Anda di halaman 1dari 22

MODUL

RINGKASAN MATERI TENTANG


HIMPUNAN, SISTEM BILANGAN,
AKAR & PANGKAT, DAN LOGARITMA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

Muhammad Fajar. R 2340401119

Selvy Triani 2340401067

Indah Sari 2340401024

Arinni Amran 2340401071

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

MATEMATIKA BISNIS

Nursia, S.E.,M.M

KELAS LOKAL C1
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
1. HIMPUNAN

A. Sejarah

Konsep himpunan seperti sekarang ini mulai dikenal pada akhir abad ke-19. Namun pada
awal kemunculannya konsep himpunan masih menjadi bahan perdebatan hingga akhirnya
pada tahun 1920 Masehi konsep himpunan menjadi salah satu pokok bahasan pada
matematika. Teori himpunan diperkenalkan oleh seorang ahli matematika yang
berkebangsaan Jerman yaitu George cantor (1918).

George cantor adalah ahli matematika yang mendapat julukan bapak himpunan,
dikarenakan beliau yang pertama kali berjasa dalam mengembangkan teori himpunan
terutama gagasannya dalam mengembangkan teori himpunan tak terhingga. Seorang yang
mendapat julukan sebagai bapak himpunan tersebut memiliki nama lengkap George
Ferdinand Ludwig Philipp cantor. Bertempat lahir di negara Rusia tepatnya di kota St.
Petersburg, pada tanggal 03 maret 1845 dan wafat di usia yang ke 73 tahun di Negara Jerman
tepatnya di kota Halle, 06 januari 1918.

Menurut gagasan beliau himpunan adalah sekumpulan objek yang mempunyai syarat
tertentu dan jelas. yang kemudian objek-objek tersebut dapat berupa benda-benda, bilangan
dan sebagiannya yang selanjutnya disebut sebagai elemen atau anggota suatu himpunan.
elemen suatu himpunan haruslah terdefinisi dengan jelas karena untuk membedakan mana
yang merupakan anggota suatu himpunan dan mana yang bukan anggota suatu himpunan,
yang selanjutnya disebut dengan terdefinisi dengan jelas.

Berdasarkan gagasan dari seorang bapak himpunan di atas, maka dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa himpunan adalah kumpulan objek yang terdefinisi secara jelas, ya
selanjutnya dijadikan sebagai definisi himpunan, dikarenakan jika tidak terdefinisi secara
jelas kumpulan tersebut hanyalah sebuah kumpulan dan bukan merupakan suatu himpunan

B. Definisi himpunan

Sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari. kita sering mengatakan sekelompok pemain
bola voli, sekumpulan pencinta vespa, dan sekardus mie instan. Kata-kata tersebut
menunjukkan atau mendeskripsikan suatu kumpulan antara lain seperti sekelompok,
sekumpulan, dan sekardus. Kata-kata tersebut mendeskripsikan suatu kumpulan di dalam
matematika disimbolkan dengan kata himpunan. Jadi definisi dari himpunan yaitu: Himpunan
adalah sekumpulan objek yang terdefinisi secara jelas. Tanda kurung kurawal {} digunakan
saat menulis himpunan.

Contohnya:

Dari kumpulan di bawah ini manakah yang merupakan suatu himpunan?

a. Lima bilangan ganjil pertama.


b. Warna rambu lalulintas

c. Kendaraan di area parkir pelabuhan

Pembahasan:

a. Kumpulan lima bilangan ganjil pertama merupakan suatu himpunan, karena kumpulan
tersebut berisikan beberapa objek yang terdefinisi secara jelas, yaitu 1, 3, 5, 7, 9.

b. Kumpulan warna rambu lalulintas adalah suatu himpunan karena kumpulan tersebut
memuat objek-objek yang terdefinisi secara jelas, merah, kuning, hijau.

c. Kumpulan kendaraan di area parkir pelabuhan bukanlah sebuah himpunan dikarenakan di


dalam pelabuhan pasti banyak macam-macam kendaraan baik itu dari kendaraan roda dua
maupun roda empat dan bahkan kendaraan laut, sehingga dapat diartikan objek dalam
keadaan tersebut tidak terdefinisi secara jelas.

C. Jenis-jenis Himpunan

1. Himpunan Kosong

Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota. Himpunan kosong dapat
dinyatakan dengan {} atau Ø. Dengan demikian, semua himpunan kosong adalah himpunan
yang sama dan himpunan yang terbatas.

Contoh :

Diketahui: {mahasiswa universitas Borneo Tarakan yang berusia 5 tahun}

Pembahasan: dikarenakan tidak ada mahasiswa di universitas Borneo Tarakan yang berusia 5
tahun maka. {} Atau Ø

2. Himpunan yang sama

Himpunan dapat dikatakan sama apabila anggota-anggota dari satu himpunan dengan
himpunan yang lainnya adalah sama, maka dapat ditulis dengan himpunan P= himpunan Q
atau P= Q.

Contohnya:

P={ bilangan ganjil lebih dari 2 dan kurang dari delapan }

Q = { bilangan prima ganjil kurang dari 9 }

Dari himpunan di atas didapat:

P = {3, 5, 7}

Q = {3, 5, 7}
Maka dapat disimpulkan bahwa P = Q karena kedua himpunan

memiliki anggota yang sama yakni {3, 5, 7}.

3. Himpunan Ekuivalen

Himpunan dapat dikatakan Ekuivalen apabila himpunan tersebut memiliki banyaknya


anggota yang sama.

Contoh:

P= {2, 4, 6, 8} dan Q= {1, 3, 5, 7}

Maka n(P) = 4 dan n(Q) = 4

Jadi n(P) = n(Q) = 4

Sehingga P dan Q dikatakan himpunan yang ekuivalen karena

memiliki banyaknya anggota yang sama.

4. Himpunan terhingga dan tak terhingga

Himpunan Terhingga adalah himpunan dengan anggota

himpunannya terhingga atau dapat dihitung, misalnya himpunan A adalah himpunan


bilangan negarif kurang dari 11 atau A = {bilangan negatif kurang dari 11}. Sedangkan
himpunan Tak Terhingga adalah himpunan dengan anggota himpunannya tak terhingga
atau tak dapat dihitung.

Contoh:

Himpunan B adalah himpunan bilangan


bulat negatif lebih dari 1 atau B= {bilangan bulat negatif lebih dari 1}, sehingga B

merupakan himpunan tak terhingga.

5. Himpunan Lepas

Himpunan lepas yaitu apabila dua atau lebih himpunan tidak memiliki anggota yang sama
atau anggota dari masing-masing himpunan berbeda-beda.

Contoh 1.9:

R = {a, b, c, d} dan S = {1, 3, 5, 7} maka dapat disimpulkan R

dan S adalah himpunan lepas.


6. Himpunan semesta

Himpunan semesta disebut juga sebagai himpunan universal. Himpunan semesta dinotasikan
dengan (S) atau U, himpunan semesta memiliki semua himpunan sebagai anggotnya.

Contoh:

misalkan A = { 3, 5, 7, 9} maka bisa dituliskan himpunan semesta yang mungkin adalah S =


{bilangan ganjil} atau S = {bilangan asli} atau S = {Bilangan Cacah} atau S = {bilangan
real}.

7. Himpunan bagian (subset)

himpunan bagian adalah himpunan yang setiap anggotany berada di himpunan lain. Unsur-
unsur himpunan bisa berupa apa saja seperti sekelompok bilangan real, variabel, konstanta,
bilangan bulat, dll. Ini juga terdiri dari himpunan nol.

Simbol himpunan bagian yaitu ⊂ artinya "himpunan bagian dari", sedangkan ⊄ artinya
"bukan himpunan dari".

Contoh:

A = {13, 15, 17}

B = {13, 14, 15, 16, 17}

Disini himpunan A merupakan bagian dari himpunan B maka A ⊂ B karena anggota A juga
merupakan anggota B.

8. Himpunan tunggal

Himpunan yang hanya memiliki satu unsur disebut himpunan tunggal atau disebut juga
himpunan satuan.

Contoh:

Himpunan A= { x|x adalah bilangan bulat antara 1 dan 3}

Pembahasan:

A={2}.
C. Metode himpunan

1. Metode deskripsi atau dengan kata-kata.

Metode deskripsi atau dengan kata-kata adalah metode untuk menyatakan himpunan dengan
pernyataan yang terdefinisi secara jelas dan dibatasi oleh tanda kurung kurawal {}.

Contoh:

a. {Bilangan ganjil kurang dari 10}

b. {Huruf konsonan}

2. Metode Mendaftar satu-satu.

Metode mendaftar satu-satu juga dikenal dengan metode tabulasi, dalam metode ini
himpunan disajikan dengan cara menyebutkan atau mendaftar anggota himpunan satu demi
satu dengan tiap-tiap anggotanya dipisah dengan koma (,).

Contoh:

a. Himpunan A adalah himpunan bilangan ganjil kurang dari 10, maka ditulis A= {1, 3, 5, 7,
9}.

b. Himpunan B adalah himpunan genap kurang dari 11, maka ditulis B= {2, 4, 6, 8, 10}.

3. Metode Aturan himpunan

Metode ini adalah metode penyajian himpunan dengan cara menuliskan sifat dari anggota
himpunan tersebut. Jika A adalah himpunan dengan sifat "R" maka dapat ditulis A= {x | x
memenuhi R} dan dibaca A merupakan suatu himpunan anggotanya x sedemikian sehingga x
memenuhi sifat R

Contoh:

Q= {x|x nama-nama kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Utara).

Maka dibaca Q merupakan himpunan dengan x sedemikian sehingga x adalah nama-nama


kabupaten/kota provinsi Kalimantan Utara.
D. Simbol Himpunan

E. Rumus

*Untuk setiap dua himpunan yang tumpang tindih A dan B, maka rumus himpunan :

•n(A U B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)

•n (A ∩ B) = n(A) + n(B) – n(A U B)

•n(A) = n(A U B) + n(A ∩ B) – n(B)

•n(B) = n(A U B) + n(A ∩ B) – n(A)

•n(A – B) = n(A U B) – n(B)

•n(A – B) = n(A) – n(A ∩ B)

*Untuk setiap dua himpunan A dan B yang saling terpisah, maka rumus himpunan:

•n(A U B) = n(A) + n(B)

•A ∩ B = ∅

•n(A – B)= n(A)


F. Operasi Pada Himpunan

1. Irisan

Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya ada di
himpunan A dan ada di himpunan B. Irisan antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda
‘∩’

Contoh:

A = {a, b, c, d, e}

B = {b, c, e, f, g}

Maka A ∩ B = {b, c}

2. Gabungan

Gabungan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya


merupakan gabungan dari anggota himpunan A dan himpunan B. Gabungan antara dua buah
himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∪‘.

A = {a, b, c, d, e}

B = {b, c, e, f, g}

Maka A ∪ B = {a, b, c, d, e, f, g}

3. Selisih

A selisih B adalah himpunan dari anggota A yang tidak memuat anggota B. Selisih antara dua
buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘– ‘.

Contoh Soal:

A = {a, b, c, d, e}

B = {b, c, e, f, g}

Maka A – B = {a, d}

4. Komplemen

Komplemen dari suatu himpunan adalah unsur-unsur yang ada pada himpunan universal
(semesta pembicaraan) kecuali anggota himpunan tersebut. Komplemen dari A dinotasikan
A© (dibaca A komplemen)

Contoh Soal:
A = {1, 3, 5, 7, 9}

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}A© = {2, 4, 6, 8, 10}

G. Diagram venn

Diagram Venn ditemukan oleh seorang ahli logika dari Inggris yakni
John Venn. Ia menjelaskan operasi suatu himpunan dengan menggunakan
diagram yang dikenal dengan Diagram Venn. Konsep diagram venn dicetuskan pada tahun
1880-an. Konsep tersebut diungkap dalam buku yang berjudul ‘On the Diagrammatic and
Mechanical Representation and Reasoning’ yang diterbitkan dalam Philosophical Magazine
and Journal of Science S. 5 Vol. 9 No. 59. Juli 1880. Dalam penjelasannya bahwa
himpunan disimbolkan dengan lingkaran dan himpunan yang dimaksud
(menjadi tujuan) ditunjukkan dengan diarsir, dan himpunan semesta disimbolkan dengan
persegi panjang. Berikut diagram venn dalam bentuk gambar
1. SISTEM BILANGAN

Dalam kehidupan sehari-hari, bilangan yang kita pergunakan untuk menghitung adalah
bilangan yang berbasis 10 atau disebut Sistem Desimal. Setiap tempat penulisan dapat terdiri
dari simbol-simbol 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Susunan penulisan bilangan menunjukan harga /
nilai tempat dari bilangan tersebut misalnya, satuan, puluhan, ratusan dst. Tempat penulisan
semakin kekiri menunjukan nilai tempat bilangan yang semakin tinggi. Dalam teknik Digital
maupun teknik mikroprosessor pada umumnya bilangan yang dipakai adalah bilangan yang
berbasis 2 atau Sistem Biner. Dalam sistem biner disetiap tempat penulisan hanya mungkin
menggunakan simbol 0, atau simbol 1, sedangkan nilai tempat bilangan tersusun seperti pada
sistem desimal. Di bawah ini adalah bilangan 1001 dalam beberapa bentuk sistem bilangan.

Beberapa Sistem Bilangan Disamping sistem Desimal dan sistem Biner dalam gambar
terlihat pula bilangan yang berbasis 8 atau sistim Oktal dan bilangan yang berbasis 16 atau
sistem Heksadesimal
A. Sistem Desimal ( Dinari )

Pada sistem desimal ( lat. decum =10 ), seperti telah kita ketahui bersama bahwa sistem ini
berbasis 10 dan mempunyai 10 simbol yaitu dari angka 0 hingga 9. Setiap tempat mempunyai
nilai kelipatan dari 10 0, 10 1, 10 2, dst . Penulisan bilangan terbagi dalam beberapa tempat
dan banyaknya tempat tergantung dari besarnya bilangan. Setiap tempat mempunyai besaran
tertentu yang harga masing-masing tempat secara urut dimulai dari kanan disebut

B. Sistem Biner

Sistem Biner ( lat. Dual ) atau “duo” yang berarti 2, banyak dipakai untuk sinyal elektronik
dan pemrosesan data. Kekhususan sistem biner untuk elektronik yaitu bahwa sistem biner
hanya mempunyai 2 simbol yang berbeda, sehingga pada sistem ini hanya dikenal angka “ 0 “
dan angka “1 “.
Dari gambaran di atas seperti halnya pada sistem desimal, cara penulisannya dapat
dinyatakan secara langsung sbb :

Setiap tempat pada bilangan biner mempunyai kelipatan 2 0, 2 1, 2 2, 2 3 dst. yang dihitung dari
kanan kekiri. Selanjutnya kita juga dapat merubah bilangan desimal ke bilangan biner atau
sebaliknya dari bilangan biner ke bilangan desimal.

C. Sistem Oktal

Aturan pada sistem oktal ( lat. okto = 8 ) sama dengan aturan yang dipergunakan pada sistem
bilangan desimal atau pada sistem bilangan biner. Pada bilangan oktal hanya menggunakan 8
simbol yaitu angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 dan setiap nilai tempat mempunyai kelipatan 80, 81,
8 2, 8 3, 8 4, dst.

D. Sistem Heksadesimal

Sistem Heksadesimal yang juga disebut Sedezimalsystem, banyak dipakai pada teknik
komputer. Sistem ini berbasis 16 sehingga mempunyai 16 simbol yang terdiri dari 10 angka
yang dipakai pada sistem desimal yaitu angka 0 … 9 dan 6 huruf A, B, C, D, E dan F.
Keenam huruf tersebut mempunyai harga desimal sbb : A = 10; B = 11; C = 12; D =13; E =
14 dan F = 15. Dengan demikian untuk sistem heksadesimal penulisanya dapat menggunakan
angka dan huruf
3. AKAR & PANGKAT
1. Bilangan Berpangkat
 Bilangan berpangkat positif

Bilangan berpangkat positif memiliki eksponen atau pangkat dalam bilangan positif. Pada
bentuk ini, a adalah bilangan pokok/basis dan n adalah pangkat/eksponen. Pangkat
merupakan jumlah faktor dari basis. Bentuk dari bilangan ini bisa dinyatakan dengan:

 Bilangan berpangkat negatif

Selain berpangkat positif, ada juga bilangan yang memiliki panggat negatif. Pangkat
negatif bisa dinyatakan dengan:

 Bilangan berpangkat nol


Melansir dari Sumber Belajar Kemendikbud Ristek, semua bilangan kecuali nol "0"
jikadipangkatkan dengan nol maka hasilnya 1.

 :
2. Bentuk Akar

Beberapa bilangan memiliki bentuk akar sempurna yaitu jika bilangan tersebut dalam bentuk
akar maka menghasilkan bilangan rasional atau nyata. Namun bilangan tersebut tidak masuk
dalam kategori bentuk akar karena menghasilkan bilangan rasional. Bentuk akar adalah
bilangan yang jika dimasukkan dalam operasi bentuk akar menghasilkan bilangan irasional.
Bentuk akar contohnya adalah:

 Operasi hitung bilangan berpangkat dan bentuk akar

Setelah mengetahui bentuk-bentuk dari bilangan berpangkat dan bentuk akar, berikut ini
informasi tentang operasi hitung dari bilangan tersebut. Penjumlahan dan pengurangan
bilangan berpangkat Dua atau lebih bilangan berpangkat dengan pangkat yang sama dapat
dijumlahkan dan dikurangkan. Artinya jika pangkat dua bilangan berbeda, maka tidak bisa
dijumlahkan atau dikurangkan.

 Perkalian dan pembagian bilangan berpangkat

Perkalian dan pembagian bilangan berpangkat hanya bisa terjadi jika dua atau lebih bilangan
pokok memiliki nilai yang sama, meskipun eksponennya berbeda.
 Perkalian dan Pembagian Bentuk Akar

Operasi hitung bentuk akar yaitu perkalian dan pembagian bisa dinyatakan dengan:
4. LOGARITMA
 Pengertian Logaritma
Mengetahui sifat dari logaritma, di dalam suatu ilmu matematika, logaritma adalah kebalikan
atau invers dari eksponen atau pemangkatan. Secara sederhananya saja, logaritma bisa
diartikan sebagai suatu invers atau kebalikan dari pemangkatan yang digunakan dalam
menentukan besaran pangkat pada sebuah bilangan pokok. Sehingga intinya bahwa dengan
Anda mempelajari ilmu logaritma, maka Anda akan bisa mencari besaran pangkat dari suatu
bilangan yang telah diketahui hasil pangkatnya.

 Fungsi Logaritma
Fungsi logaritma ini tidak cuma dipakai di dalam sebuah ilmu matematika saja, akan tetapi
juga dipakai di dalam ilmu pengetahuan alam atau biasa dikenal dengan sebutan IPA. Serta
juga digunakan pada ilmu kimia guna menentukan orde reaksi, pengetahuan akan akustik
guna memilih koefisien serap bunyi yang pas, dan lain sebagainya. Selain itu, logaritma ini
juga dipakai dalam mengukur laju pertumbuhan dari penduduk, antropologi dan keuangan
guna menghitung bunga majemuk.

 Rumus Logaritma
Pada pembahasan sebelumnya Anda telah mengetahui pengertian dari logaritma dan manfaat
dari logaritma. Berikut merupakan pembahasan terkait rumus logaritma, diantaranya:

● Bentuk dari logaritma yang telah dinyatakan ke dalam bentuk alog b = c.


● Simbol a menyatakan suatu bilangan pokok logaritma maupun basis, b dengan menentukan
range atau hasil dari logarigma, dan c adalah domain logaritma.

 Sifat Logaritma
Logaritma juga mempunyai sifat yang beraneka macam, nantinya sifat-sifat ini pula akan
dapat membantu Anda dalam menyelesaikan soal-soal terkait logaritma. Cara yang dapat
Anda lakukan yaitu mengetahui sifat logaritma, diantaranya sebagai berikut:

● Sifat logaritma dasar, yakni suatu bilangan yang dipangkatkan dengan angka 1, maka
hasilnya akan tetap sama seperti yang sebelumnya.
● Sifat logaritma koefisien, yakni saat terdapat contoh terkait soal logaritma yang diberikan
mempunyai pangkat. Maka pangkat dari basis atau biasa disebut numerus sebagai koefisien
dari logaritma.
● Sifat logaritma akan berbanding terbalik, yakni suatu sifat yang mempunyai prasyarat
berupa logaritma yang berbanding terbalik antara basis terhadap numerus.
● Sifat perpangkatan logaritma, adalah suatu bilangan yang dipangkatkan dengan logaritma
yang mempunyai basis sama, maka hasilnya akan berupa suatu numerus dari logaritma itu
sendiri.
● Sifat Penjumlahan dan pengurangan merupakan logaritma yang dapat dijumlahkan dengan
logaritma lainnya yang mempunyai basis yang serupa.
● Sifat perkalian dan juga pembagian logaritma, adalah dua buah logaritma yang
disederhanakan. Sebab keduanya mempunyai numerus yang serupa.
● Sifat logaritma numerus terbalik, maka logaritma bisa mempunyai nilai yang serupa
dengan logaritma lainnya. Bila numerus menggunakan pecahan terbalik.
Selain itu, terdapat sejumlah sifat logaritma lainnya, yang penting untuk Anda ketahuinya,
diantaranya:

● a log a = 1
● a log 1 = 0
● a^nlog bm = (m/n) x a log b
● a^mlog bm = a log b
● a log b = 1/b log a
● a log b = (klog b) / (klog a)
● a(a log b) = b
● a log b + a log c = a log (bc)
● a log b – a log c = a log (b/c)
● a log b . b log c = a log c
● a log (b/c) = – a log (c/b)

Secara umum logaritma mempunyai sejumlah teknik penyelesaian yang mencakup


persamaan logaritma, pertidaksamaan logaritma, dan juga cara menghitung logaritma.
Berikut adalah pembahasannya.

● Persamaan Logaritma
Menyelesaikan persamaan logaritma dengan cara menyamakan suatu bilangan pokoknya.
Berikut adalah teknik menghitungnya, antara lain:
» a log f(x) = 8 log g(x), Caranya yaitu:
f(x) = g(x)
f(x) > 0
g(x) > 0

● Pertidaksamaan Logaritma
Cara pertama guna menyelesaikan pertidaksamaan logaritma ini yaitu dengan menyamakan
suatu bilangan pokoknya. Setelah itu, Anda perlu untuk mengikuti beberapa cara dibawah ini,
antara lain:

● a log f(x) ≥ a log g(x)

Untuk bilangan pokok 0 < a < 1 f(x) ≤ g(x) f(x) > 0


g(x) > 0

Untuk bilangan pokok a>1

f(x) ≥ g(x)
f(x) > 0
g(x) > 0
 Contoh Soal Logaritma
Berikut adalah salah satu contoh soal logaritma, antara lain.

Pembahasannya
Guna mengerjakan soal tersebut Anda perlu untuk memahami akan 3 (tiga) sifat logaritma,
antara lain:

Setelah Anda memahami 3 (tiga) sifat diatas, maka Anda bisa memakai ketiga sifat itu guna
menyelesaikan soal logaritma diatas.

Pertama Anda bisa memakai sifat pertama dan sifat kedua guna menyederhanakan pembilang
dan juga penyebut pada soal logaritma tersebut.

Lalu, Anda akan memperoleh bentuk seperti diatas, kemudian Anda bisa memakai sifat
ketiga guna menyederhanakan kembali menjadi bentuk seperti di bawah ini.

Anda bisa memakai penyederhanaan dengan bentuk log 10000 menjadi log 4.
Hasil dari penyelesaian soal logaritma tersebut yaitu ¼.

Anda mungkin juga menyukai