Anda di halaman 1dari 8

LK 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi


Nama Mahasiswa: RAHMATIA
Asal Institusi: SD NEGERI 286 PASAKA

Petunjuk Pengisian/ Penjelasan LK 2.1


Kolom (1): Permasalahan yang telah diidentifikasi. Tuliskan permasalahan yang dirasa paling urgent terkait pembelajaran dari sejumlah masalah yang telah ditemukan dalam tahap identifikasi
masalah dan ditentukan di tahap sebelumnya untuk diatasi.

Kolom (2) dan (3) Penyebab Masalah dan Kategori penyebab masalah. Kedua kolom ini merupakan penajaman dari tahap sebelumnya. Kategorikan penyebab masalah yang sebelumnya telah
diidentifikasi apakah lebih dekat ke materi, metode, atau media pembelajaran. Ketiganya merupakan aspek yang paling memungkinkan untuk guru intervensi secara langsung dalam mengatasi
permasalahan kelas/ lab/ bengkel.

Dua atau lebih permasalahan berbeda yang muncul ke permukaan saat observasi bisa jadi memiliki satu atau lebih sebab yang sama. Sebaliknya, satu permasalahan dapat memiliki dua atau lebih
penyebab. Sebagai contoh, dalam observasi pembelajaran Bahasa, mahasiswa PPG Dalam Jabatan mengidentifikasi permasalahan: (a) Sejumlah besar siswa di kelas tidak mampu memahami isi
bacaan yang disajikan (yang terlihat dari ketidaktepatan menjawab pertanyaan LOTS terkait informasi umum dan rinci sebuah bacaan) dan (b) Sebagian siswa terlihat tidak bersemangat saat
belajar membaca (minat membaca kurang). Dua persoalan ini bisa jadi memiliki satu atau lebih penyebab yang sama, misalnya, pilihan materi ajar (bahan bacaan) yang kurang relevan dengan
level atau minat peserta didik. Kemungkinan lain, kedua persoalan tersebut muncul karena pilihan metode pengajaran yang kurang sesuai untuk pembelajaran membaca.
Pada beberapa kasus, pernah ditemui seorang guru dalam kegiatan inti pelajaran Bahasa hanya membagikan teks bacaan dan meminta siswa membacanya tanpa melakukan kegiatan pra membaca
dan tidak pula memberikan panduan/ mengajarkan strategi pemahaman bacaan, sebelum mengajukan seperangkat soal terkait bacaan. Dalam hal ini, guru tersebut melewatkan tahapan mengajar
membaca sehingga hanya terfokus melakukan asesmen membaca. Pada kasus demikian, maka pada penyebab masalah ada pada kategori materi dan/ atau metode pembelajaran.
Contoh lain, pada saat observasi kelas/ bengkel/ lab ditemukan persoalan: (a) siswa tidak dapat menyelesaikan tugas atau aktivitas sesuai alokasi waktu dan (b) guru tidak sempat melakukan
kegiatan penutup dengan baik karena waktu pembelajaran telah habis. Dalam kasus demikian, ada kemungkinan jumlah materi atau aktivitas yang dirancang untuk disajikan dalam suatu sesi
pembelajaran terlalu banyak atau kurang efisien. Terdapat juga kemungkinan guru menggunakan media pembelajaran yang memakan cukup banyak waktu untuk persiapan dan
operasionalisasinya. Mahasiswa dapat merefleksi, manakah yang menjadi penyebab persoalan dan mencentang pada satu atau lebih kolom yang relevan, dalam hal ini, kolom materi dan/atau
media. (bisa lebih dari satu kolom, tergantung kondisi riil hasil observasi/ hasil refleksi identifikasi masalah).
Ketajaman dalam melihat persoalan dan menganalisis penyebabnya menjadi kunci untuk langkah-langkah lanjutan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Misalnya, persoalan-persoalan
yang pada tataran permukaan tampak seperti persoalan terkait manajemen kelas dan motivasi belajar, seperti terdapatnya siswa yang pasif atau kurang inisiatif dalam pembelajaran, siswa yang
mendominasi diskusi, kerja kelompok yang tidak berjalan baik, siswa yg duduk di baris belakang yang tidak fokus dan semacamnya boleh jadi berakar pada pilihan-pilihan materi, metode/
aktivitas, atau media pembelajaran yang sesuai untuk setiap tahapan pembelajaran yang dirancang atau kurang terstruktur dengan baik.
Jika dalam pembelajaran ditemui masalah yang menurut mahasiswa ikut dipengaruhi faktor di luar pembelajaran, misalnya terkait kecukupan fasilitas, pendanaan, atau dukungan lingkungan dan
orang tua, persoalan tersebut harus disikapi secara profesional. Misalnya jika siswa Fase A-D tidak dapat memahami suatu konsep yang rumit dan guru melihat fasilitas pendukung berupa LCD
proyektor dan laptop untuk menjelaskan konsep tersebut tidak tersedia, maka perlu diingat bahwa ketidakpahaman siswa bukanlah disebabkan oleh ketiadaan fasilitas namun karena mungkin
kompleksitas konsep tersebut dan penyajiannya kurang sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Maka ketidakpahaman siswa, bisa jadi merupakan akibat penyajian materi atau pilihan metode
penyajian yang kurang sesuai. Jika saja materi tersebut dibuat berjenjang, disederhanakan, ditambah dengan gambar, realia, contoh, atau disajikan secara bertahap melalui aktivitas yang menarik,
persoalan ketidakpahaman akan konsep tersebut akan lebih memiliki potensi untuk dihindari. Sedangkan, penyediaan LCD proyektor dan laptop saja belum tentu dapat mengatasi persoalan itu.
Kolom (4) Tuliskan 2-3 solusi yang sesuai dengan masalah dan penyebab masalah yang telah diidentifikasi. Misal, dari hasil refleksi diketahui penyebab persoalan siswa yang tidak
memperhatikan dalam pembelajaran Bahasa disebabkan oleh pilihan materi dan metode yang kurang sesuai maka solusi yang mungkin dilakukan antara lain 1) mengganti teks bacaan sehingga
sesuai dengan minat dan level siswa sehingga dapat memicu rasa ingin tahu siswa. 2) Menerapkan metode KWL untuk memandu siswa memahami bacaan 3) memasukkan unsur permainan
dalam metode pembelajaran, atau 4) menyusun daftar pertanyaan pemahaman secara berjenjang serta teknik untuk bertanya yang memungkinkan semua peserta dengan keberagaman tingkat
kemampuan memiliki sense of success yang relatif sama.

Kolom (6), (7) dan (8) Buatlah evaluasi dari alternatif solusi. Tuliskan apa kekuatan dan kelemahan dari solusi tersebut. Untuk kelemahan yang diidentifikasi, tuliskan mitigasi atau langkah apa
yang dapat diambil untuk meminimalisir/ mengantisipasi kelemahan.

N Masalah terpilih Akar penyebab masalah Eksplorasi alternative solusi Analisis alternative solusi
O yang akan
diselesaikan
1) Siswa memiliki Model pembelajaran Kajian literatur: Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi, maka
minat belajar yang alternatif solusi yang sesuai atau memungkinkan
rendah. 1. Jurnal “MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS untuk diterapkan di kelas saya adalah sebagai
III MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN berikut :
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)” menurut Eko Styo
Saputro (2021) Penerapan model Problem Based Learning 1. Model pembelajaran Problem Based Learning
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan sehingga mereka (PBL)
termotivasi untuk mencari jawaban dengan cara berulang-ulang Problem Based Learning (PBL) merupakan model
memecahkan masalah yang dihadapinya yang pada akhirnya dapat pembelajaran yang mendorong untuk lebih aktif
menyelesaikan masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan rasa dan memaksimalkan kemampuan berpikir kritis
percaya diri siswa akan kemampuannya. model pembelajaran yang untuk mendapatkan solusi dari masalah pada dunia
Problem Based Learning yang diterapkan dengan baik dapat nyata. Dengan kurikulum PBL, dapat membuat
meningkatkan minat belajar siswa kelas III SD Islam Al Azhar 28. mahir dalam memecahkan dan mengambil solusi
https://ojs.unm.ac.id/TPJ/article/view/26763 dari suatu masalah, dalam kurikulumnya juga
dirancang masalah-masalah yang memotivasi untuk
2. Jurnal “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk mendapatkan pengetahuan yang penting sehingga
Meningkatkan Minat Belajar pada Materi Teks Berita” memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan
Menurut Endah Cahyaningsih dan Gallant Karunia Assidik berpartisipasi dalam kelompok diskusi
(2021) penerapan model suatu model pembelajaran discovery
learning ini terlihat bahwa minat belajar yang dimiliki siswa a) Kelebihan :
meningkat yaitu dibuktikan siswa sangat antusias dalam menjawab • Meningkatkan motivasi dan aktivitas
pertanyaan mengenai teks berita, siswa dapat mengemukakan pembelajaran siswa.
pendapat saat pembelajaran berlangsung, semua siswa dapat • Membantu siswa untuk mengembangkan
berdiskusi dengan baik, siswa memperhatikan dengan baik saat pengetahuan barunya dan bertanggung
kegiatan pembelajaran berlangsung, mempunyai kepercayaan diri jawab dalam pembelajaran yang mereka
dan berani untuk mempresentasikan hasil jawabannya, siswa juga lakukan.
dapat mengerjakan soal latihan yang diberikan dengan benar dan • Mengembangkan minat siswa untuk secara
siswa sudah mau melakukan permintaan dari guru untuk menuliskan terus menerus belajar sekalipun belajar pada
jawaban dari soal yang diberikan. pendidikan formal telah berakhir.
https://journals.ums.ac.id/index.php/bppp/article/viewFile/19385/78 • Memudahkan siswa dalam menguasai
10 konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata(Sanjaya,
3. Jurnal “ Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning 2007).
(PjBL) Terhadap Minat Belajar Siswa “ b) Kelemahan :
Menurut Syifah Fauziyah, Ahmad Syaikhu dan Devita Cahyani • Manakala siswa tidak memiliki niat atau
Nugraheny (2021) Penerapan model PJBL ini siswa dihadapkan tidak mempunyai kepercayaan bahwa
pada permasalahan konkret, mencari solusi dan mengerjakan projek masalah yang dipelajari sulit untuk
untuk mengatasi sebuah masalah. Metode proyek merupakan dipecahkan, maka mereka akan merasa
pemberian tugas kepada semua siswa yang untuk dikerjakan secara enggan untuk mencobanya.
individual. Siswa dituntut untuk mengamati, membaca dan meneliti. • Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa
Melalui penerapan model PJBL pembelajaran ini berpusat pada tanpa pemahaman mengenai materi yang
siswa dan memberikan pengalaman yang lebih bermakna bagi siswa. diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa dimana siswa memiliki mengapa mereka harus berusaha untuk
pengalaman belajar yang lebih menarik dan menghasilkan sebuah memecahkan masalah yang sedang
karya berdasarkan permasalahan nyata (kontekstual) yang terjadi dipelajari, maka mereka akan belajar apa
dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tentu berpengaruh positif yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2007).
terhadap minat belajar siswa. 2. Model Pembelajaran Discovery Learning
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPF/article/download/7232/5232/ Model pembelajaran penyingkapan/penemuan
(Discovery/Inquiry Learning) adalah memahami
4. Model kooperatif tipe make a match konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif
Menurut Sri Hartatik Minat dan hasil belajar siswa dapat untuk akhirnya sampai kepada suatu
ditingkatkan melalui penerapan model kooperatif tipe make a match. kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat
adapun tahapan proses meningkatkan minat dan hasil belajar pada terutama dalam penggunaan proses mentalnya
siswa yaitu dengan menyampaikan penjelasan singkat tentang untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
materi/topik yang akan dipelajari pada siswa dengan mengaitkan a) Kelebihan :
tema pelajaran, memberitahu siswa tentang model make a match dan • Mendukung partisipasi aktif pembelajar
langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, membagikan kartu dalam proses pembelajaran.
kepada siswa, siswa mengerjakan kartu soal kemudian mencari kartu
• Menumbuhkan rasa ingin tahu pembelajar
jawaban dari kartu soal yang di dapatkan, dan siswa membahas
• Membuat pembelajar memiliki motivasi
penyelesaian soal bersama guru.
yang tinggi karena memberikan kesempatan
https://journal.uncp.ac.id/index.php/proceding/article/view/803/689
kepada mereka untuk melakukan
eksperimen dan menemukan sesuatu untuk
5. Model pembelajaran Osborn berbasis teknologi dengan
diri mereka sendiri.
menggunakan aplikasi Quizizz dan Kahoot:
• Membangun pengetahuan berdasarkan pada
Menurut Harfin, Moh. Zayyadi, Abd Wahab, Akhmad Riski Rifanda
,Sisca Patricia, Dwi Agustin dapat meningkatkan minat siswa dalam pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh
pembelajaran. Beberapa manfaat yang didapatkan adalah sebagai pembelajar sehingga mereka dapat memiliki
berikut: pemahaman yang lebih mendalam.
a) dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi khususnya • Mengembangkan keterampilan-
kurangnya minatbelajar siswa dalam kegiatan belajar keterampilan kreatif dan pemecahan
mengajar. masalah
b) dapat mengatasi pemahaman guru dalam penggunaan inovasi • Menemukan hal-hal baru yang menarik
model pembelajaran yang berpusat pada guru seperti model yang belum terbayang sebelumnya setelah
pembelajaran Osborn. pengumpulan informasi dan proses belajar
c) dapat mengatasi kurangnya pemahaman guru dalam yang dilakukan
penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi.
d) dapat membuat perangkat pembelajaran dengan menggunakan b) Kelemahan :
model pembelajaran Osborn dan. • kadangkala terjadi kebingungan pada para
e) dapat membuat soal dengan menggunakan Aplikasi Quizizz pembelajar ketika tidak disediakan semacam
dan Kahoot sebagai alat evaluasi pembelajaran. kerangka kerja, dan semacamnya.
https://ocs.machung.ac.id/index.php/senam/article/view/264/204 • terbentuknya miskonsepsi
• pembelajar yang lemah mempunyai
6. Model pembelajaran talking stick ( kecenderungan untuk belajar di bawah
Menurut Yuliana Lisu1, Heryon, Femberianus dan Sunario standar yang diinginkan, dan guru seringkali
(2020) model pembelajaran talking stick mampu menguji kesiapan gagal mendeteksi pembelajar semacam ini
siswa, melatih keterampilan siswa dalam membaca dan memahami (bahwa mereka membutuhkan remedi dan
materi pelajaran dengan cepat dan mengajak siswa untuk terus siap scaffolding)
dalam situasi apapun . Sehingga apapun pesan yang disampaikan 3. Project Based Learning (PjBL)
bisa diterima dengan baik serta dapat diingat kembali oleh siswa.
model pembelajaran talking stick berpengaruh dalam meningkatkan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
minat belajar siswa, minat belajar pada kelas eksperimen lebih baik Learning) adalah model pembelajaran yang
dibandingkan dengan minat belajar pada kelas kontrol. menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media.
https://ojs.cbn.ac.id/index.php/spasi/article/download/159/82/769 Menurut Kemdikbud (2013), peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
7. Hasil kajian wawancara : sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
• Kepala Sekolah : HJ Sri Iriani, S.Pd., M.M : model pembelajaran berbagai bentuk hasil belajar.
yang dapat meningkatkan minat belajar siswa adalah Model
pembelajaran Problem Based Learning a) Kelebihan :
• Pengawas Sekolah : Baharuddin, S.Pd : Minat dan hasil belajar • Memotivasi peserta didik dengan
siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model kooperatif melibatkannya di dalam pembelajaran.
tipe make a match.
• Guru Kelas : Andi Roslili S.Pd : penerapan model pembelajaran
• Menyediakan kesempatan pembelajaran
berbagai disiplin ilmu Membantu
osborn berbasis teknologi dengan menggunakan aplikasi
keterkaitan hidup di luar sekolah
quizizz dan kahoot dapat meningkatkan minat siswa dalam • Menyediakan peluang unik karena pendidik
pembelajaran. membangun hubungan dengan peserta didik
• Prof. Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag : untuk meningktkan sebagai fasilitator.
minat belajar siswa melalui games talking bottle (botol • Menyediakan kesempatan untuk
berbicara), Talking bottle adalah modifikasi dari model membangun hubungan dengan komunitas
pembelajaran talking stick (model pembelajaran dengan bantuan yang besar.
tongkat), siapa yang megang tongkat/botol wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokok. • Membuat peserta didik lebih aktif dan
berhasil memecahkan problem-problem
Botol diputar dengan iringan lagu yang dinyanyikan siswa
yang ada
secara bersama sama.
b) Kelemahan :
• Memerlukan banyak waktu untuk
menyelesaikan masalah
• Membutuhkan biaya yang cukup banyak
• Banyak pendidikan yang merasa nyaman
dengan kelas tradisional, di mana pendidik
memegang peran utama di kelas
• Banyaknya peralatan yang harus dibeli
• Peserta didik yang memiliki kelemahan
dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan
• Ada kemungkinan peserta didik ada yang
kurang aktif dalam kerja kelompok,
sehingga dikhawatirkan peserta didik tidak
bisa memahami topik secara keseluruhan

4. Model kooperatif tipe make a match


Make a match atau mencari pasangan adalah model
pembelajaran kooperatif dengan cara mencari
pasangan soal/jawaban yang tepat, Peserta Didik
yang sudah menemukan pasangannya sebelum
batas waktu akan mendapat poin. Pasangan-
pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan
pertanyaan-jawaban dan dibacakan di depan kelas.

a) Kelebihan :
• mampu menciptakan suasana belajar aktif
dan menyenangkan.
• materi pembelajaran yang disampaikan
kepada Peserta Didik lebih menarik
perhatian.
• mampu meningkatkan hasil belajar Peserta
Didik mencapai taraf ketuntasan belajar
secara klasikal.

b) Kelemahan :
• diperlukan bimbingan dari Guru untuk
melakukan kegiatan.
• waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan
sampai Peserta Didik bermain-main dalam
pembelajaran.
• Guru perlu persiapan alat dan bahan yang
memadai.

5. Model pembelajaran Osborn berbasis teknologi


dengan menggunakan aplikasi Quizizz dan
Kahoot:
Model pembelajaran Osborn adalah salah satu
model pembelajaran yang berfokus pada kreativitas
dan inovasi. Dalam konteks penggunaan aplikasi
Quizizz dan Kahoot,

a) Kelebihan :
• Meningkatkan motivasi belajar:
Penggunaan aplikasi Quizizz dan Kahoot
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
karena menggunakan elemen permainan dan
kompetisi yang menarik.
• Interaktif dan partisipatif: Aplikasi
Quizizz dan Kahoot memungkinkan siswa
untuk berpartisipasi secara aktif dalam
proses pembelajaran dengan menjawab
pertanyaan dan mendapatkan umpan balik
secara instan.
• Meningkatkan pemahaman: Dengan
adanya umpan balik langsung dari aplikasi,
siswa dapat memperbaiki pemahaman
mereka tentang materi pembelajaran dan
mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.
• Memfasilitasi kolaborasi: Aplikasi Quizizz
dan Kahoot dapat digunakan untuk
mendorong kolaborasi antara siswa dalam
memecahkan masalah atau menjawab
pertanyaan secara bersama-sama.

b) Kelemahan :
• Keterbatasan dalam penilaian: Meskipun
aplikasi Quizizz dan Kahoot memberikan
umpan balik secara instan, penilaian yang
diberikan cenderung bersifat kuantitatif dan
tidak memberikan gambaran menyeluruh
tentang pemahaman siswa.
• Ketergantungan pada teknologi:
Penggunaan aplikasi Quizizz dan Kahoot
membutuhkan akses ke perangkat teknologi
dan koneksi internet yang stabil. Jika terjadi
masalah teknis, pembelajaran dapat
terganggu.
• Kurangnya kedalaman pemahaman:
Penggunaan aplikasi Quizizz dan Kahoot
cenderung berfokus pada pemahaman
konseptual yang dangkal. Hal ini dapat
mengabaikan aspek pemahaman yang lebih
mendalam dan penerapan pengetahuan
dalam konteks yang lebih luas.

6. Model pembelajaran talking stick


Model pembelajaran Talking Stick adalah salah
satu model pembelajaran kooperatif yang dapat
diterapkan di berbagai jenjang pendidikan, terutama
di Sekolah Dasar. Model ini bertujuan untuk
melatih siswa dalam berbicara dan menyampaikan
pendapat mereka, serta menciptakan suasana kelas
yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

a) Kelebihan :
• Mampu melatih siswa dalam berbicara dan
menyampaikan pendapat.
• Menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan dan membuat siswa aktif.
• Memperkuat keterampilan komunikasi
siswa.
• Mendorong partisipasi aktif dari setiap
siswa dalam proses pembelajaran.
• Membantu siswa dalam mengembangkan
keterampilan mendengarkan dan
menghargai pendapat orang lain.

b) Kelemahan :
• Beberapa siswa mungkin merasa canggung
atau tidak nyaman dalam berbicara di depan
kelas.
• Model ini mungkin tidak efektif jika tidak
ada aturan yang jelas dalam penggunaan
Talking Stick, seperti waktu yang terbatas
untuk setiap siswa atau aturan tentang
bagaimana siswa harus memberikan
tanggapan.
• Membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk melibatkan setiap siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga mungkin tidak
efisien jika waktu pembelajaran terbatas.

Anda mungkin juga menyukai