PENDAHULUAN
1
terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan
motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul
dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang.
Pada Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil ini diharapkan para
Calon Pegawai Negeri Sipil dapat menerapkan atau mengaktualisasikan
nilai-nilai profesi PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang disingkat menjadi ANEKA dan juga
kedudukan dan peran ASN di satuan kerja masing-masing. Dan juga
agenda peran dan kedudukan ASN dalam NKRI.
Bangsa yang sehat bukanlah sekedar bangsa yang bersih dan bebas
dari penyakit baik secara lahiriah maupun batiniah, namun bangsa
tersebut harus dapat pula mempertahankan dan memelihara kesehatan
dari generasi ke generasi.
Penulis mendapatkan penempatan tugas di RSUD Provinsi DR (H.C)
Ir Soekarno kepulauan Bangka Belitung sebagai perawat ahli pertama
yang telah melaksanakan masa orientasi selama kurang lebih dua minggu
di rumah sakit tersebut. Penulis menemukan permasalahan-
permasalahan yang kiranya menjadi tugas yang harus penulis benahi,
adapun masalah yang penulis angkat adalah Masih kurangnya
keramahan perawat diruang poliklinik RSUDP Dr (H.C) Ir. Soekarno.
Sejalan dengan hal tersebut tugas penulis dalam penyusunan laporan
aktualisasai ini adalah memberikan inovasi untuk meminimalisir
permasalahan yang telah terjadi dimana kesadaran perawat dalam
menerapkan senyum,sapa,salam,sopan dan santun masih kurang.
1.2 . Tujuan
Penulis sebagai Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angktan
III diharapkan mampu untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA
2
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi) dan mengetahui kedudukan dan peran profesi ASN dalam NKRI
(manajemen ASN, whole of government, pelayanan publik).
Tujuan dari Aktualisasi ini juga Untuk menjembatani isu yang
diangkat dan menghadirkan solusi dan inovasi serta sebagai proses
habituasi agar menjadi Pegawai Negeri Sipil yang profesional,
berintegritas dan dapat berintegrasi dengan organisasi di semua aspek
dalam melaksanakan tugas sebagai perawat ahli pertama.
Sedangkan manfaat yang didapatkan oleh peserta Pelatihan Dasar
adalah peserta dapat memahami, menginternalisasi dan kemudian
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN dalam melaksanakan tugas dan
fungsi ASN di tempat kerja dan manfaat bagi unit kerja dan organisasi
adalah mendapatkan kontribusi dari peserta Pelatihan Dasar untuk
mencapai tujuan, visi dan misi bersama. Stakeholder juga mendapatkan
manfaat yaitu dapat merasakan inovasi-inovasi dari kegiatan yang
dilaksanakan oleh peserta diklat latsar.
Diharapkan inovasi yang dilakukan dapat meningkatkan kesadaran
perawat dalam menerapkan 5S (senyum,sapa,salam,sopan,santun).
Dengan peningkatan kesadaran perawat tersebut dapat meningkatkan
kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat di poliklinik.
3
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, H. Eko Maulana Ali yang
didampingi Ketua DPRD Kepulauan Bangka Belitung, HM. Munir Saleh
pada tanggal 12 Agustus 2009 melakukan peletakan batu pertama
pembangunan rumah sakit lima lantai. Soft Openingdilakukan pada 7
Desember 2012 dan diberi nama Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
(RSUDP).
Berkaitan dengan perubahan nama rumah sakit yang mengusung nama
Sang Proklamator, pertimbangannya adalah menghargai jasa dan
perjuangan Presiden Republik Indonesia Pertama, Ir. Soekarno yang
pernah diasingkan di Pulau Bangka. Setelah mendapat izin secara tertulis
dari keluarga atau ahli waris yang dalam hal ini Ibu Megawati Soekarno
Putri melalui surat tertulisnya tertanggal 6 Desember 2014, maka
penggunaan nama ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Kepulauan
Bangka Belitung Nomor : 188.44/895.b/RSUDP/2014 Tanggal 31
Desember 2014 tentang Penetapan Nama Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Penggunaan logo RSUD Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO pun telah ditetapkan
melalui Keputusan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor :
188.44/761/RSUDP/2016 Tentang Penetapan Logo Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.(H.C.) Ir. SOEKARNO Tanggal 29 Agustus 2016.
RSUD Dr. (H.C) Ir. SOEKARNO telah mendapatkan izin operasional
rumah sakit dengan Peraturan Bupati Bangka Nomor
441.7/01/OP.RS/BP2TPM/IV/2015 Tanggal 02 April 2015. Setelah melalui
kerja keras dan perjuangan direktur serta semua pihak yang terlibat, maka
akhirnya RSUD Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO, berhasil mendapatkan sertifikat
penetapan Kelas C dari Kementerian Kesehatan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK. 0203/I/0448/2015 tentang
penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
4
Sedangkan dasar hukum dan operasional keberadaan rumah sakit ini
diatur Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 60
tahun 2013 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Alhamdullilah, di tahun 2016 RSUD Dr. (H.C) Ir. SOEKARNO telah
lulus/memperoleh status Akreditasi Program Khusus dan disetujui oleh
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD). Tentu saja ke depan nanti berbagai target
pengembangan dan status akan terus diperjuangkan. Termasuk menjadi
rumah sakit tipe B sebagaimana telah dicanangkan dalam visi dan misi.
5
Jenis Ketenagaan RSUD Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO
Non
No Jenis Tenaga PNS Jumlah
PNS
1 Medis 32 12 44
Paramedis Non
3 58 38 96
Keperawatan
Pada tahun 2016 jumlah keseluruhan tenaga kerja di RSUD Dr.
(H.C.) Ir. SOEKARNO adalah sekitar 437 orang yang terdiri dari 22 dokter
spesialis, 18 dokter umum, 4 dokter gigi, 192 (tenaga perawat dan bidan),
20 tenaga farmasi, 18 tenaga kesehatan masyarakat, 8 tenaga gizi, 7
tenaga terapi fisik, 43 tenaga keteknisan medis dan 105 tenaga non
kesehatan lainnya. Komposisi terbanyak adalah tenaga kesehatan
sebanyak 332 orang dan non kesehatan sebanyak 105 orang.Sumber :
Bagian Kepegawaian RSUD Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO
Adapun perkembangan komposisi tenaga SDM selama 3 tahun
terakhir adalah sebagai berikut :
6
Jenis Ketenagaan Berdasarkan Pendidikan
Tenaga Kesehatan
1 Dokter Spesialis 10 18 22
2 Dokter Spesialis 15 21 18
5 Tenaga Kefarmasian 21 22 20
10 Tenaga Gizi 10 9 9
11 Pasca Sarjana 4 4 4
12 Sarjana 8 8 14
13 Sarjana Muda 29 28 14
7
Jenis Ketenagaan Tahun Tahun Tahun
No
Berdasarkan Pendidikan 2014 2015 2016
14 SLTA 46 53 56
Jumlah 88 94 105
Sumber Data : Bagian Kepegawaian RSUD Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO
Gambaran Umum RSUD Dr. (HC) Ir. SOEKARNO
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. (H. C) Ir. Soekarno Provinsi Kep.
Bangka Belitung Dibangun Sejak Tahun 2009 Menggunakan Dana
Apbd Dan Apbn Dengan Luas Tanah 225.032 M2 Dan Luas Bangunan
30.111 M2.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. (H. C) Ir. Soekarno Provinsi Kep.
Bangka Belitung Terletak Di Jalan Zipur Kawasan Lintas Timur Desa
Air Anyir Kabupaten Bangka. Berjarak Sekitar 18 Km Dari Kota
Pangkalpinang Dan 15 Km Dari Kota Sungailiat Bangka.
Dengan Adanya Pengembangan Pola Regionalisasi Sistem Rujukan
Dalam Wilayah Provinsi, Berdasarkan Sk Dirjen. Buk Nomor
Hk.02.03/I/0363/2015 Tanggal 13 Februari 2015 Serta Peraturan
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 15 Tanggal 12 Februari
2015 Bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Dr. (H. C) Ir. Soekarno
Provinsi Kep. Bangka Belitung Ditetapkan Sebagai Rumah Sakit
Rujukan Provinsi.
8
1.4 VISI, MISI dan TATA NILAI
1.4.1 Visi
1.4.2 Misi
Motto Rumah Sakit Umum Daerah Dr. (HC) Ir. Soekarno adalah :
“ We Proud to Serve”.
9
BAB II
NILAI – NILAI DASAR ANEKA
10
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal
(pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabilitas
horisontal (pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum,
akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. (LAN
RI, 2015:7).
Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus memiliki sikap
tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya. Bofens (dalam LAN RI,
2015:10) menyatakan bahwa akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama
yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Selain itu, menurut LAN RI (2015:11) akuntabilitas memiliki tingkatan
hierarkis. Tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas personal
2. Akuntabilitas individu
3. Akuntabilitas kelompok
4. Akuntabilitas organisasi
5. Akuntabilitas stakeholder
Akuntabilitas memiliki empat dimensi agar memenuhi terwujudnya
sektor publik yang akuntabel, diantaranya sebagai berikut:
11
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality);
2. Akuntabilitas proses (process accountability);
3. Akuntabilitas program (program accountability);
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja yang
akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang
harus diperhatikan, yaitu :
1. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
2. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3. Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4. Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5. Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.
6. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7. Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungankerja,
maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas.
8. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
9. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
12
2.1.2 Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang
kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang berorientasi pada
kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap
pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila
demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya (Widita, 2015).
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.
Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain (LAN RI, 2015:1). Secara politis nasionalisme
berarti pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN
adalah menjalankan kebijakan publik. Kebijakan publik diharapkan
dapatdilakukan dengan integritas tinggi dalam melayani publik sehingga
dalam menjadi pelayan publik yang profesional. ASN adalah aparat
pelaksana yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang
menjadilandasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan. Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala
bentukpelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah,
13
termasuk aparat yang bergerak di bidang perekonomian dalam bentuk
barang dan jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (LAN, 2015:120). Sebagai
pelayan publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk menciptakan
pelayanan yang prima.
Selain profesional dan melayani, ASN juga dituntut harus memiliki
integritas tinggi yang merupakan bagian dari kode etik dan kode etik perilaku
yang telah diatur dalam Undang-Undang ASN. Etika-etika dalam kode etik
tersebut harus diarahkan pada pilihan-pilihan yang benar-benar
mengutamakan kepentingan masyarakat luas.
2.1.3 Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya
perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan
untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut,
Catalano, 1991 (dalam Widita, 2015).
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di
dalam institusi yang adil (LAN, 2015:8). Etika lebih dipahami sebagai refleksi
atas baik atau buruk, benar atau salah yang harus dilakukan atau bagaimana
melakukan kewajiban yang baik atau benar. Dalam kaitannya dengan
pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik (LAN, 2015:6). Integritas publik menuntut para pemimpin
dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-
dimensi peribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko
dalam LAN, 2015:7).
14
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam
suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal
prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis (LAN, 2015:9). Kode etik
profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
yakni sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN;
15
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.
Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan publik yang
bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan relevan,
dimensi modalitas yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, dan netralitas,
serta dimensi tindakan integritas publik (LAN, 2015:11). Ketiga dimensi
tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat menjadi pelayan publik yang
beretika.
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya
kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena
itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki
kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan
bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah
yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang
mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan,
kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan
kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan diterapkannya kode
etik ASN, perilaku pejabat publik harus berubah dari penguasa menjadi
pelayan, dari wewenang menjadi peranan, dan menyadari bahwa jabatan
publik adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan bukan hanya di
dunia namun juga di akhirat.
2.1.4 Komitmen Mutu
LAN RI (2015: 9) menjelaskan bahwa karakteristik utama yang dapat
dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil
kerja, sehingga dapat memberi kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur
dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan
kegiatan.
16
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang
terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI (2015:11) menyatakan bahwa
proses inovasi dapat terjadi secara perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa
juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi salah
satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target.
Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai
target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber
daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
2. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai
hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan
tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana
pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya
pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan
prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan
publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
17
4. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi
harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa
yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah
satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja.Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan
organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam
mengevaluasi kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian Zamit,
2010:11), yaitu:
1. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan
dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap;
4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya;
5. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa
mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan bahkan melampaui
harapannya. Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi,
dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk senantiasa
melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan pelanggan. Bill Creech
(dalam LAN, 2015) memperkenalkan lima pilar dalam manajemen mutu
18
terpadu yaitu produk, proses, organisasi, pemimpin dan komitmen. Kelima
pilar tersebut memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi, sehingga
target mutu dapat diwujudkan bahkan dapat terus ditingkatkan secara
berkelanjutan.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah
mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan. Mutu kerja
aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dewasa ini masih
banyak yang tidak mengindahkan peraturan perundang-undangan.
19
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
3. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi
tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian
yang dimiliki seseorang mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja
secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan
pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan
sesaat.
4. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang
akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan
utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat
terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang
mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
5. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik
demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan
yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista.
6. Kerja Keras
20
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas
dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh
sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
7. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalamgelimang
kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah
ilmu pengetahuan.Ia sadar bahwa mengejarharta tidak akan pernah ada
habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk
mencari harta sebanyak-banyaknya.
8. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir
adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara
tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua
kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang
menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak
memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang
menyimpang.
9. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk
mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada
bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan
dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
21
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual,
dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka
bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus
dipertanggungjawabkan sehingga dapat menjadi benteng kuat untuk anti
korupsi. Tanggung jawab spiritual yang baik akan menghasilkan niat yang
baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu
memiliki semangat untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan
mendapatkan hasil terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
22
kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
b. Pegawai ASN berkedudukan sebagai apartur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus
bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
Selain itu untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini
dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan
ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaga pada
tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan
karir pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat
berwenang yaitu pejabat karir tertinggi. Kedudukan ASN berada di pusat,
daerah dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN merupakan
kesatuan. Kesatuan bagi pegawaiASN sangat penting, mengingat
dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadinya isu
putradaerah yang hampir ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
memberikan pelayanan publik yang profesional da berkualitas.
Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam terjadi dimana-mana
sehingga perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah.
Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN
berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan
yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
23
menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus mengutamakan pelayanan
yang berorientasi pada kepentingan publik
b. Pelayan publik
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.
c. Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan
kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, UUD 1945, negara danpemerintah. ASN senantiasa
menjunung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan
golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelengaraan dan
kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas persatuan dan
kesatuan.
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh
hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi
maupun umum. Dapat diatikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut
atau layak diterima. Agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
dengan baik , dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejateraan
ASN dan akuntabel, maka setiap SN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK
yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN sebagai berikut:
PNS berhak memperoleh:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
24
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU
No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap pegawai ASN
memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 pemerintah juga wajib memberikan perlindungan
berupa:
a. Jaminan kesehatan;
b. Jaminan kecelakaan kerja;
c. Jaminan kematian;
d. Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang
sepatutnya diberikan. Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014
tentang ASN wajib:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan;
25
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa ASN sebagai
profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku.Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.Kode
etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar pegawai ASN.
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
26
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN
27
2. Penerapan Whole of Government (WoG) dalam pelayanan terintegrasi
a. Praktek Whole of Government (WoG)
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik
dari sisi penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah
dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-
level tertentu.
1) Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga
yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Dalam
prakteknya, span of control atau rentang kendali yang rasional akan
sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah
lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah
koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi
dapat dilakukan lebih mudah.
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara
melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status
lembaga stingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan
kelembagaan yang dikoordinasikan.
3) Membangun gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang
dilakukan di luar struktur formal, yang setidaknya tidak permanen.
Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar
sumber daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut
28
sementara dari lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam
proses koordinasi tadi.
4) Koalisi sosial
Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi
antar sektor atau lembaga, tanpa perlu mebentuk pelembagaan
khusus dalam koordinasi.
29
publik yang dikenail dapat didekati oleh pendekatan WoG sebagai
berikut:
a. Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga
masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP, status
kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau penguasaan
atas barang, termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, izin
trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain-lain
b. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk
jasa yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan,
kesehatan, ketenagkerjaan, perhubungan dan lain-lain.
c. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang
yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti jalan, jembatan,
perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan lain-lain.
d. Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan
peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang
mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat dibedakan
dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut :
a. Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola pelayanan publik
yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang
tugas, fungsi dan kewenangannya. Pelayanan merupakan pelayanan
sektoral, yang bisa jadi sifatnya hanya relevan dengan sektor itu, atau
menyangkut pelayanan di sektor lain. WoG dapat dilakukan manakala
pola pelayanan publik ini mempunyai karakter yang sama atau
memiliki keterkaitan antar satu sektor dengan yang lainnya.
b. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara
terpadu pada suatu instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai
30
kwenangan masing-masing. Pola ini memudahkan masyarakat
pengguna izin untuk mengurus permohonan izinnya, walaupun belum
mengurangi jumlah rantai birokrasi izinnya.
c. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara
tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan
wewenang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya yang
bersangkutan. Ini adalah salah satu bentuk kelembagaan WoG yang
lebih utuh, dimana pelayanan publik disatukan dalam satu unit
pelayanan saja, dan rantai izin sudah dipangkas menjadi satu saja.
d. Pola pelayanan terpusat, yaitu pola pelayanan yang dilakukan oleh
suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap
pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang
pelayanan masyarakat yang bersangkutan.
e. Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan elektronik yang
dilakukan menggunakan teknologi infromasi dan komunikasi yang
merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat
elektronik atau daring (online) sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan keinginan dan kapasitas masyarakat pengguna.
4. Nilai-nilai dasar Whole of Government
Praktek WOG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan
seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik berdasarkan nilai-
nilai dasar berikut ini.
a. Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif
dan efisien antar lembaga dalam menjalankan kegiatan
kelembagaan
b. Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar
lembaga sehingga menjadi kesatuan yang utuh
31
c. Sinkronisasi
Sinkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang
berasal dari berbagai sumber, dengan menyingkronkan seluruh
sumber tersebut
d. Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu baik terkait
data/proses di suatu lembaga untuk mengefisienkan waktu, tenaga
dan biaya.
32
dan Tinggi Negara, dan instansi Pemerintah lainnya, baik Pusat maupun
Daerah termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara
dan Badan Usaha Milik Daerah;
4) Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada instansi
Pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada
penerima pelayanan publik;
5) Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah
yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan
peraturan perundang- undangan;
6) Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah
dan badan hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah.
33
2) Facilitating service adalah fasilitas pelayanan tambahan kepada
pelanggan, misalnya terkait dengan pelayanan administrasi
kependudukan (KTP, akta kelahiran, dll), maka pemerintah
menyediakan layanan satu atap atau satu pintu dengan menggunakan
teknologi yang canggih.
b. Jenis barang/jasa
Menurut Savas (1987) membagi barang layanan menjadi 4 (empat)
kelompok:
1. Barang yang digunakan untuk memenuhi kepentingan individu yang
bersifat pribadi. Barang privat (private goods) ini tidak ada konsep
tentang penyediaannya, hukum permintaan dan penawaran sangat
tergantung pada pasar, produsen akan memproduksi sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, dan bersifat terbuka. Oleh sebab itu
penyediaan layanan barang yang bersifat barang privat ini dapat
berlaku hukum pasar, hanya apabila barang privat ini menyangkut
kesejahteraan orang banyak, misalnya beras atau bahan kebutuhan
pokok masyarakat lainnya, maka pemerintah tidak akan membiarkan
berlakunya pasar secara murni. Dengan kata lain apabila pasar
mengalami kegagalan dan demi kesejahteraan, maka perlu
intervensi pemerintah;
2. Jenis barang yang kedua disebut toll goods, yakni barang yang
digunakan atau dikonsumsi bersama-sama dengan persyaratan
apabila menggunakannya harus membayar atau ada biaya
penggunaan, apabila pengguna atau konsumen tidak membayar
maka tidak dapat menggunakannya. Penyediaannya bisa
menggunakan hukum pasar dimana produsen akan menyediakan
permintaan/kebutuhan barang tersebut. Barang seperti ini hampir
sama seperti barang privat, penyediaan barang ini di beberapa negara
disediakan oleh negara dan seringkali menggunakan ukuran
34
pemakaiannya atau dapat dikatakan barang privat tetapi dikonsumsi
bersama-sama;
3. Jenis barang ketiga disebut collective goods, yaitu barang yang
digunakan secara bersama-sama atau kolektif dan penyediaannya
tidak dapat dilakukan dengan melalui mekanisme pasar, karena
barang ini digunakan secara terus menerus dan secara bersama-
sama serta sulit diukur berapa besar penggunaan barang ini untuk
setiap individu. Dalam penggunaan barang ini apabila diukur dari sisi
ekonomi akan muncul pembonceng gratis (free rider) dimana mereka
ikut menggunakan atau menikmati barang tersebut tanpa membayar
dan tanpa kontribusi secara fair. Penyediaan barang ini tidak ada yang
mau menyediakan atau memproduksinya secara sukarela. Oleh
karenanya penyediaan barang ini dilakuan dengan kontribusi secara
kolektif yaitu dengan menggunakan pajak.
4. Jenis barang yang keempat adalah common pool goods, jenis barang
ini memiliki karakteristik dimana yang menggunakan barang ini tidak
ada yang mau membayar, biasanya digunakan/dikonsumsi secara
bersama-sama dan kepemilikan barang ini oleh umum, tidak ada
orang yang mau menyediakan barang ini. Untuk itu pemerintah
melakukan pengaturan terhadap barang ini.
Dalam kenyataannya keempat jenis barang diatas sangat sulit
dibedakan atau dipisahkan masing-masing jenis termasuk barang yang
mana, karena setiap barang tidak murni menjadi salah satu karakteristik
jenis barang yang ada. Setiap barang mempunyai kecenderungan
karakteristik barang yang satu dengan barang yang lain.
c. Pelayanan Prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah "Excellent
Service" yang secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik dan
atau pelayanan yang terbaik. Disebut sangat baik atau terbaik, karena
35
sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh instansi
yang memberikan pelayanan. Apabila instansi pelayanan belum memiliki
standar pelayanan, maka pelayanan disebut sangat baik atau terbaik
atau akan menjadi prima, manakala dapat atau mampu memuaskan
pihak yang dilayani (pelanggan). Jadi pelayanan prima dalam hal ini
sesuai dengan harapan pelanggan. Tentunya agar keprimaan suatu
pelayanan dapat terukur, bagi instansi pemberi pelayanan yang belum
memiliki standar pelayanan, maka perlu membuat standar pelayanan
prima sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang
dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan atau masyarakat serta
memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan dengan Pelayanan
prima kepada masyarakat didasarkan pada tekad bahwa "pelayanan
adalah pemberdayaan". Kalau pada sektor bisnis atau swasta tentunya
pelayanan selalu bertujuan atau berorientasi profile atau keuntungan
perusahaan. Pelayanan prima yang diberikan kepada masyarakat pada
dasarnya tidaklah mencari untung, tetapi memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat secara sangat baik atau terbaik.
Dalam hal memberdayakan masyarakat ini, pelayanan yang
diberikan tidaklah bertujuan selain mencari untung, juga menjadikan
masyarakat justru terbebani atau teberdayakan dengan pelayanan dari
pemerintahan yang diterimanya. Contoh: dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat selama ini masih sering muncul keluhan dari
masyarakat dengan adanya pungutan biaya di luar ketentuan, atau
berbelit-belitnya prosedur serta lamanya pelayanan yang diberikan.
Belum lagi masih ditambah dengan petugas yang kurang ramah
sehingga munculnya sikap, anggapan dan penilaian terhadap
pemerintahan. Misalnya kesan bahwa birokrasi adalah prosedur yang
berbelit-belit dan mempersulit urusan. Adanya korupsi, kolusi dan
36
nepotisme dalam pelayanan sektor publik. Bahkan dalam pelayanan
publik muncul istilah "kalau masih bisa dipersulit, kenapa harus
dipermudah?" Atau kalau kita berurusan dengan pelayanan pemerintah,
mungkin akan ada penawaran dari aparatur pelayannya, "mau lewat
jalan tol atau biasa?". Untuk itu pelayanan prima sektor publik yang
dilakukan oleh pemerintah selain memenuhi kebutuhan hajat hidup
masyarakatnya, sudah barang tentu adalah untuk memberdayakan
bukan memperdayakan.
Jadi dengan demikian perbaikan pelayanan sektor publik jelas
merupakan kebutuhan yang mendesak, bahwa dalam rangka reformasi
administrasi negara, perbaikan pelayanan kepada publik merupakan
kunci keberhasilannya. Pelayanan prima bertujuan memberdayakan
masyarakat, bukan memperdayakan, sehingga akan menumbuhkan
kepercayaan publik atau masyarakat kepada pemerintahannya. Adapun
kepercayaan adalah awal atau modal dari kolaborasi dan partisipasi
masyarakat dalam program-program pembangunan.
Adapun pelayanan prima akan bermanfaat bagi upaya
peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai
pelanggan dan sebagai acuan untuk pengembangan penyusunan
standar pelayanan. Baik pelayan, pelanggan atau stakeholder dalam
kegiatan pelayanan, akan memiliki acuan mengenai mengapa, kapan,
dengan siapa, dimana dan bagaimana pelayanan dilakukan.
2. Nilai-nilai Dasar Pelayanan Publik
Perhatian pemerintah terhadap perbaikan pelayanan kepada
masyarakat, sebenarnya sudah diatur dalam beberapa pedoman, antara
lain adalah Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 yang mengemukakan tentang prinsip-
prinsip pelayanan publik sebagai berikut:
e. Kesederhanaan
37
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan.
f. Kejelasan
i. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
ii. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik;
iii. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
g. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan Publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan.
h. Akurasi
Produk pelayanan Publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
i. Keamanan
Proses dan produk pelayanan Publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
j. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab atas penyelengaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
k. Kelengkapan Sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana
teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
l. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
38
m. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah,
serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
n. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu
yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parker, toilet,
tempat ibadah, dan lain-lain.
39
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
40
9. Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat
berdasarkan hasil observasi tersebut, sesuai batas kemampuannya
Tugas Integrasi
Melaksanakan tugas sebagai pengelola program UKS/UKGS
1. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus
dan upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergiliran
sesuai jadwal dinas.
3. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang rawat.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan,
antara lain melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas izin /persetujuan
atasan.
5. Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
yang tepat dan benar sesuai standar asuhan keperawatan.
6. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan
maupun tertulis, pada saat penggantian dinas
7. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya
sesuai dengan keadaan kebutuhan pasien mengenai Program diet,
Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya, Pentingnya
pemeriksaan ulang di rumah sakit, puskesmas dan institusi kesehatan ini,
Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat, makanan yang bergizi, atau
bahan, pengganti sesuai dengan keadaan sosial ekonomi.
Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat
bertanggung jawab kepada Kepala Ruangan / Kepala Instalasi terhadap hal –
hal sebagai berikut :
41
1. Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai standar.
2. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan
asuhan keperawatan / kegiatan lain yang dilakukan.
Wewenang
1. Meminta asuhan dan petunjuk kepada atasan.
2. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien /keluarga pasien sesuai
kemampuan dan batas kewenangannya.
Berdasarkan hasil pengamatan saya selama bertugas/bekerja, dari
komunikasi dengan mentor, koordinator dan dengan teman sejawat. adanya
beberapa masalah/isu yang terjadi. Adapun isu-isu tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurang ramahnya perawat di ruangan poliklinik Rumah Sakit Umum
daerah Dr. (H.C) Ir. Soekarno Provinsi kep. Bangka Belitung
2. Kurangnya pengetahuan pasien tentang sistem rujukan berjenjang BPJS
kesehatan di RSUD Dr.(H.C) Ir. Soekarno Provinsi Kep.Bangka Belitung.
Dalam rangka akreditasi rumah sakit, salah satu yang menjadi penilaian
adalah Sasaran Keselamatan Pasien ( SKP ) yang tediri dari :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai ( High alert )
4. Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur,tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
42
digunakan juga oleh pemerintah. 6 sararan keselamatan pasien ini
harus diterapkan oleh semua Rumah Sakit yang diakreditasi oleh
Komisi Akreditasi Rumah Sakit ( KARS).
Penulis memandang keramahan dan komunikasi perawat di
ruangan poliklinik perlu ditingkatkan dalam rangka menerapkan
Sasaran Keselamatan pasien point no. 2 ( peningkatan komunikasi
yang efektif ), sehingga pelayanan pasien di poliklinik RSUD Dr.
(H.C) Ir. Soekarno Provinsi Kep.Bangka Belitung dapat
ditingkatkan. Dengan meningkatkan komunikasi yang efektif
diharapkan sasaran keselamatan pasien dapat terpenuhi dan dapat
berkontribusi mendukung akreditasi rumah sakit yang akan
dilakukan dalam waktu dekat.
Identifikasi isu tersebut diinpetarisir ke dalam 3 Prinsip ASN yaitu Manajemen
ASN, Pelayanan Publik dan Whole of Government (WoG). Langkah
selanjutnya adalah mengkonsultasikan isu yang telah teridentifikasi pada
atasan/mentor dan coach untuk kemudian dianalisis sehingga terpilih sebuah
isu utama/CORE ISSUE/Isu yang diangkat.
3.2. Isu yang diangkat
Dari identifikasi isu yang dikemukakan diatas, isu yang akan
diangkat menggunakan Teknik USG. Pengertian USG adalah sebegai
berikut:
URGENCY : seberapa mendesak suatu isu harus
dibahas, dianalisis dan ditindak lanjuti
SERIOUSNESS : seberapa serius suatu isu harus
dibahas dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan
43
ditangani sebagai mana mestinya
TABEL 1
PERUMUSAN ISU DAN PENETAPAN ISU
ISU AKTUAL/MASALAH
NO U S G SKOR PRIORITAS
POKOK
1. Kurang ramahnya perawat diruang
poliklinik RSUD Dr.(H.C) Ir.
4 4 5 13 I
Soekarno Provinsi Kep. Bangka
Belitung
2. Kurangnya pengetahuan pasien
tentang sistem rujukan berjenjang
BPJS kesehatan di RSUD Dr.(H.C) 4 3 4 11 II
Ir. Soekarno Provinsi Kep.Bangka
Belitung
44
4. Kurang tercapainya visi misi RSUD Dr.(H.C) Ir Soekarno Provinsi
Kep.Bangka Belitung
45
dan Penerapan Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI (Manajemen ASN,
WoG dan Pelayanan Publik) sehingga nantinya diharapkan dapat
berkontribusi mendukung terwujudnya visi dan misi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. (H.C) Ir. Soekarno Provinsi Kep.Bangka Belitung dan juga
diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai organisasi Unit Pelaksana Teknis
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. (H.C) Ir. Soekarno Provinsi Kep.Bangka
Belitung.
46
3. Membuat standing banner senyum,sapa,salam,sopan,santun
3.4. Keterkaitan Kegiatan dengan Nilai dasar ANEKA & Kedudukan dan
Peran ASN
Relevansi Penerapan nilai dan Kedudukan dan peran Asn adalah :
1. Pembuatan dan pembagian kuesioner tentang keramahan dan
komunikasi Perawat di poliklinik
a. Menyiapkan peralatan, bahan informasi untuk kuesioner keramahan
dan komunikasi perawat
Output / hasil : Adanya peralatan, bahan informasi untuk membuat
kuesioner.
Akuntabilitas : tanggung jawab
47
Pada tahapan ini saya akan mengaktualisasikan nilai
Akuntabilitas : Tanggung jawab dengan menyiapkan peralatan
seperti laptop dengan penuh Tanggung jawab saya
mempersiapkannya, memeriksa kelengkapan laptop lainnya
dengan teliti. Tahapan ini akan saya lakukan untuk meningkatkan
pelayanan dengan mengaktualisasikan peran ASN sebagai
pelayan publik.
b. Koordinasi dengan Kepala Seksi rawat jalan dan kepala ruangan
poliklinik untuk meminta saran dan persetujuan mengenai isi
kuesioner
Output / hasil : Adanya materi / bahan kuesioner
Nasionalisme : kerjasama
Dalam tahap ini saya akan mengaktualisasikan nilai
Nasionalisme: Kerja sama dengan atasan terkait materi
kuesioner untuk menghasilkan kuesioner yang baik .
Saya juga akan mengaktualisasikan nilai Etika publik : sopan
santun dalam menjalin komunikasi dengan atasan dalam upaya
meminta saran dan persetujuan tentang isi kuesioner.Tahapan
ini akan saya lakukan dengan mengaktualisasikan peran ASN
sebagai pelayan publik.
c. Membuat kuesioner
Output / hasil : Hasil content berupa soft file
Komitmen mutu : Kreatifitas
48
meningkatkan mutu layanan dengan mengaktualisasikan
peran ASN sebagai pelayan publik.
49
2. Pembuatan Leaflet tentang komunikasi
a. Menyiapkan peralatan dan mencari sumber untuk membuat leaflet
komunikasi keperawatan.
Output / hasil : Adanya bahan leaflet untuk dikonsultasikan
kepada atasan
Anti Korupsi : Mandiri
Dalam tahap ini saya akan mengaktualisasikan nilai anti
korupsi : mandiri dalam pembuatan content leaflet yakni dengan
menggunakan laptop pribadi sebagai alat untuk membuat content
leaflet.Tahapan ini akan saya lakukan untuk mengaktualisaikan
peran ASN sebagai pelayan publik.
b. Koordinasi dengan kepala seksi rawat jalan untuk meminta saran
dan persetujuan mengenai content leaflet
Output/ hasil : Surat persetujuan
Etika pubik : Sopan santun
50
saya lakukan untuk menghasilkan leaflet yang baik sebagai upaya
untuk meningkatkan pelayanan dengan mengaktualisasikan peran
ASN sebagai Pelayan publik.
jalan
51
Output / hasil : Lembar persetujuan
Etika publik : Sopan santun
Dalam tahap ini saya akan mengaktualisasikan nilai etika
publik : sopan dan bersikap hormat dalam berkomunikasi
dengan atasan untuk melaporkan hasil desain standing banner
kepada kepala seksi rawat jalan
52
Output / hasil : Foto dokumentasi
Akuntabilitas : Tanggungjawab
Dalam tahap ini saya akan mengaktualisasikan nilai
Akuntabilitas : tanggungjawab untuk memastikan Content
kuesioner dapat dipertanggung jawabkan secara
professional.Tahapan ini akan saya lakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan dengan mengaktualisasikan
peran ASN sebagai pelayan publik.
53
a. Meminta saran dan persetujuan kepala seksi rawat jalan dan
kepala ruangan poliklinik
Output / hasil : Lembar persetujuan
Etika publik : Sopan santun
Dalam tahap ini saya akan mengaktualisasikan nilai Etika publik :
Sopan santun dalam berkomunikasi dengan atasan, meminta
persetujuan untuk memasang kotak saran. Tahapan ini akan saya
lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dengan
mengaktualisasikan peran ASN sebagai pelayan publik.
54
Kegiatan ini saya uraian dalam pelaksanaan Habituasi di
lingkungan Kerja selama 30 hari kerja ( Off Campus), berikut
uraian kegiatan yang akan penulis lakukan :
APRIL MEI
55
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Rancangan Aktualisasi ini berisi rancangan yang akan
diaktualisasikan di RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno khususnya di ruangan
POLIKLINIK. Dalam mengaktualisasikan rancangan ini, penulis ingin
menerapkan nilai-nilai dasar ANEKA untuk meningkatkan keramahan
perawat dalam pelayanan di poliklinik. Selain itu dalam penerapannya
penulis berkerja sama dan berkonsultasi dengan mentor, coach dan
teman sejawat. Diharapkan dari rancangan ini, pengaktualisasikan nilai-
nilai ANEKA dapat terus diterapkan di kegiatan sehari-hari baik ditempat
kerja maupun di lingkungan sekitar kita. Rancangan ini diharapkan bisa
menjadi pemecah masalah yang ada di poliklinik RSUD Dr. (H. C)
Soekarno Provinsi kep. Bangka Belitung dan menjadikan bahan
pertimbangan bagi pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan.
4.2 Saran
Agar aktualisasi ini dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya
maksimal, maka penyusun selalu meminta saran dari teman sejawat,
coach dan mentor. Dan rancangan ini bisa terus dikembangkan dan
ditanamkan oleh para ASN dalam setiap kegiatan terutama dalam proses
pelayanan di poliklinik RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno dapat dilakukan
secara Maksimal.
56
DAFTAR PUSTAKA
LAN. 2015. Kumpulan Modul Pelatihan Dasar Calon PNS ANEKA. PRAJAB
GOLONGAN III
Profil Rumah Sakit DR (H.C) Ir. Soekarno. 2018. Gambar Umum dan Visi
dan Misi Rumah Sakit DR (H.C) Ir. Soekarno
57