husada bertanggung jawab untuk menjaga
berlangsungnya proses pelaporan insidens yang terjadi selama
transfer dengan menggunakan protokol standard RSUD Saras
Husada
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur
BAB III
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Diperlukan adanya pengaturan sistem pelayanan serta
monitoring dari keberhasilan peningkatan mutu pelayanan rujukan
tentunya setelah dilakukan pengaturan prosedur pelayanan melalui
berbagai indikator pelayanan adanya data dan informasi mengenai:
1. Alasan tranfer.
2. Pola tranfer

B. Evaluasi
Pelayanan harus menyelenggarakan evaluasi sedikitnya sekali
dalam satu tahun yang meliputi :
1. Keberhasilan pelayanan kasus tranfer.
2. Ketersediaan dan kelengkapan alat-alat medis yang menunjang
proses tranfer
3. Kualitas dan mutu SDM yang ada
4. Fasilitas umum lainnya
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yan
cepat dan canggih sebagai sumber daya manusia yang dituntut
semakin handal dan profesional dalam melaksanakan pelayanan
transfer. Berbagai pelatihan dan peningkatan ketrampilan untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang optimal. Dengan harapan ke
depan proses rujukan dapat segera ditangani dengan cepat dan
tepat sehingga meningkatkan umur harapan hidup dan menekan
angka kematian serta kecacatan penderita.

B. Saran
Diharapkan pelayanan rujukan semakin ditingkatkan dengan
kerjasama yang baik antar petugas, pengadaan alat-alat medis yang
lengkap, peningkatan kualitas SDM yang berkesinambungan,
pengelolaan sarana dan prasarana penunjang lainnya

Anda mungkin juga menyukai