Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Ditemukannya Konsep Eksponen Dan Biografi Tokoh-Tokoh

Eksponen Serta Sikap Yang Dapat Di Kembangkan Dari Biografi


Tokoh-Tokoh Eskponen

MAKALAH

Raudhatul Jannah

Kelas: x1

Mata pelajaran: Matematika

Guru pengampu mata pelajaran: Ratna Wati,S.Pd

SMA NEGERI 3 CITRA BANGSA


TANAH JAMBO AYE
KAUPATEN ACEH UTARA
PROVINSI ACEH
2023- 2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sejarah ditemukannya konsep eksponen dan biografi
tokoh-tokoh eksponen serta sikap yang dapat di kembangkan dari biografi tokoh-
tokoh eskponen”. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa ummatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada


orang tua yang selalu mendoakan, terimakasih juga penulis ucapkan kepada guru
pengampu mata pelajaran matematika yang telah membimbing penulis dalam
memahami pelajaran. Ungkapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada
keluarga dan teman-teman atas doa serta dukungan dan motivasinya.
Demikian makalah ini penulis susun dengan sebaik-baiknya. Semoga
dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca, sehingga makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca.

Panton labu, September 2023

penulis
SEJARAH KONSEP EKSPONEN

Eksponen adalah perkalian berulang. Banyaknya perkalian yang dilakukan


di tulis di atas bilangan pokok dengan ukuran angka kecil. Misal : 2x2x2. Maka
ditulis 23. Dengan 2 sebagai bilangan pokok, dan 3 sebagai bilangan pangkat
(banyaknya perkalian). Bilangan eksponen di tulis dengan angka maupun huruf di
sebelah kanan atas ekspresi matematika yang disebut basis . tujuan eksponen
untuk menyingkat penulisan perkalian bilangan yang sama.

Pada dasarnuya bilangan pangkat bukanlah suatu sistem bilangan atau


jenis bilangan melainkan suatu konsep atau metode penulisan suatu bilangan.
Bilangan berpangkat tidak disebut sebagai sistem bilangan seperti seperti bilangan
bulat, bilangan cacah, bilangan rasional bilangan real dan sebagainya, karena pada
dasarnya memang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui
perkalian suatu bilangan dengan faktor-faktor yang sama.

Contoh :

2x2x2...

4x4x4...

15x15x15...

22x22x22...

Perkalian bilangan-bilangan dengan faktor-faktor yang sama seperti di atas


disebut sebagai perkalian berulang. Setiap perkalian berulang dapat dituliskan
secara ringkas dengan menggunakan notasi bilangan berpangkat.

Jika dilihat dari asal katanya ekponen berasal dari dua suku kata dari
bahasa lain yatu “Expo” dan “Ponere”. Expo berarti berasal atau dari dan ponere
berati tempat dia sendiri. Penggunaan kata eksponen dalam matematika modern
tercatat pertama kali dalam buku “Arithematica Integra” yang ditulis oleh seorang
ahli matematka asal inggris bernama Michael Stifel. Namun demikian saat ini
istilah eksponen hanya digunakan untuk bilangan dasar 2. Jadi istilah eksponen 23
yang bernilai 8. Ini jelas agak berbeda dengan konsep eksponen yang saat ini kita
pakai.

Kemunculan awal eksponen memang belum jelas pastinya. Meskipun


tidak 100% benar banyak yang menyebutkan sistem pangkat atau ekponen ini
sudah ada sejal jaman babilonia. Pada abad 23 sebelum masehi masyarakat Babel
di sekitar wilayah mesopotamia telah mengenal pengkuadratan dalam sistem
peninggalan mereka.

Proses penemuan dari konsep eksponen ini telah dimulai sejak zaman
Euclid, yaitu seorang matematikawan yang dikenal pula sebagai Bapak Geometri.
Euclid, yang juga dikenal sebagai Euclid dari Alexandria, dianggap sebagai
“Bapak Geometri” karena kontribusinya yang besar dalam bidang geometri.

Euclid menulis sebuah buku yang dikenal sebagai “The Elements” pada
abad ke-3 SM, yang menjadi teks standar geometri pada abad ke-19. Buku
tersebut mencakup definisi, postulat, dan teorema-teorema geometri yang
digunakan sampai saat ini. Karya Euclid ini juga membantu dalam
mengembangkan ilmu matematika lainnya seperti matematika aljabar,
trigonometri, dan analisis.

Euclid tidak secara eksplisit menemukan atau menggunakan konsep


eksponen dalam karyanya, sebab pada zamannya eksponen saat itu belum
ditemukan. Namun, ia menggunakan konsep pangkat dalam geometri dan
aritmatika dalam bukunya. Namun eksponen sebagai konsep matematika baru
muncul setelahnya oleh matematikawan Arab dan Eropa pada abad ke-16 dan ke-
17. Penggunaan dari konsep eksponen medern pertama kali digunakan oleh
Michael Stifel, ia adalah seorang matematikawan asal inggris dan menulis sebuah
buku berjudul “Arithmatica Integra” pada tahun 1544.

Matematikawan lain yang turut menggunakan konsep bilangan eksponen


adalah Simon Stevin, seorang matematikawan, filsuf, dan ilmuwan Belanda. Dia
adalah salah satu dari yang pertama menggunakan notasi pangkat, yang sekarang
dikenal sebagai eksponen, dalam karya matematikanya. Namun sebenarnya,
konsep eksponen sudah digunakan sejak zaman Yunani kuno, tetapi hanya
sebagai konsep geometri dan tidak digunakan dalam notasi matematika. Dari
penemuan dan penggunaan konsep eksponen modern, The Britannica Dictionary
menjelaskan bahwa pengertian eksponen adalah sebuah simbol yang ditulis di atas
dan di samping sebuah bilangan untuk menunjukan berapa kali bilangan tersebut
dapat dikalikan dengan bilangan itu sendiri. Dari definisi tersebut, maka dapat
diketahui bahwa eksponen merupakan sebuah simbol atau angka yang akan
menunjukan berapa banyak suatu angka atau bilangan dapat dikalikan.
Sederhananya, eksponen dapat diartikan sebagai bentuk dari perkalian dengan
bilangan yang sama secara berulang-ulang kali. Sehingga, eksponen merupakan
perkalian yang diulang-ulang. Eksponen dapat dikenali pula sebagai bilangan
dengan pangkat atau berpangkat.

 Sifat- sifat bilangan eksponen


 Pangkat penjumlahan
Sifat eksponen pangkat penjumlahan adalah sifat eksponen yang
menyatakan bahwa jika kita melakukan penjumlahan pada
eksponen dari bilangan yang sama, maka hasilnya akan sama
dengan bilangan tersebut dikalikan dengan jumlah eksponennya.
Notasi matematika yang digunakan untuk menyatakan sifat ini
adalah (am) + (an) = a(m+n).
Contoh : 2 pangkat 3 dan 2 pangkat 4, maka (23) + (24) = 2 (3+4)
=
7
2 = 128.
 Pangkat pengurangan
Sifat eksponen pangkat pengurangan adalah sifat eksponen yang
menyatakan bahwa jika kita melakukan pengurangan pada
eksponen dari bilangan yang sama, maka hasilnya akan sama
dengan bilangan tersebut dibagi dengan pangkat eksponennya.
Notasi matematika yang digunakan untuk menyatakan sifat ini
adalah ( am) – ( an) = a(m-n).
Contoh : 2 pangkat 4 dan 2 pangkat 3, maka (24)-(23) = 2(4-3) =
21=2.
 Pangkat perkalian
Sifat eksponen pangkat perkalian adalah sifat eksponen yang
menyatakan bahwa apabila dilakukan perkalian pada eksponen dari
bilangan yang sama, maka hasilnya akan sama dengan bilangan
tersebut dikuadratkan dengan jumlah eksponennya. Notasi
matematika yang digunakan untuk menyatakan sifat ini adalah (am)
x (an) = a(mxn) .
Contoh : 2 pangkat 2 dan 2 pangkat 3, maka (22) x (23) = 2 (2x3) = 26
=64.
 Pangkat pembagian
Sifat eksponen pangkat pembagian adalah sifat eksponen yang
menyatakan bahwa apabila dilakukan pembagian pada eksponen
dari bilangan yang sama, maka hasilnya akan sama dengan
bilangan tersebut diakarkan dengan pembagian eksponennya.
Notasi matematika yang digunakan untuk menyatakan sifat ini
adalah (am) / (an) = a(m/n) .
Contoh : 8 pangkat 4 dan 8 pangkat 2, maka (84) / (82) = 8(4/2) =82
=64.
 Pangkat nol
Sifat eksponen pangkat nol adalah sifat eksponen yang menyatakan
bahwa jika sebuah bilangan dipangkatkan dengan bilangan nol,
maka hasilnya selalu sama yaitu 1. Notasi matematika yang
digunakan untuk menyatakan sifat ini adalah a0 =, dimana a
merupakan bilangan apapun.
Contoh : apabila bilangan 2 pangkat 0, maka 20 =.
 Pangkat satu
Sifat eksponen pangkat satu adalah sifat yang menyatakan bahwa
jika sebuah bilangan dipangkatkan dengan bilangan satu, maka
hasilnya selalu sama dengan bilangan itu sendiri. Notasi
metematika yang digunakan untuk menyatakan sifat ini adalah a1
=a dimana a merupakan bilangan apapun.
Contoh : jika 2 pangkat 1, maka 21 =2.
 Perkalian bilangan yang diveri pangkat
Sifat eksponen perkalian bilangan yang diberi pangkat adalah sifat
eksponen yang menyatakan bahwa apabila dilakukan perkalian
pada dua bilangan yang masing-masing diberi pangkat, maka kita
dapat menambahkan pangkat dari kedua bilangan tersebut. Notasi
matematika yang digunakan untuk menyatakan sifat ini adalah (am)
(bn) = (ab)(m+n) .
Contoh : 2 pangkat 3 dan 3 pangkat , maka (23)(32) = (8)(9) = 72
+(2x3) (3+2) .
 Pangkat dengan bilangan pecahan
Sifat eksponen pangkat dengan bilangan pecahan adalah sifat
eksponen yang menyatakan bahwa jika sebuah bilangan
dipangkatkan dengan bilangan pecahan, maka hasilnya sama
dengan bilangan tersebut diakarkan dengan pangkat yang sama
dengan bilangan pecahan yang digunakan. Notasi matematika yang
digunakan untuk menyatakan sifat ini adalah a(m/n) = (am)n,
dimana m/n adalah bilangan pecahan, a merupakan bilangan
apapun dan adalah simbol akar.
Contoh :3 pangkat 3/2, maka 2(3/2) = (23)(2/3) = 8(2/3) = 2 (2/3)..
 Pangkat negatif
Sifat eksponen berupa pangkat negatf adalah sifat eksponen yang
menyatakan bahwa jika sebuah bilangan dipangkatkan dengan
bilangan negatif, maka hasilnya sama dengan bilangan tersebut
dibagi dengan pangkat yang sama dengan bilangan negatif yang
digunakan. Notasi matematika yang digunakan untuk menyatakan
sifat ini adalah a(-n) = 1/an, dimana a merupakan bilangan apapun
dan n adalah bilangan negatif.
Contoh : 2 pangkat -3, maka 2(-3) =1/(23) = 1/8 = 0.125
TOKOH-TOKOH PENEMU BILANGAN EKSPONEN

1. John Napier
Adapun orang yang pertama kali menemukan bilangan berpangkat atau
eksponen adalah Jhon Napier (1550-1617). John Napier merupakan
seorang bangsawan dari Merchiston, Skotlandia. John Napier juga
merupakan penemu bilangan logaritma, yang memang ada hubungannya
dengan bilangan eksponen. Jonh Napier menyadari bahwa setiap bilangan
bisa di ubah dalam bentuk eksponen maupun logaritma, agar bilangan
tersebut bisa di ubah dalam bentuk yang lebih sederhana.
Jonh Napier juga adalah seorang matematikawan, fisikawan, ahli
agronomi, dan astrologi. Penginggalannya yang terkenal dalam bidang
matematika di antaranya adalah Napier’s bones atau rabdologia.
Rabdologia berasal dari bahasa Yunani rhabdos artinya batang dan logia
artinya belajar. Rabdologia adalah alat hitung semacam abakus yang
digunakan untuk melakukan hitungan perkalian dan pembagian dengan
menggunakan konsep dasar menjumlahkan untuk perkalian dan
pengurangan untuk pembagian Napier’s bones terdiri dari sebuah papan
dengan pinggiran dan satu set batang dengan angka-angka di dalamnya.
Papan dan batang biasanya dibuat dari bahan kayu, metal atau kardus
tebal.
2. Rene Deskrates
Cara penulisan perkalian berulang dengan menggunkan notasi bilangan
berpangkat atau notasi eksponen pertama kali dikenalkan oleh salah satu
ahli matematika berkebangsaan Prancis Rene Deskrates ( 1596-1650).
Pada abad ke-16, matematikawan Italia menggunakan istilah lato (artinya
“sisi”) yang terkadang diartikan dengan akar karena sisi tersebut tidak
diketahui panjangnya. Istilah ini kemudian di ambil untuk enghitung
panjang sisi dari suatu bujur sangkar dan bilangan kuadrat disebut dengan
lato cubico. Pada abad ke-17 matematikawan Prancis, Rene Descartes
menjadi orang pertama kali menggunakan menggunakan a,b dan c untuk
menyatakan bilangan yang telah diketahui nilainya. Pada saat itu,
Descartes mulai menggunakan simbol x2 untuk xx dan sebagainya. Sejak
saat itu persamaan aljabar dapat dituliskan dalam bentuk yang sudah
modern.
3. Michael Stifel
Eksponen berasal dari dua suku kata dari bahasa lain “Expo” dan
“Ponere”. Expo berarti berasal atau dari dan ponere tempat dia sendiri.
Penggunaan kata eksponen dalam matematika modern tercatat pertama
kali dalam buku “Arithematika Integral” yang ditulis oleh seorang ahli
matematika asal Inggris bernama Michael Stifel. Namun demikian saat itu
istilah eksponen hanya digunakan untuk bilangan dasar 2. Jadi istilah
elsponen 3 berarti 23 yang bernilai 8. Konsep eksponen di zaman modern
agak berbeda dari konsep Stifel atau dari masyarakat babel. Eksponen
sekarang digunakan untuk menentukan berapa kali bilangan tersebut
dikalikan dengan ia sendiri. Dengan adanya eksponen kita tidak perlu lagi
menuliskan 3x3x3x3x3x3x3x3x3x3, kita cukup menuliskan 310.

SIKAP YANG DAPAT DI KEMBANGKAN DARI TOKOH-TOKOH


EKSPONEN

Dalam biografi beberapa tokoh eksponen kita dapat mengembangkan


sikapnya yang pantang menyerah, meskipun telah menguasai berbagai bidang
ilmu, namun tetap mencoba mempelajari ilmu yang lain. Hal tersebut bisa
menjadi contoh bagi kita agar tak pantang menyerah dan patah semangat. Kita
juga dapat mengetahui bahwa hal yang rumit sekalipun dapat dipermudah jika kita
mau mempelajari hal tersebut. Dan juga hal yang sebelumnya terlalu rumit bisa
kita ubah menjadi satu hal yang lebih mudah. Namun, tidak menyimpang dari
aturan atau ketetapan dasar dari hal tersebut. Seperti halnya eksponen yang
merupakan satu penyingkatan penulisan dari bilangan itu sendiri, agar lebih
mudah dalam penulisan dan pemahaman dari hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai