Definisi Manajemen
1. Menurut Dr. SP. SIAGIAN : Ke apua atau ketera pila u tuk e peroleh suatu
hasil dala ra gka pe apaia tujua elalui ora g lai .
7. Menurut Henry Fayol : Ma aje e adalah pre oir, orga izer o a der,
oordi er, o troller .
9. Menurut Oey Liang Lee : “e uah koordi asi se ua su er daya elalui proses
perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan
u tuk e apai tujua ya g telah ditetapka terle ih dahulu .
Didalam melaksanakan tugas, setiap tingkatan manajer mempunyai ungsi utama atau
keahlian yang berbeda yaitu :
2. Keahlian Manajerial (Managerial Skill) yaitu keahlian yang terkait dengan hal
penetapan tujuan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dan
pengawasan. Keterampilan Manajer
1. Keterampilan konseptual
Ketrampilan atau kemampuan mental untuk mengkordinasikan dan mengintegrasikan
seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.
2. Keterampilan Kemanusiaan
Kemampuan untuk saling bekerja sana dengan memahami dan memotivasi orang lain.
3. Keterampilan Administrasi
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat
konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep
tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk
mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana
kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning.
Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk
membuat rencana kerja.
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih
rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu
pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin,
membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan
dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu :
Dengan demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:
2. Techological skills, yaitu keahlian khusus yang bersifat ekonomis teknis yang
diperlukan pada pelaksanaan pekerjaan ekonomis.
Jumlah manajemen pada setiap tingkatan tergantung pada besar kecilnya suatu
organisasi atau instansi. Namun demikian, biasanya Top Management jumlahnya akan
lebih sedikit dari pada Middle Management, dan Middle Management lebih sedikit
daripada Lower Management.
Dengan bahasa yang sederhana, sebetulnya ketiga jenis tingkatan manajemen tersebut
bekerja pada waktu yang sama, tetapi jenis kegiatannya berbeda. Manajemen Tingkat
Atas lebih banyak bekerja dengan pikiran, sedikit sekali bekerja secara fisik atau tenaga.
Manajemen Tingkat Menengah, antara kerja pikir dengan kerja fisik boleh dikatakan
seimbang. Sedangkan Manajemen Tingkat Bawah, bekerja dengan pikiran sedikit sekali,
sementara dengan fisik atau tenaga amat besar/banyak.
- Perencanaan (Planning);
- Pengorganisasian (Organizing);
- Penggerakan (Actuating);
- Pengawasan (Controlling).
- Perencanaan (Planning);
- Mengorganisir (Organizing);
- Mengarahkan (Directing);
- Menyelaras/Mengkoordinir (Coordinating);
- Melaporkan (Reporting);
- Perencanaan (Planning);
- Mengorganisir (Organizing);
- Memerintah (Commanding);
- Mengkoordinir (Coordinating);
- Mengawasi (Controlling).
- Perencanaan (Planning);
- Mengorganisir (Organizing);
- Mengarahkan (Directing);
- Mengawasi (Controlling).
Awal sekali ilmu manajemen timbul akibat terjadinya revolusi industri di Inggris pada
abad 18,Para pemikir tersebut rnemberikan perhatian terhadap masalah-masalah
manajemen yang timbul baik itu di kalangan usahawan, industri maupun
masyarakat.Para pemikir itu yang terkenaI antara lain,Robert Owen, dan Henry Fayol,
Pada tahun 1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan
produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu
organisasi yang kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran
manajemen yang lebih utuh dalam bentuk cetak biru. Fayol berkeyakinan keberhasilan
para manajer tidak hanya ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya
penggunaan metode manajemen yang tepat. Sumbangan terbesar dari Fayol berupa
pandangannya tentang manajemen yang bukanlah semata kecerdasan pribadi, tetapi
lebih merupakan satu keterampilan yang dapat diajarkan dari dari dipahami prinsip-
prinsip pokok dan teori umumnya yang telah dirumuskan. Fayol membagi kegiatan dan
operasi perusahaan ke dalam 6 macam kegiatan ,Yaitu :
Dalam hubungan bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholder) pada tahap awal
diakui bahwa tanggung jawab sosial adalah fungsi pemerintah, bukan tanggung jawab
bisnis ataupun perusahaan. Pendapat ini tentunya terjadi pada awal dekade dimana
hasil alam masih berlimpah, persaingan industri tidak ketat, dan tuntutan pemangku
kepentingan terhadap perusahaan belum tinggi. Dapat dicatata pendapat Friedman
dalam Robin, F (2008) hal 232. menuliskan bahwa The business of business is to
maximise profits, to earn a good return on capital invested and to be good corporate
citizen obeying the law- no more and no less. Sejalan evolusi pada seluruh bidang,
termasuk adanya globalisasi, hal demikian berubah drastis.
Dalam perkembangan bisnis baru, diakui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan yang
dikenal sebagai Community Social Responsibility (CSR) adalah fungsi perusahaan.
Adapu desaka u tuk itu ersu er dari a yak hal aik kare a teka a glo al
maupun regional. Bilamana dikaitkan fungsi maka ini dilakukan secara sukarela
(voluntary) bukan karena adanya paksaan dari luar, utamanya dari pemerintah. Lebih
dari itu, pembeda terminologi CSR dengan penerapan sebelumnya terletak kepada
fu gsi ta ggu g ja a ya g bermakna bahwa CSR sifatnya datang dari perusahaan.
Banyak konsep CSR yang dipubllikasikan, Wibisono (2007) melaporkan CSR bahwa CSR
didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontibusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan
dengan peningkatan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.
Dala ersi World Ba k C“R didefi isika se agai the o it e t of usi ess to
contribute to sustainable economic development working with employees and their
representatives the local community and society at large to improve quality of life, in
ays that are oth a d good fo usi ess de elop e t
Dalam batasan demikian, maka CSR sesungguhnya merupakan konsep dan program
yang menucnul secara sukarela, karena perusahaan menganggap penting sehingga harus
diformulasikan sedemikian rupa. Selanjutnya, di dalam konsep CSR terdapat berbagai
aspek seperti nilai, kultur, kompetensi, sejarah perusahaan bahkan etika yang dijadikan
dasar bertindak oleh seluruh pihak internal manajemen perusahaan .
Isu terkait dengan CSR senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan dinamika dan
kesadaran tetang kebutuhan bersama. Isu yang terkait utamnya adalah Good Corporate
Governance, Sustainable Development, sampai ke Daya Saing. Bilamana isu ini disimak
lebih dalam, maka ditemukan bahwa penerapan CSR saling menopang dengan dimensi-
dimensi tersebut. Bila dikatikan dengan corporate governance maka penakanan CSR
adalah pelibatan stakeholder dalam tatakelola perusahaan. Semantara itu bila dikaitkan
dengan isu keberlanjutan, penekanannya adalah bahwa bisnis yang dapat berkelanjutan
apabila didukung oleh pemangku kepentingan. Selanjutnya bila dikaitkan dengan konsep
daya saing, maka sisi pelaksanaan CSR adalah dalam rangka membangun daya saing
bisnis baik di tingkat regional maupun global (Zadek, 2006)
Dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial, prinsip sederhana yang mendasari
perkembangannya adanya satu pengakuan prinsip mutualisme, dimana antara
perusahaan dan masyarakat harus hidup berdampingan dan saling memberikan manfaat
bersama. Hal ini kemudian diakui oleh bisnis bahwa hanya dengan masyarakat – yang
dikenal juga dengan sebutan stakeholder yang kuat – maka bisnis dapat berkembang
dengan baik.
Dalam perkembangan yang lebih lanjut, perkembangan teknologi menjadi isu yang
paling dominan sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial. Teknologi cloning
misalnya telah berkembang demikian pesat, akan tetapi tetap dilaksanakan untuk
mengapresiasi keberdaan daripada manusia dan masyarakat. Demikian juga dengan
teknologi transgenik di bidang budidaya secara teknologi telah lolos akan tetapi secara
sosial dan kemasyarakatan masih terus dipertanyakan. Sesuai dengan penjelasan di atas,
fokus diskusi pada studi ini adalah bagaimanakah model pengembangan tanggung jawab
sosial perusahaan dalam presfektif penggunaan hasil penelitian dan teknologi.
Substansi daripada istilah ini dari masa ke masa mengalami perubahan. Pada tahun
60an, tanggung jawab sosial lebih eri tika harity perusahaa kepada li gku ga
yang mengambil berbagai bentuk, berbeda antara satu perusahaan terhadap
perusahaan lain. Sudah tentu, model charity seperti itu susah untuk dievaluasi manfaat
dan dampaknya. Model pyramida yang dikembangkan Carrol sangat dominan dalam
penjelasan tanggung jawab sosial, Caroll menjelaskan kaitan antara satu bidang
tanggung jawab sosial korporasi dengan bidang lain. Dari semua model di atas, salah
satu yang dominan dikembangkan sekarang ini ada model pendekatan yang
dikembangkan yaitu model pendekatan stakeholder (5). Model ini menjelaskan rinci
peran pemangku kepentingan dan fungsinya kepada perusahaan.
Di Indonesia, masalah tanggung jawab sosial bisnis menjadi isu yang belum terslesaikan
dengan baik. Menurut UU No 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas telah
dinyatakan bahwa tanggung jawab Sosial adalah bagian daripada tugas perseroan, oleh
karena itu perseroan harus menyediakan dana. Artinya komponen biaya tanggung jawab
sosial bukan lagi didasarkan kepada skema kalau perusahaan punya dana, akan tetapi di
awal perusahaan telah diharuskan mencantumkan dana tanggung jawab sosial. Konsep
ini menjustifikasi anggaran di tingkat manajemen puncak yang belum tentu mendapat
pengesahan. Lebih dari itu, perseroan diharuskan menyampaikan laporan.
Selain aturan ini masih ada program lain bersifat insentif dan fasilitatif, yaitu PROPER
(Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang dimaksudkan untuk mendorong
perusahaan peserta meningkatkan prestasi mereka dalam program lingkungan hidup
secara luas. Sesuai dengan prinsip dasar PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup
mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen
insentif dan diseinsentif reputasi dengan pelibatan masyarakat dan sekaligus sebagai
wujud dari pelaksanaan UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997 pasal 5 ayat 2
tentang hak masyarakat atas infomasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Perusahaan yang terlibat dalam program
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, karena hasil peringkat dimumkan terbuka,
yang baik diberi hadiah, pihak manajemen merasa manfaat langsung. Walau program ini
tidak bisa disamakan dengan program tanggung jawab sosial, karena kecenderungan
pada program ini adalah masalah lingkungan.
3. Etika diharapkan agar pelaku bisnis mempunyai moral, etika kerja dimana
perusahaan berada. Etika tidak harus sesuai dengan apa yang diatur dalam aturan
formal, akan tetapi dapat memenuhi harapan masyarakat terhadap perusahaan ,
misalnya menghargai masyarakat, menghidnari pencideraan masyarakat, dan mencegah
adanya bencana bagi masyarakat.