Anda di halaman 1dari 6

Kemandirian Siswa Sekolah Dasar di Kelas Tinggi

Sulvi Nuke Rahmita


230151603928
Sulvi.nuke.2301516@students.um.ac.id
Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

ABSTRAK
Pada abad 21 ini peserta didik di sekolah dasar sudah di berikan motivasi, diberikan arahan
untuk bersikap mandiri. Seperti dari hal yang paling kecil dahulu yaitu merapikan tempat
tidur, mandi, menyiapkan kebutuhan sekolah, menepati janji. Kemandirian ini harus
diterapkan sejak dini supaya peserta didik selalu siap menghadapi tantangan-tantangan baru
dimasa depan. Dalam menerapkan kemandirian terhadap peserta didik diperlukan dukungan
serta pengawasan dari orang tua dan guru. Dampak yang ditimbulkan bagi peserta didik
adalah peserta didik dapat mandiri bertahap sesuai usia, contohnya mengembangkan potensi
siswa, siswa dapat mengerjakan kewajibannya seperti mengerjakan pekerjaan rumah (PR)
tanpa bantuan orang tua tetapi mulai mencari jawaban di buku pelajaran, mengerjakan jadwal
piket kelas di sekolah dengan penuh tanggung jawab.

Kata Kunci : Kemandirian, Sekolah Dasar, Peran Orang Tua, Pengembangan Potensi.

ABSTRACT
In the 21st century, children in elementary schools have been given motivation, given
direction to be independent. Like the smallest things first, namely making the bed, bathing,
preparing school needs, training the children. This independence must be implemented from
an early age so that individuals are always ready to face new challenges in the future. In
implementing independence for children, support and supervision from parents and teachers
is needed. The impact this has on students is that students can be independent gradually
according to age, for example developing student potential, students can carry out their
obligations such as doing homework (PR) without the help of parents but start looking for
answers in textbooks, working on class picket schedules at school with full of responsibility.

Keywords : Independence, Elementary School, Role of Parents, Potential Development.

METODE PENELITIAN
Metode survei wawancara menggunakan kuesioner yang dijawab langsung oleh
narasumber. Membuat survei dengan pertanyaan-pertanyaan yang jelas dan tepat sesuai
tujuan penelitian, Pertanyaan terstruktur dengan responden yang akan ditentukan sesuai
dengan tujuan survei, seleksi dilakukan dengan cara tertarget. Pewawancara yang terlibat
cukup terlatih sehingga wawancara dilakukan dengan konsisten, jadwal wawancara dengan
responden sesuai kesepakatan, waktu dan lokasi wawancara tepat dan nyaman. Dalam
wawancara, pewawancara akan mengajukan pertanyaan berdasarkan kuesioner, mencatat
jawaban dengan cermat, benar dan lengkap, setelah wawancara selesai, data yang terkumpul
akan dianalisis untuk lebih memahami pola dan wawasan yang diperoleh, dengan
menggunakan metode ini memperoleh data secara detail.
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Paparan Data
Berdasarkan hasil wawancara, berikut data yang didapatkan saat wawancara.
A : Apa masalah yang saat ini ibu dihadapi di saat mengajar peserta didik kelas 5 sd?
B : Masalah yang saat ini ibu hadapi sih ya sikap mandiri pada anak-anak.
A : Sikap mandiri apa yang ibu terapkan pada anak-anak?
B : Yang saat ini masih ibu terapkan dan usahakan, ya anak-anak ibu usahakan untuk
mengerjakan pekerjaan rumah (PR) secara mandiri, tidak bergantung pada orang tua, maupun
internet ya, itu yang paling sulit karena anak-anak kan juga mempunyai telepon genggam
masing-masing, jadi kemudahan mencari jawaban itu ada, tapi selalu saya ingatkan untuk
berusaha dulu membaca buku, baru kalau memang tidak ditemukan baru boleh menggunakan
internet.
A : Peran orang tua yang diharapkan itu seperti apa bu?
B : Setiap orang tua mampu memberikan arahan, dukungan, dan motivasi kepada anaknya,
selain untuk menyukseskan kemandirian ini dapat menjalin komunikasi dan peran sebagai
orang tua, dari interaksi inilah nanti akan timbul kedekatan antara orang tua dan anak,
sehingga mereka saling mengerti karakter masing-masing serta memberikan kesiapan untuk
masa depan anak.
A : Saat ini apakah peserta didik kelas 5 sudah mandiri?
B : Beberapa anak sudah mandiri terutama pada peserta didik perempuan.
A : Apakah era pandemi berpengaruh pada sikap mandiri peserta didik?
B : iya malah sangat berpengaruh
A : Mengapa era pandemi dapat mengubah sikap mandiri peserta didik?
B : 2 tahun bukan waktu yang singkat dalam perubahan, apalagi sikap peserta didik yang
cenderung merasa nyaman karena berada di zona nyaman yaitu rumah, segala hal ada dan
tercukupi membuat peserta didik manja dan kurang sosialisasi juga. Apalagi orang tua
perempuan yaitu ibu biasanya sangat sayang kepada anak mereka, nah hal ini membuat anak
menjadi tidak mandiri karena segala kebutuhan sudah di sediakan di rumah. Berbeda saat
disekolah, peserta didik mau tidak mau mengerjakan semua sendiri, ya mungkin bisa di bantu
guru, tapi terkadang peserta didik itu malu mengungkapkan atau tidak berani bicara apalagi
masih tergolong anak-anak. Nah karena malu tadi peserta didik jadi berani mencoba sendiri,
mencari tahu dan berusaha mendapatkan tujuannya.
A : Jadi peserta didik lebih mandiri saat di sekolah dibanding di rumah?
B : Betul.
B. Temuan
Peserta didik kelas 5 di tingkat sekolah dasar sudah mulai diberikan arahan oleh guru di
sekolah untuk bersikap mandiri. Di abad 21 ini segala hal dapat diakses dengan mudah
menggunakan internet tetapi tetap melibatkan peran orang dewasa seperti orang tua di rumah
dan guru di sekolah. Peserta didik diharapkan mampu bersikap mandiri secara pemikiran dan
tindakan. Lewat pemikiran, peserta didik berani mengambil keputusan tanpa meminta
bantuan dari orang lain, sedangkan secara tindakan peserta didik mampu bergerak dan berani
mencoba hal-hal baru.
PEMBAHASAN
1. Sikap Mandiri
Chaplin (1993: 243), mendefinisikan kemandirian dari asal katanya yaitu "independence"
yang berarti suatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung kepada orang lain dalam
menentukan keputusan dan adanya sikap kepercayaan diri.

Kemandirian menurut Benardib dib (Mutadin 2002: 1), merupakan perilaku mampu
berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan
dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh
Kartini dan Dali (1987) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk melakukan
segala sesuatu bagi diri sendiri.

Dalam Parker (2006: 226), mengartikan kemandirian self-reliance adalah kemampuan untuk
mengelola semua apa yang kita miliki, kita tahu bagaimana mengelola waktu, berjalan dan
berfikir secara mandiri, disertai bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar
berfikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri. Dalam mencapai keinginan untuk
mandiri sering kali anak mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh masih adanya
kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain (Mu'tadi, 2002).

2. Pekerjaan Rumah di Sekolah Dasar serta Peran Orang tua


Pekerjaan Rumah (PR) di lingkup sekolah dasar tergolong mudah dan dapat dinalar, Karena
pesatnya perkembangan teknologi yang memudahkan segala penyelesaian masalah di
kehidupan sehari-hari membuat peserta didik mengandalkan internet tanpa mau mencoba
menyelesaikan masalah dengan usaha sendiri, seperti berpikir dahulu menggunakan logika,
mencoba membaca di buku pelajaran yang sudah cukup lengkap dengan materi dan
pembahasannya, atau bertanya kepada keluarga di rumah yang juga dapat meningkatkan
kedekatan antar anggota keluarga.

Dalam hal ini diharapkan peran anggota keluarga terutama orang tua dapat membimbing
peserta didik saat mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Hal ini dapat menjadi evaluasi
pembelajaran yang dilakukan pagi hari saat sekolah, sehingga materi yang didapatkan peserta
didik dapat di terima dengan baik.

3. Era Pandemi
Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang telah berlangsung selama dua tahun telah
membawa perubahan dan transformasi dalam pemikiran dan ilmu pengetahuan Indonesia.
Pendidikan tradisional sedang berubah dan menciptakan tantangan di hampir setiap wilayah
dan di setiap tingkatan. Terbatasnya penggunaan media pembelajaran modern sebagai sarana
untuk memutus rantai distribusi mengurangi kualitas pendidikan yang bermakna dan peran
pendidikan dalam pendidikan.

Pendidikan di daerah yang masih minim fasilitas masih menjadi permasalahan bagi dunia
pendidikan. Belum semua fasilitas dan keterampilan pendidik siap melaksanakan
pembelajaran jarak jauh, dan beberapa peraturan masih diperbarui secara bertahap.
Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa
depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran
guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar sebab edukasi bukan hanya
sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi.
Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu dalam
menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan.

4. Pemulihan Karakter Peserta Didik


Berlangsungnya pembelajaran secara normal dapat memulihkan sikap peserta didik serta
suasana, yang awalnya selalu berada di rumah, selalu mengandalkan teknologi, saat sudah
masuk normal kembali peserta didik diwajibkan mandiri di lingkungan sekolah.

Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah langkah-langkah dan upaya yang
memungkinkan seseorang untuk memilih langkah-langkah yang tepat dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan.

Secara harfiah, “karakter” berarti kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau
reputasi. 6 Menurut Hidayatullo, karakter adalah kekuatan mental atau moral seseorang yang
menjadi kepribadian khusus yang membedakan individu tersebut dengan individu lainnya.
7 Karakter adalah sifat-sifat baik yang terpatri dalam diri dan diwujudkan dalam tindakan
(mengetahui nilai kebajikan, ingin berbuat baik, hidup berkesejahteraan, memberikan dampak
positif terhadap lingkungan) . Karakter disebut juga watak, watak, watak, dan lain-lain
seseorang, dan dianggap timbul dari hasil kebajikan batin dan menjadi dasar pendapat,
pikiran, tindakan, dan perbuatan. Politik terdiri dari seperangkat nilai, etika, dan norma.

Menurut Comala, karena pendidikan karakter merupakan suatu kebiasaan, maka pendidikan
karakter memerlukan komunitas karakter yang mencakup keluarga, sekolah, organisasi
keagamaan, media, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya yang mempunyai
pengaruh terhadap generasi muda.

Semua komunitas seperti ini harus memimpin dengan memberi contoh dan secara teratur
menerapkan serta memperkuat intervensi dan rutinitas. Dengan kata lain, pendidikan karakter
memerlukan pengembangan keteladanan yang diajarkan dan dipraktikkan melalui
pembelajaran, pelatihan, dan praktik sepanjang hayat. Dari berbagai pengertian pendidikan
karakter yang disebutkan di atas, jelas bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem nilai-
nilai karakter yang ditanamkan kepada peserta didik dan mencakup pengetahuan, kesadaran,
dan tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut. Pelajaran harus melekat dalam benak
siswa dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 9 Pembentukan karakter merupakan
aspek penting bagi generasi penerus suatu bangsa, sehingga menghasilkan manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keputusan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur pada Bab 2 Pasal 3 bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan masyarakat serta
membentuk karakter dan peradaban. Potensi peserta didik untuk menjadi beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, menjadi warga negara yang
rasional, berilmu, kompeten, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.Negara
yang sedang berkembang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan wawancara mengenai kemandirian siswa sekolah dasar, atas
hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Peran orang tua dan guru dalam tumbuh
kembang siswa diharapkan dapat berjalan dengan baik, terutama pasca pandemi. Cara yang
digunakan dalam melaksanakan pendidikan karakter adalah memberi ciri khas,
mendengarkan, bersikap baik hati, tidak membanding-bandingkan, memberikan contoh,
melibatkan anak dalam beraktivitas, membatasi penggunaan gadget, membuat aturan
bersama, mendorong sikap mandiri, dan lain-lain. Seiring bertambahnya usia peserta didik,
harapannya adalah peserta didik akan menjadi lebih mandiri, dapat mengembangkan
keterampilan dan rasa percaya diri yang lebih besar sehingga peserta didik siap untuk
melanjutkan ke tahap pendidikan berikutnya.
DAFTAR RUJUKAN
A. Artikel Jurnal
Yayat Hendayana. (2020). Tantangan Dunia Pendidikan di Masa Pandemi.
Dikti.kemdikbud.go.id, 1, https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/tantangan-dunia-
pendidikan-di-masa-pandemi/.
Eko Suhendro. (2022). Strategi Membangun Karakter Anak Sekolah Pasca Pandemi Covid-
19. download.garuda.kemdikbud.go.id, 1-5,.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=3011346&val=27204&title=STRATEGI
%20MEMBANGUN%20KARAKTER%20ANAK%20SEKOLAH%20DASAR%20PADA
%20MASA%20PANDEMI%20COVID-19.
Wijaya, David. (2017). Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Untuk Sekolah Dan
Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Wuryandani, Wuri, Bunyamin Maftuh, and Dasim Budimansyah. (2014). “Pendidikan
Karakter Disiplin Di Sekolah Dasar.” Jurnal Cakrawala Pendidikan 33, no. 2, 2014.

Anda mungkin juga menyukai