Anda di halaman 1dari 43

Kelompok I

1. M Farhan Ippenin
2. Hanapi Marasabessy
3. Maximux Loe
BAB I
PENGENALAN ALAT BERAT

PENDAHULUAN
Alat-alat berat yang dikenal didalam ilmu teknik sipil adalah alat yang
digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur. Alat berat merupakan faktor penting di dalam
proyek, terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar
Tujuan penggunaan alat-alat berat tersebut untuk memudahkan manusia
dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat
tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat.
Alat yang umum dipakai di dalam proyek konstruksi antara lain dozer, alat gali
(excavator) seperti backhoe, front shovel, clamshell; alat pengangkut sepertu
loader, truck, dan conveyor belt; alat pemadat tanah seperti roller dan
compactor, dan lain-lain.
B. PENGKLASIFIKASIAN ALAT

1. Klasifikasi Funsional Alat Berat

a. Alat Pengolahan Lahan

Dozer Motor Grader

Scraper
b. Alat Penggali

Back Hoe

Clamshel
C. Alat Pengangkut Material

Mobile Crane

Mobile Crane

Dump Truk
D. Alat Pemindah Material

Loader

Dozer
E. Alat Pemadat

Tridum roller Double drum roller

vibro roller

Pneumatic tired roller Sheep foot roller


F. Alat Pemproses Material

Stone Crusher roda karet

Crawler Concrete mixer truck


G. Alat Penempatan Akhir Material

Motor grader Aspalt paver

Alat pemadat Concrete mixer truck


2. Klasifikasi Operasional Alat Berat

a. Alat dengan penggerak


Alat penggerak merupakan
bagian dari alat berat yang
menerjemahkan hasil dari
Crawler
mesin menjadi kerja
b. Alat Statis
Yang termasuk dalam kategori roda karet
ini adalaqh tower crane,
batching plant, baik untuk
beton maupun untuk aspalt
serta crusher plant. Crawlercrane
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN ALAT BERAT

1. Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokan berdasarkan fungsinya, seperti
untuk menggali, mengangkut, meratakn permukaan, dan lain-lain
2. Kapasitas peralatan. Pemilihan alat berat berdasarkan pada volume total atau berat
material yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai
sehingga pekerjaaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
3. Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun vertical) dan jarak
gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain.
4. Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi pemilihan alat
berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya, dan pembongkaran. Selain itu metode
konstruksi yang dipakai dapat membentuk pemilihan alat dapat berubah.
5. Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharaan
merupakan factor penting di dalam pemilihan alat berat.
6. Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-
proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan
hutan, dam, dam sebagainya.
7. Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat
yang berbeda dengan lokasi proyek di dataran rendah.
8. Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang akan
dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapt dalam kondisi
padat, lepas, keras, atau lembek. Baik merupakan factor lain yang mempengaruhi
pemilihan alat berat.
D. ALAT BERAT PADA MACAM-MACAM PROYEK KONSTRUKSI

1. Proyek Gedung
alat pemancang tiang pondasi (pile driving), alat penggali ( backhoe) yang digunakan pada
penggalian basement, crane untuk pemindahan vertical, truck untuk pengangkutan horizontal, concrete mixer,
dan lain-lain. Concrite mixer digunakan sebagai pencampur adukan beton dan concrete mixer truck sebagai
pengangkut campuran beton. Alat pemadat juga sering digunakan untuk memadatkan tanah disekitar
basement.

2. Proyek Jalan
Alat gali, truck, dozer, grader, a;lat pemadat, loader, dan lain-lain. Alat gali digunakan untuk
menggali saluran disekitar badan jalan. Bulldozer berfungsi untuk mengupas tanah dan grader untuk
membentuk permukaan tanah. Loader digunakan sebagai pemuat tanah ke dalam truck. Untuk jalan dengan
perkerasan lentur digunakan asphalt mixing plant yang berfungsi untuk mencampurkan bahan campuran aspal
yang kemudian disebarkan, diratakan, dan dipadatkan dengan menggunakan asphalt finisher. Sedangkan untuk
perkerasan kaku beton diolah dengan menggunakan concrete batching plant yang kemudian dipindahkan
dengan menggunakan truck mixer.

3. Proyek jembatan
anatara lain adalah alat pemancang tiang pondasi, alat penggali, crane, truck, concrete mixer atau
concrete mixer truck, alat pemadat, dan lain-lain
Proyek pada umunya menggunakan alat penggali tanah, crane, truck, concrete mixer atau concrete mixer truck,
alat pemadat tanah, loader, bulldozer, grader. Alat penggali tanah yang umum dipakai untuk proyek dam
berupa backhoe atau front shovel. Concrete mixer disunakan untuk mencampurkan bahan pembuatan beton
yang dipakai untuk pembuatan dinding penahan tanah.
BAB II
BIAYA KEPEMILIKAN DAN PENGOPERASIAN ALAT BERAT
1. Alat berat yang dibeli oleh kontraktor.
Kontaraktor dapat saja membeli alat berat. Keuntungan dan
pembelian ini adalah biaya pemakaian per jam yang sangat kecil jika alat
tersebut dipergunakan secara optimal. Dilihat dari segi keuntungan
perusahan kepemilikan alat berat merupakan suatu faktor yang penting
karena kadang-kadang pemilik proyek melihat kemampuan suatu kontraktor
berdasarkan alat yang dimilikinya.
2. Alat berat yang disewa-beli oleh kontraktor.
Alat dapat disewa dari perusahan penyewaan alat berat. Sewa beli
alat umumnya dilakukan jika pemakaian alat tesebut berlangsung dalam
jangka waktu yang lama. Yang dimaksud dengan sewa-beli adalah karena
jangka waktu penyewaan yang lama maka pada akhir masa penyewaan alat
tersebut dapat dibeli oleh pihak penyewaan. Biaya pemakaian umumnya lebih
tinggi daripada memiliki alat tersebut, namun terhindar dari resiko biaya
kepemilikan alat.
3. Alat berat yang disewa oleh kontraktor.
Perbedaan dari alat berat yang disewa dengan disewa-beli adalah
dari lamahnya penyewaan. Alat berat yang disewa umumnya dalam jangka
waktu yang tidak lama. Biaya pemakaian alat berat sewa adalah yang
tertinggi, akan tetapi tidak akan berlangsung lama karena penyewaan
dilakukan pada waktu yang singkat.
B. BIAYA ALAT BERAT
Biaya alat berat dapat dibagi di dalam dua kategori. (ownership cost).
(operation cost).

1. Biaya Kepemilikan Alat Berat.

Biaya kepemilikan alat berat terdiri dari beberapa faktor. Faktor pertama
adalah biaya dalam jumlah yang besar yang dikeluarkan karena membeli alat
tersebut. Jika pemilik meminjam uang dari bank untuk membeli alat tersebut
maka aka nada biaya terhadap bunga pinjaman. Faktor kedua adalah
depresiasi alat. Sejalan dengan bertambahnya umur alat maka aka nada
penurunan nilai alat. Factor ketiga yang juga penting adalah pajak. Faktor
keempat dalah biaya yang harus dikeluarkan pemilik untuk membayar
asuransi alat. Dan faktor terakhir adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
menyediakan tempat penyimpanan alat.

Depresiasi adalah penurunan nilai alat yang dikarenakan adanya kerusakan,


pengurangan, dan harga pasaran alat. Perhitungan depresiasi diperlukan
untuk mengetahui nilai alat setelan pemakaian alat tersebut selama suatu
masa tertentu.
Ada beberapa cara yang dipakai untuk menghitung depresiasi
alat. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut

1. Metode garis lurus (Straight line method)


2. Metode perjumlahan tahun (Sum af the years
method)
3. Metode penurunan seimbang (Declining balance
method
1. Metode garis lurus (Straight line method).
Metode ini merupakan metode termudah dalam perhitungan depresiasi. Hamper
semua perhitungan depresiasi menggunakan metode ini. Untuk menghitung
depresiasi per tahun digunakan rumus sperti berikut ini.

Dk =
Dk adalah depresiasi per tahun yang tergantung pada harga alat pada saat
pembelian (P. present value), nilai alat (F. future value), dan umur ekonomis alat (n).
nilai D, pada metode ini selalu konstan. Niali buku (book value (B)) dari alar dihitung
dengan rumus.

Bk = P kDk
Contoh 2.1 :
Suatu alat dibeli dengan harga 500 juta rupiah dengan perkiraan nilai sisa 75
juta rupiah. Alat tersebut mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Maka
depresiasi pertahun menjadi.
Dk =
Dk =500.0000.000075.000.000
5
Dk = Rp. 85.000.000 per tahun
Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah:
K Bk (Rp) Dk (Rp) Bk (Rp)

0 0 0 0

500.000.00
1 85.000.000 500.000.000
0
415.000.00
2 85.000.000 415.000.000
0
330.000.00
3 85.000.000 330.000.000
0
245.000.00
4 85.000.000 245.000.000
0
160.000.00
5 85.000.000 160.000.000
0
Metode Penjumlahan Tahun (Sum of the Years Mothod)
Metode ini merupakan metode percepatan sehingga nilai depresiasinya akan lebih
besar dari pada depresiasi yang dihitung dengan metode garis lurus. Pertama-tama yang harus
dihitung adalah nilai SOY dengan menggunakan rumus.

(+1)
SOY= (2.3)
2
+1
Dx = (P-F) (2.4)

Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah

+1
BX =
x +1
x (P-F) (2.5)

Contoh 2.2
Untuk contoh kasus 2.1, hitunglah depresiasi dengan metode penjumlahan
tahun.
5(5+1)
SOY = 2
= 15 atau
K Dx(Rp) Bx(Rp)

0 0 500.000.000

1 141.666.667 358.333.333

2 113.333.333 245.000.000

3 85.000.000 160.000.000

4 56.666.667 103.333.333

5 28.333.333 75.000.000
c. Metode Penurunan Seimbang (Declining-Balance Methods)
Metode ini menghitung depresiasi per tahun dengan mengalikan nilai buku pada akhir
tahun dengan suatu faktor. Nilai depresiasi dengan cara ini lebih besar dari pada dengan dua
metode sebelumya. Faktor percepatan (R) tersebut berkisar antara 1,25 per umur alat sampai
2,00 per umur alat metode ini disebut sebagai metode penurunan seimbang ganda ( double
declining-balance method) jika
2
R=

Depresiasi tahunan dengan metode ini dihitung dengan rumus.
Dx = R(1-R)k-1 x P
Pada perhitungan depresiasi dengan metode ini tidak memperhitungkan nilai
sisa alat. Akan tetapi pada akhir perhitungan nilai buku tidak boleh kurang
dari perkiraan nilai sisa alat.

Contoh 2.3
Dengan metode seperti contoh 2.1 hitunglah depresiasi dengan
metode penurunan seimbang ganda.
2 2
1 = 1 X 500.000.000 = 200.000.000
5 5
K Dk (Rp) Bk (Rp)

0 0 500.000.000

1 200.000.000 300.000.000

2 120.00.000 180.000.000

3 72.000.000 108.000.000

4 33.000.000 75.000.000

5 0 75.000.000
Pada tahun keempat dengan menggunakan metode penurunan seimbang ganda
didapat nilai buku yang kurang dari perkiraan nilai sisa. Dengan demikian maka
depresiasi yang diperbolehkan adalah Rp 33.000.000,- sehingga nilai buku pada tahun
tersebut adalah Rp.75.000.000,- pada tahun kelima untuk menjaga nilai buku tetap
seperti perkiraan nilai sisa maka depresiasinya adalah nol. Jika hasil dari ketiga metode
tersebut digambarkan maka akan terlihat perbedaannya seperti gambar 2.1 berikut.

d. Metode Perhitungan Biaya Kepemilikan


Perhitungan biaya kepemilikan per tahun dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan memperhitungkan bunga dan tanpa memperhitungkan bunga ditentukan oleh
rumus:
A = P (A/P, I, n)
1+
A=P 1+ 1
Jika nilai sisa diperhitungkan :
A = P (A/P, i, n) F (A/F, i, n)
1+
A=P -F
1+ 1 1+ 1
BAB III
DASAR DASAR PEMINDAHAN MEKANIS
A. SIFAT SIFAT DAN JENIS TANAH
Siklus kerja dalam pemindahan material merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan
utama dalam kegiatan tersebut adalah menggali, memuat, memindahkan, membongkar muatan dan
kembali ke kegiatan awal. Semua kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh satu alat atau oleh beberapa
alat.
Waktu yang diperlukan di dalam siklus kegiatan diaatas disebut waktu siklus atau cycle time (CT).
Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur. Pertama adalah waktu muat atau loading time (LT). Waktu
muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk memuat material ke dalam alat angkut
sesuai dengan kapasitas alat angkut tersebut . Nilai LT dapat ditentukan ditentukan walaupun
tergantung dari jenis tanah, ukuran unit pengangkut ( blade, bowl, bucket, dst). metode dalam
pemuatan, dan efisiensi alat.
Unsur kedua adalah waktu angkut atau hauling time (HT). Waktu angkut merupakan waktu yang
diperlukan oleh suatu alat untuk bergerak dari tempat pemuatan ke tempat pembongkaran. Waktu
angkut tergantung dari jarak angkut, kondisi jalan, tenaga alat dan lain-lain. Pada saat alat kembali ke
tempat pemuatan maka waktu yang di perlukan untuk kembali disebut waktu kembali atau return time
(RT). Waktu kembali lebih singkat daripada waktu berangkat karena kendaraan dalam keadaan kosong.
Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga merupakan unsur penting dari waktu siklus. Waktu
ini tergantung dari jenis tanah, jenis alat dan metode yang dipakai. Waktu pembongkaran merupakan
bagian yang terkecil dari waktu siklus. Antri dan menunggu sampai alat diisi kembali. Saat mengantri
dan menunggu yang disebut waktu tunggu. Dengan demikian :
CT = LT + HT + DT +RT + ST
B. EFISIENSI ALAT

Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat


faktor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu efisiensi alat. Bagaimana
efektivitas alat tersebut bekerja tergantung dari beberapa hal yaitu :
Kemampuan operator pemakai alat
Pemilihan dan pemeliharaan alat
Perencanaan dan pengaturan letak alat
Topografi dan volume pekerjaan
Kondisi Cuaca
Metode pelaksanaan alat
Cara yang umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat adalah
dengan menghitung berapa menit alat tersebutr bekerja secara efektif
dalam satu jam. Contohnya jika dalam satu jam waktu efektif alat bekerja
adalah 45 menit maka dapat dikatakan efisiensi alat adalah 45/60 atau
0,75.
D. PRODUKTIVITAS DAN DURASI PEKERJAAN
Dalam menentukan durasi suatu pekerjaan maka hal-hal yang perlu
diketahui adalah volume pekerjaan dan produktivitas alat tersebut.
Produktivitas alat tergantung pada kapasitas dan waktu siklus alat.
Rumus dasar untuk mencari produktivitas alat adalah :

Produktivitas =

Umumnya waktu siklus alat ditetapkan dalam menit sedangkan
produktivitas alat dihitung dalam produksi/jam. Jika faktor efisiensi
alat dimasukan maka rumus di atas menjadi :
60
Produktivitas = kapasitas x x efisiensi

Pemindahan tanah. Umumnya alat yang dipakai adalah excavator
untuk menggali, loader untuk memindahkan hasil galian kedalam bak
truck, dan truck digunakan untuk pemindahkan tanah. Karena ketiga
jenis contoh alat tersebut mempunyai produktivitas yang berbeda-
beda, maka perlu perhitungkan jumlah masing-masing alat. Jumlah
alat perlu di perhitungkan untuk mempersingkat durasi pekerjaan.
Salah satu cara menghitung jumlah alat adalah sebagai berikut. :
Tentukan alat mana yang mempunyai produktifitas terbesar
Asumsikan alat dengan produktifitas terbesar berjumlah 1
Hitung jumlah alat jenis lainnya dengan selalu berpatokan pada alat
dengan produktifitas terbesar
Untuk menghitung jumlah alat alat lainnya maka gunakan rumus :
terbesar
Jumlah alat 1 = (3.10)
1
Setelah jumlah masing-masing alat diketahui maka selanjutnya perlu
dihitung durasi pekerjaan alat-alat tersebut. Salah satu caranya dengan
menentukan beberapa produktifitas total alat setelah dikalikan jumlahnya.
Kemudian dengan menggunakan produktifitas total terkecil maka lama
pekerjaan dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Volume pekerjaan
Durasi = (3.11)
Produktifitas terkecil
GAYA YANG MEMPENGARUHI GERAKAN ALAT BERAT

Ada beberapa gaya yang mempengaruhi gerakan alat berat. Gaya-


gaya tersebut antara lain: tahanan gelnding atau rolling resistance (RR),
tahanan kelandaian atau grade resistance (GR), dan gabungan kedua tahanan
tersebut yaitu: total resistance (TR).
Tahanan Gelinding ( Rolling Resistence , RR )

Tahanana Gelinding merupakan suatu gaya yang terjadi akibat


gesekan roda alat yang sedang bergerak dengan permukaan tanah. Besar
tahanan ini akan berberda pada setiap jenis dan kondisi permukaan
diperkirakan
Tabel berikut berisi besarnya tahanan gelinding berdasarkan jenis permukaan
tanah dan tipe roda.
Roda Roda Ban
Tipe Permukaan
Crawier Biasa Radial
Jalan ( Perkerasan lentur maupun kaku) dengan
permukaan keras dan mulus, dipadatkan, dan 0 1,5 1,2
terpelihara baik

Jalan tanah dengan permukaan mulus dan keras,


dipadatkan dan terpelihara dengan baik 0 2,0 1,7

Jalan tanah dengan permukaan sedikit berlumpur


dan ( pemeliharaan tidak berkala ) 0 3,0 2,5

Jalan tanah berlumpur kurang terpelihara 0 4,0 -5,0 4,0 5,0


Jalan tanah berlumpur , tidak dipadatkan dan tidak
0 8,0 14,0 8,0 14,0
terpelihara
Pasir lepas dan kerikil 2,0 10,0 10,0
Jalan tanah sangat berlumpur 8,0 20,0 20,0
Tahanan Kelandaian ( Grade
Resistance, GR )

Pada saat alat bergerak dipermukaan yang menanjak maka selain tahanan gelinding ada gaya yang
menahan alat tersebut. Gaya tersebut dinamakan tahanan kelandaian. Yang dimaksud dengan kenaikan
permukaan sebanyak 1% adalah kenaikan sebanyak 1m untuk setiap 100m jarak horizontal. Untuk
kenaikan 1% diperlukan tahanan sebesar 10kg untuk setiap 1ton berat alat agar alat tersebut dapat
bergerak naik. Dari gambar 3.2 yang dimaksud dengan tahanan untuk kelandaian lebih kecil dari 10%, dari
V/I = sin = tan , maka
F= W tan (3.13)
jika
%
tan = = (3.14)
100
dan G% adalah Gradien maka
%
F= W x (3, 15)
100
Jika W = 1000kg/ton, maka rumus diatas menjadi
GR = F = 10kg/ton x G% (3.16)
TR = RR GR
Nilai GR akan berubah berdasarkan keadaan permukaan jalan. Pada jalan naik arah GR sama dengan arah
RR sehingga rumus menjadi TR = RR GR
Contoh 3.2 :
Suatu alat berat beroda clawler bergerak pada permukaan tanah aspal kondisi baik yang menurun
dengan slope 2%. Berapa total grade yang dialami alat tersebut ?
Dari table 3.2 , RR = 0% maka :
TR = 3% - 2% = 1%
PEMOTONGAN DAN PENIMBUNAN TANAH
Permukaan tanah pada umumnya tidak merupakan tanah datar. Pada saat suatu proyek akan di
kerjakan pada permukaan tanah harus diratakan. Tanah Yang ketinggiannya melebihi elevansi yang
diinginkan harus dipotong., sedangkan tanah yang ketinggiannya urang dari elevansi yang diinginkan harus
ditimbun. Ada beberapa cara yang dipakai untuk menentukan volume tanah yang harus dibuang atau
ditimbun. Untuk proyek-proyek bangunan umumnya merupakan metode grid.
Metode Grid
Pada metode ini, Luas tanah dibagi menjadi beberpa sector dengan luas tanah yang sama. Semakin banyak
pembagian sector dalam suatu luas tanah maka akurasi dari angka yang dihasilkan akan semakin baik.
Pada titik-titik persimpangan diukur ketinggian tanah dititik itu dan ketinggian yang diinginkan. Untuk
menentukan volume tanah, maka perbedaan angka ketinggian dikalikan dengan luas yang cukup oleh titik
tersebut. Dengan menjumlahkan volume pada setiap titik maka akan didapat volume total tanah yang
harus dipotong dan yang harus ditimbun. Jika dilakukan penggambaran, maka pada setiap persimpangan
titik dicatat data-data yang dibutuhkan, seperti yang terlihat pada gambar 3.4. Setelah itu, dibuat tabel
untuk menghitung volume tanah galian dan timbunan. Pada gambar 3.5 dapat dilihat bagaimana
perhitungan luas area yang ditentukan pada sebuah titik. Sebagai contoh, pada titik 1-A, luas area yang
dintentukan oleh titik tersebut adalah 0,25 kali luas sector atau 0,25A ( jika luas sector dinotasikan dengan
A ).Sedangkan 1-B adalah2x 0,25 A dan 2-B adalah 4 x 0,25 A.
Ketinggian yang Ketinggian yang
diinginkan sebenarnya

Kedalaman Kedalaman
penggalian Penimbunan

Gambar 3.4 Data yang tercatat pada setiap persimpangan


Gambar 3.5 Pembagian sector untuk setiap titik

A B C
1 4.2 6.5 4.4 5.0 4.6 3.0
2 2.3 0.6 0.0
4.4 5.1 4.6 3.2 4.8 2.8
3 0.7 1.4 2.0
4.6 3.6 4.8 2.0 5.0 5.3

1.0 2.8 0.3


4
4.8 1.9 5.0 4.0 5.2 8.2

5 2.9 1.0 3.0


6.4
5.0 3.0 5.2 3.8 5.4

2.0 1.4 1.0


Dengan Luas setiap sector adalah 4 x 8 m, berapakah volume tanah galian
dan timbunan?
titik Elev. Elev. Tinggi Tinggi Frek Luas Vol Vol
baru lama Gali Timb Tetap gali Timb
(m) (m) (m) (m) (m)
1A 4,2 6,5 2,3 0,0 1 32 73,6 0,0
1B 4,4 5,0 0,6 0,0 2 32 38,4 0,0
1C 4,6 3,0 0,0 1,6 1 32 0,0 51,2
2A 4,4 5,1 0,7 0,0 2 32 44,8 0,0
2B 4,6 3,2 0,0 1,4 4 32 0,0 179,2
2C 4,8 2,8 0,0 2,0 2 32 0,0 128
3A 4,6 3,6 0,0 1,0 2 32 0,0 64
3B 4,8 2,0 0,0 2,8 4 32 0,0 358,4
3C 5,0 5,3 0,3 0,0 2 32 19,2 0,0
4C 5,2 8,2 3,0 0,0 2 32 192 0,0
5A 5,0 3,0 0,0 2,0 1 32 0,0 64
5B 5,2 3,8 0,0 1,4 2 32 0,0 89,6
Elevasi permukaan selain diukur sendiri juga dapat dihitungdari kontur-
kontur suatu daerah yang biasanya bias didapat dari badan pmetaan.
Untuk menentukan ketinggian suatu titik yang ada di antara dua kontur
maka perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan interpolasi.
Rumus interpolasi adalah sebagai berikut:

= + ( - ) (3.18)

Pada rumus 3.18, adalah ketinggian yang ingin dicari, sedangkan
adalah ketinggian kontur yang lebih tinggi dan lebih rendah dari
. adalah jarak antara kedua kontur dan adalah jarak antara dan
(berdasarkan gambar 3. 6)
Gambar 3.6: Peta Kontur
Garis tengah suatu rencana jalan. Panjang garis as jalan menentukan
panjang dari jalan yang akan dibuat. Untukmenghitum volume tanah
galian dan timbunan pada area rencana garis tersebut jalan maka garis as
jalan harus dibagi menjadi beberapa ruas yang sama panjang atau yang
juga di kenal dengan istilah stasiun. Pada setiap titik pertemuan diadakan
survei
lapangan mengenai ketinggian elevasi setiap sisi dari as jalan. Langkah
selanjutnya adalah dengan menggambarkan hasil survei yang menunjukan
elevasi yang sebenarnya dan yang di inginkan pada titik tersebut. Karena
untuk permukaan biasanya tidak beraturan maka bentukpermukaan
tersebut bisa disederhanakan ke satu bentuk lain seperti segu tiga,
trapezium dan lain-lain. Kemudian hitungkuas daerah (secara vertical)
yang akan digali dan akan ditimbun. Dari hasil perhitungan, dengan
mengalikan jarak antara titik maka akan didapat hasil volume tanah galian
dan timbunan. Jika diturunkan dalam bentu rumus maka:

Volume = spasi x 1 + + 2 1 (3.19)
2
N pada rumus 3.19 adalah jumlah titik pertemuan ruas atau stasiun (Sta).
untuk mendapatkan hasil yang akurat jumlah N dapat di perbanyak pada
suatu panjang tertentu. adalah luas galian atau timbunan pada stasiun
terakhir.
Contoh 3.4:
Jalan sepanjang 800 meter akan dibangun. Pada setiap
stasiun dilakungan survey lapangan untuk menentukan volume
galian dan timbunan pada stasiun tersebut. Hasil dari surve
adalah
Stasiun Luas galian (m2) Luas timbunan (m2)

0,000 55 30

0,100 20 15

0,200 25 80

0,300 10 99

0,500 25 50

0,600 22 40

0,700 32 25

0,800 33 20
Tentukan berapa volume tanah galian dan timbunan pada rencana jalan
tersebut?
Utuk memudahkan volume tanah galiandan timbunan maka dari data di
atas dapat di buat table. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Sta. Pjg. L. Gla. Rata- rata L. Timb. Rata- rata Tmb. Vol. vol.
Ruas (m2) Gal. (m2) (m2) Gal Tmb.
(m) (m) (m) (m)
0.000 55 30
100 37,5 22,5 3750 2250
0.100 20 15
100 22,5 47,5 2250 4750
0.200 25 80
100 17,5 89,5 1750 8950
0.300 10 99
100 14 87 1400 8700
0.500 20 00
100 23,5 45 2350 4500
0.600 22 40
100 27 32,5 2700 3250
0.700 32 25
100 32,5 22.5 3250 2250
0.800 33 20
G. ALAT PENGGERAK
Alat penggerak pada alat berat dapat berupa craulwler
atau ban karet. Uuntuk beberapa jenis alat berat seperti truck,
scraper atau motor grade, alat penggeraknya adalah bankaret.
Untuk alat-alat seperti backhoe, alat penggeraknya bias dari
salah satu kedua jenis di atas. Umumnya penggunaan ban
karet di jadikan pilihankarena alat berat dengan ban karet
mempunyai mobilitas sangat tinggi dari pada alat berat yang
menggunakan crawler. Alat penggerak ban karet juga menjadi
pilihan untuk kondisi permukaan yang baik. Sedangkan pada
permukaan tanah yang lembek,basah atau berpori umumnya
di gunakan alat berat beroda crawler. Pada tabel, berikut
terdapat faktor-faktor yang menjadi dasar pemilihan alat
dengang menggunakan roda ban dan roda crawker.
Roda Ban Karet Roda Crawler

Digunakan pada permukaan yang baik (misalnya beton) Untuk digunakan pada bermacam-macam jenis permukaan

Bekrja baik pada permukaan menurun dan datar Dapat bekerja pada berbagai permukaan

Cuaca yang basah dapat menyebabkan slip Dapat bekerja pada tanah yang basar atau berlumpur

Bekerja baik untuk jarak tempuh yang panjang Mempunyai jarak tempuh yang pendek

Anda mungkin juga menyukai