Anda di halaman 1dari 12

Nama : Desy Fitriana, S.

Pd
Bidang Studi : Sejarah
NIM : 2010220085
Asal Sekolah : SMAN 02 Nanga Tayap

LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi


Masalah terpilih yang Akar Penyebab
No. Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan diselesaikan masalah
1 Kurangnya keaktifan Pembelajaran yang Berdasarkan kajian literatur, alternatif solusi : Berdasarkan kajian literatur, hasil analisis
siswa dalam pembelajaran berpusat pada guru Dimyati dan Mujiono (2009) menyatakan bahwa keaktifan belajar dan hasil wawancara dapat dijelaskan
sejarah siswa merupakan proses pembelajaran yang mengarah kepada bahwa :
pengoptimalisasian yang melibatkan intelektual-emosional siswa
dalam proses pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa. Masalah keaktifan dalam pembelajaran
Keaktifan belajar siswa dapat ditimbulkan dengan penggunaan dapat ditingkatkan melalui penggunaan
model pembelajaran oleh guru diantaranya dengan melaksanakan model pembelajaran yang mendorong
perilaku-perilaku yaitu memberikan tugas secara individu atau siswa lebih aktif. Model-model
kelompok, kelompok kecil, memberikan tugas, megadakan sesi permbelajaran tersebut tentu saja memiliki
tanya jawab dan diskusi. kelebihan dan kekurangan, namun guru
dapat mengatur pelaksanaan tersebut
Model Problem Based Learning dengan membuat rancangan pembelajaran
Arie Anang Setyo dkk menyatakan Problem Based Learning adalah yang matang. Model-model pembelajaran
suatu model pembelajaran yang menghadirkan berbagai yang dapat menjadi alternatif yaitu
permasalahan dalam dunia nyata peserta didik untuk dijadikan problem based learning dan project based
sebagai sumber dan sarana belajar sebagai usaha untuk memberikan learning.
pengalaman dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, Problem Based Learning dan Project
keterampilan pemecahan masalah, tanpa mengesampingkan Based Learning merupakan jawaban
pengetahuan atau konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. dalam hal model pembelajaran karena
Karakteristik Problem Based Learning antara lain: memiliki dampak yang besar terhadap
1. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan penyajian masalah perkembangan belajar siswa, dimana pada
autentik peserta didik mulanya proses pembelajaran terjadi
2. Pembelajaran didesain agar berpusat pada peserta didik untuk secara pasif menjadi lebih aktif. Kedua
belajar model pembelajaran ini menekankan pada
3. Peserta didik berkolaborasi dalam kelompok kecil menemukan keaktifan peserta didik atau student
berbagai informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber centered.
4. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan memastikan
proses dan tujuan pembelajaran tercapai
Link: STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING - Google Books

Dengan PBL, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari


dalam diri siswa, karena kita menciptakan masalah dengan konteks
pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, mereka walaupun
tidak semua merasa bergairah menyelesaikannya. Tetapi tentu saja,
sebagian di antara mereka akan ada yang justru merasa kebingungan
dan menjadi kehilangan minat, Disini peran pendidik menjadi
sangat menentukan.
Link: Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning - Google
Books

Kelebihan dari model problem based learning :


1. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
2. Mengaplikasikan materi yang selama ini diajarkan ke dalam
kehidupan nyata.
3. Menunjukkan pada siswa bahwa mata pelajaran yang dipelajari
di kelas pada dasarnya merupakan sesuatu yang harus
dimengerti. Bukan hanya sekadar belajar dari guru atau baca
buku.
4. Lebih menyenangkan.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6. Meningkatkan minat siswa untuk belajar terus menerus, bahkan
di luar sekolah.

Menurut Abidin yang dikutip May Sarah, kekurangan dalam model


Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru
sebagai sumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara
belajar sendiri dalam pemecahan masalah.
2. Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit dipecahkan maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba masalah.
3. Tanpa adanya pemahaman siswa mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka
tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari

Model Project Based Learning


Menurut Hosnan yang dikutip dari Jurna Eka Titik Pratiwi dan
Eunice Widyanti Setyaningtyas , Project Based Learning
adalah pembelajaran yang berbasis proyek menggunakan
media. Peserta didik dibimbing untuk eksplorasi, menilai,
interpretasi, sistesi dan informasi secara berkelompok
kemudian dipresentasikan yang berguna untuk proses
pembelajaran peserta didik.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Project Based
Learning menurut Hosnan (2014:325) sebagai berikut:
1. Menentukan proyek yang akan diselesaikan, guru
membimbing peserta didik agar mampu menganalisis proyek.
2. Merancang kegiatan penyelesaian, peserta didik dibimbing
oleh guru untuk menyusun penyelesaian proyek.
3. Penyusun jadwal penyelesaian proyek setelah dibuat
rancangan penyelesaiannya.
4. Penyelesaian proyek yang dibimbing oleh guru.
5. Penyusunan hasil penyelesaian proyek yang akan
dipresentasikan.
6. Mengevaluasi hasil proyek yang sudah dikerjakan.
Link:https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/download/362/pdf

Model PjBL memiliki kelebihan menurut Djamarah & Zain


dari jurnal Putri Dewi Anggraini, antara lain:
1. Melatih siswa dalam memperluas pemikirannya mengenai
masalah dalam kehidupan yang harus diterima
2. Memberikan pelatihan langsung kepada siswa dengan cara
mengasah serta membiasakan mereka melakukan berpikir
kritis serta keahlian dalam kehidupan sehari-hari
3. Penyesuaian dengan prinsip modern yang pelaksanaannya
harus dilakukan dengan mengasah keahlian siswa, baik
melalui praktek, teori serta pengaplikasikannya
Link: View of Analisis Penggunaan Model Pembelajaran
Project Based Learning Dalam Peningkatan Keaktifan Siswa
(unesa.ac.id)

Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012, hlm. 162)


model pembelajaran project based learning mempunyai kelebihan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan
penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem kompleks.
4. Meningkatkan daya kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran
dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai
dengan dunia nyata.
9. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Menurut Abidin yang dikutip Anwar Firdaus Mutawally,


menyebutkan kelemahan yang dimiliki Project Based
Learning, yakni:
a. Pembelajaran ini membutuhkan banyak biaya.
b.Pembelajaran ini membutuhkan banyak waktu.
c. Membutuhkan peralatan yang tidak sedikit.
d. Dalam kerja secara berkelompok, pastinya ada beberapa
peserta didik yang kurang aktif dalam mengerjakan proyek.
e. Dikhawatirkan apabila peserta didik hanya mampu
menguasai topik yang mereka kerjakan tanpa menguasai topik
yang lainnya, dan lain-lain.
Link: OSF Preprints | Pengembangan Model Project Based
Learning Dalam Pembelajaran Sejarah
Hasil wawancara :
1. Rendahnya keaktifan peserta didik dapat di atasi dengan
menggunakan model-model pembelajaran yang variatif sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, terutama model pembelajran
yang dapat melibatkan keaktifan peserta didik sehingga peserta
didik menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran (Dedi
Yulianto, M.Pd, kepala SMA Negeri 02 Nanga Tayap)
2. Kurangnya keaktifan siswa disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal siswa. Faktor internal siswa meliputi kejenuhan, minat
belajar, kesehatan fisik dan mental. Sedangkan faktor eksternal
siswa adalah keadaan keluarga, lingkungan di rumah, dan
sarana prasarana. Salah satunya guru harus bisa menciptakan
pembelajaran yang menarik dengan memanfaatkan media dan
model belajar yang tepat (rekan sejawat)
2 Hasil belajar sejarah Guru belum maksimal Berdasarkan kajian literatur, alternatif solusi : Berdasarkan kajian literatur, hasil analisis
siswa yang masih rendah menerapkan model- Model Discovery Learning dan hasil wawancara dapat dijelaskan
model pembelajaran Metode ini adaah metode mengajar yang dewas ini banyak bahwa :
inovatif dalam diaplikasikan di berbagai sekolah yang sudah maju. Hal ini Melalui model pembelajaran yang inovatif
pembelajaran sejarah disebabkan model ini bertujuan: serta metode belajar yang bervariasi dapat
mengefektifkan pembelajaran karena
1. Mengembangkan cara belajar peserta didik yang jauh lebih
aktif. menjadi sarana yang mengikutsertakan
2. Hasil belajar tak mudah dilupakan oleh peserta didik siswa secara aktif untuk mencapai tujuan
berkat cara mendapatkan pengetahuan yang dilakukan pembelajaran. Penerapan model
secara mandiri. pembelajaran yang sesuai dapat
3. Pengertian terhadap konsep benar-benar dikuasai oleh meningkatkan hasil belajar siswa
peserta didik. Anak didik belajar menguasai salah satu
metode ilmiah yang kelak diharapkan dapat dikembangkan
sendiri.
4. Anak belajar untuk berfikir secara kritis untuk mencoba
memecahkan suatu problema sehingga diharapkan
kebiasaan ini bisa diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.

Model Inquiry Learning


Trianto (2008:114) menyatakan bahwa inkuiri merupakan
bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual
(Contextual Teaching and Learning). Pengetahuan dan
keterampilan diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat serangkaian fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri.
Selanjutnya menurut Sudirman (1991:168) Model inkuiri
adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa
dalam bentuk proses-proses mental dalam rangka
penemuannya. Selanjutnya proses inkuiri menuntut guru
bertindak sebagai fasilitator, nara sumber, dan penyuluh
kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan
sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan (Hamalik,
2004:221)

Hasil wawancara
1. Pentingnya metode pembelelajaran adalah mempermudah
proses belajar. Metode pembelajaran yang variatif dapat
meningkatkan semangat belajar siswa. Apabila semangat
siswa meningkat otomatis hasil belajarnya juga baik ( Guru
Sosiologi)
2. Penggunaan model pembelajaran yang variatif sangat
penting dilakukan agar pembelajaran lebih efektif.
Penggunaan model pembelajaran variatif agar peserta didik
tidak bosan ( Rekan sejawat)
3. Memudahkan peserta didik menerima materi pembelajaran
Menggunakan pembelajaran yang variatif sebagai salah satu
solusi terhadap semangat belajar siswa serta perbaikan hasil.
( Kepala sekolah)
3 Kurangnya keterampilan Kurangnya Berdasarkan kajian literatur, alternatif solusi : Berdasarkan kajian literatur, hasil analisis
berpikir kritis siswa pembiasaan dan hasil wawancara dapat dijelaskan
dalam pembelajaran penerapan model Model Problem Based Learning bahwa :
sejarah pembelajaran yang Pembelajaran untuk meningkatkan
melatih keterampilan Model Problem Based Learning dipandang memiliki keterampilan berpikir kritis siswa dpaat
berpikir kritis siswa dilakukan dnegan menggunakan model
keunggulan dalam proses pembelajaran. Keunggulan tersebut
pembelajaran yang menekankan pada
sesuai yang dipaparkan dalam kemendikbud (2013b) sebagai pemecahan masalah. Selain itu juga dapat
berikut: menerpkan model pembelajaran
(1) proses pembelajaran bermakna bagi peserta didik dimana kontekstual yang meningkatkan
siswa belajar memecahkan masalah melalui penerapan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik
pengetahuan yang dimilikinya;
dalam bekerja, motivasi internal untuk
(2) peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan belajar, dan dapat mengembangkan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam hubungan interpersonal dalam bekerja
konteks yang relevan; kelompok. Kedua model tersebut
(3) meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan sama-sama memiliki keunggulan dan
inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk kelemahan namun dapat menjadi
belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal pertimbangan untuk diterapkan.
dalam bekerja kelompok.
Link: https://media.neliti.com/media/publications/266400- .
model-problem-based-learning-membangun-k-0b165afb.pdf

Model Pembelajaran Kontekstual


Menurut Artini, dkk (2019) model pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki siswa dan penerapan dalam kehidupan mereka.
Kelebihan dari model pembelajaran kontekstual
1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus
sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga siswa
terlibat aktif dalam PBM
2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan
data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru
dapat lebih kreatif
3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari
4. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan
5. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
6. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
kelompok.
Kelemahan model pembelajaran kontekstual :
Kelemahan tersebut menurut Mustaji (2009) sebagai berikut:
(1) manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa susah untuk
mencoba;
(2) keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahana
masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.;
(3) tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Hasil Wawancara
Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dapat
dilakukan dengan :
1. Meningkatkan minat literasi siswa
2. Pembelajaran secara bertahap dan membiasakan pembelajaran y
berkonteks HOTS
3. Penggunaan model pembelajaran seperti pemecahan masalah
atau Problem Based Learning
4. Pembelajaran yang menarik dan menantang
4 Kurangnya pemanfaatan Guru kurang kreatif Berdasarkan kajian literatur, alternatif solusi : Berdasarkan kajian literatur, hasil
TIK dalam pembelajaran membuat media Menurut Asmani (2011: 114) bahwa pembelajaran berbasis TIK analisis dan hasil wawancara dapat
pembelajaran berbasis akan berjalan efektif jika menerapkan pembelajaran yang berpusat dijelaskan bahwa, guru memanfaatkan
TIK pada kegiatan peserta didik (student/learned centered learning), media pembelajaran berbasis TIK
yaitu: Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memiliki kelebihan :
memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata (kontekstual), 1. Dapat Meningkatkan efektifitas dan
sehingga pendidikan menjadi relevan dan responsive terhadap efesiensi pembelajaran.
tuntutan kehidupan sehari-hari. 2. Sebagai sarana mempermudah
1. Menumbuhkan pemikiran refklektif dan kreatif. pembelajaran
2. Membantu perkembangan dan keterlibatan aktif dari peserta 3. Dapat mengarahkan pada hal yang
didik dalam proses belajar. berkaitan dengan pembelajaran dalam
pengunaan Gadjet.
Berdasarkan kajian literatur, alternatif solusi : Media pembelajaran berbasis TIK
Menurut Munir (2009:39-40), pemanfaatan TIK untuk mendukung Memiliki kekurangan :
kegiatan pendidikan antara lain: 1. Siswa menjadi malas membaca buku
1. Memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber informasi 2. Tidak semua siswa mengerti
komputer dengan internet sebagai hasil dan aplikasi dari TIK menggunakan pembelajaran berbasis
yang telah banyak digunakan sebagai sumber informasi yang TIK
mudah, murah, dan cepat untuk menunjang pendidikan. 3. Penyalahgunaan gawai
2. Penyebaran informasi internet telah dimanfaatkan untuk
menyebarkan informasi kepada banyak orang yang dapat Maka untuk meningkatkan motivasi
mencakup hamper semua wilayah diseluruh dunia. Informasi belajar siswa, pendidik harus dapat
dapat diakses tanpa dibatasi jarak, ruang, dan waktu, bisa memanfaatkan TIK dalam proses
dimana saja dan kapan saja pembelajaran, misalnya dengan
3. Konsultasi dengan tutor dalam pendidikan jarak jauh pengajaran memberikan tugas kepada siswa membuat
pembelajar terpisah secara fisik karena tidak ada tatap muka video pembelajaran menggunakan gawai,
secara langsung, maka dalam proses pembelajarannya dibantu serta dapat pula menampilkan video
oleh tutor. Internet dapat dimanfaatkan untuk berkonsultasi sejarah yang di ambil dari sumber
dengan tutor yang berada ditempat berbeda. Misalny terpercaya dan di tayangkan di kelas
memanfaatkan layana e-mail, chating maupun mailing list. menggunakan projector.
4. Perpustakaan digital (digital library); dengan perpustakaan
digital ini pembelajar dapat mengakses secara online ke sumber-
sumber ilmu pengetahuan atau sumber informasi dengan mudah
dan cepat tanpa arus dibatasi jarak dan waktu.
5. Pembelajaran online yaitu proses pembelajaran dengan
memanfaatkan layanan komputer dan internet. Dengan
menggunakan internet memungkinkan pengajar memberikan
pelajarannya dan para pembelajar menerima penyajian pelajaran
tersebut tanpa harus berkumpul didalam satu ruangan kelas.
Pembelajaran online juga memungkinkan pembelajar dapat
saling bertukar pikiran, tanya jawab, atau berdiskusi dengan
pembelajar, tutaor, atau dengan guru. Materi pembelajaran
online dibuat interaktif, komunikatif, dan menarik untuk
meningkatkan kualitas belajar.
Bedasarkan hasil wawancara :
Dengan mengunakan TIK dalam proses pembelajaran maka siswa
dapat lebih cepat mengakses sumber materi pembelajran bukan saja
dalam bentuk tulisan tetapi juga audio-visual, yang tidak kalah juga
penting nya dalam proses pembelajaran TIK terutama penggunaan
gawai peran guru dalam mengontrol pembelajaran sangat di
perlukan jika tidak maka siswa bisa saja kan mempergunakan bukan
untuk mengakses materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran
tidak tercapai ( Dedi Yulianto, M.Pd-Kepala SMA Negeri 02 Nanga
Tayap)
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, dan Mulyo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.

M. Taufiq Amir, 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan.Edisi Pertama.
Jakarta: Kencana,hal 29

May Sarah, 2016, Skripsi: Meningkatkan Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Problem Based Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran IPS
(Penelitian Tindakan Kelas Materi Peninggalan-Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu Buddha dan Islam di Indonesia Pada Siswa Kelas V SDN Gumuruh 8
Bandung). FKIP: UNPAS,hal 2

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka publisher

Anda mungkin juga menyukai