1. M Farhan Ippenin
2. Hanapi Marasabessy
3. Maximux Loe
BAB I
PENGENALAN ALAT BERAT
PENDAHULUAN
Alat-alat berat yang dikenal didalam ilmu teknik sipil adalah alat yang
digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur. Alat berat merupakan faktor penting di dalam
proyek, terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar
Tujuan penggunaan alat-alat berat tersebut untuk memudahkan manusia
dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat
tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat.
Alat yang umum dipakai di dalam proyek konstruksi antara lain dozer, alat gali
(excavator) seperti backhoe, front shovel, clamshell; alat pengangkut sepertu
loader, truck, dan conveyor belt; alat pemadat tanah seperti roller dan
compactor, dan lain-lain.
B. PENGKLASIFIKASIAN ALAT
Scraper
b. Alat Penggali
Back Hoe
Clamshel
C. Alat Pengangkut Material
Mobile Crane
Mobile Crane
Dump Truk
D. Alat Pemindah Material
Loader
Dozer
E. Alat Pemadat
vibro roller
1. Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokan berdasarkan fungsinya, seperti
untuk menggali, mengangkut, meratakn permukaan, dan lain-lain
2. Kapasitas peralatan. Pemilihan alat berat berdasarkan pada volume total atau berat
material yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai
sehingga pekerjaaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
3. Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun vertical) dan jarak
gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain.
4. Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi pemilihan alat
berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya, dan pembongkaran. Selain itu metode
konstruksi yang dipakai dapat membentuk pemilihan alat dapat berubah.
5. Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharaan
merupakan factor penting di dalam pemilihan alat berat.
6. Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-
proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan
hutan, dam, dam sebagainya.
7. Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat
yang berbeda dengan lokasi proyek di dataran rendah.
8. Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang akan
dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapt dalam kondisi
padat, lepas, keras, atau lembek. Baik merupakan factor lain yang mempengaruhi
pemilihan alat berat.
D. ALAT BERAT PADA MACAM-MACAM PROYEK KONSTRUKSI
1. Proyek Gedung
alat pemancang tiang pondasi (pile driving), alat penggali ( backhoe) yang digunakan pada
penggalian basement, crane untuk pemindahan vertical, truck untuk pengangkutan horizontal, concrete mixer,
dan lain-lain. Concrite mixer digunakan sebagai pencampur adukan beton dan concrete mixer truck sebagai
pengangkut campuran beton. Alat pemadat juga sering digunakan untuk memadatkan tanah disekitar
basement.
2. Proyek Jalan
Alat gali, truck, dozer, grader, a;lat pemadat, loader, dan lain-lain. Alat gali digunakan untuk
menggali saluran disekitar badan jalan. Bulldozer berfungsi untuk mengupas tanah dan grader untuk
membentuk permukaan tanah. Loader digunakan sebagai pemuat tanah ke dalam truck. Untuk jalan dengan
perkerasan lentur digunakan asphalt mixing plant yang berfungsi untuk mencampurkan bahan campuran aspal
yang kemudian disebarkan, diratakan, dan dipadatkan dengan menggunakan asphalt finisher. Sedangkan untuk
perkerasan kaku beton diolah dengan menggunakan concrete batching plant yang kemudian dipindahkan
dengan menggunakan truck mixer.
3. Proyek jembatan
anatara lain adalah alat pemancang tiang pondasi, alat penggali, crane, truck, concrete mixer atau
concrete mixer truck, alat pemadat, dan lain-lain
Proyek pada umunya menggunakan alat penggali tanah, crane, truck, concrete mixer atau concrete mixer truck,
alat pemadat tanah, loader, bulldozer, grader. Alat penggali tanah yang umum dipakai untuk proyek dam
berupa backhoe atau front shovel. Concrete mixer disunakan untuk mencampurkan bahan pembuatan beton
yang dipakai untuk pembuatan dinding penahan tanah.
BAB II
BIAYA KEPEMILIKAN DAN PENGOPERASIAN ALAT BERAT
1. Alat berat yang dibeli oleh kontraktor.
Kontaraktor dapat saja membeli alat berat. Keuntungan dan
pembelian ini adalah biaya pemakaian per jam yang sangat kecil jika alat
tersebut dipergunakan secara optimal. Dilihat dari segi keuntungan
perusahan kepemilikan alat berat merupakan suatu faktor yang penting
karena kadang-kadang pemilik proyek melihat kemampuan suatu kontraktor
berdasarkan alat yang dimilikinya.
2. Alat berat yang disewa-beli oleh kontraktor.
Alat dapat disewa dari perusahan penyewaan alat berat. Sewa beli
alat umumnya dilakukan jika pemakaian alat tesebut berlangsung dalam
jangka waktu yang lama. Yang dimaksud dengan sewa-beli adalah karena
jangka waktu penyewaan yang lama maka pada akhir masa penyewaan alat
tersebut dapat dibeli oleh pihak penyewaan. Biaya pemakaian umumnya lebih
tinggi daripada memiliki alat tersebut, namun terhindar dari resiko biaya
kepemilikan alat.
3. Alat berat yang disewa oleh kontraktor.
Perbedaan dari alat berat yang disewa dengan disewa-beli adalah
dari lamahnya penyewaan. Alat berat yang disewa umumnya dalam jangka
waktu yang tidak lama. Biaya pemakaian alat berat sewa adalah yang
tertinggi, akan tetapi tidak akan berlangsung lama karena penyewaan
dilakukan pada waktu yang singkat.
B. BIAYA ALAT BERAT
Biaya alat berat dapat dibagi di dalam dua kategori. (ownership cost).
(operation cost).
Biaya kepemilikan alat berat terdiri dari beberapa faktor. Faktor pertama
adalah biaya dalam jumlah yang besar yang dikeluarkan karena membeli alat
tersebut. Jika pemilik meminjam uang dari bank untuk membeli alat tersebut
maka aka nada biaya terhadap bunga pinjaman. Faktor kedua adalah
depresiasi alat. Sejalan dengan bertambahnya umur alat maka aka nada
penurunan nilai alat. Factor ketiga yang juga penting adalah pajak. Faktor
keempat dalah biaya yang harus dikeluarkan pemilik untuk membayar
asuransi alat. Dan faktor terakhir adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
menyediakan tempat penyimpanan alat.
Bk = P kDk
Contoh 2.1 :
Suatu alat dibeli dengan harga 500 juta rupiah dengan perkiraan nilai sisa 75
juta rupiah. Alat tersebut mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Maka
depresiasi pertahun menjadi.
Dk =
Dk =500.0000.000075.000.000
5
Dk = Rp. 85.000.000 per tahun
Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah:
K Bk (Rp) Dk (Rp) Bk (Rp)
0 0 0 0
500.000.00
1 85.000.000 500.000.000
0
415.000.00
2 85.000.000 415.000.000
0
330.000.00
3 85.000.000 330.000.000
0
245.000.00
4 85.000.000 245.000.000
0
160.000.00
5 85.000.000 160.000.000
0
Metode Penjumlahan Tahun (Sum of the Years Mothod)
Metode ini merupakan metode percepatan sehingga nilai depresiasinya akan lebih
besar dari pada depresiasi yang dihitung dengan metode garis lurus. Pertama-tama yang harus
dihitung adalah nilai SOY dengan menggunakan rumus.
(+1)
SOY= (2.3)
2
+1
Dx = (P-F) (2.4)
Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah
+1
BX =
x +1
x (P-F) (2.5)
Contoh 2.2
Untuk contoh kasus 2.1, hitunglah depresiasi dengan metode penjumlahan
tahun.
5(5+1)
SOY = 2
= 15 atau
K Dx(Rp) Bx(Rp)
0 0 500.000.000
1 141.666.667 358.333.333
2 113.333.333 245.000.000
3 85.000.000 160.000.000
4 56.666.667 103.333.333
5 28.333.333 75.000.000
c. Metode Penurunan Seimbang (Declining-Balance Methods)
Metode ini menghitung depresiasi per tahun dengan mengalikan nilai buku pada akhir
tahun dengan suatu faktor. Nilai depresiasi dengan cara ini lebih besar dari pada dengan dua
metode sebelumya. Faktor percepatan (R) tersebut berkisar antara 1,25 per umur alat sampai
2,00 per umur alat metode ini disebut sebagai metode penurunan seimbang ganda ( double
declining-balance method) jika
2
R=
Depresiasi tahunan dengan metode ini dihitung dengan rumus.
Dx = R(1-R)k-1 x P
Pada perhitungan depresiasi dengan metode ini tidak memperhitungkan nilai
sisa alat. Akan tetapi pada akhir perhitungan nilai buku tidak boleh kurang
dari perkiraan nilai sisa alat.
Contoh 2.3
Dengan metode seperti contoh 2.1 hitunglah depresiasi dengan
metode penurunan seimbang ganda.
2 2
1 = 1 X 500.000.000 = 200.000.000
5 5
K Dk (Rp) Bk (Rp)
0 0 500.000.000
1 200.000.000 300.000.000
2 120.00.000 180.000.000
3 72.000.000 108.000.000
4 33.000.000 75.000.000
5 0 75.000.000
Pada tahun keempat dengan menggunakan metode penurunan seimbang ganda
didapat nilai buku yang kurang dari perkiraan nilai sisa. Dengan demikian maka
depresiasi yang diperbolehkan adalah Rp 33.000.000,- sehingga nilai buku pada tahun
tersebut adalah Rp.75.000.000,- pada tahun kelima untuk menjaga nilai buku tetap
seperti perkiraan nilai sisa maka depresiasinya adalah nol. Jika hasil dari ketiga metode
tersebut digambarkan maka akan terlihat perbedaannya seperti gambar 2.1 berikut.
Volume pekerjaan
Durasi = (3.11)
Produktifitas terkecil
GAYA YANG MEMPENGARUHI GERAKAN ALAT BERAT
Pada saat alat bergerak dipermukaan yang menanjak maka selain tahanan gelinding ada gaya yang
menahan alat tersebut. Gaya tersebut dinamakan tahanan kelandaian. Yang dimaksud dengan kenaikan
permukaan sebanyak 1% adalah kenaikan sebanyak 1m untuk setiap 100m jarak horizontal. Untuk
kenaikan 1% diperlukan tahanan sebesar 10kg untuk setiap 1ton berat alat agar alat tersebut dapat
bergerak naik. Dari gambar 3.2 yang dimaksud dengan tahanan untuk kelandaian lebih kecil dari 10%, dari
V/I = sin = tan , maka
F= W tan (3.13)
jika
%
tan = = (3.14)
100
dan G% adalah Gradien maka
%
F= W x (3, 15)
100
Jika W = 1000kg/ton, maka rumus diatas menjadi
GR = F = 10kg/ton x G% (3.16)
TR = RR GR
Nilai GR akan berubah berdasarkan keadaan permukaan jalan. Pada jalan naik arah GR sama dengan arah
RR sehingga rumus menjadi TR = RR GR
Contoh 3.2 :
Suatu alat berat beroda clawler bergerak pada permukaan tanah aspal kondisi baik yang menurun
dengan slope 2%. Berapa total grade yang dialami alat tersebut ?
Dari table 3.2 , RR = 0% maka :
TR = 3% - 2% = 1%
PEMOTONGAN DAN PENIMBUNAN TANAH
Permukaan tanah pada umumnya tidak merupakan tanah datar. Pada saat suatu proyek akan di
kerjakan pada permukaan tanah harus diratakan. Tanah Yang ketinggiannya melebihi elevansi yang
diinginkan harus dipotong., sedangkan tanah yang ketinggiannya urang dari elevansi yang diinginkan harus
ditimbun. Ada beberapa cara yang dipakai untuk menentukan volume tanah yang harus dibuang atau
ditimbun. Untuk proyek-proyek bangunan umumnya merupakan metode grid.
Metode Grid
Pada metode ini, Luas tanah dibagi menjadi beberpa sector dengan luas tanah yang sama. Semakin banyak
pembagian sector dalam suatu luas tanah maka akurasi dari angka yang dihasilkan akan semakin baik.
Pada titik-titik persimpangan diukur ketinggian tanah dititik itu dan ketinggian yang diinginkan. Untuk
menentukan volume tanah, maka perbedaan angka ketinggian dikalikan dengan luas yang cukup oleh titik
tersebut. Dengan menjumlahkan volume pada setiap titik maka akan didapat volume total tanah yang
harus dipotong dan yang harus ditimbun. Jika dilakukan penggambaran, maka pada setiap persimpangan
titik dicatat data-data yang dibutuhkan, seperti yang terlihat pada gambar 3.4. Setelah itu, dibuat tabel
untuk menghitung volume tanah galian dan timbunan. Pada gambar 3.5 dapat dilihat bagaimana
perhitungan luas area yang ditentukan pada sebuah titik. Sebagai contoh, pada titik 1-A, luas area yang
dintentukan oleh titik tersebut adalah 0,25 kali luas sector atau 0,25A ( jika luas sector dinotasikan dengan
A ).Sedangkan 1-B adalah2x 0,25 A dan 2-B adalah 4 x 0,25 A.
Ketinggian yang Ketinggian yang
diinginkan sebenarnya
Kedalaman Kedalaman
penggalian Penimbunan
A B C
1 4.2 6.5 4.4 5.0 4.6 3.0
2 2.3 0.6 0.0
4.4 5.1 4.6 3.2 4.8 2.8
3 0.7 1.4 2.0
4.6 3.6 4.8 2.0 5.0 5.3
0,000 55 30
0,100 20 15
0,200 25 80
0,300 10 99
0,500 25 50
0,600 22 40
0,700 32 25
0,800 33 20
Tentukan berapa volume tanah galian dan timbunan pada rencana jalan
tersebut?
Utuk memudahkan volume tanah galiandan timbunan maka dari data di
atas dapat di buat table. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Sta. Pjg. L. Gla. Rata- rata L. Timb. Rata- rata Tmb. Vol. vol.
Ruas (m2) Gal. (m2) (m2) Gal Tmb.
(m) (m) (m) (m)
0.000 55 30
100 37,5 22,5 3750 2250
0.100 20 15
100 22,5 47,5 2250 4750
0.200 25 80
100 17,5 89,5 1750 8950
0.300 10 99
100 14 87 1400 8700
0.500 20 00
100 23,5 45 2350 4500
0.600 22 40
100 27 32,5 2700 3250
0.700 32 25
100 32,5 22.5 3250 2250
0.800 33 20
G. ALAT PENGGERAK
Alat penggerak pada alat berat dapat berupa craulwler
atau ban karet. Uuntuk beberapa jenis alat berat seperti truck,
scraper atau motor grade, alat penggeraknya adalah bankaret.
Untuk alat-alat seperti backhoe, alat penggeraknya bias dari
salah satu kedua jenis di atas. Umumnya penggunaan ban
karet di jadikan pilihankarena alat berat dengan ban karet
mempunyai mobilitas sangat tinggi dari pada alat berat yang
menggunakan crawler. Alat penggerak ban karet juga menjadi
pilihan untuk kondisi permukaan yang baik. Sedangkan pada
permukaan tanah yang lembek,basah atau berpori umumnya
di gunakan alat berat beroda crawler. Pada tabel, berikut
terdapat faktor-faktor yang menjadi dasar pemilihan alat
dengang menggunakan roda ban dan roda crawker.
Roda Ban Karet Roda Crawler
Digunakan pada permukaan yang baik (misalnya beton) Untuk digunakan pada bermacam-macam jenis permukaan
Bekrja baik pada permukaan menurun dan datar Dapat bekerja pada berbagai permukaan
Cuaca yang basah dapat menyebabkan slip Dapat bekerja pada tanah yang basar atau berlumpur
Bekerja baik untuk jarak tempuh yang panjang Mempunyai jarak tempuh yang pendek