12-31-2021
Part of the Commercial Law Commons, Contracts Commons, Land Use Law Commons, and the Legal
Profession Commons
Recommended Citation
Zahra, Rizka Naufalian (2021) "Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi
Kasus: Pelaksanaan Pembangunan Depo Light Rail Transit (Lrt) Jabodebek Di Jatimulya)," Indonesian
Notary: Vol. 3, Article 25.
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/notary/vol3/iss4/25
This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Law at UI Scholars Hub. It has been
accepted for inclusion in Indonesian Notary by an authorized editor of UI Scholars Hub.
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Kasus:
Pelaksanaan Pembangunan Depo Light Rail Transit (Lrt) Jabodebek Di
Jatimulya)
ABSTRAK
Pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu pembangunan Depo LRT
Jabodebek yang diselenggarakan oleh Kementerian Perhubungan Direktorat Jendral
Perkeretaapian. Lokusnya berada di Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan,
Provinsi Jawa Barat. Hal ini penting diteliti karena pembangunan depo berfungsi untuk
menyimpan dan melakukan perawatan rutin, serta perbaikan ringan kereta pada trase
Jabodebek. Depo LRT Jabodebek di bangun diatas tanah seluas 12,22 hektar yang mana
tanah tersebut terdapat tanah masyarakat dan tanah pemerintah. Secara khusus
membahas persoalan mengenai ganti kerugian di tanah milik masyarakat yaitu pada
besaran nilai yang mereka dapat dan pada ganti kerugian di tanah milik pemerintah
yaitu adanya pesengketaan kepemilikan bangunan. Adapun permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini berkaitan dengan peraturan tentang pelaksanaan pengadaan tanah
untuk kepentingan umum menurut ketentuan di Indonesia. Selain itu juga keterlibatan
Notaris dalam menyelesaikan hambatan yang terjadi dalam pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk Depo LRT Jabodebek. Metode penelitian yang digunakan adalah
yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan kasus. Bahan hukum yang diperoleh melalui studi dokumen dikuatkan oleh
data yang didapat dari observasi dan wawancara, dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaanya sudah
sesuai dengan ketentuan UU No. 2 tahun 2012 serta peraturan pelaksanaan Perpres No.
71 tahun 2012. Namun adapula yang belum sesuai, terkait dengan proses ganti kerugian
yang diberikan belum sesuai dengan asas keadilan. Dalam konteks ganti kerugian
karena persengketaan kepemilikan bangunan, Notaris memeiliki peran dalam membuat
akta perdamaian yang digunakan sebagai syarat untuk pengambilan ganti kerugian yang
dititipkan di Pengadilan Negeri setempat.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan tanah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan
mutlak.1 Setiap kegiatan yang dilakukan, baik oleh perseorangan maupun sekelompok
orang, badan hukum maupun pemerintah pasti melibatkan sumber daya tanah. Dalam
melangsungkan kehidupannya, manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai
1 Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama,
2012), hlm. 11.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
2Ibid.
3 Arie Sukanti Hutagalung, Tebaran Pemikiran seputar Masalah Hukum Tanah (Jakarta: LPHI,
2005), hlm. 151.
4 Triana Rejekiningsih, “Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah Pada Negara Hukum (Suatu
Tinjauan Dari Teori, Yuridis Dan Penerapannya Di Indonesia),” Yustisia Vol. 5 No. 2 (Mei - Agustus
2016), hlm. 2.
memiliki harga yang sangat tinggi kerena permintaannya yang besar, namun di sisi yang
lain jumlah tanah yang tersedia adalah terbatas dan tidak sesuai dengan penawarannya. 5
Dalam hal ini, apabila tanah yang dimaksud berstatus tanah yang dikuasai dan dimiliki
langsung oleh negara atau tanah negara, akan lebih mudah untuk melakukan
pembangunan bagi kepentingan umum di bidang pertanahan. Hal tersebut disebabkan
karena tanah negara adalah tanah yang tidak melekat dengan suatu hak6 (hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara, hak pengelolaan serta
tanah ulayat dan tanah wakaf). Tetapi apabila tanah tersebut di dalamnya menyangkut
hajat hidup orang banyak, maka diperlukan pembebasan tanah yang dimiliki rakyat
melalui pengadaan tanah, baik yang dikuasai langsung oleh perseorangan, hukum adat,
maupun hak-hak lain yang melekat di atasnya.7
Masyarakat menyadari arti penting pembangunan meskipun hal tersebut harus
dilaksanakan di atas tanah mereka sendiri. Meski demikian bukan berarti mereka harus
memberikan secara cuma-cuma hak atas tanah mereka kepada pemerintah dengan
alasan pembangunan bagi kepentingan umum. Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 16
ayat (1) UUPA, hak-hak atas tanah yang dimaksudkan tersebut antara lain, hak milik,
hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak
memungut hasil hutan dan hak-hak lainnya.8 Sering kali ketentuan dalam pasal a quo
dijadikan landasan hukum bagi pengambilan tanah hak bagi warga masyarakat dengan
menyatakan bahwa tanah tersebut dipergunakan untuk kepentingan umum. Ketentuan
tersebut menegaskan hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan memberi ganti kerugian
yang layak menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang. Dengan adanya
kepentingan umum tersebut maka ada pembatas dengan hak-hak atas tanah yang kita
miliki, sehingga mereka dapat mencabut hak-hak atas tanah dengan memberikan ganti
rugi yang layak, karena suatu pencabutan hak atas tanah tanpa memberikan ganti
kerugian merupakan perampasan. Sehingga dapat melanggar hak asasi manusia yang
melekat dalam hak atas tanah tersebut dan berakibat pada pelanggaran terhadap
ketentuan Undang-Undang.
Usaha pemerintah untuk memenuhi kebutuhan akan tanah dalam rangka
kegiatan pembangunan adalah dengan mengguakan ketentuan tentang pengadaan tanah
sebagaimana yang diatur di Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah bagi Kepentingan Umum (LNRI Tahun 2012 Nomor 22; TLNRI Nomor 5280)
yang selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum. Selain itu juga digunakan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
2012 tentang Pelaksanaan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum (LNRI Tahun 2012 Nomor 156) yang selanjutnya disebut sebagai Peraturan
Pelaksana Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum.
Undang-Undang tersebut mengatur tentang kepentingan umum, di mana tanah
perlu dibebaskan dari hak perseorangan yang membebaninya melalui serangkaian
5 Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm.
82.
prosedur dan berujung pada pemberian ganti rugi kepada pihak pengemban hak atas
tanah yang masih memiliki hak atas tanah miliknya.9 Menurut Pasal 1 Angka 2 UU a
quo, pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti
kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.10
Pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum memiliki 2 (dua)
unsur yaitu tanah dan pembangunan, di mana keduanya saling berkaitan, sehingga dapat
dikatakan bahwa tidak ada pembangunan yang tidak membutuhkan tanah. Hukum
Tanah Nasional mengatur dan menetapkan kegiatan perolehan tanah, yaitu: asas-asas
yang berlaku, mengenai penguasaan tanah dan perlindungan hukum bagi pemegang hak
atas tanah.11 Pelaksanaan pengadaan tanah sangat kompleks karena mempunyai proses
yang sangat panjang dan rumit.12
Proses pemberian ganti rugi dalam kegiatan pengadaan tanah merupakan hal
yang sangat penting, karena tanpa ganti rugi, pembangunan akan terhambat. Ganti
kerugian merupakan penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam
proses pengadaan tanah.13 Pihak yang berhak menerima ganti rugi adalah pihak yang
menguasai tanah atau memiliki objek pengadaan tanah.14
Dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum berdasarkan Undang-Undang Pengadaan Tanah telah ditetapkan pembatasannya.
Dalam hal ini tanah untuk kepentingan umum tersebut digunakan bagi pembangunan:
pertahanan dan keamanan nasional; jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api,
stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api; waduk, bendungan, bending, irigasi,
saluran air minum, saluran pembuangan air, dan sanitasi, dan bangunan pengairan
lainnya; pelabuhan, bandar udara, dan terminal; infrastruktur minyak, gas, dan panas
bumi; pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distrsi tenaga listrik; jaringan
telekomunikasi dan informatika pemerintah; tempat pembangunan dan pengolahan
sampah; rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah; fasilitas keselamatan umum;
tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah; fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan ruang terbuka hijau publik; cagar alam dan cagar budaya; kantor
Pemerintah/Pemerintah Daerah/Desa; penataan pemukiman kumuh perkotaan dan/atau
konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan
12 Irene Eka Sihombing, Segi-Segi Hukum Tanah Untuk Pembangunan (Jakarta: Universtas
Trisakti, 2009), hlm. 1.
16 Ibid.
18 Ibid.
19 Anitana Widya Puspa, “Proyek LRT Jabodebek Tahap I Segera Rampung, Raup Rekor Muri”
https://ekonomi.bisnis.com/read/20201112/98/1316643/proyek-lrt-jabodebek-tahap-i-segera-rampung-
raup-rekor-muri. diakses 12 November 2020.
20 Riyan Setiawan, “Kemenhub Menyatakan Proses Pembangunan LRT Saat Ini Sudah
Mencapai 59,5 Persen” https://tirto.id/kemenhub-klaim-progres-pembangunan-lrt-fase-ii-capai-5941-
persen-dkkd. diakses 26 Maret 2019).
21 Depo adalah tempat penyimpanan dan perawatan kereta, penggantian suku cadang, termasuk
pembersihan kereta dan mesinnya.
22 Clara Maria Tjandra Dewi H., “Proyek Depo LRT di Bekasi, 19 Bidang Tanah Selesai
Dieksekusi” https://metro.tempo.co/read/1319201/proyek-depo-lrt-di-bekasi-19-bidang-tanah-selesai-
dieksekusi. diakses 13 Maret 2020.
23 Vincent Fabian Thomas, “Pemerintah Menargetkan Pembebasan Lahan Untuk Proyek Light
Rail Transit (LRT) Jabodetabek Akan Rampung Pada Akhir Juli 2019” https://tirto.id/pembebasan-lahan-
lrt-jabodetabek-ditargetkan-tuntas-akhir-juli-2019-eds6. diakses 2 Juli 2019.
hubungan hukum antara para penghadap dan Notaris pada saat para penghadap datang
ke Notaris agar tindakan atau perbuatannya diformulasikan ke dalam sebuah akta sesuai
dengan kewenangan Notaris dan kemudian Notaris membuatkan Akta atas permintaan
atau keinginan para penghadap tersebut, maka dalam hal ini dengan memberikan
landasan kepada Notaris dan para penghadap telah terjadi hubungan hukum.24 Dengan
hubungan hukum seperti itu, maka perlu ditentukan kedudukan hubungan hukum
tersebut yang merupakan awal dari tanggunggugat25 Notaris.26
Akta menurut bentuknya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu, akta autentik dan akta
dibawah tangan. Akta autentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai
dengan apa yang diberitahukan para pihak kepada Notaris. Notaris mempunyai
kewajiban untuk memastikan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-
sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara
membacakannya sehingga menjadi jelas apa yang telah tertuang di dalam isi Akta
Notaris tersebut. Selain itu juga memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses
terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penandatanganan
akta. Dengan demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui
atau tidak menyetujui isi Akta Notaris yang akan ditandatanganinya. 27 Berdasarkan
pengertian tersebut Notaris berwenang membuat akta sepanjang dikehendaki oleh para
pihak atau menurut aturan hukum wajib dibuat dalam bentuk akta autentik.
Dalam membuat akta-akta tersebut Notaris berwenang untuk memberikan
penyuluhan yang tertuang di dalam pasal 15 ayat (2) huruf F Undang-Undang Nomor
30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris (LNRI tahun 2004 Nomor 117; TLNRI
Nomor 4432) selanjutnya disebut Undang-Undang Peraturan Jabatan Notaris, ataupun
saran-saran hukum kepada para pihak tersebut. Ketika saran-saran tersebut diterima dan
disetujui oleh para pihak kemudian dituangkan ke dalam akta, maka saran-saran tersebut
harus dinilai sebagai pernyataan atau keterangan para pihak sendiri.28 Oleh karena
Notaris sebagai pejabat publik yang produk akhirnya yaitu akta autentik, maka terikat
dalam ketentuan hukum perdata, terutama dalam hal pembuktian. Pembuktian yang
dimaksud yaitu pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan autentik
maupun dengan tulisan-tulisan di bawah tangan.29
Berdasarkan penelusuran kepustakaan, ditemukan beberapa penelitian serupa
yang pernah dilakukan. Seperti yang dikerjakan oleh Lia Herawati untuk artikelnya
yang terkait pada peran Notaris di dalam pegadaan tanah untuk pembangunan pusdiklat
dan sarana outbound milik Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). 30 Semestinya
24 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Temtik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris (Bandung: PT Refika Aditama, 2018), hlm. 17.
26 Ibid.
30 Lia Herawati, “Peran Dan Tugas Notaris Dalam Proses Pengadaan Tanh Untuk Kepentingan
Umum (Studi Kasus: Pegadaan Tanah Untuk Pembangunan Pusdiklat Dan Sarana Outbound Milik Badan
Notaris tidak berwenang dalam hal pengadaan tanah tersebut tetapi dari riset ini
ditemukan bahwa pengadaan tanahnya dilakukan oleh Notaris. Kewenangan dalam
pengadaan tanah ini seharusnya dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah yang diatur di
dalam Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 (LNRI Tahun 1993). Selain itu oleh
Sonny Djoko Marlijanto juga menuliskan untuk artikelnya yang mengkaji terkait pada
mekanisme konsinyasi ganti rugi atas tanah yang digunakan untuk Pembangunan
Proyek Jalan TOL Semarang–Solo di Kabupaten Semarang. 31 Oleh karena mekanisme
konsinyasi ganti rugi atas tanah yang digunakan untuk Pembangunan Proyek Jalan TOL
Semarang – Solo di Kabupaten Semarang disebabkan tidak adanya titik temu, sehingga
proses di pengadilan-lah yang bisa menyelesaikan. Adapun proses pelaksanaan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam rangka pelaksanaan pembangunan
jalan tol Semarang-Solo masih dilaksanakan berdasarkan Peraturan Kepala BPN Nomor
3 tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005
junto Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006.
Terdapat perbedaan pada konteks peneltiian ini dengan penelitian-penelitian
yang serupa, di mana penelitian ini lebih menitik beratkan mengenai pelaksanaan
pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek yang diselenggarakan oleh
Kementerian Perhubungan Direktorat Jendral Perkeretaapian. Lokusnya berada di
Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Provinsi Jawa Barat. Dengan adanya
Depo berfungsi untuk menyimpan dan melakukan perawatan rutin, serta perbaikan
ringan kereta pada trase Jabodebek tahap 1 (satu) ini. Depo LRT Jabodebek di bangun
di atas tanah seluas 12,22 hektar yang mana tanah tersebut terdapat tanah masyarakat
dan tanah pemerintah. Secara khusus membahas persoalan mengenai ganti kerugian di
tanah milik masyarakat yaitu pada besaran nilai yang mereka dapat dan pada ganti
kerugian di tanah milik pemerintah yaitu adanya persengketaan kepemilikan bangunan.
2.PEMBAHASAN
2.1. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Depo Light Rail Transit (LRT)
Jabodebek
31 Sonny Djoko Marlijanto, “Konsinyasi Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Jalan Tol Semarang – Solo Di
Kabupaten Semarang),” Tesis Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, Semarang, 2015.
32
Clara Maria Tjandra Dewi H., “Proyek Depo LRT di Bekasi, 19 Bidang Tanah Selesai
Dieksekusi”, Tempo.co, diunggah pada 13 Maret 2020.
untuk memastikan aspek keamanan dan kenyamanan selalu terjaga. Pengadaan tanah
untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek sempat terhambat. Hal tersebut selanjutnya
memunculkan kendala dalam pembangunan LRT Jabodebek. Oleh karena pembangunan
LRT Jabodebek tidak bisa diselesaikan secara parsial, namun harus dilakukan serentak.
Dengan mengingat bahwa depo merupakan bagian terpenting dalam perkeretaapian,
ketika proses pengadaan tanah untuk pembuatan depo tersebut terhambat maka proses
pembangunan LRT Jabodebek secara keseluruhan menjadi tersendat. Sebagai akibatnya,
rencana pengoperasian LRT Jabodebek yang seharusnya pada akhir tahun 2021 terpaksa
mundur hingga diperkirakan baru pada bulan Juli 2022 dapat direalisasikan.33
Dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek
harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wlayah, Rencana Pembangunan Nasional
atau Daerah, Rencana Strategis, dan Rencana Kerja instansi Kementerian Perhubungan
Direktorat Jendal Perkeretaapian.34 Pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT
Jabodebek juga harus memegang asas kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian,
keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan, dan keselarasan
sesuai dengan nilai-nilai berbangsa dan bernegara, seperti yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya.35
Proses pengadaan tanah bagi pembangunan Depo LRT Jabodebek dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, LNRI Nomor 22 tahun 2012, TLN Nomor
5280 (selanjutnya disebut Undang-Undang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum) dan Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,
LNRI Nomor 156 tahun 2012 (selanjutnya disebut Perpres No. 71 tahun 2012).
Tahapan-tahapan pengadaan tanah diatur dalam Pasal 13Undang-Undang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan Pasal 2 Perpres No. 71 tahun
2012 di mana menurut peraturan-peraturan tersebut terdapat 4 (empat) tahapan yaitu : \
1. Perencanaan Pengadaan Tanah
Dalam proses perencanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Depo
LRT Jabodebek sudah sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam UU No. 2
tahun 2012 dengan Perpres No. 71 tahun 2012. Dokumen-dokumen yang
diperlihatkan oleh Tim Pengadaan Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi
juga sudah sesuai dengan apa yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan, dalam hal ini adalah maksud dan tujuan rencana pembangunan,
kesesuaian dengan rencana tata ruang dan rencana pembangunan nasional dan
daerah, letak tanah, luas tanah yang dtuhkan, gambaran umum status tanah,
perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah, perkiraan jangka waktu
pelaksanaan pembangunan, perkiraan nilai tanah, dan rencana penganggaran.
34 Sudiarwo Marsoem, Wahyono Adi, dan Pieter G. Manoppo, Pedoman Lengkap Ganti Untung
Pengadaan Tanah : Memetakan Solusi Strategis Pengembangan Infrastruktur Di Indonesia (Jakarta:
Renebook, 2015), hlm. 171-172.
35 Ibid.
36 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.
38 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.
39 Ibid.
41 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.
43 Ibid.
44 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.
4.Penyerahan hasil
Pada tahapan penyerahan hasil, lembaga pertanahan menyerahkan hasil
pengadaan tanah kepada instansi yang memerlukan tanah. Penyerahan hasil
dilakukan setelah pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak dan
pelepasan hak dan/atau pemberian ganti kerugian telah dititipkan di Pengadilan
Negeri.47 Lembaga pertanahan akan mengumpulkan dokumen-dokumen yang
dibuat selama pengadaan tanah, termasuk pelepasan hak, sertipikat
kepemilikan, dan lain sebagainya yang merupakan dokumen pengadaan tanah.
45 Ibid.
50 Tan Thong Kie, Studi Notaria: Serba-serbi Praktek Notaris( Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2000), hlm. 162.
51 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.
54 Ibid.
tersebut barulah Notaris Membuat Akta Perdamaian. Akta Perdamaian yang akan
dibuat adalah untuk menyelesaikan persengketaan kepemilikan tanah atas kehendak
para pihak itu sendiri. Beliau menambahkan persengketaan biasanya terjadi karena
adanya pihak lain yang mengklaim bahwa tanah tersebut merupakan miliknya dan ia
juga memiliki hak atas tanah yang dipersengketakan. Selain itu para pihak juga
menganggap bahwa bentuk ganti kerugian yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang
dikehendaki. Akta Notaris digunakan untuk memberikan kepastian hukum bahwa
telah terjadi perdamaian antar pihak yang bersengketa. Begitu pula dengan Akta
Kesepakatan, yang dibuat berdasarkan kesepakatan kehendak para pihak yang
menyatakan bahwa telah ada kesepakatan. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam
bentuk akta Notaris.
Selain Notaris/PPAT FR juga dilakukan wawancara dengan Notaris/PPAT
lain yang juga terlibat dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT
di Jabodebek, Notaris tersebut adalah SK Notaris/PPAT dengan Wilayah Jabatan di
Kabupaten Bekasi. SK menambahkan bahwa para pihak yang berhadapan padanya
mempunyai kepentingan, yaitu untuk memenuhi syarat pemberian ganti kerugian
berupa uang terhadap tanah miliknya yang dianggap terkena pengadaan tanah
pembangunan Depo LRT di Jabodebek. Para pihak datang ke Notaris untuk minta
didaftarkan oleh Notaris Akta yang sudah dibuatkan oleh kuasa hukumnya dalam hal
ini adalah Pengacara. Akta tersebut dibuat oleh Pengacara sebagai kuasa hukum
mereka, dikarenakan BPN Kabupaten Bekasi tidak menerima berkas Akta Perdamaian
yang dibuat selain oleh Notaris maka para pihak mendatangi kantor Notaris SK untuk
minta didaftarkan dan menjadi sah dalam bentuk waarmerking, dengan begitu para
pihak bisa memberikan kepada BPN Kabupaten Bekasi untuk selanjutnya dapat di
proses pemberian ganti kerugian yang dititipkan di Pengadilan.
Selain kedua Notari/PPAT tersebut, dilakukan juga wawancara dengan
Notaris/PPAT lain yang juga terlibat dalam proses pengadaan tanah untuk
pembangunan Depo LRT di Jabodebek, yaitu CR, sebagai Notaris/PPAT dengan
Wilayah Jabatan di Kabupaten Bekasi. CR juga memberikan waarmerking kepada
Akta Perdamaian para pihak yang telah dibuatkan oleh kuasa hukum para pihak.
Akta autentik mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat dibandingkan
dengan akta dibawah tangan seperti waarmerking, karena waarmerking Notaris hanya
akan mendaftarkan akta di bawah tangan yang sudah ditandatangani para pihak yang
terlibat ke dalam buku khusus. Dengan kata lain, akta di bawah tangan ini tidak
ditandatangani di hadapan Notaris, namun sudah ditandatangani sebelumnya sehingga
tanggal penandatanganan dan tanggal pendaftaran berbeda. Tujuan suatu akta di
bawah tangan di waarmerking adalah untuk membuktikan bahwa selain para pihak
yang terlibat, ada pihak lain yakni Notaris yang mengetahui soal kesepakatan para
pihak yang dicantumkan dalam akta di bawah tangan tersebut. Namun, hak dan
kewajiban para pihak lahir pada saat penandatanganan akta di bawah tangan yang
telah dilakukan para pihak, bukan saat pendaftaran kepada Notaris.
Proses perdamaian di luar pengadilan dapat dilaksanakan dengan membuat
suatu akta yakni Akta Perdamaian. Dapat berupa akta di bawah tangan atau akta
autentik yang dibuat di hadapan Notaris. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 9 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian
Sengketa Alternatif yang berbunyi:
1) Dalam hal para pihak yang memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase
setelah sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut harus dibuat
dalam suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak
2) Dalam hal para pihak tidak dapat menandatangani perjanjian tertulis
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), perjanjian tertulis tersebut harus
dibuat dalam bentuk akta Notaris.
Berdasarkan penjelasan pasal tersebut dapat dinyatakan bahwa perjanjian
perdamaian berupa akta autentik yang dibuat di hadapan Notaris, di mana akta
tersebut sengaja dibuat oleh para pihak-pihak yang bersengketa. Karena digunakan
sebagai alat bukti yang sah dan mengikat untuk menyelesaikan sengketa perdata.
3. PENUTUP
3.1. Simpulan
1.Pada tahapan pengadaan tanah bagi pembangunan Depo Light Rail Transit
(LRT) JABODEBEK pada umumnya sudah dilaksanakan menurut ketentuan
hukum di Indonesia yaitu Undang-Undang Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum, namun pada praktiknya sering terjadi permasalahan saat
tahapan pelaksanaan pengadaan tanah. Di mana permasalahan yang timbul
dalam tahapan pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT
Jabodebek yaitu pada saat proses inventarisasi dan identifikasi bidang tanah,
serta penetapan nilai ganti kerugian dan pemberian ganti kerugian. Dalam hasil
musyawarah para pihak masih tidak menyetujui dengan hasil penilaian tim
appraisal maka dari itu BPN bersama Menteri perhubungan menitipkan ganti
kerugian di Pengadilan Negeri Cikarang. Penitipan ganti kerugian tidak hanya
karena para pihak menolak saja tetapi penitipan ganti kerugian selain para pihak
yang menolak juga dilakukan terhadap tanah yang masih dipersengeketakan
kepemilikannya,
2.Peran Notaris dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
Depo LRT Jabodebek adalah sebagai pembuat Akta Perdamaian. Notaris
membuat Akta Perdamaian dalam rangka penyelesaian masalah tanah melalui
Pengadilan atau tidak melalui pengadilan. Notaris mengeluarkan Akta
Perdamaian apabila telah dikehendaki oleh para pihak yang ingin
menyelesaikan permasalahan hukum melalui pembuatan akta tersebut.
Selanjutnya Akta Perdamaian yang dibuatkan oleh Notaris tersebut diserahkan
ke BPN Kabupaten Bekasi untuk pengambilan Surat Pengantar Pengambilan
Ganti Kerugian ke Pengadilan Negeri di mana ganti kerugian tersebut
dititipkan, serta Akta Perdamaian tersebut akan disimpan untuk pemberkasan
oleh BPN Kabupaten Bekasi. Sesungguhnya ketentuan yang mengatur tentang
peran seorang Notaris dalam pengadaan tanah, tidak dituangkan dalam Undang-
Undang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Oleh karena Undang-
Undang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum hanya menjelaskan para
pihak apabila mengalami masalah pada saat proses pengadaan tanah dapat
mengajukan penyelesaian ke Pengadilan Negeri. Tetapi dalam peraktiknya,
BPN tidak menganjurkan para pihak yang bersengketa untuk dapat
menyelesaikan sengketa langsung ke pengadilan. Para pihak dapat
menyelesaikan sengketa tersebut dengan cara musyawarah di luar pengadilan.
Dari hasil musyawarah di luar pengadilan tersebut selanjutnya oleh BPN
dimintakan kepada para pihak untuk dituangkan dalam bentuk akta Notaris.
Oleh karena akta Notaris merupakan produk hukum. Dalam hal ini Notaris
hanya melakukan tugasnya sebagai seseorang yang membuat akta sesuai
dengan kehendak para pihak yang bermaksud untuk menyelesaikan persoalan
hukum. Notaris tidak memiliki kewenangan untuk dapat memastikan keabsahan
surat-surat yang di bawa oleh para pihak.
3.2. Saran
1. Dalam proses pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepetingan umum
pemerintah perlu memperhatikan bentuk Pemberian Ganti Kerugian berdasarkan
nilai Ganti Kerugian. Agar tidak menimbulkan masalah antara pemerintah dan
masyarakat. Sehingga dapat mewujudkan ganti kerugian yang adil, makmur dan
sejahtera bagi para pihak yang terdampak pengadaan tanah untuk kepentingan
umum dan dapat terselenggaranya pembangunan untuk kepentingan umum dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan
umum. serta dengan adanya Undang-Undang Pengadaan tanah juga harus dapat
menjamin kepastian hukum pihak yang berhak atas pengadaa tanah untuk
kepentingan umum.
2. Sebaiknya, Akta Perdamaian dibuat oleh Notaris bukan oleh kuasa hukum para
pihak sebagaimana yang ditemukan pada saat melakukan penelitian ini. Oleh
karena Akta yang dikeluarkan oleh Notaris berupa Akta Autentik yang memiliki
kekuatan untuk pembuktian. Adapun apabila hanya mendaftarkan surat dari para
pihak dengan memberikan waarmerking, kekuatan pembuktiannya tidak sekuat
Akta Autentik.
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. UU No. 5
Tahun 1960. LNRI Nomor 104 Tahun 1960, TLNRI Nomor 2043.
_______. Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum. UU No. 2 Tahun 2012, LNRI Nomor 22 Tahun 2012,
TLNRI Nomor 5280.
_______. Undang-Undang Tentang Pertauran Jabatan Notaris. UU No. 2 Tahun 2014.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. Diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Cet 37. Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.
BUKU
Abdurrahman. Kedudukan Hukum Adat Dalam Rangka Pembangunan Nasional.
Bandung: Alumni, 1978.
Adjie, Habib. Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Temtik Terhadap UU No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris. Bandung: PT Refika Aditama, 2018.
Budiono, Herlien. Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2013.
Gozali, Djoni Sumardi. Hukum Pengadaan Tanah-Asas Kesepakatan dalam Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta, 2018.
Hutagalung, Arie Sukanti. Tebaran Pemikiran seputar Masalah Hukum Tanah. Jakarta:
LPHI, 2005.
Santoso, Urip. Hukum Agraria Kajian Komprehensif . Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama, 2012.
Soimin, Soedharyo. Status Hak dan Pembebasan Tanah. Jakarta : Sinar Grafika, 2008.
Sumardjono, Maria S. W. Kebiijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi.
Jakarta: Buku Kompas, 2001.
Kie, Tan Thong. Studi Notaria: Serba-serbi Praktek Notaris. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2000.
Limbong, Bernhard. Pengadaan Tanah untuk Pembangunan. Jakarta: Margaretha
Pustaka, 2015.
Marsoem, Sudiarwo, Wahyono Adi, dan Pieter G. Manoppo. Pedoman Lengkap Ganti
Untung Pengadaan Tanah : Memetakan Solusi Strategis Pengembangan
Infrastruktur Di Indonesia. Jakarta: Renebook, 2015.
Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty, 2006.
Sihombing, Irene Eka. Segi-Segi Hukum Tanah Untuk Pembangunan. Jakarta:
Universtas Trisakti, 2009.
INTERNET
Junita, Nancy. “LRT Jabodetabek: Jokowi ‘Groundbreaking’ Hari Ini”
https://jakarta.bisnis.com/read/20150909/383/470577/lrt-jabodetabek-jokowi-
groundbreaking-hari-ini-. Diakses 9 September 2015.
Puspa, Anitana Widya. “Proyek LRT Jabodebek Tahap I Segera Rampung, Raup Rekor
Muri” https://ekonomi.bisnis.com/read/20201112/98/1316643/proyek-lrt-
jabodebek-tahap-i-segera-rampung-raup-rekor-muri. Diakses 12 November
2020.
Setiawan, Riyan. “Kemenhub Menyatakan Proses Pembangunan LRT Saat Ini Sudah
Mencapai 59,5 Persen” https://tirto.id/kemenhub-klaim-progres-pembangunan-
lrt-fase-ii-capai-5941-persen-dkkd. Diakses 26 Maret 2019).
Thomas, Vincent Fabian. “Pemerintah Menargetkan Pembebasan Lahan Untuk Proyek
Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek Akan Rampung Pada Akhir Juli 2019”
https://tirto.id/pembebasan-lahan-lrt-jabodetabek-ditargetkan-tuntas-akhir-juli-
2019-eds6. Diakses 2 Juli 2019.
H, Clara Maria Tjandra Dewi. “Proyek Depo LRT di Bekasi, 19 Bidang Tanah Selesai
Dieksekusi”, https://metro.tempo.co/read/1319201/proyek-depo-lrt-di-bekasi-
19-bidang-tanah-selesai-dieksekusi. Diakses pada 13 Maret 2020.
Bahfein, Suhaiela. “Catat, LRT Jabodebek Beroperasi Komersial Juli 2022”,
Kompas.com, https://properti.kompas.com/read/2020/09/08/120000921/catat-lrt-
jabodebek-beroperasi-komersial-juli-2022. Diakses pada 8 September 2020.