Tenun Sambas Sebagai Warisan Budaya Benda Di Kab Sambas, Kalimantan Barat
Tenun Sambas Sebagai Warisan Budaya Benda Di Kab Sambas, Kalimantan Barat
Abstrak-Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejarah tenun Sambas dari kerajaan hingga republik
, tenun identitas masyarakat melayu Kabupaten Sambas dan melihat bagaimana upaya pelestarian
tenun sambas oleh masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Sambas. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahap pengumpulan sumber, kritik sumber,
interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Sejarah tenun Sambas
tidak lepas dari persebaran Islam di nusantara. Perkembangan tenun Sambas pada masa kerajaan
Sambas begitu masu dan mengalami pasang surut pada masa kedatangan Hindia Belanda dan
pasukan Jepang. Tenun sebagai identitas masyarakat Sambas mulai berkembang dan memiliki pasar
dari luar negeri ketika di gerakan oleh masyarakat Melayu. Identitas tenun Sambas tidak lepas dari
ciri ciri masyarakat Melayu, baik dari sisi motif maupun warna yang di gunakan. {elestarian tenun
di lakukan dengan berbagai macam cara, seperti mendaftarkan sebagai warisan benda tidak benda,
mendirikan museum tenun Sambas hingga melakukan pelatihan pelatihan terhadap generasi muda.
Abstract-This study aims to see the history of Sambas weaving from the kingdom to the republic,
weaving the identity of the Malay community of Sambas Regency and seeing how the efforts to
preserve Sambas weaving by the community and local government of Sambas Regency. This
research was conducted using the historical method which consists of the stages of source collection,
source criticism, interpretation, and historiography. The results of this study indicate that the history
of Sambas weaving cannot be separated from the spread of Islam in the archipelago. The
development of Sambas weaving during the Sambas kingdom was so intense and experienced ups
and downs during the arrival of the Dutch East Indies and Japanese troops. Weaving as the identity
of the Sambas community began to develop and had a market from abroad when it was moved by
the Malay community. The identity of Sambas weaving cannot be separated from the characteristics
of the Malay community, both in terms of motifs and colors used. The preservation of weaving is
carried out in various ways, such as registering as an intangible heritage, establishing a Sambas
weaving museum to conducting training training for the younger generation.
latar belakang penenun membuat tenun Sambas. Tahun 1999 jumlah penenun
yang di hasilkan oleh pengrajin Sambas Sambas 808 orang, sepuluh tahun
dengan pengrajin di Sintang berbeda. Kain berikutnya jumlahnya mendanjadi 365
tenun Sambas di produksi oleh masyarakat orang. Hasil wawancara dengan maestro
Melayu, sementara tenun Sintang di buat tenun Sambas, Sahidah menjelaskan bawa
oleh Masyarakat Dayak. Kain tenun dari penurunan jumlah penenun semakin drastis
Kabupaten Sintang memiliki ciri hingga pada tahun 2013 penenun yang
pewarnaan lebih dominan pada warna tinggal di Kabupaten sambas tinggal 256
merah dan hitam, hal ini menunjukan orang. Upaya pelestarian harus di lakukan
identitas masyarakat Dayak (Juniarti, secara holistik dengan melibatkan berbagai
2019: 77). pihak.
Upaya pelestarian tenun Sambas di
Metode
lakukan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Sambas bekerjasama dengan Metode penelitian sejarah di gunakan
masyarakat. Sahidah, maestro tenun dari dalam penelitian ini. Pada model ini harus
cara, termasuk dalam hal ini membuat dan yang terakhir adalah historiografi.
budaya tak benda (WBTB) dan terdaftar di 2021: 3). Kurangnya data tertulis terkait
Indonesia (MURI) dengan membuat kain wawancara dan Focus Group Diskusi
tenun sepanjang 161 meter, 100 motif dan (FGD). Sumber primer dalam penelitian
berkurangnya pasar dan perajin tenun dengan budayawan Sambas dan buku
tentang budaya Sambas.
memproduksi satu buah tenun. Semangat Timur (Mulyana dan Rakhmat, 2009: 54).
penenun Sambas yang masih Masyarakat penenun Sambas yang
menggunakan alat tenun sederhana, sama merupakan suku Melayu menggunakan
dengan masyarakat Desa Jopu, Flores yang kain tenun yang di buat secara tradisional
masih mempertahankan cara membuat sebagai identitas dan media komunikasi
tenun dengan alat tradisional budaya terutama pada saat acara adat.
(Widijatmoko , 2019: 62). Motif kain tenun Sambas secara identitas
Eksistensi warna dan gambar kain budaya hamper sama dengan masyarakat
tenun dimaksudkan sebagai media ekspresi Tutem yang memiliki fungsi konstruksi
makna. Merujuk pada pendapat James P. seni (keindahan) dan kode bahasa
Spradley, makna menyampaikan komunikasi. (Leuape, 2017: 150)
pengalaman sebagian besar umat manusia
Pelestarian Tenun Sambas sebagai
di dalam masyarakat (Sobur, 2009: 25).
Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Pengalaman perajin tenun yang rata rata
Tenun Sambas merupakan warisan
sebagai ibu rumah tangga menjadikan
budaya tak benda (WBTB) yang telah
motif motif popular yang di hasilkan terkait
terregister kemendikbud dengan nomor
dengan jenis tanaman sayur yang mereka
registrasi 2010000679 pada tahun 2010.
dapatkan sehari hari seperti rebung dan
Domain dari WBTB dari tenun sambas
kangkung sungai.
adalah keterampilan dan kemahiran
Corak warna yang cenderung tidak
kerajinan tradisional. Ketrampilan
cerah pada tenun Sambas memiliki arti
masyarakat sambas dalam menenun kain
tersendiri. Masyarakat Melayu hidup
menjadi pekerjaan dan dedikasi mereka
selaras dengan lingkungan. Asumsi corak
dalam mewariskan pengetahuan dari nenek
warna pada kain tenun berdimensi simbolis
moyang. WBTB merupakan warisan hidup
pada masyarakat Sambas sejalan dengan
dari suatu masyarakat yang dipraktikkan dan
pendapat Alo Liliweri. Pemikiran Liliweri
diekspresikan anggota masyarakat di mana
mendefinisikan makna mencakup pikiran,
budaya itu ada (Noho, 2018: 183).
perasaan, ide maupun gagasan seseorang Upaya pelestarian tenun Sambas
menjadi pesan verbal dan non verbal sebagai di lakukan oleh masyarakat di
(2002: 6). dukung penuh pemerintah daerah
Fungsi simbolisme kain tenun Kabupaten Sambas. Faktor pendorong
merupakan proses-proses visualisasi yang pelestarian tenun Sambas tidak hanya
cenderung ditemukan dalam kebudayaan sekedar identitas daerah, tetapi ada faktor
Volume
Tenun Sambas Sebagai Warisan... 9
Agus Dediansyah
2016, perihal Penunjukan Wakil untuk ddi wariskan secara turun temurun.
Kementerian lain yang masuk dalam tim menjadikan kain tersebut di tetapkan
tersebut adalah Kementerian Pariwisata, menjadi WBTB yang saat ini masih
motif, dan makna tenun. Museum tenun Kolonial datang ke wilayah kerajaan
penyimpanan koleksi kain tenun, juga komuditas ekspor selain karet dan kopra.
menyimpan alat untuk menenun. Benda- Pasang surut kerajinan kain tenun Sambas
benda tersebut memiliki nilai sejarah tidak lepas dari kedatangan Kolonial
Belanda, Jepang dan perdagangan luar
negri dengan Malaysia dan Brunai Januarti, Jefri Audi Wempi. (2019). Makna
Tenun Ikat Dayak Sintang
Darussalam.
Ditinjau Dari Teori Semiotika
Tenun sebagai identitas masyarakat Sosial Theo Van Leeuwen.
Bricolage, 5 (1), 73 – 102.
Sambas mulai berkembang dan memiliki
Fachrurozi, Miftahul Habib. (2021). Abdul
pasar dari luar negeri ketika di gerakan Rivai: Potret Intelegensia
Bumiputra Pada Awal Abad
oleh masyarakat Melayu dengan di bantu
Kedua Puluh. ISTORIA: Jurnal
kerajaan Alwatzikhoebillah. Identitas Pendidikan dan Sejarah, 17 (1), 1-
14.
tenun Sambas tidak lepas dari ciri ciri
Fajar, Indra Wahyu. (2016). Museum
masyarakat Melayu, baik dari sisi motif Tenun Songket Sambas. Jurnal
online mahasiswa Arsitektur
maupun warna yang di gunakan.
Universitas Tanjungpura, 4
Pelestarian tenun di lakukan dengan (2),19-32.
Farida. 2017. Pemberdayaan Pengrajin
berbagai macam cara, seperti
Perempuan Penenun Sarung
mendaftarkan sebagai warisan benda tidak ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Jurnal Komunikasi Profesional.
benda (WBTB), mendirikan Museum
1(1) 58-72.
Tenun Sahidah Sambas (MTSS) hingga Hadiwinoto, S. (2002).“Beberapa Aspek
Pelestarian Warisan Budaya”.
melakukan revitalisasi budaya agar sesuao
Makalah disampaikan pada
dengan generasi muda. Seminar Pelestarian dan
Pengembangan Masjid Agung
Demak, di Demak, 17 Januari
DAFTAR PUSTAKA 2002.
Hasbullah. (2014). Pembinaan Pelaku
Annisa, Rizky. (2020). Peninggalan Usaha. Jurnal Kewirausahaan, 13
Sejarah Islam Di Buleleng Bali. (1), 125–138.
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan
Sejarah, 16 (1), 1-12. Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu
Arby, Aurura; Alexander, Bell & Soleman, Sejarah. Yogyakarta: Tiara
Bessie. (1995). Album Seni Wacana.
Budaya Nusa Tenggara Timur. Leuape, Emanuel S. Susanne Dida. (2017).
Jakarta: Departemen Pendidikan Dialetika Etnografi Komunikasi
& Kebudayaan. Emik-Etik Pada Kain Tenun.
Budiman, Arief. (1986). Pembagian Kerja Jurnal Kajian Komunikasi, 5 (2),
Secara Seksual : Sebuah 147-158.
Pembahasan Sosiologis Tentang Maulia, Rafita. (2015). Wisata Budaya
Peran Wanita di dalam Dalam Tradisi Tenun Di
Masyarakat. Jakarta: PT. Kecamatan Mempura Kabupaten
Gramedia. Siak. Jom Fisip, 2 (2),1-11.
Daulay, Zainul. (2011). Pengetahuan Mubin, ilmiawan.2016. Makna Simbol
Tradisional Konsep, Dasar, Atau Motif Kain Tenun Khas
Hukum dan Praktiknya. Jakarta: Masyarakat Daerah Bima Di
PT RajaGrafindo Persada. Kelurahan Raba Dompu Kota
Volume
Tenun Sambas Sebagai Warisan... 13
Agus Dediansyah