Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENGENALAN ALAT BERAT

1.1 Pengertian Alat Berat

Alat berat adalah alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam
melakukan pekrjaan suatu struktur.

1.2 Tujuan Penggunaan Alat Berat

Untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil


yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih
singkat.

1.3 Klasifikasi Fungsional Alat Berat

Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat adalah pembagian alat tersebut
berdasarkan fungsi-fungsi utama alat. Berdasarkan fungsinya alat berat dapat dibagi
atas tujuh fungsi dasar.

1.3.1 Alat Pengolahan Lahan

Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang


harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada lahan
masih terdapat semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat
dilakukan dengan menggunakan dozer.

Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat digunakan scraper.


Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain dozer dapat
digunakan juga motor grader.

1
1.3.2 Alat Penggali

Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Fungsi dari alat ini adalah
untuk menggali, seperti dalam pekerjaan pembuatan basement atau saluran.
Beberapa alat berat digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah front shovel, backhoe, dragline, dan
clamshell.

1.3.3 Alat Pengangkut Material

Pengangkutan material dapat dibagi menjadi pengangkutan horisontal


maupun vertikal. Truk dan wagon termasuk dalam alat pengangkutan
horisontal karena material yang diangkutnya hanya dipindahkan secara
horisontal dari satu tempat ke tempat yang lain. Umumnya alat ini dipakai
untuk pengangkutan material lepas (loose material) dengan jarak tempuh
yang relatif jauh.

Truk maupun wagon memerlukan alat lain yang membantu memuat material
ke dalamnya. Sedangkan crane termasuk di dalam kategori alat
pengangkutan vertikal.

2
1.3.4 Alat Pemindahan Material

Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak di gunakan
sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk menindahkan material dari
satu alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah alat pemindahan
material.

1.3.5 Alat Pemadatan

Pada pekerjaan penimbunan lahan biasanya setelah dilakukan penimbunan


maka pada lahan tersebut perlu dilakukak pemadatan. Hal ini dilakukan untuk
memadatkan permukaan yang rata dan padat.

Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan baik itu jalan tanah dan
jalan dengan pengerasan lentur maupun pengerasan kaku. Yang termasuk
sebagai alat pemadatan adalah tamping roller, pneumatic-tired,
compactor, dan lain-lain.

3
1.3.6 Alat Pemroses Material

Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan
bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk dalam alat ini
adalah crusher. Alat yang dapat mencampur material untuk pembuatan beton
maupun aspal dikategorikan ke dalam alat pemroses material
seperti concrete batch plant dan asphalt mixing plant.

1.3.7 Alat Penempatan Akhir Material

Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya, yaitu untuk


menempatkan material pada tempat telah ditentukan. Ditempat atau lokasi ini
material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi
yang telah di tentukan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah concrete
speader, asphalt paver, motor grader, dan alat pemadat.

4
1.4 Klasifikasi Operasional Alat Berat

Alat-alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu tempat lain
atau tidak dapat digerakan atau statis. Jadi, klasifikasi alat berdasarkan
pergerakannya dapat dibagi atas :

1.4.1 Alat Dengan Penggerak

Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang menerjemahkan hasil
dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau
roda kelabang dan ban karet. Sedangkan belt merupakan alat penggerak
pada conveyor belt Untuk beberapa jenis alat berat
seperti truck, scraper atau motor grader, alat penggeraknya adalah ban karet.
Untuk alat-alat seperti backhoe, alat penggeraknya bisa salah satu dari kedua
jenis di atas.

Umumnya penggunaan ban karet dijadikan pilihan karena alat berat dengan
ban karet mempunyai mobilitas lebih tinggi dari pada alat berat yang
menggunakan crawler. Alat penggerak ban karet juga menjadi pilihan untuk
kondisi permukaan yang baik. Sedangkan pada permukaan tanah yang
lembek, basah atau berpori umumnya digunakan alat berat beroda crawler
Terdapat faktor-faktor yang menjadi dasar pemilihan alat dengan
menggunakan roda ban dan roda crawler.

5
1.4.2 Alat Statis

Alat statis adalah alat berat yang berat yang dalam menjalankan fungsinya
tidak berpindah tempat. Yang termasuk dalam kategori ini
adalah tower crane, dan batching plant baik untuk beton maupun untuk aspal
serta crusher plant.

6
BAB II
PEMBIAYAAN ALAT BERAT

2.1 Sumber Alat Berat

2.1.1 Alat Berat Yang Dibeli

Kontraktor dapat saja membeli alat berat. Keuntungan dari pebelian ini
adalah biaya pemakaian per jam yang sangat kecil jika alat tersebut
digunakan secara optimal. Dilihat dari segi keuntungan perusahaan,
kepemilikan alat berat merupakan suatu faktor yang penting karena kadang-
kadang pemilik proyek melihat kemampuan suatu kontraktor berdasarkan
alat yang dimilikinya.

2.1.2 Alat Berat Yang Disewa-Beli

Alat dapat disewa dari perusahaan penyewaan alat berat. Sewa-beli alat
umumnya dilakukan jika pemakaian alat berat tersebut berlangsung dalam
jangka waktu yang lama. Sewa-beli maksudnya adalah karena jangka waktu
penyewaan yang lama maka pada akhir jasa penyewaan alat tersebut dapat
dibeli oleh pihak penyewa. Biaya pemakaian umumnya lebih tinggi daripada
memiliki alat tersebut, namun terhindar dari resiko biaya kepemilikan alat
berat.

2.1.3 Alat Berat Yang Disewa

Perbedaan dari alat berat yang disewa dengan disewa-beli adalah dari
lamanya penyewaan. Alat berat yang disewa umumnya dalam jangka waktu
yang tidak lama. Biaya pemakaian alat berat sewa adalah yang tertinggi,
akan tetapi tidak akan berlangsung lama karena penyewaan dilakukan pada
waktu yang singkat.

2.2 Biaya Kepemilikan Alat Berat

Biaya kepemilikan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli suatu
alat berat. Biaya kepemilikan memiliki beberapa komponen, yaitu :

1. Biaya untuk pembelian.


2. Biaya bunga (jika pembelian dengan pinjaman).
3. Pajak.
4. Asuransi.
5. Biaya penyimpanan.

7
6. Pemeliharaan.
7. Depresiasi alat (penurunan nilai akibat kerusakan, keausan alat, umur
alat dan harga pasar).

2.2.1 Depresiasi

Depresiasi adalah penurunan nilai alat yang dikarenakan adanya kerusakan,


pengurangan, dan harga pasaran alat. Perhitungan depresiasi diperlukan
untuk mengetahui nilai alat setelah pemakaian alat tersebut selama suatu
masa tertentu. Selain itu bagi pemilik alat, dengan mengitung depresiasi alat
tersebut maka pemilik dapat memperitungkan modal yang akan dikeluarkan
di masa alat suda tidak dapat digunakan dan alat baru arus dibeli.

Dalam pelaksanaannya depresiasi juga dipakai untuk mengitung biaya


perawatan alat berat. Ada beberapa cara yang dipakai untuk menghitung
depresiasi alat berat. cara tersebut adala sebagai berikut:

2.2.1.1 Metode Garis Lurus (Straigt Line Method)


Metode ini merupakan metode termudah dalam perhitungan
depresiasi. Hampir semua perhitungan depresiasi menggunakan
metode ini. Untuk menghitung depresiasi per tahun digunakan rumus
berikut:

Dengan :

Dk = Depresiasi Per Tahun


P = Harga Beli
F = Nilai Sisa
n = Umur Ekonomis Alat

Dk merupakan depresiasi per tahun yang tergantung pada arga alat


pada saat pembelian (P, present value), nilai sisa alat (F, future value).
Nilai Dk pada metode ini selalu konstan. Nilai buku (B, book value)
dari alat dihitung dengan rumus:

Bk = Bk-1 - Dk
Contoh 1:

8
Suatu alat berat dibeli dengan harga 500 juta rupiah dengan perkiraan
nilai sisa 75 juta rupiah. Alat tersebut mempunyai umur ekonomis 5
tahun. Hitunglah nilai alat tersebut pada kisaran umur ekonomis alat
berat tersebut!

 Depresiasi per tahun

 Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah:

K Bk-1 (Rp) Dk (Rp) Bk(Rp)

0 0 0 500.000.000

1 500.000.000 85.000.000 415.000.000

2 415.000.000 85.000.000 330.000.000

3 330.000.000 85.000.000 245.000.000

4 245.000.000 85.000.000 160.000.000

5 160.000.000 85.000.000 75.000.000

2.2.1.2 Metode Penjumlaan Tahun (Sum of the Years Method)


Metode ini merupakan metode percepatan sehingga nila
depresiasinya akan lebih besar daripada depresiasi yang dihitung
dengan metode garis lurus. Pertama kali yang harus dihitung adalah
nilai SOY (Sum of Years) dengan menggunakan rumus:

 Depresiasi tahunan dihitung dengan rumus :

 Nilai buku pada akhir tahun ke-k dihitung dengan rumus :

9
Contoh 2:

Soal pada contoh 1, hitunglah depresiasi dengan metode penjumlahan


tahun!
Pembahasan:

Bk=2 = Bk=1 - Dk=2


= 358.333.333 -113.333.333 = Rp245.000.000

Dst……..

Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah:

10
K Dk (Rp) Bk(Rp)

0 0 500.000.000

1 141.666.667 358.333.333

2 113.333.333 245.000.000

3 85.000.000 160.000.000

4 56.666.667 103.333.333

5 28.333.333 75.000.000

2.2.1.3 Metode Penurunan Seimbang (Declining Balance Method)


Metode ini menghitung depresiasi per tahun dengan mengalikan nilai
buku pada akhir tahun dengan suatu factor. Nilai depresiasi dengan
cara ini lebih besar Daripada dengan dua metode sebelumnya. Factor
percepatan (R) tersebut berkisar abtara 1,25 per umur alat sampai
2,00 per umur alat. Metode ini disebut sebagai metode penurunan
seimbang ganda (double declining-balance method).

 Depresiasi tahunan dengan metode ini dihitung dengan rumus:

k-1
Dk = R(1-R) xP

 Pada awal umur alat, nilai buku dengan metode ini berkurang
dengan cepat. Nilai buku akhit tahun ke-k dihitung dengan
rumus:

k
Bk = (1-R) x P

 Pada perhitungan depresiasi dengan metode ini tidak


memperhitungkan nilai sisa alat.Akan tetapi pada akhir
perhitungan nilai buku tidak boleh kurang dari perkiraan nilai
sisa alat.

11
Contoh 3:

Soal pada contoh 1, hitunglah depresiasi dengan metode penurunan


seimbang ganda!

Pembahasan:

 Factor percepatan ditetapkan antara 1,25 sampai dengan 2,00,


apabila ditetapkan 2,00 diperoleh

Dk = R(1-R)k-1 x P
Dk=1 = 0,4(1-0,4)k=1-1 x 500.000.000
= Rp200.000.000

Dk=2 = 0,4(1-0,4)k=2-1 x 500.000.000


= Rp120.000.000
Dst………

Bk = (1-R)k x P
Bk=1 = (1-0,4)1 x 500.000.000 = Rp300.000.000
Bk=2 = (1-0,4)2 x 500.000.000 = Rp180.000.000
Dst……..

Secara sederhana, untuk menentukan nilai buku ke-k tahun, dapat


dilakukan dengan rumus:
Bk = Bk-1 - Dk >> Bk=0 = harga awal pembelian (P)
- Bk=1 = Bk=0 - Dk=1
= 500.000.000 -200.000.000 = Rp300.000.000
- Bk=2 = Bk=1 - Dk=2
= 300.000.000 -120.000.000 = Rp180.000.000
- Dst……..

12
Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah:

K Dk (Rp) Bk(Rp)

0 0 500.000.000

1 200.000.000 300.000.000

2 120.000.000 180.000.000

3 72.000.000 108.000.000

4 33.000.000 75.000.000

5 0 75.000.000

Keterangan :

- Pada tahun keempat dengan menggunakan metode penurunan


seimbang didapat nilai buku yang kurang dari perkiraan nilai sisa,
pada tahun tersebut sebenarnya diperoleh Dk = Rp43.200.000
sehingga nilai buku menjadi kurang dari Rp75.000.000. Dengan
demikian depresiasi yang diperbolehkan adalah Rp33.000.000 agar
diperoleh nilai buku = nilai sisa.
- Pada tahun kelima, untuk menjaga nilai buku tetao seperti perkiraan
nilai sisa maka depresiasinya adalah 0.

Dari penggunaan ketiga metode di atas untuk perhitungan depresiasi,


diperoleh perbandingan sebagai berikut:

Umur Nilai Buku (Rp)


alat (n)
Metode Garis lurus Penjumlahan Tahun Penurunan Seimbang

0 500.000.000 500.000.000 500.000.000

1 415.000.000 358.333.333 300.000.000

2 330.000.000 245.000.000 180.000.000

3 245.000.000 160.000.000 108.000.000

4 160.000.000 103.333.333 75.000.000

5 75.000.000 75.000.000 75.000.000

13
2.2.1.4 Metode Perhitungan Biaya Kepemilikan
Perhitungan biaya kepemilikan per tahun dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan memperhitungkan bunga dan tanpa memperhitungkan
bunga. Biaya kepemilikan per tahun ditentukan dengan rumus:

 Dengan memperhitungkan bunga

Tidak memperhitungkan nilai sisa


- Nilai suku bunga ditentukan dari koefisien suku bunga yang
telah ada (table suku bunga)
A = P (A/P,i,n) >> i = persen bunga, n = umur alat.
- Nilai suku bunga tidak ditentukan dari koefisien suku bunga
yang telah ada (table suku bunga)

Dengan memperhitungkan nilai sisa


- Nilai suku bunga ditentukan dari koefisien suku bunga yang
telah ada (table suku bunga)
A = P (A/P,i,n) – F (A/F,i,n) >> i = persen bunga, n = umur alat.
- Nilai suku bunga tidak ditentukan dari koefisien suku bunga
yang telah ada (table suku bunga)

14
 Tanpa memperhitungkan bunga

Perhitungan biaya kepemilikan rata-rata tanpa memperhitungkan


bunga ditentukan dengan rumus:

15
BAB III
PERHITUNGAN SEWA ALAT BERAT

3.1 Menghitung Biaya Sewa Peralatan

Biaya pemilikan alat adalah biaya untuk pemilikan kembali yang ditetapkan
sebagai biaya penyusutan dan biaya pembayaran bunga atas nilai modal peralatan.
Pengembalian modal dan bunga, setiap tahun dihitung. Cara perhitungan yang
umum dipakai adalah metode garis sebaga berikut :

( B−C ) x D+ F
G=
W

G = Biaya pemilikan (biaya pasti) per jam.


B = Harga alat setempat.
C = Nilai sisa (‘Salvage Value’ sebesar 10%), yaitu nilai/harga dari
peralatan yang bersangkutan setelah umur ekonomisnya berakhir.
D = Faktor pengembalian modal dan factor angsuran, biasa disebut C.R.F.
F = Biaya asuransi, pajak dan lain-lain per tahun
Besarnya nilai ini biasanya diambil sebesar 2 permil dari ‘initial cost’
atau 2 permil dari sisa alat.
= 0,002 x B atau = 0,02 x C
W = Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun.

Biaya pemilikan atau biaya pengembalian modal per jam dapat pula
menggunakan formula sebagai berikut :

Harga alat
x 0 , 9 x CRF
waktu pengoperasian
( jam per tahun)

Persamaan menghitung CRF

i x ( 1+i ) A
D(C . R . F)= A
( 1+i ) −1

i = Bunga tiap tahun.


B = Umur pemakaian dalam tahun (umur ekonomis).

Nilai C.R.F. (D) berdasarkan bunga pinjaman

16
Nilai n (Umur Factor Biaya Pengembalian Modal
Pemakaian) 10 % 12,5 % 15 %
Umur 12 Tahun 0,14676 0,16519 0,18448
Umur 11 Tahun 0,15396 0,17211 0,19107
Umur 10 Tahun 0,16275 0,18062 0,19925
Umur 9 Tahun 0,17364 0,19126 0,20957
Umur 8 Tahun 0,18744 0,20483 0,22285
Umur 7 Tahun 0,20541 0,22260 0,24036
Umur 6 Tahun 0,22961 0,23668 0,26424
Umur 5 Tahun 0,26300 0,28085 0,29832
Umur 4 Tahun 0,31547 0,33271 0,35027
Umur 3 Tahun 0,402111 0,41993 0,43479
Umur 2 Tahun 0,57619 0,59559 0,61512
Umur 1 Tahun 0,100000 0,12500 0,15000

Informasi Umum Aturan Sewa


 Jam kerja efektif (7 – 8 jam)
 Asuransi, Pajak, dsb. Untuk peralatan (0,0015 –
0,0025 x harga pokok alat)
 Tingkat suku bunga investasi alat (sesuai denga suku
bunga pinjaman yang berlaku)
 Biaya umum dan keuntungan (10% - 15% dari biaya
langsung)

17
BAB IV
DASAR-DASAR PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

4.1 Sifat-Sifat Dan Jenis Tanah

Material yang ada di alam umumnya tidak homogeny, tetapi merupakan


material campuran. Material juga bervariasi dari jenis material yang berpori sampai
yang padat. Dengan keadaan yang bervariasi seperti ini maka pada saat melakukan
pemilihan alat berat yang akan dipakai di dalam proyek konstruksi otomatis jenis
material di lapangan dan material yang akan dipakai merupakan hal yang perlu
diperhatikan.

Material di suatu tempat atau ditempat asalnya disebut dengan material asli
atau bank material. Bila suatu bagian dari material akan dipindahkan maka volume
material yang dipindahkan tersebut berubah menjadi lebih besar daripada volume
material di tempat asalnya. Material yang telah dipindahkan tersebut disebut material
lepas atau loose material. Demikian pula jika material yang telah dipindahkan
tersebut kemudian dipadatkan maka volume material akan menyusut. Material yang
telah dipadatkan disebut sebagai material padat atau compacted material. Hampir
seluruh material yang telah dipadatkan mempunyai volume yang lebih kecil daripada
volume tanah asli. Hal ini disebabkan karena pemadatan dapat menghilangkan atau
memperkecil ruang atau pori di antara butiran material. Akan tetapi batuan pecah
mempunyai bank volume yang hampir sama dengan compacted volume. Pasir dan
lempung padat tertentu bahkan mempunyai compacted volume lebih besar
daripada bank volume.

Volume tanah asli biasanya diberi satuan bank cubic meters (bcm) atau bank
cubic yards (bcy). Material yang dipindahkan (loose material) diberi satual loose
cubic meters (lcm) atau loose cubic yards (lcy). Sedangkan material yang telah
dipadatkan volumenya diberi satuan compacted cubic meters (ccm) atau compacted
cubic yards (ccy).

18
4.2 Hubungan Tanah Asli Dengan Tanah Lepas

Hubungan kondisi tanah asli dengan kondisi tanah lepas ditentukan oleh
factor pemuatan atau load factor (LF) dan persentase pengembangan atau swell
percentage (Sw). LF sangat bermanfaat dalam perhitungan volume material yang
akan diangkut dari suatu tempat misalnya quarry. Rumus yang dipakai adalah:

Sementara itu, hubungan antara kondisi tanah asli dengan tanah dipadatkan
ditentukan oleh factor penyusutan atau shrinkage factor (SF) dan persentase
penyusutan atau shrinkage percentage (Sh), rumus yang menghubungkan kedua
kondisi ini adalah:

19
Nilai Sw dan LF untuk beberapa jenis tanah
(Sumber: Construction Planning, Equipment and Methods, 1996)

Persentase Mengembang
Jenis Tanah Faktor Pemuatan (LF)
(%)

Lempung kering 35 0,74

Lempung basah 35 0,74

Tanah kering 25 0,80

Tanah basah 25 0,80

Tanah dan kerikil 20 0,83

Kerikil kering 12 0,89

Kerikil basah 14 0,88

Batu kapur 60 0,63

Batu hasil peledakan 60 0,63

Pasir kering 15 0,87

Pasir basah 15 0,87

Batuan sedimen 40 0,71

4.3 Waktu Siklus

Siklus kerja dalam pemindahan material merupakan suatu kegiatan yang


dilakukan berulang. Pekerjaan utama di dalam kegiatan tersebut adalah menggali,
memuat, memindahkan, membongkar muatan, dan kembali ke kegiatan awal.
Semua kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh satu alat atau oleh beberapa alat.

Waktu yang diperlukan di dalam siklus kegiatan di atas disebut waktu siklus
atau cycle time(CT). waktu siklus terdiri dari beberapa unsur. Pertama adalah waktu
muat atau loading time (LT). waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh
suatu alat untuk memuat material ke dalam alat pengangkut sesuai dengan
kapasitas alat angkut tersebut. Nilai LT dapat ditentukan walaupuun tergantung dari
jenis tanah, ukuran unit pengangkut (blade, bowl, bucket, dst), metode dalam
pemuatan, dan efisiensi alat.

Unsure kedua adalah waktu angkut atau hauling time (HT). waktu angkut
merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk bergerak dari tempat
pemuatan ke tempat pembongkaran. Waktu angkut tergantung dari jarak angkut,

20
kondisi jalan, tenaga alat, dan lain-lain. Pada saat alat kembali ke tempat pemuatan
maka waktu yang diperlukan untuk kembali disebut waktu kembali atau return
time (RT). Waktu kembali lebih singkat daripada waktu berangkat karena kendaraan
dalam keadaan kosong.

Unsure ketiga adalah waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga
merupakan unsure penting dari siklus waktu. Waktu ini tergantung dari jenis tanah,
jenis alat, dan metode yang dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian yang
terkecil dari waktu siklus.

Unsure yang terakhir adalah waktu tunggu atau spotting time (ST). pada saat
alat kembali ke tempat pemuatan adakalanya alat tersebut perlu antri dan menunggu
sampai alat diisi kembali. Saat mengantri dan menunggu ini yang diisebut waktu
tunggu. Dengan demikian:

CT = LT + HT + DT + RT + ST

4.4 Efisiensi Alat

Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat


factor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu efisiensi alat. Bagaimana
efektivitas alat tersebut bekerja tergantung dari beberapa hal yaitu:

1) Kemampuan operator pemakai alat


2) Pemilihan dan pemeliharaan alat
3) Perencanaan dan pengaturan letak alat
4) Topografi dan volume pekerjaan
5) Kondisi cuaca
6) Metode pelaksanaan alat

Cara yang paling umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat adalah
dengan mengitung berapa menit alat tersebut bekerja secara efektif dalam satu jam.
Contohnya jika dalam satu jam waktu efektif alat bekerja adalah 45 menit, dapat
dikatakan efisiensi alat adalah 45/60 atau 0,75.

21
4.5 Produktivitas Dan Durasi Pekerjaan

Dalam menentukan durasi suatu pekerjaan maka hal-hal yang perlu


diketahui adalah volume pekerjaan dan produktivitas alat tersebut. Produktivitas alat
tergantung pada kapasitas dan waktu siklus alat. Untuk mencari produktivitas alat,
digunakan rumus berikut:

Produktivitas = kapasitas / CT

Umumnya waktu siklus alat ditetapkan dalam menit sedangkan produktivitas


alat dihitung dalam produksi/ jam. Jika factor efisiensi alat dimasukkan maka rumus
di atas menjadi:

Produktivitas = (kapasitas x 60 x efisiensi) / CT

Pada umumnya dalam suatu pekerjaan terdapat lebih dari satu jenis alat
yang dipakai. Sebagai contoh pekerjaan penggalian dan pemindahan tanah.
Umumnya alat yang dipakai adalah excavator untuk menggali, loader untuk
memindahkan hasil galian ke dalam bak truck, dan truck dedigunakan untuk
pemindahahan tanah. Karena ketiga jenis contoh alat tersebut mempunyai
produktivitas yang berbeda-beda, maka perlu diperhitungkan jumlah masing-masing
alat. Jumlah alat perlu diperhitungkan untuk mempersingkat durasi pekerjaan. Salah
satu cara menghitung jumlah alat adalah sebagai berikut:

1) Tentukan alat mana yang mempunyai produktivitas terrbesar


2) Asumsikan alat dengan produktivitas terbesar berjumlah satu
3) Hitung jumlah alat jenis lainnya dengan selalu berpatokan pada alat dengan
produktivitas paling besar.
4) Untuk menghitung jumlah alat-alat lainnya maka gunakan rumus berilkut:
Jumlah alat1 = produktivitas terbesar/ produktivitas alat1

Setelah jumlah masing-masing alat diketahui maka selanjutnya perlu dihitung


durasi pekerjaan alat-alat tersebut. Salah satu caranya dengan menentukan berapa
produktivitas total alat setelah dikalikan jumlahnya. Kemudian dengan menggunakan
produktivitas total terkecil maka lama pekerjaan dapat dicari dengan rumus berikut:

Durasi =volume pekerjaan/ produktivitas alat terkecil

22
BAB V
ALAT GALI (EXCAVATOR)

5.1 Jenis-Jenis Alat Gali

Yang termasuk didalam alat gali adalah antaranya backhoe, power shovel,
atau juga dikenal sebagai front shovel, dragline, dan clamshell. Backhoe dan power
shovel juga disebut alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis.
Alat-alat penggali ini mempunyai as diantara alat penggeraknya dan badan mesin
sehingga alat berat tersebut dapat melakukan gerakan memutar walaupun tidak ada
gerakan pada alat penggerak.

5.1.1 Alat Penggali Hidrolis

Karakteristik penting dari hydraulic excavator adalah pada umumnya


menggunakan tenaga diesel engine dan full hydraulic system. Excavating
operation paling efisien adalah menggunakan metode heel and toe (ujung
dan pangkal), mulai dari atas permukaan sampai ke bagian bawah. Power
shovel dan backhoe adalah alat berat yang termasuk dalam alat penggali
hidrolis yang dipasangkan bucket di depannya, dimana backhoe menggali
material yang berada dibawah permukaan tempat alat tersebut berada,
sedangkan front shovel menggali material dipermukaan tempat alat tersebut
berada.

5.1.1.1 Front Shovel

23
Front shovel adalah alat yang digunakan untuk menggali material
dipermukaan tempat alat tersebut berada. Kapasitas bucket
tergantung dari jenis material. Oleh sebab itu ada factor koreksi
didalam menentukan kapasitas bucket. Factor koreksi tersebut
dikalikan dengan kapasitas bucket (heaped capacity).

Faktor koreksi (BFF) untuk alat gali

Material BFF (%)

Tanah dan tanah organic 80-110

Pasir dan kerikil 90-100

Lempung keras 65-95

Lempung basah 50-90

Batuan dengan peledakan buruk 40-70

Batuan dengan peledakan baik 70-90

Faktor penggali untuk ketinggian penggalian dan sudut putaran

Persentase
Sudut putaran
kedalaman
optimumu 45º 60º 75º 90º 120º 150º 180º
40 0,93 0,89 0,85 0,80 0,72 0,65 0,59
60 1,10 1,03 0,96 0,91 0,81 0,73 0,66

80 1,22 1,12 1,04 0,98 0,86 0,77 0,69


100 1,26 1,16 1,07 1,00 0,88 0,79 0,71

120 1,20 1,11 1,03 0,97 0,86 0,77 0,70

140 1,12 1,04 0,97 0,91 0,81 0,73 0,66

160 1,03 0,96 0,90 0,85 0,75 0,67 0,62

5.1.1.2 Backhoe

24
Backhoe merupakan alat berat yang memiliki fungsi untuk menggali
material yang berada dibawah permukaan dimana alat tersebut
berada. Backhoe merupakan alat gali dengan sistem hidrolis
dimana bucket digerakkan secara hidrolis. Untuk menentukan
jenis backhoe yang akan digunakan maka harus lebih dahulu
mengetahui produktivitas backhoe agar penyelesaian penggalian
sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Waktu siklus backhoe beroda crawler (menit)

Ukuran Alat
Jenis Material 3
< 0,76 m 0,94 – 1,72 m3 > 1,72 m3
Kerikil, pasir, tanah organic 0,24 0,30 0,40
Tanah, lempung lunak 0,30 0,375 0,50
Batuan,lempung keras 0,375 0,462 0,60

Faktor koreksi untuk kedalaman dan sudut putar

25
Kedalaman
Sudut Putar (º)
penggalian
(% dari maks) 45 60 75 90 120 180
30 1,33 1,26 1,21 1,15 1,08 0,95
50 1,28 1,21 1,16 1,10 1,03 0,91
70 1,16 1,10 1,05 1,00 0,94 0,83
90 1,04 1,00 0,95 0,90 0,85 0,75

Contoh soal:

Backhoe digunakan untuk melakukan penggalian lempung


kerikil, alat mempunyai kapasitas 1,6 m3. Rata-rata kedalaman
penggalian adalah 6 m dengan maksimum kedalaman penggalian
adalah 7 m. sudut putar alat adalah 75º. Berapa produktivitas alat jika
efisiensi adalah 50 menit/jam?

Penyelsaian:
BFF untuk kerikil adalah 90-100%, gunakan 95%
Waktu siklus (table 2.7) adalah 0,30 menit
Persentase kedalaman = 6 m/7 m = 0,86 = 86% S = 1,05
Produktivitas backhoe :
P = 266 m3 / jam

26
5.1.2 Dragline

Dragline adalah alat gali yang dipakai untuk menggali material yang
letaknya lebih tinggi dari pemukaan tempat alat tersebut berada
dengan jangkauan yang lebih jauh dari alat-alat gali lainnya. Alat dasar
dari dragline adalah bucket yang dipasangkan pada boom. Panjang
boom dari dragline sama seperti crane akan tetapi lebih panjang dari
boom alat gali lainnya.

5.1.3 Clam Shell

Clamshell digunakan untuk penggalian tanah lepas seperti pasir,


kerikil, batuan pecah, dan lain-lain. Clamsheel mengangkat material
secara vertical. Ukuran bucket pada clamshell bervariasi antara ringan
sampai berat. Bucket yang ringan umumnya digunakan untuk
memindahkan metarial, sedangkan bucket yang berukuran berat
digunakan untuk menggali. Pada bucket yang berukuran berat
umumnya dipasangkan gigi yang membantu alat dalam menggali
material.

27
BAB VI
ALAT DORONG (DOZER)

6.1 Pengertian Dozer

Dozer adalah suatu alat berat yang mempunyai roda rantai (track shoe) untuk
pekerjaan serbaguna yang memiliki kemampuan traksi yang tinggi. Bisa digunakan
untuk menggali (digging), mendorong (pushing), menggusur meratakan (spreading),
menarik beban, menimbun (filling), dan banyak lagi. Mampu beroperasi di daerah
yang lunak sampai daerah yang keras sekalipun. Dengan swamp dozer untuk
daerah yang sangat lunak, dan daerah yang sangat keras perlu dibantu dengan
ripper (alat garu), atau dengan blasting (peledakan dengan tujuan pemecahan pada
ukuran tertentu). Mampu beroperasi pada daerah yang miring dengan sudut
kemiringan tertentu, berbukit, apalagi didaerah yang rata.

6.1.1 Bulldozer

Karakteristik penting dari hydraulic excavator adalah pada umumnya


menggunakan tenaga diesel engine dan full hydraulic system. Excavating
operation paling efisien adalah menggunakan metode heel and toe (ujung
dan pangkal), mulai dari atas permukaan sampai ke bagian bawah. Power
shovel dan backhoe adalah alat berat yang termasuk dalam alat penggali
hidrolis yang dipasangkan bucket di depannya, dimana backhoe menggali
material yang berada dibawah permukaan tempat alat tersebut berada,
sedangkan front shovel menggali material dipermukaan tempat alat tersebut
berada.

6.1.2 Ripper

Ripper adalah alat yang menyerupai cakar (shank) yang dipasangkan di


belakang traktor. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggemburkan tanah
keras. Pekerjaan penggemburan ini memerlukan penetrasi ripper ke dalam
tanah dan traktor berkemampuan besar. Jumlah cakar ripper antara satu
sarnpai lima buah. Bentuk dari shank ada 2 macam, lurus dan lengkung.
Shank lurus dipakai untuk material yang padat dan batuan berlapis.

28
6.1.3 Blade (Pisau)

Ada dua fungsi utama dari blade, yaitu mendorong material ke depan
(drifting) dan mendorong material ke samping (side casting). Permukaan
blade umumnya melengkung sehingga material bergerak berputar saat
didorong.
Ada beberapa macam jenis pisau yang dipasangkan pada bulldozer.
Pemilihan jenisnya tergantung pada jenis pekerjaan yang akan dilakukan.
Jenis pisau yang umum dipakai adalah:

1. Straight blade (S-blade)


S-blade biasanya digunakan untuk pekerjaan pengupasan dan
penimbunan tanah. Blade jenis ini dapat bekerja pada tanah keras.

2. Angle blade (A-blade)


A-blade mempunyai lebar yang lebih besar 0.3 sampai 0.6 m
daripada S-blade. Blade jenis ini digunakan untuk menyingkirkan
material ke sisinya, penggalian saluran, dan pembukaan lahan.

3. Universal blade (U-blade)


U-blade juga lebih lebar daripada S-blade. U-blade dipakai
untuk reklamasi lahan. Blade jenis ini mempunyai kemampuan untuk
mengangkut material dalam jumlah besar pada jarak tempuh yang
relatif jauh. Umumnya material yang ditangani adalah material yang
ringan seperti tanah lepas.

4. Cushion blade (C-blade)


C-blade umumnya dipasang pada traktor yang besar yang
digunakan untuk mendorong scraper. Blade jenis ini lebih pendek
daripada S-blade.

6.1.4 Produktivitas Kerja

Produktivitas dozer sangat tergantung pada ukuran blade, kemampuan


traktor dan jarak tempuh. Perhitungan produktivitas ditentukan dari volume
tanah yang dipindahkan dalam 1 siklus dan jumlah siklus dalam 1 jam
pengoperasian.

29
 Kapasitas Blade (V)

Kapasitas blade dapat dicari dari data pada brosur atau melalui perhitungan.
Rumus dari kapasitas pisau (dalam m3) adalah:

WHL
V=
2

Nilai W=1,5 sampai 1,67 H (dalam meter) untuk sudut antara 30-33°.

Perhitungan produktivitas maksimum bulldozer dapat dicari dengan


menggunakan rumus:

Q = q x CT x e x F

Efisiensi alat adalah waktu efektif kerja suatu alat berst saat
digunakan di lapangan, biasa digunakan adalah 50/60 menit.

6.1.5 Waktu Siklus (CT)

Pengisian blade umumnya dilakukan pada 40-50 ft (13-17 m) pertama dari


jarak tempuh. Pada saat kembali blade dalam keadaan kosong. Waktu
angkut (heaped time, HT) dan kembali (reverse time, RT) bulldozer dapat
ditentukan dari jarak dibagi kecepatan untuk setiap variabel. Waktu yang
diperlukan oleh bulldozer untuk melakukan 1 siklus adalah:

CT = FT + HT + RT

Adapun persamaan HT dan RT adalah:

jarak angkut atau gusur jarak angkut atau gusur


HT = RT =

kecepatan maju kecepatan mundur

30
BAB VII
ALAT MUAT (LOADER)

7.1 Pengertian Loader

Alat penggerak loader dapat diklasifikasikan sebagai roda crawler atau ban.
Loader beroda crawler atau crawler-tractor-mounted mempunyai roda yang mirip
dengan dozer hanya dipasang lebih maju ke depan untuk menstabilkan alat pada
saat mengangkut material. Loader beroda ban atau wheel-tractor-mounted terdiri
atas 4-wheel-drive dan rear-wheel drive. Rear-wheel-drive biasanya dipakai untuk
menggali 4-wheel-drive cocok untuk membawa bucket bermuatan penuh.
Bucket digunakan untuk menggali, memuat tanah atau material yang
granular, mengangkatnya dan kemudian di angkut untuk dibuang (dumping) pada
suatu ketinggian pada dump truck dan sebagainya. Bucket yang dipasangkan pada
loader dapat berupa general purpose bucket, rock bucket, side dump bucket, dan
multi purpose bucket. Ukuran bucket berkisar antara 0,15 m3 sampai 15 m3. Ukuran
yang paling sering digunakan adalah 6 m3.
Fungsi loader adalah yang paling umum adalah untuk memuat material
kedalam alat pengangkut. Pada area yang datar alat pengangkut dapat diletakkan
didekat loader sehingga gerakan loader akan lebih mudah. Terdapat 3 metode
pemuatan material dari kedalam truck yaitu I shape loading, V shape
loading, dan pass loading.
Awalnya pemuatan material kedalam alat pengangkut dilakukan oleh power
shovel atau front shovel, namun karena kapasitas loader makin besar maka
penggunaan loader menjadi lebih seriing. Fungsi lain dari loader adalah untuk
menggali basement dan fondasi dengan lebar yang sama dengan lebar bucket.

7.1.1 Produktivitas Loader

Factor-faktor yang harus diperhatikan didalam penentuan


produktivitas loader adalah sebagai berikut:
a. Kondisi material,
b. Tipe bucket dan kapasitasnya,
c. Area untuk pergerakan loader,
d. Waktu siklus loader ,
e. Waktu efisien loader.

31
Faktor pemuatan bucket (Bucket fill factor, BBF)

Material Factor

Material seragam atau campuran 0,95-1,00

Batu kerikil 0,85-0,90

Batu hasil peledakan (baik) 0,80-0,95

Batuan hasil bebatuan (rata-rata) 0,75-0,90

Batuan hasill peldakan (buruk) 0,60-0,75

Batuan berlumpur 1,00-1,20

Lanau basah 1,00-1,10

Material berbeton 0,85-0,95

Cara menghitung produktivitas adalah dengan menggunakan table-


tabel waktu yang tergantung pada beberapa factor. Waktu muat
tergantung pada jenis material yang diangkut. Waktu berputar
ditentukan sebesar 0,2 menit. Waktu bongkar ditentukan berdasarkan
tempat atau kemana material ditempatkan. Selain itu diperlukan
koreksi terhadap waktu siklus.

Waktu muat (menit)

Material LT

Berbutir seragam 0,03-0,05

Berbutir campuran dan basah 0,03-0,06

Lanau basah 0,03-0,07

Tanah atau kerikil 0,04-0,20

Material berbeton 0,05-0,20

32
Untuk meghitung waktu angkut (LT) dan waktu kembali (RT)
digunakan grafik yang berbeda utnuk setiap jenis loader. Rumus yang
digunakan untuk menghitung produktivitas adalah:

Faktor penambahan dan penguranga untuk CT (menit)

Uraian Factor

Kondisi tanah:

Ø Berbutir campuran +0,02

Ø Diameter < 3 mm +0,02

Ø Diameter 3-20 mm −0,02

Ø Diameter 20-150 mm 0

Ø Diameter 150 > +0,03

Ø Kondisi tanah asli/lepas +0,04

Timbunan

Ø Tinbunan dengan tinggi > 3 m 0

Ø Tinbunan dengan tinggi < 3 m +0,01

Ø Pembongkaran dari truck +0,02

Lain-lain

Ø Pengoperasian tetap −0,04

Ø Pengoperasian tidak tetap +0,04

Ø Target sedikit +0,04

Ø Target berresiko +0,05

Waktu Buang (Menit)

Pemuatan DT

Ø Ditmpah di atas tanah ±0,10

Ø Dimuat ke dalam truck 0,04-0,07

33
Contoh soal:

Sebuah loader digunakan untuk memindahkan material dari timbunan


setinggi ±3 m ke dalam truck. Material merupakan material seragam
dengan rata-rata berdiameter kurang dari 3,5 mm. loader mempunyai
kapasitas 1,20 lcm (loader 910F) dengan jarak tempuh rata-rata 50 m.
waktu berputar adalah 1 menit dan efisiensi kerja alat adalah 50/60
menit perjam engan pengoperasian tetap.

Dari table BBF adalah 1


Dari table LT = 0,05 menit
Dari table faktor koreksi waktu siklus = 0,02 + 0 − 0,04 menit
Dari table DT = 0,5 menit
Dari grafik di lampiran pada buku “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi
karangan Ir. Susy Fatena Rostiyanti, M.Sc. hal 158.” HT dan RT =
2×0,25 menit

CT = 0,05 + 0,02 + 0 – 0,04 + 0,05 + 0,5 = 0,58 menit

34
BAB IIX
ALAT ANGKUT (DUMP TRUCK)

8.1 Pengertian Dump Truck

Alat penggerak loader dapat diklasifikasikan sebagai roda crawler atau ban.
Loader beroda crawler atau crawler-tractor-mounted mempunyai roda yang mirip
dengan dozer hanya dipasang lebih maju ke depan untuk menstabilkan alat pada
saat mengangkut material. Loader beroda ban atau wheel-tractor-mounted terdiri
atas 4-wheel-drive dan rear-wheel drive. Rear-wheel-drive biasanya dipakai untuk
menggali 4-wheel-drive cocok untuk membawa bucket bermuatan penuh.

Dump truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan material
pada jarak menegah sampai jarak jauh (500 m atau lebihDitinjau dari besar
muatannya, dump truck dapat di kelompokkan dalam 2 golongan yaitu:
Ø On high way dump truck muatannya < 20 m3
Ø Off high way dump truck muatanya > 20 m3

Kapasitas truck yang dipilih harus seimbang dengan alat pemuatnya


(loader), jika perbandingan ini kurang proporsioanal, maka kemungkinan loader ini
akan banyak menunggu atau sebaliknya. Beberapa pertimbangan (keuntungan dan
kerugian) yang harus diperhatikan dalam beberapa pemilihan ukuran truck adalah
sebagai berikut:

8.1.1 Truck Kecil

Keuntungan dalam menggunakan truck berukuran kecil antara lain:


 Lebih lincah dalam beroperasi dan lebih mudah
mengoperasikannya
 Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat
 Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana
 Penyesuaian terhadap kemampuan loader lebih mudah
 Jika salah satu truck dalam satu unit angkutan tidak bekerja, tidak
akan bermaslah terhadap total produksi.

Sedangkan kerugiannya adalah:


 Waktu hilang lebih banyak, akibat banyaknya truck yang
beroperasi, terutama waktu pemuatan (loading)
 Excavator lebih sukar memuatnya karena kecilnya bak
 Biaya pemeliharaan lebih besar karena banyaknya truck, begitu
pula tenaga pemeliharaan.

35
8.1.2 Truck Besar

Keuntungan dengan menggunakan truck berukuran besar adalah:


 Untuk kapasitas yang sama dengan truck kecil, jumlah unit truck
besar lebih sedikit
 Sopir dan crew yang digunakan lebih sedikit
 Cocok untuk angkutan jarak jauh
 Pemuatan dari loader lebiih mudah, sehingga waktu hilang lebih
sedikit.

Kerugiannya adalah:
 Jalan kerja harus diperhatikan karena kerusakan jalan relatif lebih
cepat akibat berat truck yang besar
 Pengoperasiannya lebih sulit karena ukurannya yang besar
 Produksi akan sangat berkurang apabila satu truck tidak bekerja
(untuk jumlah yang relative kecil)
 Maintenance lebih sulit dilaksanakan.

8.1.3 Produktivitas Loader

Produktivitas suatu alat selalu bergantung pada waktu siklus. Waktu siklus
truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu pembongkaran
muatan, waktu perjalanan kembali dan waktu antri. Rumus yang dipakai untuk
menghitung produktivitas truck adalah:
Factor-faktor yang mempengaruhi waktu siklus truck adalah sebagai berikut:

1. Waktu muat, tergantung pada:


 Ukuran dan jenis alat pemuat
 Jenis dan kondisi material yang dimuat
 Kapasitas alat angkut
 Kemampuan operator alat muat dan alat angkut

2. Waktu berangkat atau pengangkutan tergantung pada:


 Jarak tempuh alat angkut
 Kondisi jalan yang dilalui

3. Waktu pembongkaan muatan tergantung pada:


 Jenis dan kondisi material
 Cara pembongkaran material
 Jenis alat pengangkutan

36
BAB IX
ALAT PEMADAT (COMPACTOR)

9.1 Pengertian Compactor

Compactor adalah Alat berat yang di gunakan untuk memadatkan jalan atau
area konstruksi sehingga memiliki tingkat kepadatan yang di inginkan. Jenis roda
compactor terbuat dari besi seluruhnya atau ditambah berat berupa pasir atau air,
bisa terbuat dari karet (berupa roda ban) dengan bentuk kaki kambing (sheep foot),
yang berukuran kecil bisa menggunakan tangan dengan mengarahkan ke bagian
yang akan dipadatkan.
Untuk pemadatan pengaspalan biasanya menggunakan road roller, tire roller
atau drum roller, tetapi untuk pemadatan tanah biasanya digunakan sheep foot roller
atau drum roller.
Fungsi dari alat ini adalah:
1) Memadatkan tanah
2) Memadatkan lapis perkerasan (lentur)
3) Memadatkan Lapis Atas (Surface)

9.1.1 Produktivitas Compactor

Produksi compactor biasanya dinyatakan dalam luasan (m2) yang


dapat dipampatkan oleh penggilas sampai kepampatan yang dikehendaki
per satuan waktu. Dibawah merupakan keterangan dari persamaan
produktivitas compactor

F = L x V x JM/N

F = luas permukaan lapisan yang dipadatkan (m2)


L = lebar efektif pada gilas (m)
V = kecepatan compactor (m/jam)
JM = kondisi manajemen dan medan kerja
N = jumlah lintasan (pass) yang diperlukan untuk mencapai
kemampatan yang dikehendaki.

37
Contoh Soal :

Sebuah compactor three wheel roller dengan berat 8 ton digunakan


untuk memampatkansuatu lapisan macadam setebal 10cm (sesudah jadi).
Jumlah pass yang diperlukan 10 kali, lebar efektif compactor 60cm,
kecepatan operasi 2km/jam. Kondisi manajemen baik dankondisi medan
baik. Berapakah produksi compactor per jamnya?

Hitungan:
F = L x V x JM/N
0,6 x 2000 x 0,75/10
90 m2/lapis/jam
Ketebalan per lapis 10 cm, Maka Produksi compactor = 0,1 x 90 =
9 m3 jam (CM).

38
DAFTAR PUSTAKA

 Mahmud, Rip’at. 2017. Pengenalan Alat Alat Berat Untuk Proyek


Konstruksi. http://teknikalsipil.blogspot.com/2017/10/pengenalan-alat-alat-
berat-untuk-proyek.html.
 Joenoes. 2002. BIAYA KEPEMILIKAN DAN PENGOPERASIAN ALAT BERAT.
http://yunus-ptb.blogspot.com/2012/01/biaya-kepemilikan-dan-
pengoperasian.html .
 Joenoes. 2012. DASAR-DASAR PEMINDAHAN TANAH MEKANIS.
http://yunus-ptb.blogspot.com/2012/01/dasar-dasar-pemindahan-tanah-
mekanis.html .
 Susanto, Taufiq. 2009. Alat Gali (Excavator).
https://masopik.wordpress.com/2009/01/19/alat-gali-excavator/.
 Firdaus, Rizal. 2014. MAKALAH ALAT BERAT.
https://tosimasipil.blogspot.com/2014/02/makalah-alat-berat_10.html .
 D. Sihotang, Sahala. 2013. Produktivitas Backhoe. http://dams-
civilengineering.blogspot.com/2013/04/produktivitas-backhoe.html.

39

Anda mungkin juga menyukai