Anda di halaman 1dari 25

Indonesian Notary

Volume 3 Indonesian Notary Article 25

12-31-2021

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum


(Studi Kasus: Pelaksanaan Pembangunan Depo Light Rail Transit
(Lrt) Jabodebek Di Jatimulya)
Rizka Naufalian Zahra
zrizkanaufalian@gmail.com

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/notary

Part of the Commercial Law Commons, Contracts Commons, Land Use Law Commons, and the Legal
Profession Commons

Recommended Citation
Zahra, Rizka Naufalian (2021) "Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi
Kasus: Pelaksanaan Pembangunan Depo Light Rail Transit (Lrt) Jabodebek Di Jatimulya)," Indonesian
Notary: Vol. 3, Article 25.
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/notary/vol3/iss4/25

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Law at UI Scholars Hub. It has been
accepted for inclusion in Indonesian Notary by an authorized editor of UI Scholars Hub.
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Kasus:
Pelaksanaan Pembangunan Depo Light Rail Transit (Lrt) Jabodebek Di
Jatimulya)

Cover Page Footnote


Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2012), hlm. 11.
Ibid. Arie Sukanti Hutagalung, Tebaran Pemikiran seputar Masalah Hukum Tanah (Jakarta: LPHI, 2005),
hlm. 151. Triana Rejekiningsih, “Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah Pada Negara Hukum (Suatu Tinjauan
Dari Teori, Yuridis Dan Penerapannya Di Indonesia),” Yustisia Vol. 5 No. 2 (Mei - Agustus 2016), hlm. 2.
Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 82. Maria S.
W. Sumardjono, Kebiijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi (Jakarta: Buku Kompas, 2001),
hlm. 62. Abdurrahman, Kedudukan Hukum Adat Dalam Rangka Pembangunan Nasional (Bandung:
Alumni, 1978), hlm. 21. Indonesia, Undang-Undang Pokok-Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960. Ps. 16
ayat 1. Indonesia, Undang-Undang Pokok-Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960. Ps. 5. Indonesia, Undang-
Undang tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, UU No. 2 Tahun 2012,
LN Nomor 22 Tahun 2012, TLN Nomor 5280, Ps 1 angka (2). Djoni Sumardi Gozali, Hukum Pengadaan
Tanah-Asas Kesepakatan dalam Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
(Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2018), hlm. 78. Irene Eka Sihombing, Segi-Segi Hukum Tanah Untuk
Pembangunan (Jakarta: Universtas Trisakti, 2009), hlm. 1. Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah untuk
Pembangunan (Jakarta: Margaretha Pustaka, 2015), hlm. 369. Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Ps. 1 angka (3). Ibid., Ps. 10. Ibid. Nancy Junita, “LRT
Jabodetabek: Jokowi ‘Groundbreaking’ Hari Ini” https://jakarta.bisnis.com/read/20150909/383/470577/
lrt-jabodetabek-jokowi-groundbreaking-hari-ini-. diakses 9 September 2015. Ibid. Anitana Widya Puspa,
“Proyek LRT Jabodebek Tahap I Segera Rampung, Raup Rekor Muri” https://ekonomi.bisnis.com/read/
20201112/98/1316643/proyek-lrt-jabodebek-tahap-i-segera-rampung-raup-rekor-muri. diakses 12
November 2020. Riyan Setiawan, “Kemenhub Menyatakan Proses Pembangunan LRT Saat Ini Sudah
Mencapai 59,5 Persen” https://tirto.id/kemenhub-klaim-progres-pembangunan-lrt-fase-ii-
capai-5941-persen-dkkd. diakses 26 Maret 2019). Depo adalah tempat penyimpanan dan perawatan
kereta, penggantian suku cadang, termasuk pembersihan kereta dan mesinnya. Clara Maria Tjandra Dewi
H., “Proyek Depo LRT di Bekasi, 19 Bidang Tanah Selesai Dieksekusi” https://metro.tempo.co/read/
1319201/proyek-depo-lrt-di-bekasi-19-bidang-tanah-selesai-dieksekusi. diakses 13 Maret 2020. Vincent
Fabian Thomas, “Pemerintah Menargetkan Pembebasan Lahan Untuk Proyek Light Rail Transit (LRT)
Jabodetabek Akan Rampung Pada Akhir Juli 2019” https://tirto.id/pembebasan-lahan-lrt-jabodetabek-
ditargetkan-tuntas-akhir-juli-2019-eds6. diakses 2 Juli 2019. Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia-Tafsir
Temtik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Bandung: PT Refika Aditama, 2018),
hlm. 17. Istilah Tanggungugat dipergunakan terutama terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan
dalam menjalankan jabatan-jabatan khusus tertentu. Ibid. Vincent Fabian Thomas, Pemerintah
Menargetkan… Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia…, hlm.45. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Ps. 1867. Lia Herawati, “Peran Dan Tugas Notaris Dalam Proses Pengadaan Tanh Untuk Kepentingan
Umum (Studi Kasus: Pegadaan Tanah Untuk Pembangunan Pusdiklat Dan Sarana Outbound Milik Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Di Wilayah Kabupaen Bogor”, Tesis Magister Kenotariatan Univesitas
Indonesia, Depok, 2008. Sonny Djoko Marlijanto, “Konsinyasi Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Jalan Tol Semarang – Solo Di
Kabupaten Semarang),” Tesis Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, Semarang, 2015. Clara
Maria Tjandra Dewi H., “Proyek Depo LRT di Bekasi, 19 Bidang Tanah Selesai Dieksekusi”, Tempo.co,
diunggah pada 13 Maret 2020. Suhaiela Bahfein, “Catat, LRT Jabodebek Beroperasi Komersial Juli 2022”,
Kompas.com, https://properti.kompas.com/read/2020/09/08/120000921/catat-lrt-jabodebek-beroperasi-
komersial-juli-2022. diunggah pada 8 September 2020. Sudiarwo Marsoem, Wahyono Adi, dan Pieter G.
Manoppo, Pedoman Lengkap Ganti Untung Pengadaan Tanah : Memetakan Solusi Strategis
Pengembangan Infrastruktur Di Indonesia (Jakarta: Renebook, 2015), hlm. 171-172. Ibid. Hal ini
disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor Pertanahan Kabupaten
Bekasi, Cikarang, Jawa Barat. Indonesia, UU Pengadaan Tanah... Ps. 27 ayat 2. Hal ini disampaikan AM
dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang,
Jawa Barat. Ibid. Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah…, hlm. 149. Hal ini disampaikan AM dalam
wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa
Barat. Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah…, hlm. 151. Ibid. Hal ini disampaikan AM dalam wawancara
yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat. Ibid.
Indonesia, UU Pengadaan Tanah, Ps. 45 ayat 1. Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah…, hlm. 151. Hal ini
disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor Pertanahan Kabupaten
Bekasi, Cikarang, Jawa Barat. Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah…, hlm. 151. Tan Thong Kie, Studi
Notaria: Serba-serbi Praktek Notaris( Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000), hlm. 162. Hal ini
disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor Pertanahan Kabupaten
Bekasi, Cikarang, Jawa Barat. Tan Thong Kie, Studi Notariat…, hlm. 157. Kartika Purwandana Anuttama,
“Implikasi Dan Tinjauan Yuridis Akta Perdamaian Yang Dibuat Di Hadapan Notaris”, Tesis (Yogyakarta:
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia : 2016): 76. Ibid.

This article is available in Indonesian Notary: https://scholarhub.ui.ac.id/notary/vol3/iss4/25


PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN
UMUM (STUDI KASUS: PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DEPO LIGHT
RAIL TRANSIT (LRT) JABODEBEK DI JATIMULYA)

Rizka Naufalian Zahra


zrizkanaufalian@gmail.com
Fakultas Hukum Universitas Indonesia

ABSTRAK

Pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu pembangunan Depo LRT
Jabodebek yang diselenggarakan oleh Kementerian Perhubungan Direktorat Jendral
Perkeretaapian. Lokusnya berada di Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan,
Provinsi Jawa Barat. Hal ini penting diteliti karena pembangunan depo berfungsi untuk
menyimpan dan melakukan perawatan rutin, serta perbaikan ringan kereta pada trase
Jabodebek. Depo LRT Jabodebek di bangun diatas tanah seluas 12,22 hektar yang mana
tanah tersebut terdapat tanah masyarakat dan tanah pemerintah. Secara khusus
membahas persoalan mengenai ganti kerugian di tanah milik masyarakat yaitu pada
besaran nilai yang mereka dapat dan pada ganti kerugian di tanah milik pemerintah
yaitu adanya pesengketaan kepemilikan bangunan. Adapun permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini berkaitan dengan peraturan tentang pelaksanaan pengadaan tanah
untuk kepentingan umum menurut ketentuan di Indonesia. Selain itu juga keterlibatan
Notaris dalam menyelesaikan hambatan yang terjadi dalam pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk Depo LRT Jabodebek. Metode penelitian yang digunakan adalah
yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan kasus. Bahan hukum yang diperoleh melalui studi dokumen dikuatkan oleh
data yang didapat dari observasi dan wawancara, dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaanya sudah
sesuai dengan ketentuan UU No. 2 tahun 2012 serta peraturan pelaksanaan Perpres No.
71 tahun 2012. Namun adapula yang belum sesuai, terkait dengan proses ganti kerugian
yang diberikan belum sesuai dengan asas keadilan. Dalam konteks ganti kerugian
karena persengketaan kepemilikan bangunan, Notaris memeiliki peran dalam membuat
akta perdamaian yang digunakan sebagai syarat untuk pengambilan ganti kerugian yang
dititipkan di Pengadilan Negeri setempat.

Kata kunci : Pengadaan tanah, kepentingan umum, akta perdamaian

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan tanah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan
mutlak.1 Setiap kegiatan yang dilakukan, baik oleh perseorangan maupun sekelompok
orang, badan hukum maupun pemerintah pasti melibatkan sumber daya tanah. Dalam
melangsungkan kehidupannya, manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai

1 Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama,
2012), hlm. 11.
PAGE \* MERGEFORMAT 1

makhluk sosial senantiasa memerlukan tanah untuk memenuhi kebutuhan


hidupnya melalui pemanfaatannya baik yang ada di atas maupun yang ada di dalamnya.2
Sehubungan dengan hal tersebut, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LNRI Tahun 1960 Nomor 104; TLNRI nomor
2043) yang selanjutnya disebut UUPA, lahir sebagai jawaban atas tuntutan kebutuhan
bangsa akan perangkat hukum nasional. Perangkat hukum nasional tersebut mampu
mengatur serta memberikan jaminan hukum dan kepastian akan hak atas tanah yang
merupakan salah satu sarana dalam usaha mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaan. 3
Ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa: “Semua tanah dalam wilayah
Negara Indonesia adalah tanah bersama dari seluruh rakyat Indonesia.” Selanjutnya
dalam Pasal 6 UUPA dituliskan bahwa: “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi
sosial.” Ketentuan dalam pasal ini selanjutnya dinyatakan sebagai salah satu asas hukum
tanah nasional yang dinamakan asas fungsi sosial hak atas tanah. 4 Keberadaan asas
fungsi sosial hak atas tanah menjadi landasan fundamental bagi terwujudnya tanah yang
bermanfaat bagi kemakmuran rakyat di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena itu penguasaan dan penggunaan tanah harus dilakukan secara wajar
dan bertanggung jawab seperti yang ditegaskan melalui ketentuan Pasal 15 UUPA
bahwa “Memelihara tanah, termasuk menambah kesuburannya serta mencegah
kerusakannya adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang
mempunyai hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak yang
ekonomis lemah.” Dengan mengingat bahwa dalam setiap hak atas tanah yang dipunyai
oleh seseorang melekat pula kewajiban tertentu untuk memelihara tanah, termasuk
menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya. Dalam hal ini ada pertanggung
jawaban individu terhadap masyarakat melalui terpenuhinya kepentingan bersama atau
kepentingan umum atas tanah yang digunakannya. Sehingga manusia sebagai makhluk
individu haruslah mendahulukan kepentingan masyarakat, atau kepentingan bersama,
sebagaimana ketentuan dalam Pasal 18 UUPA bahwa “Untuk kepentingan umum,
termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-
hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut
cara yang diatur dengan Undang-Undang.“
Semakin gencarnya pelaksanaan kegiatan pembangunan dan meningkatnya
kebutuhan akan pemutakhiran infrastruktur di Indonesia, menjadikan tanah sebagai
sumber daya yang tidak saja dibutuhkan secara individual namun juga diperlukan oleh
badan usaha, bahkan oleh pemerintah Indonesia sendiri. Termasuk di dalamnya adalah
pembangunan di sektor perhubungan, khususnya dalam memutakhirkan infrastruktur
untuk moda transportasi kereta api.
Pada kenyataannya ketersediaan tanah berbanding terbalik dengan besarnya
kebutuhan akan sumber daya tersebut. Terlebih dalam kegiatan pembangunan. Jumlah
tanah yang ada, tidak seimbang dengan besarnya kebutuhan masyarakat untuk
melakukan pembangunan demi terlaksananya berbagai aktivitas. Di satu sisi, tanah

2Ibid.

3 Arie Sukanti Hutagalung, Tebaran Pemikiran seputar Masalah Hukum Tanah (Jakarta: LPHI,
2005), hlm. 151.

4 Triana Rejekiningsih, “Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah Pada Negara Hukum (Suatu
Tinjauan Dari Teori, Yuridis Dan Penerapannya Di Indonesia),” Yustisia Vol. 5 No. 2 (Mei - Agustus
2016), hlm. 2.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

memiliki harga yang sangat tinggi kerena permintaannya yang besar, namun di sisi yang
lain jumlah tanah yang tersedia adalah terbatas dan tidak sesuai dengan penawarannya. 5
Dalam hal ini, apabila tanah yang dimaksud berstatus tanah yang dikuasai dan dimiliki
langsung oleh negara atau tanah negara, akan lebih mudah untuk melakukan
pembangunan bagi kepentingan umum di bidang pertanahan. Hal tersebut disebabkan
karena tanah negara adalah tanah yang tidak melekat dengan suatu hak6 (hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara, hak pengelolaan serta
tanah ulayat dan tanah wakaf). Tetapi apabila tanah tersebut di dalamnya menyangkut
hajat hidup orang banyak, maka diperlukan pembebasan tanah yang dimiliki rakyat
melalui pengadaan tanah, baik yang dikuasai langsung oleh perseorangan, hukum adat,
maupun hak-hak lain yang melekat di atasnya.7
Masyarakat menyadari arti penting pembangunan meskipun hal tersebut harus
dilaksanakan di atas tanah mereka sendiri. Meski demikian bukan berarti mereka harus
memberikan secara cuma-cuma hak atas tanah mereka kepada pemerintah dengan
alasan pembangunan bagi kepentingan umum. Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 16
ayat (1) UUPA, hak-hak atas tanah yang dimaksudkan tersebut antara lain, hak milik,
hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak
memungut hasil hutan dan hak-hak lainnya.8 Sering kali ketentuan dalam pasal a quo
dijadikan landasan hukum bagi pengambilan tanah hak bagi warga masyarakat dengan
menyatakan bahwa tanah tersebut dipergunakan untuk kepentingan umum. Ketentuan
tersebut menegaskan hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan memberi ganti kerugian
yang layak menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang. Dengan adanya
kepentingan umum tersebut maka ada pembatas dengan hak-hak atas tanah yang kita
miliki, sehingga mereka dapat mencabut hak-hak atas tanah dengan memberikan ganti
rugi yang layak, karena suatu pencabutan hak atas tanah tanpa memberikan ganti
kerugian merupakan perampasan. Sehingga dapat melanggar hak asasi manusia yang
melekat dalam hak atas tanah tersebut dan berakibat pada pelanggaran terhadap
ketentuan Undang-Undang.
Usaha pemerintah untuk memenuhi kebutuhan akan tanah dalam rangka
kegiatan pembangunan adalah dengan mengguakan ketentuan tentang pengadaan tanah
sebagaimana yang diatur di Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah bagi Kepentingan Umum (LNRI Tahun 2012 Nomor 22; TLNRI Nomor 5280)
yang selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum. Selain itu juga digunakan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
2012 tentang Pelaksanaan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum (LNRI Tahun 2012 Nomor 156) yang selanjutnya disebut sebagai Peraturan
Pelaksana Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum.
Undang-Undang tersebut mengatur tentang kepentingan umum, di mana tanah
perlu dibebaskan dari hak perseorangan yang membebaninya melalui serangkaian

5 Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm.
82.

6 Maria S. W. Sumardjono, Kebiijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi (Jakarta:


Buku Kompas, 2001), hlm. 62.

7 Abdurrahman, Kedudukan Hukum Adat Dalam Rangka Pembangunan Nasional (Bandung:


Alumni, 1978), hlm. 21.

8 Indonesia, Undang-Undang Pokok-Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960. Ps. 16 ayat 1.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

prosedur dan berujung pada pemberian ganti rugi kepada pihak pengemban hak atas
tanah yang masih memiliki hak atas tanah miliknya.9 Menurut Pasal 1 Angka 2 UU a
quo, pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti
kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.10
Pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum memiliki 2 (dua)
unsur yaitu tanah dan pembangunan, di mana keduanya saling berkaitan, sehingga dapat
dikatakan bahwa tidak ada pembangunan yang tidak membutuhkan tanah. Hukum
Tanah Nasional mengatur dan menetapkan kegiatan perolehan tanah, yaitu: asas-asas
yang berlaku, mengenai penguasaan tanah dan perlindungan hukum bagi pemegang hak
atas tanah.11 Pelaksanaan pengadaan tanah sangat kompleks karena mempunyai proses
yang sangat panjang dan rumit.12
Proses pemberian ganti rugi dalam kegiatan pengadaan tanah merupakan hal
yang sangat penting, karena tanpa ganti rugi, pembangunan akan terhambat. Ganti
kerugian merupakan penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam
proses pengadaan tanah.13 Pihak yang berhak menerima ganti rugi adalah pihak yang
menguasai tanah atau memiliki objek pengadaan tanah.14
Dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum berdasarkan Undang-Undang Pengadaan Tanah telah ditetapkan pembatasannya.
Dalam hal ini tanah untuk kepentingan umum tersebut digunakan bagi pembangunan:
pertahanan dan keamanan nasional; jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api,
stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api; waduk, bendungan, bending, irigasi,
saluran air minum, saluran pembuangan air, dan sanitasi, dan bangunan pengairan
lainnya; pelabuhan, bandar udara, dan terminal; infrastruktur minyak, gas, dan panas
bumi; pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distrsi tenaga listrik; jaringan
telekomunikasi dan informatika pemerintah; tempat pembangunan dan pengolahan
sampah; rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah; fasilitas keselamatan umum;
tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah; fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan ruang terbuka hijau publik; cagar alam dan cagar budaya; kantor
Pemerintah/Pemerintah Daerah/Desa; penataan pemukiman kumuh perkotaan dan/atau
konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan

Indonesia, Undang-Undang Pokok-Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960. Ps. 5.

10 Indonesia, Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk


Kepentingan Umum, UU No. 2 Tahun 2012, LN Nomor 22 Tahun 2012, TLN Nomor 5280, Ps 1 angka
(2).

11 Djoni Sumardi Gozali, Hukum Pengadaan Tanah-Asas Kesepakatan dalam Pengadaan


Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2018), hlm.
78.

12 Irene Eka Sihombing, Segi-Segi Hukum Tanah Untuk Pembangunan (Jakarta: Universtas
Trisakti, 2009), hlm. 1.

13 Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah untuk Pembangunan (Jakarta: Margaretha Pustaka,


2015), hlm. 369.

14 Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,


Ps. 1 angka (3).

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

status sewa; prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;


prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan pasar umum dan lapangan
parkir umum.15
Dalam kegiatan pengadaan tanah, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan
menurut Pasal 13 Undang-Undang Pengadaan Tanah, yaitu bahwa pengadaan tanah
untuk kepentingan umum diselenggarakan melalui Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan
dan Penyerahan Hasil. Di masing-masing tahapan tersebut terdapat proses-proses yang
lebih rinci dalam melakukan proses pengadaan tanah, yaitu:16 penetapan lokasi
pembangunan, pembentukan panitia pengadaan tanah, penyuluhan, identifikasi dan
inventarisasi, pembentukan lembaga/tim penilaian tanah, penilaian harga tanah,
musyawarah, pembayaran ganti rugi dan penitipan ganti rugi, serta pelepasan atau
penyerahan hak atas tanah.
Implementasi yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan pemenuhan
kebutuhan warga masyarakat untuk kesejahteraan mereka adalah dengan membangun
sektor riil yaitu pembangunan infrastruktur fisik. Salah satu kegiatan pembangunan
infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah melalui cara pengadaan tanah adalah
untuk pembangunan proyek LRT (Light Rail Transit) Jakarta - Bogor - Depok- Bekasi
(jabodebek). LRT adalah moda transportasi massal kota yang berbasis rel cepat (fast
railway) serta rel yang ditenagai oleh listrik yang dapat beroperasi di atas permukaan
tanah atau di bawah permukaan tanah. Moda transportasi ini ditujukan untuk mengatasi
kemacetan di kota-kota besar sehingga selanjutnya produktivitas warga dapat meningkat
karena adanya transportasi LRT ini. Selain itu mode transportasi ini diharapkan menjadi
solusi transportasi alternatif bagi masyarakat untuk mencapai tujuan dengan cepat.
Apabila LRT dapat beroperasi dengan baik maka tentu transportasi ini dapat menjadi
salah satu ikon keberhasilan pembangunan infrastruktur Indonesia. Di Indonesia,
khususnya di wilayah Jakarta, sedang berlangusng pembangunan infrastruktur moda
transportasi umum LRT, yaitu LRT Jakarta dan LRT Jabodebek. LRT Jakarta dibangun
untuk kebutuhan Asian Games 2018, sedangkan LRT Jabodebek dibangun untuk
menggantikan proyek monorel yang terhenti. LRT Jabodebek merupakan salah satu
mega proyek yang saat ini sedang dikerjakan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk
selanjutnya disebut PT. Adhi Karya.
Proyek LRT Jabodebek dimulai pembangunannya pada September 2015. LRT
ini nantinya dioperasikan oleh PT KAI, sedangkan keretanya dibuat oleh PT INKA. 17
LRT Jabodebek direncanakan dibangun dengan total panjang 81,6 km.18 Pembangunan
prasarana dan sarana LRT Jabodebek ini dilakukan dalam 2 (dua) tahap: Pembangunan
Tahap 1 (satu) meliputi rute Cawang-Cbur (14,3 km), Cawang-Kuningan-Dukuh Atas
(10,5 km) dan Cawang-Bekasi Timur (18,3 km); Pembangunan Tahap II meliputi

15 Ibid., Ps. 10.

16 Ibid.

17 Nancy Junita, “LRT Jabodetabek: Jokowi ‘Groundbreaking’ Hari Ini”


https://jakarta.bisnis.com/read/20150909/383/470577/lrt-jabodetabek-jokowi-groundbreaking-hari-ini-.
diakses 9 September 2015.

18 Ibid.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Dukuh Atas–Palmerah–Senayan (7,8 km), Palmerah-Grogol (5,7km) dan Cbur-Bogor


(25,0 km).19
Pada tahap 1 (satu) terdapat 3 (tiga) lintasan Cibubur-Cawang, Bakasi Timur-
Cawang, dan Cawang-Dukuh Atas yang memiliki 17 stasiun. Adapun rincian stasiun
LRT Jabodebek yang akan dibangun meliputi, Lintas Pelayanan I Cibubur-Cawang
yakni, Stasiun Harja Mukti Stasiun Ciracas, Stasiun Kampung Rambutan, Stasiun
Taman Mini, dan Stasiun Cawang. Lintas Pelayanan II Bekasi Timur-Cawang yakni
Stasiun Jati Bening Baru, Stasiun Cikunir 1, Stasiun Cikunir 2, Stasiun Bekasi Barat,
Stasiun Jati Mulya. Terakhir, Lintas Pelayanan III Cawang-Dukuh Atas meliputi,
Stasiun Ciliwung, Stasiun Cikoko, Stasiun Pancoran, Stasiun Kuningan, Stasiun Rasuna
Said, Stasiun Setiabudi, dan Stasiun Dukuh Atas.20
Pembangunan LRT sendiri bukan hanya berkaitan dengan jalur dan stasiunnya,
namun juga depo, kantor dan sistem yang menunjang operasional LRT. Oleh karena itu
prosesnya cukup panjang. Khususnya pada pembangunan Depo LRT Jabodebek yang
dibangun di wilayah seluas 12,22 hektar yang terdiri atas akses depo seluas 1,7 hektar
dan area depo21 seluas 10,52 hektar.22 Area ini menjadi komponen penting dalam setiap
sistem perkeretaapian untuk memastikan aspek keamanan dan kenyamanan selalu
terjaga.
Pembangunan LRT Jabodebek tahap 1 sempat terhambat karena persoalan
pembebasan lahan untuk Depo LRTnya yang berlokasi di wilayah Jatimulya Kabupaten
Bekasi. Persoalan tersebut diantaranya terkait masalah dokumen, persoalan warisan,
keberatan warga dan verifikasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Dalam pembangunan tersebut, tanah warga yang terkena dampak pengadaan
tanah untuk pembangunan Depo LRT di Bekasi Timur sejumlah 191 bidang tanah di
mana sejumlah 41 bidang telah dibebaskan sehingga sisanya adalah 150 bidang tanah
(per tahun 2019).23
Terkait pembahasan tersebut terdapat hubungan hukum antara manusia dengan
tanah dalam perbuatan peralihan hak yaitu jual-beli, sewa-menyewa, hibah, pewarisan
maupun tukar menukar tanah, serta pelepasan hak atas tanah, guna memberikan
kepastian hukum atas perbuatan yang dimaksud, maka dari itu, perlu dituangkan dalam
bentuk akta, yang selama ini dibuat dihadapan Notaris dan/atau PPAT. Terjadinya

19 Anitana Widya Puspa, “Proyek LRT Jabodebek Tahap I Segera Rampung, Raup Rekor Muri”
https://ekonomi.bisnis.com/read/20201112/98/1316643/proyek-lrt-jabodebek-tahap-i-segera-rampung-
raup-rekor-muri. diakses 12 November 2020.

20 Riyan Setiawan, “Kemenhub Menyatakan Proses Pembangunan LRT Saat Ini Sudah
Mencapai 59,5 Persen” https://tirto.id/kemenhub-klaim-progres-pembangunan-lrt-fase-ii-capai-5941-
persen-dkkd. diakses 26 Maret 2019).

21 Depo adalah tempat penyimpanan dan perawatan kereta, penggantian suku cadang, termasuk
pembersihan kereta dan mesinnya.

22 Clara Maria Tjandra Dewi H., “Proyek Depo LRT di Bekasi, 19 Bidang Tanah Selesai
Dieksekusi” https://metro.tempo.co/read/1319201/proyek-depo-lrt-di-bekasi-19-bidang-tanah-selesai-
dieksekusi. diakses 13 Maret 2020.

23 Vincent Fabian Thomas, “Pemerintah Menargetkan Pembebasan Lahan Untuk Proyek Light
Rail Transit (LRT) Jabodetabek Akan Rampung Pada Akhir Juli 2019” https://tirto.id/pembebasan-lahan-
lrt-jabodetabek-ditargetkan-tuntas-akhir-juli-2019-eds6. diakses 2 Juli 2019.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

hubungan hukum antara para penghadap dan Notaris pada saat para penghadap datang
ke Notaris agar tindakan atau perbuatannya diformulasikan ke dalam sebuah akta sesuai
dengan kewenangan Notaris dan kemudian Notaris membuatkan Akta atas permintaan
atau keinginan para penghadap tersebut, maka dalam hal ini dengan memberikan
landasan kepada Notaris dan para penghadap telah terjadi hubungan hukum.24 Dengan
hubungan hukum seperti itu, maka perlu ditentukan kedudukan hubungan hukum
tersebut yang merupakan awal dari tanggunggugat25 Notaris.26
Akta menurut bentuknya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu, akta autentik dan akta
dibawah tangan. Akta autentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai
dengan apa yang diberitahukan para pihak kepada Notaris. Notaris mempunyai
kewajiban untuk memastikan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-
sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara
membacakannya sehingga menjadi jelas apa yang telah tertuang di dalam isi Akta
Notaris tersebut. Selain itu juga memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses
terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penandatanganan
akta. Dengan demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui
atau tidak menyetujui isi Akta Notaris yang akan ditandatanganinya. 27 Berdasarkan
pengertian tersebut Notaris berwenang membuat akta sepanjang dikehendaki oleh para
pihak atau menurut aturan hukum wajib dibuat dalam bentuk akta autentik.
Dalam membuat akta-akta tersebut Notaris berwenang untuk memberikan
penyuluhan yang tertuang di dalam pasal 15 ayat (2) huruf F Undang-Undang Nomor
30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris (LNRI tahun 2004 Nomor 117; TLNRI
Nomor 4432) selanjutnya disebut Undang-Undang Peraturan Jabatan Notaris, ataupun
saran-saran hukum kepada para pihak tersebut. Ketika saran-saran tersebut diterima dan
disetujui oleh para pihak kemudian dituangkan ke dalam akta, maka saran-saran tersebut
harus dinilai sebagai pernyataan atau keterangan para pihak sendiri.28 Oleh karena
Notaris sebagai pejabat publik yang produk akhirnya yaitu akta autentik, maka terikat
dalam ketentuan hukum perdata, terutama dalam hal pembuktian. Pembuktian yang
dimaksud yaitu pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan autentik
maupun dengan tulisan-tulisan di bawah tangan.29
Berdasarkan penelusuran kepustakaan, ditemukan beberapa penelitian serupa
yang pernah dilakukan. Seperti yang dikerjakan oleh Lia Herawati untuk artikelnya
yang terkait pada peran Notaris di dalam pegadaan tanah untuk pembangunan pusdiklat
dan sarana outbound milik Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). 30 Semestinya
24 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Temtik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris (Bandung: PT Refika Aditama, 2018), hlm. 17.

25 Istilah Tanggungugat dipergunakan terutama terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan


dalam menjalankan jabatan-jabatan khusus tertentu.

26 Ibid.

27 Vincent Fabian Thomas, Pemerintah Menargetkan…

28 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia…, hlm.45.

29 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Ps. 1867.

30 Lia Herawati, “Peran Dan Tugas Notaris Dalam Proses Pengadaan Tanh Untuk Kepentingan
Umum (Studi Kasus: Pegadaan Tanah Untuk Pembangunan Pusdiklat Dan Sarana Outbound Milik Badan

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Notaris tidak berwenang dalam hal pengadaan tanah tersebut tetapi dari riset ini
ditemukan bahwa pengadaan tanahnya dilakukan oleh Notaris. Kewenangan dalam
pengadaan tanah ini seharusnya dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah yang diatur di
dalam Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 (LNRI Tahun 1993). Selain itu oleh
Sonny Djoko Marlijanto juga menuliskan untuk artikelnya yang mengkaji terkait pada
mekanisme konsinyasi ganti rugi atas tanah yang digunakan untuk Pembangunan
Proyek Jalan TOL Semarang–Solo di Kabupaten Semarang. 31 Oleh karena mekanisme
konsinyasi ganti rugi atas tanah yang digunakan untuk Pembangunan Proyek Jalan TOL
Semarang – Solo di Kabupaten Semarang disebabkan tidak adanya titik temu, sehingga
proses di pengadilan-lah yang bisa menyelesaikan. Adapun proses pelaksanaan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam rangka pelaksanaan pembangunan
jalan tol Semarang-Solo masih dilaksanakan berdasarkan Peraturan Kepala BPN Nomor
3 tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005
junto Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006.
Terdapat perbedaan pada konteks peneltiian ini dengan penelitian-penelitian
yang serupa, di mana penelitian ini lebih menitik beratkan mengenai pelaksanaan
pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek yang diselenggarakan oleh
Kementerian Perhubungan Direktorat Jendral Perkeretaapian. Lokusnya berada di
Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Provinsi Jawa Barat. Dengan adanya
Depo berfungsi untuk menyimpan dan melakukan perawatan rutin, serta perbaikan
ringan kereta pada trase Jabodebek tahap 1 (satu) ini. Depo LRT Jabodebek di bangun
di atas tanah seluas 12,22 hektar yang mana tanah tersebut terdapat tanah masyarakat
dan tanah pemerintah. Secara khusus membahas persoalan mengenai ganti kerugian di
tanah milik masyarakat yaitu pada besaran nilai yang mereka dapat dan pada ganti
kerugian di tanah milik pemerintah yaitu adanya persengketaan kepemilikan bangunan.

1.2. Pokok Permasalahan


1. Bagaimana pengadaan tanah bagi pembangunan Depo Light Rail Transit (LRT)
jabodebek dilaksanakan menurut ketentuan hukum di Indonesia?
2. Bagaimana peran Notaris untuk menyelesaikan hambatan yang terjadi dalam
pengadaan tanah bagi pemangunan Depo Light Rail Transit (LRT) jabodebek?

2.PEMBAHASAN
2.1. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Depo Light Rail Transit (LRT)
Jabodebek

Pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan Depo LRT Jabodebek yang


dibangun di Keluarahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Provinsi Jawa Barat,
seluas 12,22 hektar yang terdiri atas akses Depo seluas 1,7 hektar dan area Depo seluas
10,52 hektar.32 Area ini menjadi komponen penting dalam setiap sistem perkeretaapian
Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Di Wilayah Kabupaen Bogor”, Tesis Magister Kenotariatan
Univesitas Indonesia, Depok, 2008.

31 Sonny Djoko Marlijanto, “Konsinyasi Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Jalan Tol Semarang – Solo Di
Kabupaten Semarang),” Tesis Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, Semarang, 2015.
32

Clara Maria Tjandra Dewi H., “Proyek Depo LRT di Bekasi, 19 Bidang Tanah Selesai
Dieksekusi”, Tempo.co, diunggah pada 13 Maret 2020.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

untuk memastikan aspek keamanan dan kenyamanan selalu terjaga. Pengadaan tanah
untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek sempat terhambat. Hal tersebut selanjutnya
memunculkan kendala dalam pembangunan LRT Jabodebek. Oleh karena pembangunan
LRT Jabodebek tidak bisa diselesaikan secara parsial, namun harus dilakukan serentak.
Dengan mengingat bahwa depo merupakan bagian terpenting dalam perkeretaapian,
ketika proses pengadaan tanah untuk pembuatan depo tersebut terhambat maka proses
pembangunan LRT Jabodebek secara keseluruhan menjadi tersendat. Sebagai akibatnya,
rencana pengoperasian LRT Jabodebek yang seharusnya pada akhir tahun 2021 terpaksa
mundur hingga diperkirakan baru pada bulan Juli 2022 dapat direalisasikan.33
Dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek
harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wlayah, Rencana Pembangunan Nasional
atau Daerah, Rencana Strategis, dan Rencana Kerja instansi Kementerian Perhubungan
Direktorat Jendal Perkeretaapian.34 Pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT
Jabodebek juga harus memegang asas kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian,
keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan, dan keselarasan
sesuai dengan nilai-nilai berbangsa dan bernegara, seperti yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya.35
Proses pengadaan tanah bagi pembangunan Depo LRT Jabodebek dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, LNRI Nomor 22 tahun 2012, TLN Nomor
5280 (selanjutnya disebut Undang-Undang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum) dan Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,
LNRI Nomor 156 tahun 2012 (selanjutnya disebut Perpres No. 71 tahun 2012).
Tahapan-tahapan pengadaan tanah diatur dalam Pasal 13Undang-Undang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan Pasal 2 Perpres No. 71 tahun
2012 di mana menurut peraturan-peraturan tersebut terdapat 4 (empat) tahapan yaitu : \
1. Perencanaan Pengadaan Tanah
Dalam proses perencanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Depo
LRT Jabodebek sudah sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam UU No. 2
tahun 2012 dengan Perpres No. 71 tahun 2012. Dokumen-dokumen yang
diperlihatkan oleh Tim Pengadaan Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi
juga sudah sesuai dengan apa yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan, dalam hal ini adalah maksud dan tujuan rencana pembangunan,
kesesuaian dengan rencana tata ruang dan rencana pembangunan nasional dan
daerah, letak tanah, luas tanah yang dtuhkan, gambaran umum status tanah,
perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah, perkiraan jangka waktu
pelaksanaan pembangunan, perkiraan nilai tanah, dan rencana penganggaran.

33 Suhaiela Bahfein, “Catat, LRT Jabodebek Beroperasi Komersial Juli 2022”,


Kompas.com, https://properti.kompas.com/read/2020/09/08/120000921/catat-lrt-jabodebek-beroperasi-
komersial-juli-2022. diunggah pada 8 September 2020.

34 Sudiarwo Marsoem, Wahyono Adi, dan Pieter G. Manoppo, Pedoman Lengkap Ganti Untung
Pengadaan Tanah : Memetakan Solusi Strategis Pengembangan Infrastruktur Di Indonesia (Jakarta:
Renebook, 2015), hlm. 171-172.

35 Ibid.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

2. Persiapan Pengadaan Tanah


Tahapan persiapan pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT
Jabodebek yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan bersama dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, menghasilkan beberapa hal berikut:36
a Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 593/Kep.912-
Pemksm/2017 tentang Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Light Rail Transit Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi Tahap I,
tanggal 29 September 2017;
b Data awal pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah pada bulan
September 2017 sebanyak 188 bidang;
c Peta Bidang Sementara Pengadaan Tanah Pembangunan Depo LRT
Jabodebek, tanggal 29 September 2017;
d Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 593/Kep.968-
Pemksm/2019 tentang Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Light Rail Transit Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi Tahap I,
tanggal 21 November 2019;
e Data tambahan pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah pada bulan
November 2019 sebanyak 5 bidang;
f Peta Bidang Sementara Pengadaan Tanah Pembangunan Depo LRT
Jabodebek, tanggal 21 November 2019;
Dalam tahapan persiapan pengadaan tanah untuk pembangunan Depo
LRT Jabodebek menurut AM sudah sesuai dilakukan sebagaimana yang diatur
didalam Undang-Undang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum dan Peraturan Pelaksanaan Pengadaan tanah untuk
Kepentingan Umum. Namun saat dijumpai salah satu masyarakat yang
terdampak pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek ini
yaitu MN, beliau mengatakan bahwa beliau beserta masyarakat lainnya yang
terdampak pengadaan tanah mengaku tidak adanya pemberitahuan bahwa akan
dilakukan pengadaan tanah di tempat mereka tinggal. Melainkan tim dari
pengadaan tanah tersebut langsung mendatangi rumah-rumah masyarakat di
wilayah tersebut untuk dilakukan pendataan lokasi. Oleh karena itu banyak
masyarakat yang tidak setuju akan diadakan pembangunan Depo LRT
Jabodebek di wilayah tempat mereka tinggal.
Dari penjelasan Tim Persiapan dan pihak yang terdampak pengadaan
tanah dapat dilhat adanya perbedaan pendapat. Tim persiapan berpendapat
dalam tahapan persiapan ini sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, namun dari pihak yang terdampak pengadaan tanah
menyatakan sebaliknya.
Pada dasarnya Tim Persiapan pengadaan tanah sudah mengikuti
ketentuan yang berlaku yaitu Undang-Undang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum beserta Peraturan Pelaksanaan
Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum, namun pada praktiknya tidak
sesuai dengan teori yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan
tersebut. Oleh karena dalam menyampaikan pemberitahuan akan dilaksanakan

36 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek informasinya tidak


tersampaikan secara merata ke masyarakat di wilayah keluruhan Jatimulya.
Dalam hal ini kurangnya komunikasi antara tim persiapan pengadaan tanah
kepada masyarakat sekitar yang akan menimbulkan terhambatnya proses
persiapan pengadaan tanah untuk pembanguna Depo LRT Jabodebek.
3. Pelaksanaan Pengadaan Tanah
Setelah Gubernur bersama Kementerian Perhubungan mengumumkan
penetapan lokasi untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek kepada masyarakat
yang terkena dampak dari pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT
Jabodebek. Selanjutnya Kementerian Perhubungan mengajukan pelaksanaan
pengadaan tanah kepada lembaga pertanahan berdasarkan penetapan lokasi
yang sudah dimilikinya.
Setelah lokasi pembangunan Depo LRT Jabodebek ditetapkan,
Kementerian Perhubungan mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada
Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi. Tahapan dalam proses pelaksanaan
pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek adalah sebagai
berikut:37
a. Inventarisasi dan Identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah
Hasil dari inventarisasi dan identifikasi pengukuran dan pemetaan
batas keliling lokasi dituangkan dalam bentuk peta bidang tanah dan
ditanda tangani oleh ketua satuan tugas. Peta bidang tanah tersebut
selanjutnya akan digunakan sebagai proses penentuan nilai ganti kerugian
dan pendaftaran hak. Berikut gambar peta bidang tanah yang akan terkena
pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek.
Tahapan inventarisasi dan identifikasi dilakukan 2 (dua) kali yang
pertama target lahan yang akan terkena pengadaan tanah adalah 188 bidang
berdasarkan Penlok No. 593/kep.912-Pemksm/2017 tanggal 29 September
2017 dan yang kedua penambahan lokasi untuk jalur rel memasuki Depo
yaitu sebanyak 5 bidang berdasarkan Penlok No.
593/kep.968-pemksm/2019 tanggal 21 November 2019. Luas keseluruhan
Depo LRT di wilayah ini mencapai 12,22 hektar terdiri atas akses Depo
seluas 1,7 hektar dan area Depo seluas 10,52 hektar. 38 Berikut peta bidang
untuk akses Depo.
Tahapan inventarisasi dan identifikasi ini adalah tahapan yang sulit
karena ada beberapa warga yang masih tidak menginginkan tanahnya
digunakan untuk pembangunan Depo LRT Jabodebek. Dalam tahapan ini
berdasarkan keterangan AM selaku anggota dari Tim Pengadaan Tanah
Depo LRT Jabodebek mengatakan jenis tanah yang terkena pengadaan
tanah untuk pembanguann Depo LRT Jabodebek ini ada 2 (dua), yaitu
tanah pribadi dan tanah milik pemerintah.
Pada jenis tanah pemerintah dijumpai banyak sekali permasalahan.
Ada beberapa warga yang menempati tanah pemerintah tersebut tidak ingin
37 Indonesia, UU Pengadaan Tanah... Ps. 27 ayat 2.

38 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

tanahnya digunakan untuk pembangunan Depo LRT jabodebek,


dikarenakan mereka sudah menetap di wilayah itu sejak lama dan turun
temurun. Alas hak yang mereka miliki hanyalah surat keterangan dari BPN
Kabupaten Bekasi mengenai izin untuk menempati tanah tersebut. Di tanah
milik pemerintah ini juga berdiri bangunan sekolah swasta. Di mana
pemilik bangunan sekolah ini juga menolak akan adanya pembanguan depo
LRT jabodebek di wilayah tersebut.
Hambatan-hambatan itulah yang membuat pembangunan LRT
Jabodebek jadi terhambat. Tim pelaksanaan pengadaan tanah
menyelesaikan hambatan tersebut dengan meminta PT. Adhi Karya sebagai
pemilik tanah tersebut untuk menjelaskan dan meminta baik-baik tanahnya
kepada masyarakat yang sudah mengakui tanah tesebut. Akhirnya dengan
negosiasi yang cukup panjang prosesnya, dengan begitu masyarakat ingin
memberikan tanahnya untuk pembangunan depo LRT Jabodebek.
b. Penilaian Ganti Kerugian
Dalam penilaian ganti kerugian pada pengadaan tanah untuk
pembangunan Depo LRT jabodebek ini ada penilain yang berbeda. Oleh
karena dalam pengadaan tanah ini ada 2 (dua) status tanah, yaitu tanah
milik pribadi dan tanah milik pemerintah. Perhitungan yang membedakan
yaitu jika tanah pribadi ialah tanah, bangunan, serta benda yang ada di atas
tanah tersebut. Akan tetapi dalam penilaian tanah milik pemerintah yang
akan dinilai adalah bangunan dan benda yang ada di atas tanah hanya itu
saja tanpa memperhitungkan tanahnya.
Penilaian ganti kerugian bagi pembangunan untuk Depo LRT ini
mendapatkan penolakan dari beberapa warga, khususnya terhadap warga
yang menempati tanah milik pemerintah. Permasalahan yang muncul yaitu
menurut warga hasil perhitungan oleh tim pinilai tidak sesuai dengan
semestinya. Dengan adanya penolakan dari warga maka BPN Kabupaten
Bekasi melakukan musyawarah dengan pihak yang berhak untuk
mendapatkan kepastian penilaian yang dirasa adil untuk warga. Agar
terciptanya asas keadilan yang terdapat dalam Pasal 2 Undnag-Undang
Pengadaan Tanah.
c. Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian
Pada prinsipnya tanpa adanya proses musyawarah antara pemegang
hak atas tanah dan pihak/instansi pemerintah yang memerlukan tanah,
pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
tidak akan pernah terjadi atau terealisasi. Pelaksanaan pengadaan tanah
menyampaikan besarnya ganti kerugian hasil penilaian oleh penilai kepada
pihak yang berhak. Hasil dari kesepakatan besar dan bentuk ganti kerugian
tersebut, dibuat dalam berita acara kesepakatan yang juga merupakan bukti
validasi kesepakatan ganti kerugian tersebut dan selanjutnya ditandatangani
oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah dan pihak yang berhak berupa hasil
atau kuasanya.39 Pemberian ganti kerugian atas pembangunan Depo LRT
Jabodebek diberikan langsung kepada pihak yang berhak yaitu warga yang
terkena pengadaan tanah. Ganti kerugian diberikan kepada pihak yang

39 Ibid.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

berhak berdasarkan hasil penilaian yang sudah ditetapkan dalam


musyawawah.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu warga
Jatimulya yaitu ZL. ZL memiliki 2 (dua) rumah yaitu rumah di atas tanah
hak milik pribadi dan rumah di atas hak milik pemerintah. ZL mengatakan
dalam perhitungan penilaian untuk rumah pribadi yang memiliki status hak
milik penilainya sudah cukup adil tetapi untuk rumah yang berdiri di atas
tanah tanah pemerintah, menurutnya belum cukup adil. Dikarenakan ada
bangunannya yang belum dihitung oleh tim penilai maka dari itu ZL
melakukan musyawarah bersama-sama dengan pihak yang mendapatkan
penilaian serupa.
Musyawarah bentuk dan besarnya ganti kerugian pengadaan tanah
untuk pembangunan Depo LRT jabodebek ini dilakukan pada tanggal 26
Juni 2019, bertempat di Gedung Guru Komplek Metland Tambun,
berdasarkan surat undangan No. 563/500-32.26/IV/2019. Menurut ZL hasil
musyawarah tersebut memberikan hasil yang menurutnya lebih adil karena
nilai yang diberikan sesuai dengan harapannya.
Dalam hal musyawarah penetapan ganti kerugian, jika nantinya
tidak ada kesepakatan mengenai bentuk atau besaran ganti rugi, pihak yang
berhak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri setempat
setelah musyawarah. Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan
Negeri dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. Putusan
Pengadilan Negeri atau Mahkamah Agung yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap menjadi dasar pembayaran ganti kerugian kepada
pihak yang mengajukan keberatan. Kemudian apabila pihak yang berhak
menolak bentuk atau besarnya ganti kerugian tetapi tidak mengajukan
keberatan maka, pihak tersebut dianggap menerima bantuk besarnya ganti
kerugian.40 Pada praktiknya masih ada beberapa warga yang menolak
bentuk dan besarannya ganti kerugian tetapi mereka tidak mengajukan
keberatan penilaian tersebut.
d. Pemberian ganti kerugian
Pemberian ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan
langsung kepada pihak yang berhak berdasarkan hasil penilaian yang
ditetapkan dalam musyawarah dan putusan Pengadilan Negeri atau
Mahkamah Agung. Pelaksana Pengadaan Tanah membuat penetapan
mengenai bentuk ganti kerugian berdasarkan berita acara kesepakatan dan
juga merupakan validasi dari Badan Pertanahan Nasional untuk
memberikan wewenang kepada Kementerian Perhubungan. Instansi
tersebutlah yang akan mempersiapkan ganti kerugian dan akan dibayarkan
dengan nominal yang sama dengan hasil penilaian melalui buku tabungan
kepada masing-masing pihak yang berhak. Setelah itu para pihak wajib
menandatangani penetapan pelepasan hak atas tanah, diberikan ganti
kerugiannya dan pada saat itu juga mereka telah melepaskan hak atas
tanahnya kepada negara yaitu dihadapan Kepala Kantor Badan Pertanahan

40 Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah…, hlm. 149.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Nasional. Sehingga negara berhak atas tanahnya dan menjadikan tanah


milik negara, dalam arti negara bebas melakukan apa saja pada tanahnya.41
Pada saat pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak
telah menerima penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan tanah
kepada instansi yang memerlukan tanah melalui lembaga pertanahan yaitu
Badan Pertanahan Nasional.42 Pihak yang menerima tersebut
bertanggungjawab atas kebendaan dan keabsahan bukti penguasaan atau
kepemilikan yang diserahkan. Tuntutan pihak lain atas objek pengadaan
tanah yang telah diserahkan kepada instansi yang memerlukan tanah
menjadi tanggungjawab pihak yang berhak menerima ganti kerugian.
Pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk
pembangunan Depo LRT jabodebek ini terdapat 2 (dua) jenis ganti
kerugian, yaitu uang dan tanah pengganti. Untuk ganti kerugian berupa
uang lebih banyak dipilh oleh para pihak yang terdampak pengadaan tanah
ini, sedangakan ganti kerugian berupa tanah pengganti hanya disetujui
untuk pembangunan ulang sekolah swasta yang diuraian sebelunya telah
dibahas.
Dalam hal pihak yang berhak menolak bentuk atau besarnya ganti
kerugian berdasarkan hasil musyawarah atas putusan Pengadilan Negeri
atau Mahkamah Agung, ganti kerugian dititipkan di pengadilan negeri
setempat.43 Penolakan terjadi karena adanya para pihak yang merasa tidak
setuju dengan nilai yang ditawarkan pada saat musyawarah. Bahkan terjadi
tumpang tindih sertipikat atau sengketa. Mereka yang merasa tidak puas
dengan hasil, dapat mengajukan keberatan dalam 14 (empat belas) hari
kerja ke Pengadilan Negeri. Setelah itu uang yang telah ditawarkan tetapi
tidak diserahkan karena tidak disetujui maka, uang tersebut dititipkan ke
Pengadilan Negeri. Penitipan semacam ini dikenal sebagai penitipan uang
ganti kerugian atau konsinyasi. Penitipan tersebut dilakukan hingga ada
keputusan yang bersifat inkrah dari Pengadilan Negeri yang menyatakan
apakah akan dimenangkan oleh yang keberatan (para pihak) atau tetap pada
keputusan awal yang ditawarkan oleh pemerintah.44
Dalam hal penitipan ganti kerugian di pengadilan atau konsinyasi
pada pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT jabodebek ini
terdapat beberapa yang di konsinyasikan di pengadilan. Konsinyasi yang
dititipkan ke Pengadilan Negeri Cikarang ini terdapat 2 (dua) jenis yaitu
konsinyasi sengketa kepemilikan tanah dan konsinyasi besaran ganti
kerugian. Pada konsinyasi sengketa kepemilikan tanah ini khususnya
terdapat pada tanah milik pemerintah, sedangkan konsyinya besaran ganti
kerugian terdapat di tanah milik pribadi dan tanah milik pemerintah.

41 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.

42 Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah…, hlm. 151.

43 Ibid.

44 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Penyelesaian sengketa kepemilikan dalam pengadaan tanah


diserahkan kepada pihak yang bersangkutan yang artinya para pihak yang
merasa memiliki hak atas tanahnya dapat menyelesaikan sengketa
terdasarkan kesepakatan mereka sendiri, yaitu mereka dapat mengajukan
sanggahan/tuntutan/gugatan melalui jalur mediasi ke Kantor Pertanahan
(BPN) sebagai mediator atau musyawarah antar pihak melalui Kepala
Desa/Camat/Bupati atau mereka dapat melakukan kesepakatan diluar
pengadilan. Produk hukum tersebut dituangkan dalam berita acara. Bentuk
perdamaian dan kesepakatan antar pihak diluar pengadilan selalu
dituangkan dalam akta Notaris. Akta Notaris diperlukan sebagai bentuk
kepastian hukum. Dalam konteks ini Notaris memiliki kedudukan penting
dalam pengadaan tanah. Notaris bertanggungjawab atas kesepakatan para
pihak yang bersengketa karena menyangkut kepentingan umum dan negara.
Apabila dikemudian hari Notaris melakukan kesalahan, Notaris dapat
terikat karena Notaris bertanggungjawab atas produk hukum yang
dikeluarkan olehnya.45
e. Pelepasan tanah instansi
Pelepasan objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang
dimiliki pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang mengatur pengelolaan barang milik negara/daerah.46
Pelepasan objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dikuasai
oleh pemerintah atau dikusai/dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara/
Badan Usaha Milik Daerah dilakukan berdasarkan UU No. 2 tahun 2012.
Dalam konteks pembangunan Depo LRT Jabodebek, tanah instansi yang
terkena pengadaan tanah adalah tanah yang dikuasai oleh PT. Adhi Karya
sebagai salah satu BUMN. Oleh karena tanah tersebut sudah ditempati
masyarakat Jatimulya dengan jangka waktu yang lama maka dalam
penyerahan tanah instansi tersebut harus dilakukan dengan menggunakan
prosedur yang ada dalam UU No. 2 tahun 2012. Warga masyarakat yang
menempati tanah instansi itu juga akan mendapatkan ganti kerugian akan
tetapi yang dinilai dalam penetapan ganti kerugian hanyalah bangunan dan
benda yang ada di atas tanah tersebut, karena tanahnya dikuasai oleh
instansi pemrintah.

4.Penyerahan hasil
Pada tahapan penyerahan hasil, lembaga pertanahan menyerahkan hasil
pengadaan tanah kepada instansi yang memerlukan tanah. Penyerahan hasil
dilakukan setelah pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak dan
pelepasan hak dan/atau pemberian ganti kerugian telah dititipkan di Pengadilan
Negeri.47 Lembaga pertanahan akan mengumpulkan dokumen-dokumen yang
dibuat selama pengadaan tanah, termasuk pelepasan hak, sertipikat
kepemilikan, dan lain sebagainya yang merupakan dokumen pengadaan tanah.

45 Ibid.

46 Indonesia, UU Pengadaan Tanah, Ps. 45 ayat 1.

47 Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah…, hlm. 151.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Dokumen tersebut diserahkan kepada instansi yang memerlukan tanah 7 (tujuh)


hari seletah diserahkan. Intansi yang memerlukan tanah wajib memohon
Sertipikat Hak Pakai Atas Tanah Pemerintah Republik Indonesia dan
Kementerian Terkait.48
Bagi Instansi yang memerlukan tanah wajib mengajukan persertipikat
tanah paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak penyerahan hasil pengadaan
tanah. Selanjutnya instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan
pembangunan setelah penyerahan hasil pengadaan tanah oleh Ketua Pelaksana
Pengadaan Tanah.49 Apabila dalam hal keadaan mendesak akibat bencana alam,
perang, konflik sosial yang meluas, dan wabah penyakit. Pengadaan tanah dapat
langsung dilaksanakan pembangunannya setelah dilakukan penetapan lokasi
pembangunan. Sebelum penetapkan lokasi pembangunan, terlebih dahulu
disampaikan pemberitahuan kepada pihak yang berhak. Instansi yang
memerlukan tanah tetap dapat melaksanakan kegiatan pembangunan sekalipun
terdapat keberatan atau gugatan atas pelaksanaan pengadaan tanah tersebut.50
Penyerahan hasil dalam pengadaan tanah untuk pembangunan Depo
LRT Jabodebek sudah hampir selesai proses pengadaan tanahnya yaitu sekitar
90%51 karena tersisa 5 (lima) bidang tanah milik pemerintah yang masih belum
selesai pemberian ganti kerugiannya. Oleh karena kelimanya merupakan
penambahan jalur untuk perlintasan LRT menuju Depo.

2.2. Peran Notaris untuk Menyelesaikan Hambatan yang Terjadi dalam


Pengadaan Tanah bagi Pemangunan Depo Light Rail Transit (LRT)
Jabodebek di Bekasi Timur
Kedudukan seorang Notaris sebagai fungsionaris dalam masyarakat hingga
sekarang dirasakan masih disegani. Seorang Notaris biasanya dianggap sebagai seorang
pejabat tempat seseorang dapat memperoleh nasihat yang boleh diandalkan. Sehingga
sesuatu yang ditulis serta ditetapkannya (konstatir) adalah benar, ialah pembuat
dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum. 52 Notaris memiliki peran dalam
pengadaan tanah yaitu pada saat penyelsaian sengketa untuk mendapatkan ganti
kerugian yang dberikan BPN kepada pihak yang berhak yaitu dengan cara penyelesaian
di luar pengadilan dan meminta bantuan Notaris dalam rangka perdamaian sengketa. Di
sini para pihak yang akan melakukan perdamaian memerlukan akta Notaris. Berikut
adalah peranan seorang Notaris dalam pengadaan tanah:

1. Membuat Akta Perdamaian dan Kesepakatan


48 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.

49 Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah…, hlm. 151.

50 Tan Thong Kie, Studi Notaria: Serba-serbi Praktek Notaris( Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2000), hlm. 162.

51 Hal ini disampaikan AM dalam wawancara yang dilakukan pada 16 April 2021 di Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat.

52 Tan Thong Kie, Studi Notariat…, hlm. 157.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Notaris berperan untuk membuatkan akta perdamaian dalam rangka


penyelesaian masalah tanah baik melalui pengadilan (konsinyasi) atau tidak melalui
konsinyasi. Sistem hukum di Indonesia mengatur bahwa suatu sengketa
diperbolehkan untuk diselesaikan melalui alternatif penyelesaian sengketa yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Pasal 1851. Pasal tersebut menjelaskan bahwa perdamaian dapat dilakukan atas
perkara yang telah ada baik yang sedang berjalan di Pengadilan maupun perkara yang
akan diajukan ke Pengadilan. Apabila para pihak bersedia dan beritikad baik untuk
menyelesaikan sengketa yang telah dihadapi. Pasal ini juga menyatakan bahwa
perjanjian perdamaian yang dihasilkan dari proses penyelesaian sengketa harus
dituangkan dalam bentuk tertulis. Dengan tujuan untuk mencegah munculnya kembali
sengketa yang sama di masa mendatang.
Peranan seorang Notaris dalam pembentukan hukum sangatlah penting,
mengingat Notaris mempunyai peran yang vital sebagai seorang pejabat umum yang
berwenang membuat akta autentik. Notaris tidak diwajibkan untuk memeriksa dan
menyelidiki kebenaran materil dari setiap akta yang telah dibuatnya, akan tetapi
Notaris wajib mencatat dengan teliti dan cermat agar tidak terjadi kekeliruan di dalam
akta. Jika diperlukan Notaris wajib menolak untuk membuat akta yang dimintakan
kepadanya apabila diketahui tindakan yang dilakukan penghadap melanggar norma-
norma hukum bahkan beritikad buruk.53
Perdamaian terhadap para pihak yang mengalami sengketa dapat diselesaikan
dengan perjanjian perdamaian yang dibuat dalam bentuk akta autentik yang harus
dibuat di hadapan pejabat umum yaitu Notaris. Hal ini menunjukan bahwa akta
tersebut digolongkan ke dalam partij akta yang artinya adalah akta yang berisikan
mengenai apa yang terjadi berdasarkan keterangan yang diberikan oleh para
penghadap kepada Notaris, dalam artian para pihak menerangkan kepada Notaris dan
untuk keperluan tersebut sengaja datang kepada Notaris agar keterangan atau
perbuatan tersebut segera dinyatakan oleh Notaris di dalam suatu akta Notaris dan
para penghadap menandatangani akta itu. Oleh karena itu, dikatakan akta tersebut
dibuat “di hadapan” (tenovertaan) Notaris.
Terkait akta perdamaian, dilakukan wawancana dengan salah seorang Notaris
yang terlibat dalam pembuatan akta perdamaian ketika berlangusng pengadaan tanah
untuk pembangunan Depo LRT di Jabodebek. Infroman tersebut adalah FR selaku
Notaris/PPAT dengan Wilayah Jabatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dalam
konteks pembanguan Depo LRT Jabodebek, FR menjelaskan bahwa peran Notaris
terkait pengadaan tanah adalah untuk membuat Akta Perdamaian dan atau Akta
Kesepakatan.54 Dikemukakan bahwa dengan adanya Akta Perdamaian dan atau Akta
Kesepakatan para pihak yang bersengketa mengenai kepemilikan tanahnya dapat
diselesaikan dengan Akta Perdamaian dan atau Akta Kesepakatan para pihak bisa
mendapatkan ganti rugi yang sudah dititipkan di Pengadilan Negeri setempat,
Dijelaskannya bahawa sebelum Notaris membuat Akta Perdamaian, para
pihak menyerahkan Penetapan dari Pengadilan Negeri. Berdasarkan penetapan
53 Kartika Purwandana Anuttama, “Implikasi Dan Tinjauan Yuridis Akta Perdamaian Yang
Dibuat Di Hadapan Notaris”, Tesis (Yogyakarta: Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia : 2016): 76.

54 Ibid.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

tersebut barulah Notaris Membuat Akta Perdamaian. Akta Perdamaian yang akan
dibuat adalah untuk menyelesaikan persengketaan kepemilikan tanah atas kehendak
para pihak itu sendiri. Beliau menambahkan persengketaan biasanya terjadi karena
adanya pihak lain yang mengklaim bahwa tanah tersebut merupakan miliknya dan ia
juga memiliki hak atas tanah yang dipersengketakan. Selain itu para pihak juga
menganggap bahwa bentuk ganti kerugian yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang
dikehendaki. Akta Notaris digunakan untuk memberikan kepastian hukum bahwa
telah terjadi perdamaian antar pihak yang bersengketa. Begitu pula dengan Akta
Kesepakatan, yang dibuat berdasarkan kesepakatan kehendak para pihak yang
menyatakan bahwa telah ada kesepakatan. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam
bentuk akta Notaris.
Selain Notaris/PPAT FR juga dilakukan wawancara dengan Notaris/PPAT
lain yang juga terlibat dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT
di Jabodebek, Notaris tersebut adalah SK Notaris/PPAT dengan Wilayah Jabatan di
Kabupaten Bekasi. SK menambahkan bahwa para pihak yang berhadapan padanya
mempunyai kepentingan, yaitu untuk memenuhi syarat pemberian ganti kerugian
berupa uang terhadap tanah miliknya yang dianggap terkena pengadaan tanah
pembangunan Depo LRT di Jabodebek. Para pihak datang ke Notaris untuk minta
didaftarkan oleh Notaris Akta yang sudah dibuatkan oleh kuasa hukumnya dalam hal
ini adalah Pengacara. Akta tersebut dibuat oleh Pengacara sebagai kuasa hukum
mereka, dikarenakan BPN Kabupaten Bekasi tidak menerima berkas Akta Perdamaian
yang dibuat selain oleh Notaris maka para pihak mendatangi kantor Notaris SK untuk
minta didaftarkan dan menjadi sah dalam bentuk waarmerking, dengan begitu para
pihak bisa memberikan kepada BPN Kabupaten Bekasi untuk selanjutnya dapat di
proses pemberian ganti kerugian yang dititipkan di Pengadilan.
Selain kedua Notari/PPAT tersebut, dilakukan juga wawancara dengan
Notaris/PPAT lain yang juga terlibat dalam proses pengadaan tanah untuk
pembangunan Depo LRT di Jabodebek, yaitu CR, sebagai Notaris/PPAT dengan
Wilayah Jabatan di Kabupaten Bekasi. CR juga memberikan waarmerking kepada
Akta Perdamaian para pihak yang telah dibuatkan oleh kuasa hukum para pihak.
Akta autentik mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat dibandingkan
dengan akta dibawah tangan seperti waarmerking, karena waarmerking Notaris hanya
akan mendaftarkan akta di bawah tangan yang sudah ditandatangani para pihak yang
terlibat ke dalam buku khusus. Dengan kata lain, akta di bawah tangan ini tidak
ditandatangani di hadapan Notaris, namun sudah ditandatangani sebelumnya sehingga
tanggal penandatanganan dan tanggal pendaftaran berbeda. Tujuan suatu akta di
bawah tangan di waarmerking adalah untuk membuktikan bahwa selain para pihak
yang terlibat, ada pihak lain yakni Notaris yang mengetahui soal kesepakatan para
pihak yang dicantumkan dalam akta di bawah tangan tersebut. Namun, hak dan
kewajiban para pihak lahir pada saat penandatanganan akta di bawah tangan yang
telah dilakukan para pihak, bukan saat pendaftaran kepada Notaris.
Proses perdamaian di luar pengadilan dapat dilaksanakan dengan membuat
suatu akta yakni Akta Perdamaian. Dapat berupa akta di bawah tangan atau akta
autentik yang dibuat di hadapan Notaris. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 9 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian
Sengketa Alternatif yang berbunyi:

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

1) Dalam hal para pihak yang memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase
setelah sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut harus dibuat
dalam suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak
2) Dalam hal para pihak tidak dapat menandatangani perjanjian tertulis
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), perjanjian tertulis tersebut harus
dibuat dalam bentuk akta Notaris.
Berdasarkan penjelasan pasal tersebut dapat dinyatakan bahwa perjanjian
perdamaian berupa akta autentik yang dibuat di hadapan Notaris, di mana akta
tersebut sengaja dibuat oleh para pihak-pihak yang bersengketa. Karena digunakan
sebagai alat bukti yang sah dan mengikat untuk menyelesaikan sengketa perdata.

3. PENUTUP
3.1. Simpulan
1.Pada tahapan pengadaan tanah bagi pembangunan Depo Light Rail Transit
(LRT) JABODEBEK pada umumnya sudah dilaksanakan menurut ketentuan
hukum di Indonesia yaitu Undang-Undang Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum, namun pada praktiknya sering terjadi permasalahan saat
tahapan pelaksanaan pengadaan tanah. Di mana permasalahan yang timbul
dalam tahapan pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Depo LRT
Jabodebek yaitu pada saat proses inventarisasi dan identifikasi bidang tanah,
serta penetapan nilai ganti kerugian dan pemberian ganti kerugian. Dalam hasil
musyawarah para pihak masih tidak menyetujui dengan hasil penilaian tim
appraisal maka dari itu BPN bersama Menteri perhubungan menitipkan ganti
kerugian di Pengadilan Negeri Cikarang. Penitipan ganti kerugian tidak hanya
karena para pihak menolak saja tetapi penitipan ganti kerugian selain para pihak
yang menolak juga dilakukan terhadap tanah yang masih dipersengeketakan
kepemilikannya,
2.Peran Notaris dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
Depo LRT Jabodebek adalah sebagai pembuat Akta Perdamaian. Notaris
membuat Akta Perdamaian dalam rangka penyelesaian masalah tanah melalui
Pengadilan atau tidak melalui pengadilan. Notaris mengeluarkan Akta
Perdamaian apabila telah dikehendaki oleh para pihak yang ingin
menyelesaikan permasalahan hukum melalui pembuatan akta tersebut.
Selanjutnya Akta Perdamaian yang dibuatkan oleh Notaris tersebut diserahkan
ke BPN Kabupaten Bekasi untuk pengambilan Surat Pengantar Pengambilan
Ganti Kerugian ke Pengadilan Negeri di mana ganti kerugian tersebut
dititipkan, serta Akta Perdamaian tersebut akan disimpan untuk pemberkasan
oleh BPN Kabupaten Bekasi. Sesungguhnya ketentuan yang mengatur tentang
peran seorang Notaris dalam pengadaan tanah, tidak dituangkan dalam Undang-
Undang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Oleh karena Undang-
Undang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum hanya menjelaskan para
pihak apabila mengalami masalah pada saat proses pengadaan tanah dapat
mengajukan penyelesaian ke Pengadilan Negeri. Tetapi dalam peraktiknya,
BPN tidak menganjurkan para pihak yang bersengketa untuk dapat
menyelesaikan sengketa langsung ke pengadilan. Para pihak dapat
menyelesaikan sengketa tersebut dengan cara musyawarah di luar pengadilan.
Dari hasil musyawarah di luar pengadilan tersebut selanjutnya oleh BPN
dimintakan kepada para pihak untuk dituangkan dalam bentuk akta Notaris.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Oleh karena akta Notaris merupakan produk hukum. Dalam hal ini Notaris
hanya melakukan tugasnya sebagai seseorang yang membuat akta sesuai
dengan kehendak para pihak yang bermaksud untuk menyelesaikan persoalan
hukum. Notaris tidak memiliki kewenangan untuk dapat memastikan keabsahan
surat-surat yang di bawa oleh para pihak.

3.2. Saran
1. Dalam proses pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepetingan umum
pemerintah perlu memperhatikan bentuk Pemberian Ganti Kerugian berdasarkan
nilai Ganti Kerugian. Agar tidak menimbulkan masalah antara pemerintah dan
masyarakat. Sehingga dapat mewujudkan ganti kerugian yang adil, makmur dan
sejahtera bagi para pihak yang terdampak pengadaan tanah untuk kepentingan
umum dan dapat terselenggaranya pembangunan untuk kepentingan umum dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan
umum. serta dengan adanya Undang-Undang Pengadaan tanah juga harus dapat
menjamin kepastian hukum pihak yang berhak atas pengadaa tanah untuk
kepentingan umum.
2. Sebaiknya, Akta Perdamaian dibuat oleh Notaris bukan oleh kuasa hukum para
pihak sebagaimana yang ditemukan pada saat melakukan penelitian ini. Oleh
karena Akta yang dikeluarkan oleh Notaris berupa Akta Autentik yang memiliki
kekuatan untuk pembuktian. Adapun apabila hanya mendaftarkan surat dari para
pihak dengan memberikan waarmerking, kekuatan pembuktiannya tidak sekuat
Akta Autentik.

DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. UU No. 5
Tahun 1960. LNRI Nomor 104 Tahun 1960, TLNRI Nomor 2043.
_______. Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum. UU No. 2 Tahun 2012, LNRI Nomor 22 Tahun 2012,
TLNRI Nomor 5280.
_______. Undang-Undang Tentang Pertauran Jabatan Notaris. UU No. 2 Tahun 2014.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. Diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Cet 37. Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.

BUKU
Abdurrahman. Kedudukan Hukum Adat Dalam Rangka Pembangunan Nasional.
Bandung: Alumni, 1978.
Adjie, Habib. Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Temtik Terhadap UU No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris. Bandung: PT Refika Aditama, 2018.
Budiono, Herlien. Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2013.
Gozali, Djoni Sumardi. Hukum Pengadaan Tanah-Asas Kesepakatan dalam Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta, 2018.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Hutagalung, Arie Sukanti. Tebaran Pemikiran seputar Masalah Hukum Tanah. Jakarta:
LPHI, 2005.
Santoso, Urip. Hukum Agraria Kajian Komprehensif . Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama, 2012.
Soimin, Soedharyo. Status Hak dan Pembebasan Tanah. Jakarta : Sinar Grafika, 2008.
Sumardjono, Maria S. W. Kebiijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi.
Jakarta: Buku Kompas, 2001.
Kie, Tan Thong. Studi Notaria: Serba-serbi Praktek Notaris. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2000.
Limbong, Bernhard. Pengadaan Tanah untuk Pembangunan. Jakarta: Margaretha
Pustaka, 2015.
Marsoem, Sudiarwo, Wahyono Adi, dan Pieter G. Manoppo. Pedoman Lengkap Ganti
Untung Pengadaan Tanah : Memetakan Solusi Strategis Pengembangan
Infrastruktur Di Indonesia. Jakarta: Renebook, 2015.
Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty, 2006.
Sihombing, Irene Eka. Segi-Segi Hukum Tanah Untuk Pembangunan. Jakarta:
Universtas Trisakti, 2009.

JURNAL dan TESIS


Herawati, Lia. “Peran Dan Tugas Notaris Dalam Proses Pengadaan Tanh Untuk
Kepentingan Umum (Studi Kasus: Pegadaan Tanah Untuk Pembangunan
Pusdiklat Dan Sarana Outbound Milik Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(Bapeten) Di Wilayah Kabupaen Bogor.” Tesis Magister Univesitas Indonesia.
Depok, 2008.
Marlijanto, Sonny Djoko. “Konsinyasi Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Jalan
Tol Semarang – Solo Di Kabupaten Semarang).” Tesis Magister Universitas
Diponegoro. Semarang, 2015.
Anuttama, Kartika Purwandana. “Implikasi Dan Tinjauan Yuridis Akta Perdamaian
Yang Dibuat Di Hadapan Notaris.” Tesis Magister Universitas Islam Indonesia.
Depok, 2016.
Rejekiningsih, Triana. “Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah Pada Negara Hukum (Suatu
Tinjauan Dari Teori, Yuridis Dan Penerapannya Di Indonesia).” Yustisia Vol. 5
No. 2 (Mei - Agustus 2016). hlm. 28-50

INTERNET
Junita, Nancy. “LRT Jabodetabek: Jokowi ‘Groundbreaking’ Hari Ini”
https://jakarta.bisnis.com/read/20150909/383/470577/lrt-jabodetabek-jokowi-
groundbreaking-hari-ini-. Diakses 9 September 2015.
Puspa, Anitana Widya. “Proyek LRT Jabodebek Tahap I Segera Rampung, Raup Rekor
Muri” https://ekonomi.bisnis.com/read/20201112/98/1316643/proyek-lrt-
jabodebek-tahap-i-segera-rampung-raup-rekor-muri. Diakses 12 November
2020.
Setiawan, Riyan. “Kemenhub Menyatakan Proses Pembangunan LRT Saat Ini Sudah
Mencapai 59,5 Persen” https://tirto.id/kemenhub-klaim-progres-pembangunan-
lrt-fase-ii-capai-5941-persen-dkkd. Diakses 26 Maret 2019).
Thomas, Vincent Fabian. “Pemerintah Menargetkan Pembebasan Lahan Untuk Proyek
Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek Akan Rampung Pada Akhir Juli 2019”

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310


PAGE \* MERGEFORMAT 1

https://tirto.id/pembebasan-lahan-lrt-jabodetabek-ditargetkan-tuntas-akhir-juli-
2019-eds6. Diakses 2 Juli 2019.
H, Clara Maria Tjandra Dewi. “Proyek Depo LRT di Bekasi, 19 Bidang Tanah Selesai
Dieksekusi”, https://metro.tempo.co/read/1319201/proyek-depo-lrt-di-bekasi-
19-bidang-tanah-selesai-dieksekusi. Diakses pada 13 Maret 2020.
Bahfein, Suhaiela. “Catat, LRT Jabodebek Beroperasi Komersial Juli 2022”,
Kompas.com, https://properti.kompas.com/read/2020/09/08/120000921/catat-lrt-
jabodebek-beroperasi-komersial-juli-2022. Diakses pada 8 September 2020.

Indonesian Notary Vol. 3 No. 4 (2021) ISSN: 2684-7310

Anda mungkin juga menyukai