Anda di halaman 1dari 13

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

Volume 17, No 2, September 2021


Tersedia Online: https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria

TENUN SAMBAS SEBAGAI WARISAN BUDAYA TAK BENDA (WBTB)


DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT

Agus Dediansyah, Muhammad Sadikin, Basuki Wibowo


Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI Pontianak
agus.dediansyah@gmail.com, sadikinmuhammad87@gmail.com, che.khatuliatiwa23@gmail.com

Abstrak-Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejarah tenun Sambas dari kerajaan hingga republik
, tenun identitas masyarakat melayu Kabupaten Sambas dan melihat bagaimana upaya pelestarian
tenun sambas oleh masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Sambas. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahap pengumpulan sumber, kritik sumber,
interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Sejarah tenun Sambas
tidak lepas dari persebaran Islam di nusantara. Perkembangan tenun Sambas pada masa kerajaan
Sambas begitu masu dan mengalami pasang surut pada masa kedatangan Hindia Belanda dan
pasukan Jepang. Tenun sebagai identitas masyarakat Sambas mulai berkembang dan memiliki pasar
dari luar negeri ketika di gerakan oleh masyarakat Melayu. Identitas tenun Sambas tidak lepas dari
ciri ciri masyarakat Melayu, baik dari sisi motif maupun warna yang di gunakan. {elestarian tenun
di lakukan dengan berbagai macam cara, seperti mendaftarkan sebagai warisan benda tidak benda,
mendirikan museum tenun Sambas hingga melakukan pelatihan pelatihan terhadap generasi muda.

Kata Kunci: Tenun Sambas

Abstract-This study aims to see the history of Sambas weaving from the kingdom to the republic,
weaving the identity of the Malay community of Sambas Regency and seeing how the efforts to
preserve Sambas weaving by the community and local government of Sambas Regency. This
research was conducted using the historical method which consists of the stages of source collection,
source criticism, interpretation, and historiography. The results of this study indicate that the history
of Sambas weaving cannot be separated from the spread of Islam in the archipelago. The
development of Sambas weaving during the Sambas kingdom was so intense and experienced ups
and downs during the arrival of the Dutch East Indies and Japanese troops. Weaving as the identity
of the Sambas community began to develop and had a market from abroad when it was moved by
the Malay community. The identity of Sambas weaving cannot be separated from the characteristics
of the Malay community, both in terms of motifs and colors used. The preservation of weaving is
carried out in various ways, such as registering as an intangible heritage, establishing a Sambas
weaving museum to conducting training training for the younger generation.

Keywords: Sambas Weaving

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah


p-ISSN: 1858-2621 e-ISSN: 2615-2150
2 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

Pendahuluan pada masa kerajaan Alwatzikhoebillah


Kabupaten Sambas pada sebelum Sambas. Kerajaan Sambas yang saat itu di
adanya kolonialisme merupakan wilayah pimpin Sultan Sulaiman yang bergelar
dari Kerajaan Sambas yang berpusat di Sultan Muhammad Tsjafiuddin I pada abad
istana Alwatzikhoebillah. Wilayah 17. Masyarakat saat itu sudah mulai
kerajaan Sambas pada masa Kolonial menenun untuk keperluan adat dan
terdiri dari 4 Onderafdeling yaitu; perdagangan. Bukti kain tenun sudah di
Singkawang, Bengkayang, Pemangkat dan kenal pada masa kerajaan Sambas adalah
Sambas. Pada masa kemerdekaan adanya peninggalan kain tenun antik dan
Kabupaten Sambas beribukota di berusia ratusan tahun yang tersimpan di
Singkawang dan memiliki 4 kewedanan Istana Alwatzikhoebillah.
yaitu; Kewedanan Singkawang, Kedatangan penjajah berdampak
Pemangkat, Sambas dan Bengkayang. pada perkembangan kain tenun Sambas.
Kerajinan tenun telah ditekuni Datangnya Belanda ke wilayah kerajaan
masyarakat Sambas secara turun temurun Sambas tidak membuat pengrajin
sejak abad 17. Kain tenun Sambas ini menghentikan aktifitas menenun.
memiliki ciri khas pada motif yang bergaya Masyarakat Sambas pada saat itu diberikan
Melayu dengan berwarna kuning kebebasan oleh Belanda beraktifitas,
keemasan dan berwarna perak sehingga terutama terkait dengan perdagangan yang
ada sebagian orang yang menyebut kain laku di pasar Eropa. Bahan utama untuk
tenun Sambas dengan istilah kain banang membuat tenun masyarakat dapatkan dari
emas. Penciri lain kain tenun Sambas yang pedagang negara Cina dan negara India.
membuat beda dengan tenun yang berasal Pada masa Jepang (1942 - 1945),
dari daerah lain di Indonesia adalah bagian perdagangan tenu Sambas mengalami
pinggir kain tenun polos dan berwarna kemunduran hal ini di karenakan sulitnya
putih. Kain tenun ini sudah dikenal sampai bahan baku di dapat. Kekerasan yang di
di luar Kabupaten Samba. Negara lakukan tentara Jepang terhadap rakyat
Malaysia, dan Brunei Darussalam Sambas mengakibatkan mereka trauma
menjadikan kain tenun sebagai pakaian akan kekejaman dan penyiksaan.
khusus pada saat acara-acara adat Melayu Kerajinan kain tenun di Kalimantan
(beradat). Barat tidak hanya dari Kabupaten Sambas
Kerajinan tenun yang ada di saja. Kabupaten Sintang juga memiliki
Kabupaten Sambas sudah berkembang sentral industri tenun Dayak. Perbedaan
Volume
Tenun Sambas Sebagai Warisan... 3
Agus Dediansyah

latar belakang penenun membuat tenun Sambas. Tahun 1999 jumlah penenun
yang di hasilkan oleh pengrajin Sambas Sambas 808 orang, sepuluh tahun
dengan pengrajin di Sintang berbeda. Kain berikutnya jumlahnya mendanjadi 365
tenun Sambas di produksi oleh masyarakat orang. Hasil wawancara dengan maestro
Melayu, sementara tenun Sintang di buat tenun Sambas, Sahidah menjelaskan bawa
oleh Masyarakat Dayak. Kain tenun dari penurunan jumlah penenun semakin drastis
Kabupaten Sintang memiliki ciri hingga pada tahun 2013 penenun yang
pewarnaan lebih dominan pada warna tinggal di Kabupaten sambas tinggal 256
merah dan hitam, hal ini menunjukan orang. Upaya pelestarian harus di lakukan
identitas masyarakat Dayak (Juniarti, secara holistik dengan melibatkan berbagai
2019: 77). pihak.
Upaya pelestarian tenun Sambas di
Metode
lakukan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Sambas bekerjasama dengan Metode penelitian sejarah di gunakan

masyarakat. Sahidah, maestro tenun dari dalam penelitian ini. Pada model ini harus

Kabupaten Sambas sudah melakukan di terapkan 4 tahap yaitu; Heuristik

pelestarian tenun Sambas dengan berbagai (pengumpulan), kritik sumber, interpretasi

cara, termasuk dalam hal ini membuat dan yang terakhir adalah historiografi.

museum tenun. Pemerintah daerah Tahap heuristik sumber sejarah meliputi

mendaftarkan tenun Sambas warisan sumber primer dan sekunder (Fachrurozi,

budaya tak benda (WBTB) dan terdaftar di 2021: 3). Kurangnya data tertulis terkait

kemendikbud tahun dengan Noreg. dengan tenun Sambas membuat penelitian

2010000679. Tanggal 28 Oktober 2014 ini menggunakan pendekatan sejarah lisan.

masyarakat Sambas di bina oleh Yayasan Pada tahapan pengumpulan data

Dompet Ummat Kalimantan Barat berhasil menggunakan sejarah lisan maka

memecahkan rekor Museum Rekor penekanan pada sumber primer melalui

Indonesia (MURI) dengan membuat kain wawancara dan Focus Group Diskusi

tenun sepanjang 161 meter, 100 motif dan (FGD). Sumber primer dalam penelitian

di kerjakan 16 bulan. adalah melalui wawancara dengan maestro

Permasalahan utama yang di hadapi tenun Sambas, ibu Sahidah. Sumber

oleh masyarakat Sambas adalah sekunder di peroleh dari jurnal, wawancara

berkurangnya pasar dan perajin tenun dengan budayawan Sambas dan buku
tentang budaya Sambas.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Volume 17


4 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

Tahap penelitian selanjutnya adalah 2021). Pada tahap ke 4 pemaparan hasil


melakukan kritik sumber, baik kritik penelitian yang di lakukan di Kabupaten
eksternal maupun internal. Pada tahap Sambas sudah pada tahap yang kronologis
kritik eksternal peneliti mengecek otensitas dan di sajikan dalam bentuk karya ilmiah.
dan integritas sumber sejarah. Kritik
internal, peneliti mengecek isi data dari Sejarah Tenun Sambas Dari Kerajaan
sumber yang digunakan dalam penelitian Alwatzikhoebillah Hingga Republik
(Sjamsudin, 2012: 104-122). Kritik sumber Indonesia

menyimpulkan sumber sejarah bisa Keberadaan kain tenun hampir


digunakan dan memliliki integritas tersebar secara merata di wilayah
sehingga peneliti dapat menggunakannya Indonesia. Sebutan tenun, kain tenun dan
sebagai sumber yang valid. Tahap ketiga ikat dikenalkan ahli etnografi Indonesia
adalah penafsiran yang merupakan tahap yang berasal dari Belanda, G.P Rouffaen
analisis dan sintesis. Analisis sumber tahun 1900. Rouffaen menyebut kain yang
berarti peneliti menguraikan sumber di buat secara manual di nusantara dengan
sejarah, sedangkan sintesis adalah ragam hias dan warna dengan meminjam
menyatukannya (Kuntowijoyo, 2013: 78- kata yang sudah popular di masyarakat
79). Melayu yaitu ikat sesuai dengan proses
Penafsiran dalam penelitian ini awal pembuatannya (Arby 1995: 8). Riset
dilakukan dengan cara menguraikan Rouffaen menjelaskan bahwa persebaran
sumber-sumber yang digunakan serta pengrajin kain tenun antara lain Sumatera,
menghubungkan satu dengan yang lainnya pedalaman Kalimantan, sebagian
agar terbentuk suatu makna yang utuh. Sulawesi, dan wilayah Nusa Tenggara
Sementara itu tahap terakhir dalam Timur.
penelitian ini adalah penulisan sejarah. Kalimantan Barat menghasilkan kain
Penulisan sejarah harus menekankan pada tenun dengan motif yang terkenal rumit
aspek kronologis (Kuntowijoyo, 2013: 80). dan berbeda antar daerah penghasil.
Adapun penelitian ini berusaha untuk Wilayah pesisir Kalimantan Barat di
memenuhi aspek kronologis tersebut temukan daerah penghasil tenun terkenal
dengan melakukan penulisan berdasarkan yang di diami oleh masyarakat Melayu,
urutan terjadinya peristiwa. Pada tahapan yaitu Kabupaten Sambas. Wilayah
historiografis peneliti harus menulis secara pedalaman Kalimantan Barat banyak di
kronologis (Annisa; 2020, Fachruroz, diami oleh masyarakat Dayak. Masyarakat
Volume
Tenun Sambas Sebagai Warisan... 5
Agus Dediansyah

Dayak penghasil tenun terletak di menjadikan industri tenun yang di kelola


Kabupaten Sintang. Selain Kalimantan secara tradisional berkembang pesat.
Barat, Kalimantan Selatan juga merupakan Sahidah, merupakan generasi penenun
penghasil kain tenun sasiringan dengan tahun 1960an yang mampu bertahan
sentral pengrajin di Banjarmasin. Kain hingga tahun 2021 menjadikan kain tenun
sasiringan juga di jual di pusat oleh oleh sebagai sumber pencaharian sehari hari.
Martapura. Tahun 1962 Sahidah sudah mulai menenun
Perkembangan kain tenun Sambas dan mengumpulkan hasil tenun sesama
mulai terdokumentasikan sejak masa perajin untuk di jual ke pasar Singkawang.
kerajaan Sambas. Tenun pada masa Kain tenun Sambas pada masa itu bahkan
kerajaan Alwatzikhoebillah Sambas sampai di pasarkan di daerah Serawak,
memiliki fungsi sebagai bagian dari acara Malaysia dan negara Brunai. Awal tahun
adat dan memiliki nilai yang tinggi. Pada 1990an tenun Sambas mulai mengalami
abad 17 hampir semua acara kerajaan kejayaan, hal ini di karenakan tenun dari
Alwatzikhoebillah memakai kain tenun Kabupaten Sambas memiliki ciri khas.
sebagai pakaian kebesarannya. Memasuki tahun 90-an penjualan
Perkembangan tenun mulai pasang kain tenun Sambas ke luar negeri
surut pada masa penjajahan. Belanja pada mengalami penurunan. Penjualan ke
abad 19 menjadikan tenun Sambas, karet Malaysia (Serawak) dan Brunei
dan kopra dari kerajaan Alwatzikhoebillah mengalami penurunan drastis, hal ini
sebagai komuniti ekspor. Pada masa disebabkan karena menurunya jumlah
pendudukan Jepang yang singkat kain produksi yang dihasilkan. Selain itu, di
tenun mulai mengalami kemunduran. Hal Malaysia (Serawak) dan Brunei sendiri
ini di karenakan Jepang di Kalimantan telah memproduksi kain tenun yang
Barat lebih focus pada upaya sebagian pengrajin tenun berasal dari
mempertahankan kekuasaan dan Sambas. Faktor ini menyebabkan pengrajin
memperkuat militer melalui pelibatan tenun kesulitan memasarkan kain yang
masyarakat dalam PETA. telah ditenun. Pengrajin tenun umumnya
Kain tenun mulai berproduksi secara tidak memiliki pengetahuan tentang teknik
massif pada awal tahun 1960an. pemasaran produk.
Munculnya penenun dan mulai adanya
pesanan dari luar Kabupaten Sambas

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Volume 17


6 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

Tenun Identitas Masyarakat Melayu Tradisi melayu dalam membuat kain


Kabupaten Sambas motif harus rapi dan memiliki kekhasan.
Motif tenun Sambas merupakan Hal ini di sebabkan kain merupakan
identitas masyarakat Melayu Sambas, identitas dan citra diri pemakainya. Motif
sekaligus sebagai kebanggaan Kabupaten kain tenun melayu Sambas hampir sama
Sambas. Seni hias Melayu yang dengan motif tenun Siak. Motif tenun Siak
bernafaskan Islam menonjolkan tumbuh secara pembuatan, bahan yang di gunakan
tumbuhan sebagai ragam motifnya. Motif dan pembuatnya hampir sama dengan
kain tenun Sambas yang paling di kenal tenun Sambas. Bahan tenun Siak
orang adalah motif rebung dan tanaman bersumber dari apa yang ada di alam baik
kangkung sungai. Motif rebung di itu dari flora maupun fauna (Maulia, 2015:
munculkan pada kepala kain dan kaki kain. 6).
Motif kangkung sungai banyak di Motif kain tenun Sambas berbeda
tempatkan di tengah kain. Penempatan dengan tenu Sintang walaupun sama-sama
motif tenun Sambas dilakukan sesuai dari Kalimantan Barat. Motif tenun Dayak
dengan pakem yang di wariskan secara Sintang beragam dan dikategorikan motif
turun temurun. Variasi dilakukan perajin sakral dan motif tua (tuai). Motif sakral
biasanya hanya pada penempatan isian- adalah motif-motif seperti motif rabing
isian motif dan penempatan objek dan (reptil). Motif tenun Sintang memiliki
hiasan pinggir kain, penempatan ini juga di makna yang mendalam, seperti motif ruit
lakukan oleh penenun-penun lain seperti di (tombak) kekuatan ikatan hubungan antara
tenun Sintang dan tenun flores (Sila, 2013: laki-laki dan perempuan (Juniarti, 2019:
156). 77).
Variasi variasi yang di lakukan oleh Proses pembuatan tenun Sambas
penenun Sambas membuat kain ini berbeda cukup rumit dan membutuhkan waktu yang
dengan kain yang di hasilkan oleh pabrik lama. Pembuatan tenun di lakukan dengan
yang sudah menggunakan alat modern. cara menggabungkan benang dengan alat
Buruh pabrik pembuat kain tidak memiliki khusus, posisi benang yang memanjang
ide kratif dalam menciptakan motif tenun (lungsi) dan arah melebar (pakan) di
yang baru. Kain hasil olahan pabrik di buat rangakai satu persatu. Proses pembuatan
sama persis karena mengejar target jumlah diawali pemintalan benang, mengikat
besar sesuai kemauan pemesan (Farida, benang untuk membentuk motif,
2017:9). pewarnaan dengan larutan khusus pada
Volume
Tenun Sambas Sebagai Warisan... 7
Agus Dediansyah

benang, menenun adalah tahap terakhir titipkan ke pengepul. Nilai nilai


yang membutuhkan keahlian dan kewirausahaan perempuan Sambas yang
ketekunan. Waktu membuat kain tenun mencoba keluar dari anggapan mereka
yang lama membuat kain ini memiliki nilai tidak menghasilkan uang bisa di lihat dari
jual yang tinggi. semangat Sahidah yang sudah sejak tahun
Tenun Sambas terkenal dengan motif 1970 berjualan kain tenun di wilayah
yang rumit dengan warna yang variatif. Kecamatan Pemangkat dan Singkawang.
Pembuatan tenun di lakukan oleh Tenun Sambas mempunyai warna,
perempuan yang di kenal memiliki desain (motif) dan filosofi yang berbeda
ketelitian. Masyarakat Sambas sejak jaman dengan daerah lainnya. Pewarnaan kain
kerajaan Sambas sudah mulai merintis tenun Sambas menggunakan zat yang
pembuatan tenun dengan melibatkan berasal dari lingkungan sekitar tempat
perempuan-perempuan di desa. Pembuatan perajin. Zat pewarna tradisional yang ada
tenun di lakukan di waktu senggang setelah pada kain tenun berasal dari akar tanaman,
mereka menyelesaikan tugas rumah daun, batang suatu tanaman memiliki
tangganya. Pembagian kerja secara warna khas dan tidak dapat tergantikan
biologis di mana masyarakat membedakan oleh zat pewarna dari bahan kimia. Proses
tugas laki laki dan perempuan sudah di pewarnaan harus dapat secara berrulang –
laksanakan sejak dahulu kala, di mana ulang dengan tujuan mendapatkan hasil
Wanita harus bekerja dalam rumah tangga warna yang terbaik. Ada sebagia pengrajin
dan tidak boleh keluar rumah jauh. yang menggunakan pewarna buatan
Pendapat ini sejalan dengan teori Nature dengan harapan menekan ongkos produksi,
Talcott Parsons yang di dukung Sigmund hal ini sama yang dilakukan oleh pengrajin
Freud, tentang pembagian kerja tenun di daerah Flores (Trisnayana, 2016).
berdasarkan perbedaan jenis kelamin atau Penenun Sambas masih
keadaan biologis (Budiman, 1986). menggunakan peralatan tradisional yang
Pekerjaan perempuan Melayu sejak dipakai dan diwariskan secara turun
jaman kerajaan Alwatzikhoebillah Sambas temurun. Hasil kain tenun warga Sambas
menunjukan mereka bisa menghasilkan yang masih menggunakan teknik
barang yang memiliki nilai pasar. Sahidah, tradisional secara ekonomis memang tidak
maestro tenun khas Sambas sejak SD sudah sesuai karena kain di hargai mahal dan
mulai berjualan hasil tenun dengan cara di membutuhkan waktu lama untuk

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Volume 17


8 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

memproduksi satu buah tenun. Semangat Timur (Mulyana dan Rakhmat, 2009: 54).
penenun Sambas yang masih Masyarakat penenun Sambas yang
menggunakan alat tenun sederhana, sama merupakan suku Melayu menggunakan
dengan masyarakat Desa Jopu, Flores yang kain tenun yang di buat secara tradisional
masih mempertahankan cara membuat sebagai identitas dan media komunikasi
tenun dengan alat tradisional budaya terutama pada saat acara adat.
(Widijatmoko , 2019: 62). Motif kain tenun Sambas secara identitas
Eksistensi warna dan gambar kain budaya hamper sama dengan masyarakat
tenun dimaksudkan sebagai media ekspresi Tutem yang memiliki fungsi konstruksi
makna. Merujuk pada pendapat James P. seni (keindahan) dan kode bahasa
Spradley, makna menyampaikan komunikasi. (Leuape, 2017: 150)
pengalaman sebagian besar umat manusia
Pelestarian Tenun Sambas sebagai
di dalam masyarakat (Sobur, 2009: 25).
Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Pengalaman perajin tenun yang rata rata
Tenun Sambas merupakan warisan
sebagai ibu rumah tangga menjadikan
budaya tak benda (WBTB) yang telah
motif motif popular yang di hasilkan terkait
terregister kemendikbud dengan nomor
dengan jenis tanaman sayur yang mereka
registrasi 2010000679 pada tahun 2010.
dapatkan sehari hari seperti rebung dan
Domain dari WBTB dari tenun sambas
kangkung sungai.
adalah keterampilan dan kemahiran
Corak warna yang cenderung tidak
kerajinan tradisional. Ketrampilan
cerah pada tenun Sambas memiliki arti
masyarakat sambas dalam menenun kain
tersendiri. Masyarakat Melayu hidup
menjadi pekerjaan dan dedikasi mereka
selaras dengan lingkungan. Asumsi corak
dalam mewariskan pengetahuan dari nenek
warna pada kain tenun berdimensi simbolis
moyang. WBTB merupakan warisan hidup
pada masyarakat Sambas sejalan dengan
dari suatu masyarakat yang dipraktikkan dan
pendapat Alo Liliweri. Pemikiran Liliweri
diekspresikan anggota masyarakat di mana
mendefinisikan makna mencakup pikiran,
budaya itu ada (Noho, 2018: 183).
perasaan, ide maupun gagasan seseorang Upaya pelestarian tenun Sambas
menjadi pesan verbal dan non verbal sebagai di lakukan oleh masyarakat di
(2002: 6). dukung penuh pemerintah daerah
Fungsi simbolisme kain tenun Kabupaten Sambas. Faktor pendorong
merupakan proses-proses visualisasi yang pelestarian tenun Sambas tidak hanya
cenderung ditemukan dalam kebudayaan sekedar identitas daerah, tetapi ada faktor
Volume
Tenun Sambas Sebagai Warisan... 9
Agus Dediansyah

ekonomi guna menunjang tradisional membuat kain tenun memiliki


keberlangsungan hidup sehari-hari ciri khas dan dianggap memiliki nilai seni
penenun. sehingga masih laku bagi masyarakat yang
Pekerjaan sebagai penenun berkunjung ke Kabupaten Sambas. Cara
merupakan salah satu pekerjaan yang dapat membuat yang masih manual membuat
menghasilkan uang untuk kebutuhan keaslian dari tenun sambas masih bisa di
keluarga, oleh karena itu pekerjaan ini pertahankan dan menjadi jaminan bagi
masih bertahan dari waktu ke waktu yang pembeli kain tenun khas Kabupaten
pembuatannya dilakukan secara tradisional Sambas.
(Hasbullah, 2014). Dari pendapat yang Pelestarian tenun Sambas sebagai
disampaikan oleh Hasbullah dapat bentuk dari tradisi masyarakat dan keahlian
disimpulkan bahwa dengan terus kriya yang memiliki nilai seni harus di
melestarikan budaya tenun ikat ini dapat lakukan secara holistik. Penenun,
membantu kebutuhan ekonomi dalam pemerintah, akademisi, dan pengusaha
kehidupan sehari – hari. harus bersama sama merumuskan agar kain
Perkembangan jaman dan perubahan tenun memiliki nilai ekonomi tinggi. Motif
gaya berpakaian masyarakat berdampak kain tenun khas Sambas merupakan bagian
pada menurunnya produksi tenun Sambas. dari pengetahuan lokal penenun Sambas
Perubahan ini berdampak pada semakin yang di buat dengan mereka melihat
berkurangnya perajin tenu yang ada di kejadian di sekitar lingkungannya.
Sambas. Masyarakat Sambas, terutama Warisan Budaya Tak benda akan
yang ada di sekitar Museum tenun Sahidah hilang ketika masyarakat tidak mau
Sambas (MTSS) masih tetap bertahan melestarikan. Kain tenun Sambas yang di
sebagai perajin tenun. Masyarakat percaya kategorikan sebagai WBTB harus di
bahwa keahlian yang di wariskan secara lestarikan oleh masyarakat Sambas sebagai
turun temurun masih dapat memenuhi pendukung kebudayaannya. Kain tenun
kehidupannya. yang merupakan kepunyaan mereka bisa
Keunikan kain tenun Sambas dan saja tidak akan mereka kenal lagi. WTB
masih lestarinya beberapa tradisi Melayu bisa hilang ketika sudah di modifikasi oleh
di kabupaten Sambas merupakan kekuatan orang yang bukan bagian dari masyarakat
utama bagi perajin untuk tetap pendukung kebudayaan atau pihak pihak
melestarikannya. Penggunaan alat tenun lain yang memiliki kepentingan yang

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Volume 17


10 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

berbeda dengan masyarakat Sambas (Noho, pengetahuan tentang tenun. Pengetahuan


2018: 183). dan kecintaan pemuda Sambas, termasuk
Upaya pewarisan dan perlindungan pelajar sebagai generasi pewaris budaya di
tenun Sambas secara holistik juga terkait mulai dari pengenalan nilai-nilai budaya
dengan perekonomian masyarakat. tenun Sambas secara nyata maupun
Pewarisan secara holistik yang di maksud melalui dunia maya sesuai dengan
disini adalah pewarisan yang perkembang jaman. Secara simbolis kain
menggunakan pendekatan ekonomi, tenun merupakan manifestasi jatidiri
budaya dan politik. Kebijakan pemerintah masyarakat Melayu di Kabupaten Sambas
membuat peraturan daerah, merangkul yang dapat menumbuhkan rasa
pengusaha menengah merupakan bentuk kebanggaan, percaya diri masyarakat
dukungan yang bernilai ekonomis guna terhadap kekayaan budayanya.
menunjang kesejahteraan perajin. Upaya Upaya pelestarian tenun sambas di
pelestarian secara holistik dapat dilakukan lakukan secara turun temurun. Pewarisan
dengan melibatkan semua pihak untuk ketrampilan membuat kain tenun di
memberikan kesadaran akan nilai-nilai Kabupaten Sambas biasanya di lakukan
ekonomi, pengetahuan dan pewarisan secara informal melalui pendidikan
budaya pada masyarakat (Daulay, keluarga. Wawancara dengan Alfian
2011:95). sebagai seorang putra dari penenun
Upaya pelestarian tenun Sambas menjelaskan bahwa pada waktu kecil dia
harus dilakukan dengan memotivasi semua sudah di kenalkan jenis-jenis motif tenun
elemen yang ada dalam masyarakat. oleh ibunya.
Elemen masyarakat Sambas yang terlibat Penghargaan di berikan kepada
meliputi penggerak, pecinta tenun Sambas, Sahidah yang telah melakukan pewarisan
peneliti, budayawan, dan Lembaga keahlian menenun pada masyarakat.
Swadaya Masyarakat (LSM). Masyarakat Menteri Kebudayaan dan pariwisata RI Ir.
harus mau dan memiliki semangat untuk Jero Wacik, SE memberi penghargaan
memperjuangkan kelestarian warisan untuk pelestari dan pengembang warisan
pengetahuan (Hadiwinoto, 2002: 30). budaya sebagai Penggali Tenun Ikat Khas
Masyarakat Sambas guna Sambas” pada tahun 2008. Penghargaan itu
melestarikan tenun harus memiliki juga di berikan kepada Sahidah karena
semangat menjaga, melindungi prestasinya yang telah membuat dan
mempertahankan dan meningkatkan melestarikan motif kain tenun lebih dari
Volume
Tenun Sambas Sebagai Warisan... 11
Agus Dediansyah

300 motif. Anugrah kebudayaan yang di sehingga apabila masyarakat berkunjung


berikan kepada ibiusahidah merupakan ke dalam musium maka secara tidak
Implementasi dari UU No 5 Tahun 2017 langsung akan terbentuk pemikiran untuk
tentang Pemajuan Kebudayaan yang melihat masa lampau masyarakat Sambas.
berfungsi untuk melindungi, Museum dapat di jadikan sebagai
memanfaatkan, dan mengembangkan pendidikan sejarah secara informal, di
kebudayaan Indonesia. samping sebagai tempat rekreasi warga
UU Pemajuan Kebudayaan masyarakat dan bisa saja di jadikan media
merupakan gagasan antarkementerian, pembelajaran sejarah untuk guru sejarah di
yang dipimpin oleh Kementerian Kabupaten Sambas (Santoso, 2021: 3).
Pendidikan dan Kebudayaan
Kesimpulan
(Kemendikbud). Penunjukan
Kemendikbud sebagai koordinator atau Tenun Sambas saat ini menjadi salah

pimpinan antar-kementerian tersebut satu warisan budaya tak benda (WBTB)

berdasarkan surat Presiden RI nomor denga Noreg. 2010000679. Ketrampilan

R.12/Pres/02/2016, tanggal 12 Februari menenun masyarakat Sambas selama ini

2016, perihal Penunjukan Wakil untuk ddi wariskan secara turun temurun.

Membahas RUU tentang Kebudayaan. Pengetahuan perajin tenun Sambas

Kementerian lain yang masuk dalam tim menjadikan kain tersebut di tetapkan

tersebut adalah Kementerian Pariwisata, menjadi WBTB yang saat ini masih

Kementerian Pendayagunaan Aparatur dipraktikkan dan diekspresikan oleh

Negara dan Reformasi Birokrasi, sebagian masyarakat Sambas.

Kementerian Agama, dan Kementerian Sejarah tenun Sambas tidak lepas

Hukum dan HAM. dari persebaran Islam di nusantara.

Sahidah mendirikan museum khusus Perkembangan tenun Sambas pada abad 17

tenun dengan harapan masyarakat tidak lepas dari peran kerajaan

mengetahui bagaimana pembuatan tenun, Alwatzikhoebillah Sambas. Pada masa

motif, dan makna tenun. Museum tenun Kolonial datang ke wilayah kerajaan

Sambas selain sebagai tempat Alwatzikhoebillah, tenun Sambas menjadi

penyimpanan koleksi kain tenun, juga komuditas ekspor selain karet dan kopra.

menyimpan alat untuk menenun. Benda- Pasang surut kerajinan kain tenun Sambas

benda tersebut memiliki nilai sejarah tidak lepas dari kedatangan Kolonial
Belanda, Jepang dan perdagangan luar

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Volume 17


12 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

negri dengan Malaysia dan Brunai Januarti, Jefri Audi Wempi. (2019). Makna
Tenun Ikat Dayak Sintang
Darussalam.
Ditinjau Dari Teori Semiotika
Tenun sebagai identitas masyarakat Sosial Theo Van Leeuwen.
Bricolage, 5 (1), 73 – 102.
Sambas mulai berkembang dan memiliki
Fachrurozi, Miftahul Habib. (2021). Abdul
pasar dari luar negeri ketika di gerakan Rivai: Potret Intelegensia
Bumiputra Pada Awal Abad
oleh masyarakat Melayu dengan di bantu
Kedua Puluh. ISTORIA: Jurnal
kerajaan Alwatzikhoebillah. Identitas Pendidikan dan Sejarah, 17 (1), 1-
14.
tenun Sambas tidak lepas dari ciri ciri
Fajar, Indra Wahyu. (2016). Museum
masyarakat Melayu, baik dari sisi motif Tenun Songket Sambas. Jurnal
online mahasiswa Arsitektur
maupun warna yang di gunakan.
Universitas Tanjungpura, 4
Pelestarian tenun di lakukan dengan (2),19-32.
Farida. 2017. Pemberdayaan Pengrajin
berbagai macam cara, seperti
Perempuan Penenun Sarung
mendaftarkan sebagai warisan benda tidak ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Jurnal Komunikasi Profesional.
benda (WBTB), mendirikan Museum
1(1) 58-72.
Tenun Sahidah Sambas (MTSS) hingga Hadiwinoto, S. (2002).“Beberapa Aspek
Pelestarian Warisan Budaya”.
melakukan revitalisasi budaya agar sesuao
Makalah disampaikan pada
dengan generasi muda. Seminar Pelestarian dan
Pengembangan Masjid Agung
Demak, di Demak, 17 Januari
DAFTAR PUSTAKA 2002.
Hasbullah. (2014). Pembinaan Pelaku
Annisa, Rizky. (2020). Peninggalan Usaha. Jurnal Kewirausahaan, 13
Sejarah Islam Di Buleleng Bali. (1), 125–138.
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan
Sejarah, 16 (1), 1-12. Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu
Arby, Aurura; Alexander, Bell & Soleman, Sejarah. Yogyakarta: Tiara
Bessie. (1995). Album Seni Wacana.
Budaya Nusa Tenggara Timur. Leuape, Emanuel S. Susanne Dida. (2017).
Jakarta: Departemen Pendidikan Dialetika Etnografi Komunikasi
& Kebudayaan. Emik-Etik Pada Kain Tenun.
Budiman, Arief. (1986). Pembagian Kerja Jurnal Kajian Komunikasi, 5 (2),
Secara Seksual : Sebuah 147-158.
Pembahasan Sosiologis Tentang Maulia, Rafita. (2015). Wisata Budaya
Peran Wanita di dalam Dalam Tradisi Tenun Di
Masyarakat. Jakarta: PT. Kecamatan Mempura Kabupaten
Gramedia. Siak. Jom Fisip, 2 (2),1-11.
Daulay, Zainul. (2011). Pengetahuan Mubin, ilmiawan.2016. Makna Simbol
Tradisional Konsep, Dasar, Atau Motif Kain Tenun Khas
Hukum dan Praktiknya. Jakarta: Masyarakat Daerah Bima Di
PT RajaGrafindo Persada. Kelurahan Raba Dompu Kota

Volume
Tenun Sambas Sebagai Warisan... 13
Agus Dediansyah

Bima Propinsi Nusa Tenggara


Barat. Historis.1 (1).
Noho, Yumanraya , Meilinda L. Modjo,
Tazkiya N. Ichsan. (2018)
Pengemasan Warisan Budaya Tak
Benda “Paiya Lohungo Lopoli”
Sebagai Atraksi Wisata Budaya
Di Gorontalo. Jurnal Ilmu
Pendidikan Nonformal AKSARA
179, 4 (2), 179-192.
Santosa, Yusuf Budi Prasetya, Khairul Tri
Anjani, Akhmad Syaekhu
Rakhman. (2021). Museum
Kehutanan “Ir. Djamaludin
Suryohadikusumo” Sebagai
Media Pembelajaran Sejarah
Pada Materi Sumber Sejarah.
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan
Sejarah, 17 (1), 1-8.
Sjamsudin, H. (2012). Metodologi Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Sila, I Nyoman. I Dewa Ayu Made
Budhyani. (2013). Kajian Estetika
Ragam Hias Tenun Songket
Jinengdalem, Buleleng. Jurnal
Ilmu Sosial dan Humaniora, 2 (1),
158-178.
Trisnayana, I. K., Suartini, L., & Budiarta,
I. G. M. (2016). Proses
Pembuatan Tenun Flores Home
Industri Ibu Yustiana Nona di
Desa Tanjung Benoa. Jurnal
Pendidikan Seni Rupa, Vol 4(1),
11. Retrieved from
file:///C:/Users/USER/Download
s/32- 7181-1-SM (3).pdf
Widijatmoko, Engelbertus kukuh, Iskandar
Ladamay, Maria Sukarna Ingrid
Rera. (2019). Keterlibatan Warga
Negara Dalam Mempertahankan
Keaslian Budaya Tenun Ikat.
Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 9 (1), 57-66.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Volume 17

Anda mungkin juga menyukai