Anda di halaman 1dari 71

7hg6cg5tf

KEPALA LABORATORIUM :
Resty Intan Putri, S.T., M.Eng.

DOSEN PEMBIMBING :
Heryanto S.T., M.T.

STAFF ASISTEN :
Yazid Hidayatullah 1909086002
Annisa Nadhira Jasmine 2009086017
M. Panglima Bagus 2009086027
Safaruddin 2109086002
M. Rafi Nur Ramadhan 2109086007
Septianus Cristian Guntur 2109086022
PERATURAN PRAKTIKUM PERPETAAN

1. Praktikan diwajibkan datang sebelum praktikum dimulai, tidak ada toleransi keterlambatan

2. Bagi praktikan yang tidak hadir pada praktikum hari pertama, maka praktikan tersebut tidak dapat
mengikuti praktikum selanjutnya.

3. Bagi praktikan yang berhalangan hadir karena sakit, WAJIB menyertakan surat keterangan dokter.
Jika tidak, maka praktikan dianggap ALPHA.

4. Praktikan wajib membawa semua peralatan yang telah ditentukan.

5. Praktikan wajib membawa buku Panduan Praktikum (Modul), jika tidak praktikan tidak dapat
mengikuti praktikum.
6. Wajib mengumpulkan laporan mingguan sebelum acara praktikum dimulai, jika tidak praktikan tidak
dapat mengikuti praktikum.

7. Responsi akan dilaksanakan sebelum praktikum dimulai. Bagi yang tidak lulus responsi, maka
diwajibkan mengikuti remedial

8. Bagi praktikan yang tidak mengikuti praktikum tanpa alasan yang ditoleransi, maka praktikan dianggap

tidak lulus praktikum dan secara otomatis tidak akan lulus dalam matakuliah Perpetaan.

9. Hal-hal yang lain akan disesuaikan.

Tertanda,

ASISTEN PERPETAAN

NOTE : Seluruh praktikan wajib menaati semua peraturan yang telah dibuat agar praktikum
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR ISI

COVER

PERATURAN PRAKTIKUM

ACARA I PENGENALAN ALAT

ACARA II GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

ACARA III TAPPING KOMPAS DAN PENGOLAHAN DATA

ACARA IV PEMBUATAN PETA TOPOGRAFI

ACARA V WATERPASS

ACARA VI THEODOLITH 1

ACARA VII THEODOLITH 2

ACARA VIII DRONE

ACARA IX PENGINDERAAN JAUH


ACARA I

PENGENALAN ALAT

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengenal Bagian-Bagian dan Fungsi Pada alat Ukur

2. Dapat menggunakan, mengatur dan menyeimbangkan (menyentring) alat-alat ukur

B. DASAR TEORI

1. Kompas Geologi
Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi, antara lain tipe kompas
brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical yang disebut sebagai
clinometer.

tipe kompas tersebut dilengkap dengan :

• Kompas needle (Jarum Magnet)


• Graduate Circle Lingkaran pembagian derajat)
• Valve yang dilengkapi dengan Cermin dan jendela intip (Sighting windows) dan axial
line, Folding sight,

• Sighting arm, Peep sight,


• Clinometer dan Bull’s eyes
2. GPS
GPS adalah suatu alat elektronik yang berfungsi untuk menentukan kedudukan
suatu titik diatas permukaan bumi atau di udara,yang menggunakan sarana
beberapa buah satelit tertentu yang akan mengirim pesan penting.

Dasar kerja GPS


Untuk menentukan posisi 2D dan pergerakannya. GPS harus memiliki minimal
3 satelit. Jika sinyal satelit yang didapat pada GPS minimal sebanyak 4 satelite.
Maka dapat menentukan posisi 3D (Lintang, Bujur dan Ketinggian). Selain data(
lintang, bujur & ketinggian ) diperoleh juga data lain seperti : kecepatan, arah
lintasan, jarak tempuh, jarak ke tujuan, matahari terbit & terbenam dan lain-lain.

Keakuratan perangkat GPS


GPS pada umumnya 12 chanel secara parallel, salah satu faktor yang
mengurangi keakuratan gps adalah atmosfir. Akurasi biasanya disebut dengan
‘tingkat kesalahan’ apabila kita menyalakan GPS dan melihat koordinat akan ada
tampilan tingkat akurasi di kanan bawah hal tersebut menunjukan bahwa
koordinat sebenarnya bisa terdapat di sekitar jarak akurasi yang ditunjukan
GPS kita. Semakin kecil angka yang ditunjukan semakin akurat GPS yang kita
gunakan.Terkadang sinyal yang di sampai pada receiver ( GPS) dari satelit untuk
menunjukan letak lokasi kita terganggu oleh topografi alam maupun buatan.hal hal
yang dapat mengurangi keakuratan GPS antara lain:
1. Kondisi geografis, seperti yang diterangkan diatas. Selama kita masih dapat
melihat langit yang cukup luas, alat ini masih dapat berfungsi.

2. Hutan. Makin lebat hutannya, maka makin berkurang sinyal yang dapat diterima.

3. Air. Jangan berharap dapat menggunakan alat ini ketika menyelam.


4. Kaca film mobil, terutama yang mengandung metal.
5. Alat-alat elektronik yang dapat mengeluarkan gelombang elektromagnetik.
6. Gedung-gedung. Tidak hanya ketika di dalam gedung, berada di antara 2 buah
gedung tinggi juga akan menyebabkan efek seperti berada di dalam lembah.

7. Sinyal yang memantul, misal bila berada di antara gedung-gedung tinggi, dapat
mengacaukan perhitungan alat navigasi sehingga alat navigasi dapat
menunjukkan posisi yang salah atau tidak akurat.
Sinyal GPS
GPS mempunyai 2 signal L1 & L2. L1 bekerja di frekuensi 1575 MHz pada
gelombang UHF band. Bergerak langsung lurus (line of sight) menembus awan,
kaca dan plastik . Beberapa faktor yang menghambat transmisi signal GPS yaitu
objek padat : gedung,pohon, gunung .dll

3. Waterpass

waterpass merupakan alat survey yang lebih simpel dibandingkan dengan


theodolite. Selain instrument ini lebih kecil dan ringan. bagian-bagian di dalamnya
pun lebih sedikit sehingga fungsi dan kegunaan di lapangan juga terbatas. Fungsi
waterpass di lapangan di antaranya digunakan untuk mengukur elevasi atau
ketinggian tanah. Biasa digunakan pada proyek perataan tanah, pembuatan
lapangan bola, cross dan long section pada jalan atau sungai, untuk marking elevasi
pada bowplank atau patok, penentuan elevasi bantu pada kolom bangunan dan
sebagainya. Kekurangan dari waterpass ini tidak bisa untuk mengukur dengan
sudut horizontal maupun vertikal. Sehingga alat ini tidak bisa digunakan untuk
menentukan koordinat suatu titik. hanya elevasi yang mampu dibaca. Sedangkan
kelebihan alat ini lebih simpel, kecil, ringan, dan cepat untuk setting alatnya karena
pada instrument ini tidak terdapat nivo tabung. hanya ada nivo kotak saja.

Bagian dari alat ini adalah


1. Sekrup A, B, C adalah sekrup yang digunakan untuk menyetting nivo kotak
agar gelembung tepat ditengah lingkaran
2. Cermin yaitu komponen dari waterpass yang berfungsi untuk melihat
kedudukan gelembung udara pada nivo pada saat bersamaan membidik rambu.
3. Sekrup penggerak halus horizontal yaitu sekrup yang digunakan untuk
memutar alat ke arah horizontal secara halus.

4. Sekrup pengatur fokus adalah sekrup yang digunakan untuk mengatur fokus
objek sehingga terlihat dengan jelas. Kurang lebih sama dengan fokus pada
kamera DSLR

5. Optical alignment Index yaitu digunakan untuk acuan pengukuran tinggi alat
ke tanah

6. Lensa objektif yaitu lensa yang digunakan untuk menangkap objek.


7. Lensa okuler yaitu lensa yang digunakan untuk melihat objek yang terletak
didepan mata pembidik.

4. Teodolith
Teodolit utamanya digunakan sebagai alat ukur sudut horizontal maupun vertikal dan
pengukuran jarak optis.

Teodolit mempunyai sistem garis salib sumbu imajiner(tidak tampak), yaitu:

1. Sumbu I atau sumbu vertical (Sumbu V-V)

2. Sumbu II atau sumbu horizontal (Sumbu H-H) sebagai sumbu putar arah vertikal

3. garis bidik/kolimasi(Z-Z) sebagai arah bidikan teropong.

\
Bagian-Bagian Theodolit
1. Pegangan instrumen : Untuk memegang alat pada saat dibawa
2. Lensa okuler : Untuk melihat objek
3. Diafragma : Untuk mengatur jauh atau dekatnya objek
4. Pengatur sumbu silang : Untuk memperjelas sumbu silang di dalam
lensa
5. Visir : Pembidik kasar agar selisih jarak dengan objek
tidak terlalu jauh
6. Lensa objektif : Pusat penglihatan objek
7. Klem vertikal : Untuk mengunci sumbu vertikal
8. Penggerak halus vertikal : Untuk menggerakkan secara halus sumbu

vertikal
9. Nivo kotak : Tempat gelembung udara untuk

menyeimbangkan alat

10. Nivo tabung : Tempat gelembung udara yang berbentuk tabung

untuk menyeimbangkan alat

11. Tombol power : Untuk menghidupkan alat


12. Monitor : Untuk pembacaan sumbu vertikal dan horizontal
- Reset : untuk mereset pembacaan
- Hold : untuk mengunci bacaan horizontal
-% : untuk mengubah bacaan vertikal dalam bentuk persen
: untuk mengubah bacaan horizontal dalam HA dan
- R/L HL
13. Klem horizontal : Untuk mengunci sumbu horizontal
14. Penggerak halus horizontal : Untuk menggeakkan secara halus sumbu horizontal

15. Centering optis : Untuk menempatkan alat tepat di atas titik


(Patok)
16. Sekrup A, B, C : Untuk mengatur dan menempatkan nivo kotak
dan nivo tabung level (Seimbang)
17. Tempat baterai : Untuk menempatkan 6 buah baterai
ACARA II
GPS (GLOBAL POSITION SYSTEM)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui penggunaan GPS (Global Position System)
2. Mengetahui Bagian-bagian dari GPS (Global Position System)

B. DASAR TEORI
GPS adalah suatu alat elektronik yang berfungsi untuk menentukan kedudukan suatu titik
diatas permukaan bumi atau di udara,yang menggunakan sarana beberapa buah satelit
tertentu yang akan mengirim pesan penting.

Sistem Pemosisi Global (bahasa Inggris: Global Positioning System (GPS))


adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan
(synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan
sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di
permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu.
Sistem yang serupa dengan GPS antara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa,
IRNSS India.

Satelit GPS mengelilingi Bumi dua kali sehari dalam orbit yang tepat. Setiap
satelit mengirimkan sinyal unik dan parameter orbital yang memungkinkan perangkat
GPS untuk memecahkan kode dan menghitung lokasi tepat dari satelit. Penerima GPS
menggunakan informasi dan trilaterasi ini untuk menghitung lokasi pasti pengguna. Pada
dasarnya, penerima GPS mengukur jarak ke masing-masing satelit dengan jumlah waktu
yang diperlukan untuk menerima sinyal yang dikirimkan. Dengan pengukuran jarak dari
beberapa satelit lagi, penerima dapat menentukan posisi pengguna dan menampilkannya
secara elektronik untuk mengukur rute lari Anda, memetakan lapangan golf, menemukan
jalan pulang atau petualangan di mana saja.
BAGIAN-BAGIAN GPS

Berikut ini fungsi dari tombol-tombol yang ada pada GPS:


● Tombol power terletak di sebelah kanan atas. Tekan tombol agak lama, kemudian
GPS akan otomatis nyala.
● Tombol (ZOOM IN) berfungsi untuk memperbesar tampilan peta pada layar GPS.
● Tombol (ZOOM OUT) berfungsi untuk memperkecil tampilan peta pada layar GPS.
● Tombol (FIND) berfungsi untuk membuka menu pencarian pada GPS.
● Tombol (PAGE) berfungsi untuk mengakses halaman utama dari GPS.
● Tombol (MARK) berfungsi untuk menyimpan titik lokasi pada saat survei
menggunakan GPS.
● Tombol (MENU) berfungsi untuk membuka pilihan menu yang ada di GPS.
● Tombol (QUIT) berfungsi untuk membatalkan pilihan atau kembali ke menu
sebelumnya.
● Tombol (ENTER) berfungsi untuk memilih atau ok pada suatu menu yang akan
Anda pilih.
● Bagian belakang berfungsi untuk menavigasi pada layar peta yang ditampilkan di
GPS. Pada bagian belakang GPS sisi atas, terdapat port USB yang berfungsi untuk
menyambungkan ke laptop menggunakan kabel USB. Di bagian bawahnya adalah
untuk memasang baterai tipe AA.
● Antena berfungsi menangkap sinyal satelit

C. PENGGUNAAN GPS
1. Menyalakan GPS
Global Positioning System atau GPS adalah sebuah alat yang berbasis satelit sehingga
untuk menyalakan GPS, pastikan Anda berada di tempat yang terbuka dimana Anda
dapat melihat langit dengan jelas. GPS dapat menentukan lokasi Anda dengan cara
menerima sinyal dari satelit sehingga jika Anda berada di dalam ruangan, maka GPS
tidak akan dapat bekerja. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menyalakan GPS:
● Pada bagian atas sisi kanan GPS Anda, tekan dan tahan tombol Power selama beberapa
detik hingga layar menyala dan memunculkan logo “Garmin”. Proses dengan logo
Garmin ini memang agak lama, tapi Anda tidak perlu khawatir karena GPS sedang
memproses waypoints, tracks, dan routes yang ada di dalam GPS Anda sehingga
memerlukan waktu lebih lama.
● Setelah GPS nyala, GPS akan otomatis menunjukkan lokasi dimana Anda berada, seperti
gambar di bawah ini.

GPS memiliki banyak fungsi yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, seperti untuk
menentukan arah perjalanan ataupun untuk mengukur jarak, membuat peta, dan dapat
dijadikan sebagai referensi pengukuran suatu wilayah. GPS juga memiliki beberapa
pengaturan yang dapat disesuaikan dengan keinginan, salah satunya adalah mengatur
tingkat kecerahan dari layar GPS itu sendiri. Untuk mengatur tingkat kecerahan, Anda
dapat tekan sekali tombol power di sisi kanan atas GPS, kemudian pada layar GPS akan
muncul seperti gambar di bawah ini:

Di layar GPS pada bagian atas dapat dilihat keterangan mengenai hari dan jam Anda
menggunakan GPS saat ini. Selanjutnya di bagian bawahnya terdapat
pengaturan Backlight atau tingkat kecerahan yang dapat anda atur dengan cara
menekan tombol power sekali hingga menemukan tingkat kecerahan yang sesuai
dengan keinginan Anda, atau dengan menekan tombol navigasi. Di bagian
bawah Backlight, terdapat status baterai GPS Anda dan juga keterangan sinyal GPS
Anda. Anda juga dapat melihat berapa banyak satelit yang telah ditangkap oleh GPS
Anda dengan cara tekan tombol Page → Satellite. Kemudian layar GPS Anda akan
seperti gambar di bawah ini:

Pada layar GPS dapat dilihat bagian Satellite, Anda dapat melihat koordinat dimana
Anda berada, akurasi dari GPS, titik ketinggian, jumlah satelit yang sudah ditangkap
GPS, dan sinyal satelitnya. Gambar diatas menunjukkan bahwa GPS Anda sedang
mencari sinyal satelit. Ketika sudah terhubung dengan tiga satelit atau lebih, GPS akan
mendapatkan lokasi Anda.
Di GPS Anda juga dapat mengetahui arah mata angin dari titik lokasi Anda pada
pilihan Compass. Anda dapat mencobanya dengan cara menekan tombol Page →
Compass. Kompas ini bertujuan untuk menunjukkan arah mata angin pada saat survei.

Pada GPS Anda juga dapat mengetahui lokasi dimana Anda berada dan melihat tempat-
tempat di sekitar lokasi Anda. Anda dapat mencobanya dengan cara menekan
tombol Page → Map. Pada opsi map ini, Anda juga dapat
melihat track dan waypoint jika Anda sudah mulai merekam track dan waypoint.

Tampilan layar GPS Anda mungkin tidak akan seperti gambar di atas karena GPS akan
menunjukkan sesuai dengan lokasi Anda saat ini. Jika pada layar GPS Anda lokasinya
terlalu besar, maka Anda dapat memperkecil dengan menekan tombol OUT pada GPS
beberapa kali hingga tampilan layarnya sesuai dengan yang Anda inginkan. Sebaliknya,
jika pada layar GPS Anda lokasinya terlalu kecil, maka anda dapat memperbesarnya
dengan menekan tombol IN pada GPS Anda hingga tampilan layarnya sesuai dengan
yang Anda inginkan.

Pada GPS Anda terdapat berbagai macam menu utama lainnya pada tombol MENU. Jika
Anda menekan tombol MENU, maka akan keluar tampilan pilihan menu seperti gambar
di bawah ini.

Track dan Waypoint


GPS Anda merekam dua jenis informasi yang berguna untuk membuat peta atau
menyimpan koordinat dari sebuah tempat. Pertama, GPS Anda dapat menyimpan jalur
yang Anda lewati yang sering disebut dengan track (trek). Kedua, GPS dapat menyimpan
lokasi Anda pada memori GPS yang sering disebut dengan titik objek (Waypoint).

a. Pengertian Track atau Rute Perjalanan


Track atau rute perjalanan adalah arah atau jalur perjalanan Anda saat mulai direkam dan
akan disimpan berupa seri lokasi kemana pun Anda bergerak. Sebagai contoh, track akan
merekam lokasi Anda setiap satu detik, atau setiap satu meter, dan hasilnya akan berupa
sebuah seri dari titik-titik yang menunjukan jalur lokasi dimana Anda pernah
berada. Track sangat berguna untuk memetakan objek yang ditunjukkan oleh garis atau
bentuk, seperti sebuah jalan, atau bentuk dari sebuah lapangan.
Menyalakan Mode Perekaman Track atau Rute Perjalanan
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengaktifkan perekaman track:
● Pergi ke Main Menu, pilih Setup.

● Pilih Tracks.

● Pada Track Log, ubah menjadi: Record, Show on Map.


● Pastikan perekaman rute atau track pada GPS Anda dalam keadaan aktif sebelum
Anda melakukan survei.
● Jika sudah selesai survei dan ingin menonaktifkan perekam rute atau Track,
lakukan cara seperti tadi kemudian pilih Do Not Record.
● Track disimpan setelah survei lapangan selesai dilakukan.
Umumnya track disimpan perhari. Cara untuk menyimpan Track yang sudah
direkam adalah sebagai berikut:
● Pergi ke Main Menu, pilih Track Manager.

● Pilih Current Track, yaitu perekaman rute yang baru saja dilakukan.

● Pilih Save Track, untuk menyimpan rute perjalanan atau track.


● Masukkan nama track, umumnya dalam bentuk Tanggal dan waktu survei
kemudian pilih Done.

● Bersihkan perekam track dari perekaman sebelumnya, pilih Yes.


● Perhatikan akan muncul nama track yang Anda simpan. Ini membuktikan
bahwa track survei Anda sudah berhasil tersimpan.

b. Pengertian Waypoint atau Titik Objek


Waypoint atau titik objek adalah titik acuan atau kumpulan koordinat yang digunakan
untuk keperluan navigasi atau untuk mengidentifikasi sebuah titik di peta. GPS dapat
menyimpan lokasi Anda pada memori GPS. Ketika Anda menyimpan sebuah lokasi,
koordinat akan disimpan dengan sebuah nama. Sebagai contoh, titik pertama yang
tersimpan oleh Anda akan diberi nama 001, kedua 002, dan seterusnya. Untuk lebih
jelasnya, akan dibahas pada sub-bab VI. Menyimpan Titik.

Menandai Wilayah di GPS ( waypoint marking) Untuk menandai lokasi saat ini
:
1. Tekan dan tahan tombol mark sampai “Mark Waypoint Page” muncul. Setelah itu
beri nama nama untuk lokasi yang akan disimpan

2. Untuk menyimpan titik koordinat pilih OK dan tekan ENTER atau untuk
merubah informasi dari Mark Waypoint Page, pilih nama koordinat yang telah
disimpan dan tekan enter untuk membuka keypad pada screen . Setelah
mengganti informasi pilih OK dan tekan ENTER

Mengedit Waypoint
1. Tekan FIND untuk membuka Find menu
2. Pilih menu Waypoint dan tekan enter untuk membuka halaman Waypoint
3. Pilih Waypoint yang kalian ingin edit dan tekan enter
4. Lihat setiap titik dan gunakan “Waypoint symbol chart” dan keypad
alphanumerik untuk melakukan perubahan

Menghapus Waypoint
1. Tekan FIND untuk membuka find menu
2. Pilih menu Waypoint dan tekan ENTER untuk membuka halaman waypoint
3. Pilih Waypoint yang kamu ingin hapus dan tekan ENTER
4. Pilih YES dan tekan ENTER untuk menghapus Waypoint
ACARA III
TAPPING KOMPAS

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui penggunaan kompas untuk pengambilan azimuth dan lereng

2. Mengetahui cara pengolahan data dan pembuatan peta topografi

B. DASAR TEORI

Cara pemetaan dengan memakai kompas, biasanya dilakukan pada


daerah yang tidak memiliki peta dasar, yang dilaksanakan pada pemetaan
pendahuluan. Diketahui bahwa kompas geologi dapat mengukur arah/azimuth,
slope/kemiringan medan. Ditambah dengan pengukuran jarak medan sehingga
hasil akhirnya adalah koordinat X,Y dan Elevasi/beda tinggi (Z). ketiga unsur
inilah yang akan membentuk topografi setelah melalu suatu pengolahan baik
secara manual maupun dengan menggunakan teknologi komputerisasi.
Sebagaimana Pemetaan dengan menggunakan peralatan lainnya, maka cara
pemetaan dengan menggunakan kompas geologi; adalah dengan membuat
lintasan- lintasan, dimana tiap-tiap lintasan dihubungkan satu sama lain secara
teratur maupun dengan random.

Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi, antara lain tipe kompas


brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical yang disebut sebagai
clinometer.

tipe kompas tersebut dilengkap dengan :

• Kompas needle (Jarum Magnet)


• Graduate Circle Lingkaran pembagian derajat)
• Valve yang dilengkapi dengan Cermin dan jendela intip (Sighting windows) dan axial
line, Folding sight,
• Sighting arm, Peep sight,
• Clinometer dan Bull’s eyes
JARUM MAGNET

Jarum magnet pada kompas adalah sebuah batangan besi yang disatukan
dengan batangan magnit bagian tengahnya terletak diatas jarum tegak, apabila
dalam keadaan setimbang, jarum akan bergerak dengan bebas diaatas jarum tegak
(Pivot Needle), ujung jarum akan diam searah dengan kutub utara magnet bumi,
ujung jarum utara ditandai dengan noktah kuning, dilengkapi pula dengan cincin
penyeimbang berat yang dapat digeser-geser untuk mengimbangi penyimpangan
arah inklinasi, agar supaya jarum kompas dapat bergerak bebas tanpa menyentuh
kaca penutup kompas

LINGKARAN PEMBAGIAN DERAJAT

Pembagian skala derajat pada kompas, adalah bagian komas berupa lempengan
linggkaran diluar ujung jarum kompas, terdiri dari :

▪ Pembagian skala 00 – 3600,


Kedudukan N (utara) pada kompas adalah kedudukan 00 berhimpit
dengan 3600, Kedudukan S (selatan) adalah 1800, dan kedudukan E (timur)
adalah 900, kedudukan W (barat) adalah kedudukan 2700. Posisi pembacaan
arah N - E - S - W pada kompas, ditulis kebalikan arah perputaran jarum jam.
▪ Pembagian skala 00 – 900,
▪ Skala Pembagian 00 – 900, mempunyai system pembacaan dengan kwadran.
Kwadran 00
– 900; adalah sekala pembacaan kwadran N – E dan S – E , N – W
dan S – W, berarti angka 00, terletak pada pembacaan E (timur) dan W (barat).
Tulisan arah N – E – S – W

– N, terbaca terbalik arah perputaran jarum jam.


KLINOMETER
Sebuah kompas geologi, harus selalu dilengkapi dengan seperangkat
alat clinometer, yang mengukur besarnya sudut kemiringan (sudut vertical),
untuk mengukur kedudukan sudut vertical suatu garis atau bidang, yang
dilengkapi dengan gelembung penyeimbang (‘nivo tabung’) diletakkan
sedemikian rupa sehingga kedudukan garis horizontal clinometer sejajar dengan
arah garis memanjang kompas, titik pembacaan tegak lurus garis tersebut, skala
pembacaan kemiringan dengan satuan derajat (..o), alat penyetel manual
klinometer terletak pada bagian belakang kompas. Beberapa jenis kompas,
memiliki alat klinometer yang dapat berputar sendiri yang dikontrol oleh gaya
berat.

PENGARAH

Pengarah pada kompas, terdiri dari pengarah depan dan pengarah


belakang, Pengarah depan berupa lengan yang dapat ditekuk muka-belakang
secara bebas yang dilengkapi pada ujungnya dengan ‘Peep Sight’.

Pengarah belakang, berupa lempengan cermin yang juga berfungsi sebagai


penutup kompas, yang dilengkapi dengan ‘Sighting windows’, ’axial line’ dan
’folding sight’.
MENENTUKAN ARAH DENGAN KOMPAS

Pada dasarnya penentuan arah dengan memakai kompas, dapat


dilakukan dengan memakai semua jenis kompas, dalam hal ini akan dibahas
pemakaian kompas yang mempunyai pembagian derajat 0o – 360o. Tata cara
pemakaian dengan baik agar supaya diperoleh suatu nilai pengukuran yang
bermutu tinggi, dan anjuran agar supaya mengikuti tata tertib pemakaian kompas
sebagai berikut :

1. Keluarkan kompas dari sarungnya, dan periksalah dengan baik


kelincahan gerak jarum kompas dengan posisi gelembung udara
nivo (‘bull’s eye level’) berada tepat ditengah lingkaran merah.
Apakah tidak ada hambatan gerak jarum kompas oleh karena
bersentuhan dengan gelas penutup.

2. Apabila kompas dalam keadaan sulit untuk bergerak bebas, jangan


langsung dibuka sendiri gelas penutup kompas

(berkonsultasikan dengan asisten / teknisi).


3. Apabila sudah seimbang sempurna, peganglah kompas pada posisi
kompas diletakkan diatas telapak tangan dan dilengketkan pada
perut agar supaya tidak mudah goyah sambil meluruskan pengarah
ke objek dengan tetap mempertahankan posisi gelembung
ditengah-tengah nivo.
4. ‘Sighting arm’ (‘lengan pengarah’) dibuka horizontal dan ‘peep
sight’ ditegakkan dan diarahkan ke objek, dalam keadaan kompas
tetap seimbang.
5. Setel cermin pengarah sehingga titik objek terlihat pada cermin
masuk ke lobang pengarah dan terletak pada garis poros cermin
sambil tetap mempertahankan kompas (perhatikan gelembung
udara pada nivo, harus tetap berada ditengah lingkaran)

6. Pembacaan dilakukan apabila jarum sudah diam.


7. Catat nilai / angka yang ditunjuk pada kertas blanko yang
disiapkan (table berikut)
8. Posisi kompas dapat pula dengan meletakkan kompas sejajar atau
setinggi dengan posisi mata, kedudukan kompas terbalik dimana
‘sighting arm’ pada posisi belakang dekat dengan mata dan didepan
valve dibuka kurang lebih 45o sehingga pembacaan nilai arah
kompas tampak pada bayangan cermin.
MENENTUKAN SUDUT KEMIRINGAN PERMUKAAN
TANAH DAN LERENG DENGAN KLINOMETER.

1. Harap diperhatikan, Posisi pengukur dan objek harus dalam keadaan tetap,
tidak bergeser, letakkan kompas sejajar mata pada posisi kompas
dimiringkan dengan nivo tabung pada posisi atas

2. Arahkan kompas ke objek melalui lobang intip ‘peep sight’ dan


‘sighting windows

3. Setel klinometer dengan cara memutar alat penyetel klinometer dibelakang


kompas, sehingga bayangan nivo tabung klinometer seimbang yang
nampak pada cermin.

4. Tetapkan pembacaan lepaskan tangan pada alat penyetel klinometer,


pembacaan nilai kemiringan lereng dapat dibaca dengan terlebih dahulu
menurunkan kompas dari sejajar dengan mata ke posisi terletak depan
perut agar supaya pembacaan dapat seakurat mungkin.

5. Catat hasil pembacaan angka / nilai pada table tersedia (lihat table
dibawah).
Tabel : Pengukuran data Taping Kompas

PATOK ARAH
JARAK (m) SLOPE KET
Depan Belakang
P1 - P2

P1 - P4

P2 - P3

P2 - P1

P2 - Pd1

P3 - P4

P3 - P2

P3 - Pd2

P4 - P1

P4 - P3

P4 - Pd3

RUMUS PENGOLAHAN DATA TAPPING KOMPAS


4.2 Perhitungan
4.2.1 Sudut Dalam (SDn)
A. Sudut Dalam (SDn)
SDn = Arah Belakang – Arah Depan
ΣSDn = SD1 + SD2 + SD3 + SD4 + SD5

B. Faktor Koreksi Sudut Dalam (FKSD)


FKSD = ΣSDn – (n-2) x 180

C. Koreksi Sudut Dalam (KSDn)


𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
KSDn = ΣSDn 𝑥𝑥 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
D. Sudut Dalam Terkoreksi (SDTn)
SDTn = SDn – KSDn

E. Sudut Dalam Patok Detail (SDPDn)


SDPDn = Arah Detail – Arah Depan

4.2.2 Slope
A. Faktor Koreksi Slope (FKS)
ǀΣ𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆ǀ
FKS = ΣǀSlopeǀ

B. Koreksi Slope (KSn)


KSn = FKS x ǀ Sn ǀ

C. Slope Terkoreksi (STn)


STn = Sn + KSn

4.2.3 Jarak
A. Jarak Horizontal (JHn)
JHn = Jarak Lapangan x cos STn

B. Jarak Horizontal Patok Detail (JHPDn)


JHPDn =Jarak Lapangan x cos slope detail

C. Jarak Vertikal (JVn)


JVn = Jarak Lapangan x sin STn

D. Faktor Koreksi Jarak Vertikan (FKJV)


ǀΣ𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ǀ
FKJV = ΣǀJVnǀ

E. Koreksi Jarak Vertikal (KJVn)


KJVn = FKJV x ǀ JVn ǀ
F. Jarak Vertikal Terkoreksi (JVTn)
JVTn = JVn + KJVn

G. Jarak Vertikal Patok Detail (JVPDn)


JVPDn = Jarak Lapangan x sin slope

4.2.4 Tinggi Patok


A. Tinggi Patok Utama (TPn)
TPn = Tn – 1 + JVTn -1

B. Tinggi Patok Detail (TPDn)


TPDn = TPn + JVPDn

4.2.5 Azimuth
A. Azimuth (AZn)
AZn = AZ – 1 – 180 – SDTn

B. Azimuth Patok Detail (AZDn)


AZDn = AZn + SDPDn
ACARA IV
PEMBUATAN PETA TOPOGRAFI

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara membuat peta topografi menggunakan data tapping Kompas
2. Mengetahui cara pengolahaan data dari tapping Kompas

B. DASAR TEORI
Peta kontur adalah peta yang menggambarkan garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang sama pada permukaan bumi. Dalam kenyataannya
garis kontur ini merupakan garis khayal yang dibuat untuk dapat merepresentasikan
relief data peta seperti pada kenyataannya. Peta kontur merupakan dasar dari peta-
peta permukaan bumi lainnya. Contoh peta yang pembuatannya didasarkan pada peta
kontur adalah peta kemiringan lereng, peta bentuklahan, peta perencanaan jalan,
bendungan, tata kota dll. Garis kontur didefinisikan sebagai garis khayal yang
menghubungkan setiap titik pada ketinggian yang sama. Pada pengertian garis
kontur di atas dapat dijelaskan bahwa sifat dari salah satu garis kontur tersebut
memiliki nilai ketinggian yang tunggal. Untuk merepresentasikan seluruh bentuk
relief dalam bentuk gambaran garis kontur dalam suatu peta, perlu dilakukan
penggambaran beberapa garis kontur yang memiliki ketinggian yang berbeda dengan
garis kontur disebelahnya berdasarkan nilai tinggi yang berurutan.Salah satu cara
untuk membuat peta garis tinggi atau peta kontur yaitu dengan cara menarik garis
yang mempunyai ketinggian yang sama dari data penyebaran titik-titik ketinggian
pada suatu daerah. Penyebaran titik-titik terebut diukur secara teresterial dengan
mengikatkan salah satu titik pada ketinggian tertentu dan titik ketinggian tersebut
dihitung dari ketinggian diatas permukaan air laut (Frick, 1979).

Peta kontur dibuat dengan melakukan pengukuran titik tinggi di lapangan.


Metode pembuatan peta dilakukan dengan memetakan daerah yang sempit terlebih
dahulu, kemudian bertahap disatukan hingga menjadi daerah yang luas (Hartono,
2007). Menurut Wongsotjitro (1980) pengukuran ini dapat dilakukan dengan
beberapa alat ukur, seperti : kompas survey, theodolite, atau total station. Kompas
survey merupakan alat yang paling sederhana, sedangkan total station merupakan
alat yang paling canggih. Konsep yang digunakan dalam pembuatan peta kontur
adalah dengan mengehuni jarak dan beda tinggi antara titik yang diukur dan titik alat
ukur berada. Penggunaan ketiga alat tersebut dapat memberikan informasi berupa
jarak dari pembacaan ca,ct,cb pada bak ukur, posisi diketahui dari sudut horizontal
dan beda tinggi dari sudut vertikal.

Pengubahan titik tinggi menjadi garis kontur dibutuhkan proses interpolasi.


Interpolasi dapat dilakukan secara manual dan digital. Interpolasi manual dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni secara matematis dan cara grafik. Cara metematis
lebih sukar karena membutuhkan ketelitian dalam pengitungan dan pengukuran,
terutama pada dua titik yang jaraknya terlalu jauh beda tingginya. sedangkan cara
grafik lebih mudah yaitu dengan bantuan kertas surih yang memiliki suri-suri
mengufuk yang dibentangkan sesuai dengan titik tinggi yang tersedia
(Uren dan Price, 1993).

Pengubahan titik tinggi menjadi garis kontur dibutuhkan proses interpolasi.


Interpolasi dapat dilakukan secara manual dan digital. Interpolasi manual dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni secara matematis dan cara grafik. Cara matematis
lebih sukar karena membutuhkan ketelitian dalam pengitungan dan pengukuran,
terutama pada dua titik yang jaraknya terlalu jauh beda tingginya. sedangkan cara
grafik lebih mudah yaitu dengan bantuan kertas surih yang memiliki suri-suri
mengufuk yang dibentangkan sesuai dengan titik tinggi yang tersedia (Uren dan
Price, 1993).

Rumus Interval Kontur :

1
𝐼𝐼𝐼𝐼 = × 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
2000

Rumus Interpolasi :
𝐼𝐼𝐼𝐼
𝐼𝐼 =
(𝑡𝑡2 − 𝑡𝑡1) × 𝑌𝑌
Keterangan :
IK = Interval Kontur
t1 = Titik Terendah
t2 = Titik Tertinggi
Y = Panjang Garis Interpolasi

Rumus Jarak Kontur :

𝑇𝑇. 𝑇𝑇 − 𝑇𝑇. 𝐷𝐷
𝐽𝐽𝐽𝐽 = × 𝐽𝐽𝐽𝐽
𝑇𝑇. 𝑇𝑇 − 𝑇𝑇. 𝑅𝑅

Keterangan :
T.T = Titik Tertinggi
T.D = Titik Dicari
T.R = Titik Terendah
JH = Jarak Horizontal pada peta

Cara Pembuatan Garis Kontur :


1. Pertama, tetapkan tingkat ketinggian setiap daerah pada peta dengan titik-titik
tertentu.
2. Kemudian, hubungkanlah titik-titik pada permukaan peta tersebut, yaitu dengan
cara titik yang tinggi dihubungkan pada titik – titik yang lebih rendah di
sekitarnya.
3. Setelah itu, buatlah interpolasi yang disesuaikan dengan interval konturnya.
4. Lalu, hubungkan titik – titik yang telah diperoleh dari hasil interpolasi yang
ukurannya sama, dengan menggunakan garis – garis.
5. Apabila garis – garis kontur yang telah didapatkan memotong lembah, walaupun
lembah tersebut tidak memiliki harga ketinggian tertentu, maka garis kontur
tersebut dibuat meruncing ke arah hulu. Kemudian, spasi atau jarak garis kontur
disesuaikan dengan bentuk – bentuk lereng.

Sifat Garis Kontur :


1. Garis kontur tidak dapat saling berpotongan dengan garis yang lain, kecuali
apabila garis kontur tersebut berada pada bidang yang ekstrim seperti tebing
yang curam.
2. Apabila permukaan topografi landai, maka garis kontur akan merenggang.
Sebaliknya, apabila permukaan topografi curam, maka garis kontur akan
merapat.
3. Garis kontur tidak akan pernah saling bertemu atau bercabang dengan garis
kontur lainnya.
4. Pada topografi yang berupa lembah, garis kontur akan semakin meruncing ke
arah hulu.
ACARA V
WATERPASS

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara penggunaan waterpass
2. Mengetahui pengambilan data dengan polygon terbuka

B. DASAR TEORI
Water pass digunakan untuk pengukuran beda tinggi antara titik atau tinggi titik
(posisi Z). Sifat datar mempunyai sistem garis salib sumbu imajiner (tidak tampak), yaitu
sumbu I (vertikal), garis bidik, garis arah nivo teropong.

Bagian dari alat ini adalah


1. Sekrup A, B, C adalah sekrup yang digunakan untuk menyetting nivo kotak
agar gelembung tepat ditengah lingkaran

2. Cermin yaitu komponen dari waterpass yang berfungsi untuk melihat


kedudukan gelembung udara pada nivo pada saat bersamaan membidik
rambu.
3. Sekrup penggerak halus horizontal yaitu sekrup yang digunakan untuk
memutar alat ke arah horizontal secara halus.

4. Sekrup pengatur fokus adalah sekrup yang digunakan untuk mengatur fokus
objek sehingga terlihat dengan jelas. Kurang lebih sama dengan fokus pada
kamera DSLR

5. Optical alignment Index yaitu digunakan untuk acuan pengukuran tinggi alat
ke tanah

6. Lensa objektif yaitu lensa yang digunakan untuk menangkap objek.


7. Lensa okuler yaitu lensa yang digunakan untuk melihat objek yang terletak
didepan mata pembidik.

Prosedur Pengambilan Data


Adapun prosedur pengambilan data pada waterpass sebagai berikut:

1. Siapkan alat-alat yang akan nantinya digunakan dalam pengukuran, dan


pastikan alat-alat tersebut dalam kondisi baik

2. Buatlah sketsa lintasan terlebih dahulu

3. Dirikan alat dan lakukan sentering pada patok awal (P1)

4. Diutarakan waterpass menggukan kompas, kemudian diarahkan ke P2 untuk


mendapatkan sudut azimuthnya

5. Bidik rambu ukur yang berada pada P2, kemudian bacalah benang atas, Benang
tengah, dan Benang bawah

6. Ukurlah tinggi alat

7. Kemudian, lanjutkan menembak ke titik detail 1 / D1-D10 secara berturut-turut

8. Dicari koordinat X dan Y serta elevasi dengan menggunakan GPS pada patok
awal/P1

9. Bidik waterpass kearah patok 2, tetapi jangan lupa membaca patok 1, berupa
benang atas, benang tengah, benang bawah.

10. Dinolkan pada P1 kemudian diarahkan ke P2 untuk mendapatkan sudut


horizontalnya

11. Dilakukan secara berturut-turut membaca muka dan belakang sampai patok
terakhir
RUMUS PENGOLAHAN DATA WATERPASS
4.1 Perhitungan Profil Memanjang
4.1.1 Jarak Optis (D)
D = (BA-BB) x 100

4.1.2 Beda Tinggi Patok Utama


ΔH = BT Belakang – BT Muka
ΣΔH = P1 + P2 + P3 + P4 + P5

4.1.3 Perhitungan Koreksi Kesalahan


4.1.3.1 Kesalahan Keseluruhan
Z = ΣΔH ± ΔH
ΣZ = P1 + P2 + P3 + P4 + P5

4.1.3.2 Kesalahan Perpatok


𝑍𝑍
-K= (𝑛𝑛−1)

4.1.3.3 Kemiringan Patok Utama


ΔH
/T = 𝐷𝐷
𝑥𝑥 100%

4.2 Perhitungan Profil Melintang


4.2.1 Jarak Optis Detail
D = (BA – BB) x 100%

4.2.2 Beda Tinggi Detail


ΔH = Tinggi Pesawat – BT Detail

4.2.3 Tinggi Titik Detail


T = Dn ± ΔH

4.2.4 Kemiringan Detail


ΔH Detail
/DET = 𝐷𝐷 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷
𝑥𝑥 100%
ACARA VI
THEODOLITH

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara penggunaan theodolith
2. Mengetahui cara pengambilan data dengan polygon tertutup dan pembuatan
peta topografi

B. DASAR TEORI
Theodolith dipergunakan untuk mengukur ketinggian dan jarak pada
daerah yang diukur dengan menggunakan acuan pengukuran sudut horizontal dan
vertical. Theodolith dapat dipergunakan untuk mengukur daerah yang lebih luas
dan terjal, sebab selalu memiliki sifat trigonometri, teropongnya juga dapat
diputar ke arah vertical.

Ada beberapa ketentuan dalam penggunaan theodolith agar diperoleh hasil


pengukuran yang baik, yaitu :
1. Sumbu kesatu harus tegak lurus (diatur dengan nivo)
2. Sumbu kedua harus mendatar
3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu mendatar.
4. Tidak ada salah indeks pada skala lingkaran tegak

Pada theodolith, terdapat pembacaan sudut biasa dan luar biasa, cara untuk
mengetahui sudut ini yaitu :
1. setelah syarat pertama, kedua dan ketiga terpenuhi, kemudian garis bidik
ketitik yang agak jauh.

2. Menyentringkan gelembung nivo lingkaran skala tegak


3. Membaca lingkaran tegak, misalnya diperoleh bacaan sudut Z.
4. Memutar teropong mengelilingi sumbu tegak, kemudian mengembalikan
garis bidik ketitik yang sama.
5. Membaca penunjukan vertical, kedudukan ini disebut kedudukan luar
biasa.
Prosedur Pengambilan Data
Adapun prosedur dalam pengambilan data dilapangan adalah sebagai
berikut:
a. Orientasi lapangan dengan memasang patok pada daerah yang dipetakan.
b. Membuat sketsa dari daerah yang akan diukur, berikut arah utara kasar.
c. Alat ukur theodolith disentringkan sedemikian rupa sehingga siap untuk
digunakan.
Cara menyentringkan alat sebagai berikut :
– Buat lingkaran dengan pusat lingkaran adalah patok pengukuran.
– Pasang statif sehingga dasar bagian atas statif kira-kira diatas patok
polygon dan mendatar. Kaki statif usahakan tidak keluar dari lingkaran
yang kita buat.
– Pasang alat ukur, keraskan dengan sekrup pengencang, statif ditancapkan
sehingga tidak bergerak selama pengukuran.
– Pasangkan unting-unting pada sekerup pengencang
– Bila ujung unting-unting masih menyimpang terhadap paku dan patok
polygon, maka dengan menaik-turunkan kaki statif dengan bantuan
sekerup statif kita tepatkan ujung unting-unting diatas paku.
– Ketengahkan gelembung nivo kotak.
– Karena sentring dengan unting-unting masih kasar maka untingunting
dikesampingkan kemudian dilakukan centring optis dengan melihat
melalui teropong sentring optis kita tepatkan benang silangnya berada di
tengah-tengah patok utama. Caranya :
– Mata melihat melalui teropong centring optis
– Bila benang silang belum tepat ditengah-tengah paku, sekrup pengencang
alat kita kendorkan, maka alat kita geserkan, sehingga benang silang tepat
ditengah-tengah paku, kemudian sekrup dikencangkan lagi.
– Periksa lagi gelembung nivo kotak, bila berubah ketengahkan lagi.
– Periksa pergeseran benang silang, dan pekerjaan diulang lagi dari butir
kedua
– Aturlah nivo tabung dengan menggunakan tiga sekrup penyetel pada alat
– Dengan demikian alat theodolith siap untuk melakukan pembacaan sudut
horizontal dan vertical (untuk pengukuran jarak yang disertai dengan
pembacaan benang atas, tengah dan bawah)
d. Pemegang rambu memilih titik-titik detail yang diperlukan sesuai dengan
petunjuk dari pengukur yang berorentasi pada persyaratan diatas.

e. Tinggi alat diukur dan dicatat pada buku ukur, data ini diperlukan untuk
menentukan jarak dan beda tinggi.

f. Untuk kepentingan jarak didapat dari hasil pembacaan benang tengah,


benang atas, benang bawah.

g. Setelah pengamatan selesai, pada posisi pertama dan sebelum alat


dipindahkan pada posisi yang baru, rambu terakhir tetap diam ditempat
sebagaimana titik ikat dari titik selanjutnya. Aturan ini dilakukan mengingat
titik ikat terdahulu haruslah juga terikat pada titik ikat selanjutnya.

h. Setelah alat ditempatkan pada posisi yang baru dan alat diatur, bidikan
pertama diarahkan kembali pada rambu terakhir tadi. Pengukuran ini
dilakukan sebelum melakukan pengamatan-pengamatan selanjutnya.

Cara-cara tersebut dilakukan sampai pengukuran titik detail yang


diperlukan dianggap mencukupi kebutuhan pengukuran, setelah semua hasil
pengukuran selesai dilakukan, maka selanjutnya adalah prosedur pengolahan data
pengukuran dilapangan menjadi kedalam bentuk peta kontur.

Prosedur Pengolahan Data

Adapun prosedur dalam pengolahan data hasil pengukuran adalah sebagai


berikut:

a. Dicatat semua hasil pengukuran yang telah dilakukan pada tabel hasil
pengamatan, tercatat (patok, jarak, tinggi alat, pembacaan rambu ukur
depan & belakang, sudut biasa depan & belakang, sudut luar biasa depan &
belakang.
b. Dicatat koordinat daerah yang dipetakan beserta dengan elevasi.
c. Dilakukan perhitungan profil memanjang untuk menentukan titik-titik
ketinggian pada setiap patok.
d. Dilakukan perhitugan Sudut Dalam Patok Utama menggunakan rumus
SDPn dan mencari nilai keseluruhan Sudut Dalam Patok Utama.
e. Dilakukan perhitungan Koreksi Sudut Dalam menggunakan rumus KSDPn.
f. Dilakukan perhitungan Faktor Koreksi Sudut Dalam menggunakan rumus
FKSDPn.
g. Dilakukan perhitungan Sudut Dalam Terkoreksi menggunakan rumus
SDTPn.
h. Dilakukan perhitungan Jarak Horizontal Patok Utama dengan
menggunakan rumus JHPn.
i. Dilakukan perhitungan Jarak Horizontal Patok Detail dengan menggunakan
rumus JHPDn.
j. Dilakukan perhitungan Beda Tinggi Patok Utama dengan menggunakan
rumus BTPn.
k. Dilakukan perhitungan Faktor Koreksi Beda Tinggi dengan menggunakan
rumus FKBTn.
l. Dilakukan perhitungan Koreksi Beda Tinggi dengan menggunakan rumus
KBTPn.
m. Dilakukan perhitungan Beda Tinggi Terkoreksi dengan menggunakan
rumus BTTn.
n. Dilakukan perhitungan Beda Tinggi Patok Detail dengan menggunakan
rumus BTPDn.
o.

Tabel Pencatatan pengukuran Theodolit


RUMUS PENGOLAHAN DATA THEODOLITH
4.2 Perhitungan Profil Memanjang
4.2.1 Sudut Dalam Patok Utama
(SH Belakang−SH Depan) B+(SH Belakang−SH Depan) LB
SDPn =
2

ΣSDPn = SDP1 + SDP2 + SDP3 + SDP4 + SDP5

4.2.2 Koreksi Sudut Dalam


KSDPn = ΣSDPn – (n-2) x 180

4.2.3 Faktor Koreksi Sudut Dalam (FKSDPn)


KSDPn
FKSDPn = 𝑛𝑛

4.2.4 Sudut Dalan Terkoreksi (SDTPn)


SDTPn = SDPn ± FKSDPn

4.2.5 Jarak Horizontal Patok Utama (JHPn)


(SDV Depan LB−270°)+(90°−SDV Depan B)
JHPn = (BA – BB) x cos � 2
� 𝑥𝑥 100

4.2.6 Jarak Horizontal Patok Detail (JHPDn)


JHPDn = (BA – BB) x cos (90° - SDV Biasa)

4.2.7 Beda Tinggi Patok Utama (BTPn)


BTPn = (BA – BB) x sin (SDV LB - 270°) + (90° - SDV B)

4.2.8 Faktor Koreksi Beda Tinggi


FKBTn = ΣBTPn/ǀ ΣBTPn ǀ

4.2.9 Koreksi Beda Tinggi


KBTPn = (BTPn) x FKBTn

4.2.10 Beda Tinggi Terkoreksi


BTTn = BTPn ± KBTn
BAB VII
THEODOLITE 2

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara Pembuatan Peta Topografi Menggunakan data
Theodolite
2. Mengetahui keadaan Peta Topografi yang Telah dibuat Menggunakan
data Kontur

B. DASAR TEORI
Peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang dilaksanakan baik
langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan
permukaan bumi. Unsur yang diukur dalam pembuatan titik adalah pembacaan
rambu ukur (BA,BT,BB), sudut vertikal dan sudut horisontal atau sudut jurusan
(azimuth). Titik detail yang diukur, dipilih sedemikian rupa sehingga kekurangan
data dapat diminimalisasi, baik untuk menggambarkan posisi bangunan atau jalan
maupun untuk menggambarkan garis kontur. Penggambaran peta dilakukan dalam 4
tahap yakni:
a. Menggambar titik-titik poligon
b. Menggambar titik-titik detail
c. Menggambar garis tinggi (kontur)
d. Finishing.

Pengubahan titik tinggi menjadi garis kontur dibutuhkan proses interpolasi.


Interpolasi dapat dilakukan secara manual dan digital. Interpolasi manual dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni secara matematis dan cara grafik. Cara metematis
lebih sukar karena membutuhkan ketelitian dalam pengitungan dan pengukuran,
terutama pada dua titik yang jaraknya terlalu jauh beda tingginya. sedangkan cara
grafik lebih mudah yaitu dengan bantuan kertas surih yang memiliki suri-suri
mengufuk yang dibentangkan sesuai dengan titik tinggi yang tersedia
(Uren dan Price, 1993).
Pengubahan titik tinggi menjadi garis kontur dibutuhkan proses interpolasi.
Interpolasi dapat dilakukan secara manual dan digital. Interpolasi manual dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni secara matematis dan cara grafik. Cara matematis
lebih sukar karena membutuhkan ketelitian dalam pengitungan dan pengukuran,
terutama pada dua titik yang jaraknya terlalu jauh beda tingginya. sedangkan cara
grafik lebih mudah yaitu dengan bantuan kertas surih yang memiliki suri-suri
mengufuk yang dibentangkan sesuai dengan titik tinggi yang tersedia (Uren dan
Price, 1993).

Rumus Interval Kontur :

1
𝐼𝐼𝐼𝐼 = × 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
2000

Rumus Interpolasi :
𝐼𝐼𝐼𝐼
𝐼𝐼 =
(𝑡𝑡2 − 𝑡𝑡1) × 𝑌𝑌
Keterangan :
IK = Interval Kontur
t1 = Titik Terendah
t2 = Titik Tertinggi
Y = Panjang Garis Interpolasi

Rumus Jarak Kontur :

𝑇𝑇. 𝑇𝑇 − 𝑇𝑇. 𝐷𝐷
𝐽𝐽𝐽𝐽 = × 𝐽𝐽𝐽𝐽
𝑇𝑇. 𝑇𝑇 − 𝑇𝑇. 𝑅𝑅

Keterangan :
T.T = Titik Tertinggi
T.D = Titik Dicari
T.R = Titik Terendah
JH = Jarak Horizontal pada peta

Cara Pembuatan Garis Kontur :


6. Pertama, tetapkan tingkat ketinggian setiap daerah pada peta dengan titik-titik
tertentu.
7. Kemudian, hubungkanlah titik-titik pada permukaan peta tersebut, yaitu dengan
cara titik yang tinggi dihubungkan pada titik – titik yang lebih rendah di
sekitarnya.
8. Setelah itu, buatlah interpolasi yang disesuaikan dengan interval konturnya.
9. Lalu, hubungkan titik – titik yang telah diperoleh dari hasil interpolasi yang
ukurannya sama, dengan menggunakan garis – garis.
10. Apabila garis – garis kontur yang telah didapatkan memotong lembah, walaupun
lembah tersebut tidak memiliki harga ketinggian tertentu, maka garis kontur
tersebut dibuat meruncing ke arah hulu. Kemudian, spasi atau jarak garis kontur
disesuaikan dengan bentuk – bentuk lereng.

Sifat Garis Kontur :


• Garis kontur tidak dapat saling berpotongan dengan garis yang lain, kecuali
apabila garis kontur tersebut berada pada bidang yang ekstrim seperti tebing
yang curam.
• Apabila permukaan topografi landai, maka garis kontur akan merenggang.
Sebaliknya, apabila permukaan topografi curam, maka garis kontur akan
merapat.
• Garis kontur tidak akan pernah saling bertemu atau bercabang dengan garis
kontur lainnya.
• Pada topografi yang berupa lembah, garis kontur akan semakin meruncing ke
arah hulu.
BAB VIII
DRONE

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat mengenal bagian-bagain pada drone dan mengetahui fungsi alat
tersebut
2. Dapat mengoprasikan drone untuk kebutuhan foto udara
3. Dapat mengolah data foto udara menjadi peta foto udara.

B. DASAR TEORI
Dalam dunia fotografi sangat erat kaitannya dengan pesawat tanpa awak
disebut drone. Drone dipasang camera sehingga pesawat tersebut
dikendalikan pilot dari daratan. Hasil fotografi dilihat pilot setelah pesawat
drone tersebut mendarat. Drone adalah pesawat tanpa awak yang
dikendalikan dari jarak jauh. Pesawat tanpa awak atau Pesawat nirawak
(Unmanned Aerial Vehicle atau UAV), adalah sebuah mesin terbang yang
berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan
dirinya sendiri, menggunakan hukum aerodinamika untuk mengangkat
dirinya, bisa digunakan kembali dan mampu membawa muatan baik senjata
maupun muatan lainnya dengan dipasangi camera dalam drone tersebut.
Dahulu orang mengenal drone atau pesawat tanpa awak digunakan oleh
militer untuk mengintai musuh di daerah konflik. Secara garis besar
penggunaan dari pesawat tanpa awak ini adalah dibidang militer (Suroso,
2018).

Drone merupakan pesawat tanpa pilot. Pesawat ini dikendalikan secara


otomatis melalui program komputer yang dirancang, melalui kendali jarak
jauh dengan camera otomatis dari pilot yang terdapat di dataran. Awalnya
UAV merupakan pesawat yang dikendalikan jarak jauh, namun system
otomatis kini mulai banyak diterapkan. Perkembangan teknologi membuat
drone juga mulai banyak diterapkan untuk kebutuhan sipil, terutama di
bidang bisnis, industri dan logistik. Dunia industri bisnis, drone telah
diterapkan dalam berbagai layanan seperti pengawasan infrastruktur,
pengiriman paket barang, pemadam kebakaran hutan, eksplorasi bahan
tambang, pemetaaan daerah pertanian, dan pemetaan daerah industry
(Suroso, 2018).

Berdasarkan jenisnya, terdapat dua jenis drone, yaitu multicopter dan fixed
wing. Fixed wing memiliki bentuk seperti pesawat terbang biasa yang
dilengkapi sistem sayap. Seperti Gambar 2 adalah Tipe fixed-wing
memerlukan desain aerodinamika pada sayap dan badannya sehingga
perancangannya cukup rumit. Multicopter yaitu jenis drone yang
memanfaatkan putaran baling-baling untuk terbang seperti pada gambar 1.
Multicopter dibagi menjadi dua yaitu single-rotor dan multi-rotor. Tipe
single-rotor berbentuk seperti helikopter menggunakan baling-baling
tunggal, sedangkan multi-rotor menggunakan 3 sampai 8 baling-baling.
UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat tanpa awak atau drone adalah
sebuah mesin yang mampu terbang dan dikendalikan oleh pilot dari jarak
jauh. Beberapa tahun belakangan, UAV mulai digemari di Indonesia
terutama untuk keperluan peliputan berita seperti peliputan video bencana,
kemacetan lalu lintas ataupun selebrasi acara tertentu. Industri hiburan dan
sipil juga menggunakan UAV sebagai alat penangkap foto maupun video
yang dirasa lebih baik hasilnya jika diambil dari udara. Parrot AR.Drone
merupakan salah satu UAV jenis quadrotor (empat baling-baling propeller)
buatan perusahaan Prancis, Parrot. AR. Drone dirancang agar dapat
dikendalikan menggunakan smartphone dengan platform iOS dan Android
dan dilengkapi dengan dua kamera yang terletak di depan badan pesawat (2
MP) dan di bawah badan pesawat (0.3 MP). Kamera tersebut digunakan
untuk merekam dan memotret objek saat AR.Drone diterbangkan. Karena
fitur yang mumpuni tersebut, AR.Drone sering digunakan untuk
pengambilan gambar maupun video (Suroso, 2018).
Bagian-bagian drone beserta Fungsinya

Keterangan :

1. Propeller/Baling-Baling : Berguna untuk memberikan daya angkat pada


drone, pengendalian arah, penyeimbang.
2. Kamera : Alat yang digunakan untuk menampilkan gambar untuk merekam
video, melihat, serta memotret gambar.
3. Gimbal Kamera : Alat yang digunakan sebagai penyeimbang kamera
berbentuk masing-masing berbeda disesuaikan dengan kebutuhan, gimbal
berfungsi untuk menghindari goncangan dari drone agar pada saat proses
pengambilan gambar tidak kabur/ blur.
4. Rotor : Mesin penggerak dari propeller yang jumlah dinamo disesuaikan
dengan jenis drone.
5. Landing Skid/Kaki Drone : Kaki drone yang digunakan sebagai alat untuk
melakukan pendaratan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Sensor : Berguna untuk menghindari halangan-halangan yang berada
didepan drone pada saat drone beroprasi agar mengurasi resiko drone
crash/Rusak

Proses Pengambilan Data


DJI Go 4.
DJI Go 4 merupakan aplikasi bawaaan dari drone merk DJI. Aplikasi ini dalam
pemetaan hanya digunakan untuk memastikan home point telah terkunci dengan baik
dan sempurna. Tahapan penggunaannya untuk memastikan home point terkunci
sebagai berikut:
Nyalakan remote drone dan kemudian nyalakan aircraft, kemudian klik
icon DJI Go 4 seperti pada Gambar berikut:

Tampilan DJI Go 4 sesudah di Klik akan seperti pada Gambar berikut:


Selanjutnya klik "Enter Device" dan akan terlihat view seperti pada Gambar dibawah
ini. Klik Ignore ----> Kemudian tanda X

Indikator Global Positioning System (GPS) telah terkunci dengan sempurna


Adalah:
1. Ready to Go (GPS)
2. Huruf "H" yang menandakan home point telah terlihat pada peta navigasi pada
bagian kanan bawah aplikasi dan
3. Terdapat sound dengan bunyi " Home Point Has Been Detected".
Jika koneksi antara aircraft (drone) dengan remote tidak terjadi atau posisi
kamera tidak/blm horizontal maka disarankan untuk dilakukan restart drone dan
remote atau melakukan calibrasi gimbal.

Pix4D Capture
Pix4D Capture adalah aplikasi pihak ketiga (pengembang) yang digunakan untuk
melakukan misi penerbangan dan pemotretan secara auto pilot. Aplikasi ini free
tersedia pada Apple Store (perangkat berbasis IOS) dan Play Store (perangkat
berbasis android). Tahapan penggunakan Pix4D capture sebagai berikut:

Sesudah aplikasi pix4D capture kita download dan buka, maka akan
terlihat view sebagai berikut:
Lakukan Sign Up for free jika anda belum memilik akun Pix4D capture
dengan email anda, dan Log in jika anda telah memilik akun. Tampila registrasi akun
sebagai berikut:

Jika sudah mempunyai akun dapat langsung Log in ke Pix4D


Jika sudah melakukan log ini maka view pada Pix4D capture sebagai
berikut dan lanjutkan dengan melakukan pengaturan:

Pengaturan dilakukan untuk memilih jenis drone, (DJI atau parrot),


basemap, dan unit pengukuran (feet atau meter).
Jika pengaturan telah selesai dilakukan maka klik "Close", dan akan
kembali pada menu awal seperti dibawah ini:
Pix4D capture menyediakan 5 (lima) pilihan misi terbang yaitu Polygon
mission, Grid 2D, Double Grid 3D, Circular mission dan Free flight mission. Untuk
pemetaan dengan output peta 2D disarankan menggunakan Polygon mission, Grid
2D, sedangkan untuk pemetaan 3 dimensi disarankan menggunakan Double Grid 3D
dikombinasikan Circular mission.

● Polygon mission.
Polygon mission menjadi pilihan misi penerbangan jika areal yang ingin
dipetakan tidak berbentuk persegi. Sehingga kita dapat merencanakan misi
pemetaan kita sesuai dengan bentuk areal atau lokasi yang menjadi Areal of
Intesert (AOI). Namun disarankan untuk membuat polygon sedikit lebih luas dari
AOI untuk meminimalisi error pada saat pengolahan lanjutan.
● Grid Mission 2D
Grid mission 2D menjadi pilihan misi penerbangan jika areal yang ingin
dipetakan berbentuk persegi. Sehingga kita dapat merencanakan misi pemetaan
kita sesuai dengan bentuk areal atau lokasi yang menjadi Areal of Intesert (AOI).
Namun disarankan untuk membuat grid sedikit lebih luas dari AOI untuk
meminimalisi error pada saat pengolahan lanjutan. Catatan penting: lakukan
take off pada lokasi yang paling tinggi disekitar areal yang dipetakan.
● Double Grid (3D Mapping)
Double Grid (3D Mapping) menjadi pilihan misi penerbangan jika areal yang
ingin dipetakan berbentuk persegi dan terdapat objek atau bangunan tertentu yang
menonjol yang ingin ditampilkan dalam bentuk 3D. Areal of Interest (AOI) pada
3D mapping adalah bangunan atau objek yang ingin kita tampilkan dalam bentuk
3D, namun disarankan untuk membuat grid sedikit lebih luas dari AOI untuk
meminimalisi error pada saat pengolahan lanjutan. Pengaturan (settings) front
overlap, side overlap dan drone speed sama yang berbeda hanya pada angle
camera. Angel camera pada 3D mapping tidak berada pada posisi 900 namun kita
dapat melakukan pengaturan angle kamera pada sudut 450 hingga 800 agar posisi
dinding atau samping bangunan yang ingin kita petakan dapat terpotret dengan
baik. Catatan penting: lakukan take off berdekatan pada objek yang ingin
dipetakan 3D dan pengolahan lanjutan akan membutuhkan spesifikasi
komputer yang lebih bagus dan waktu pengolahan yang lebih lama karena
jumlah foto yang dihasilkan 2x lipat lebih banyak.
● Circular Mission
Circular mission menjadi pilihan misi penerbangan jika areal yang ingin
dipetakan merupakan objek atau bangunan tertentu yang menonjol yang ingin
ditampilkan dalam bentuk 3D. Areal of Intesert (AOI) pada 3D mapping adalah
bangunan atau objek yang ingin kita tampilkan dalam bentuk 3D, namun
disarankan untuk membuat grid sedikit lebih luas dari AOI untuk meminimalisi
error pada saat pengolahan lanjutan. Drone speed disarankan "Normal +" dan
angel antar foto yang tersedia antara 40 hingga 200. Semakin rapat sudut antar foto
maka hasil yang diperoleh akan semakin baik namun waktu pengolahan lanjutan
akan semakin lama. Cara menghitung jumlah foto yang dihasilkan pada circular
mission adalah 360/angel antar foto. Jika angle yang kita pilih adalah 40, maka
jumlah foto yang tercapture sebanyak 360/4 = 90 foto. Circular mission adalah
misi pemetaan yang disarankan dikombinasikan dengan Double Grid Mission
(3D) untuk menghasilkan peta 3D yang baik. Catatan penting: lakukan take off
berdekatan pada objek yang ingin dipetakan dan disarankan untuk
dikombinasikan dengan Double Grid Mission untuk hasil yang lebih baik.

Selanjutnya lakukan pengaturan pada mission dengan mengklik tanda pengaturan


(settings) sebagai berikut:
Angle kamera pastikan 900, Front overlap dan Side overlap disarankan paling rendah
70% pada lokasi yang datar, dan jika lokasi yang dipetakan semakin berlereng atau
berbukit bahkan terjal, disarankan memperbesar front dan side overlap (jika kurang
dari 70% akan menyebabkan error yang sangat besar). Drone speed disarankan pada
pilihan "Normal +". Jika pengaturan sudah dilakukan maka dapat memilik tombol
back dan mulai melakukan misi pemetaan.

Misi pemetaan dilakukan dengan mengklik tombol "START" pada pix4D capture
sebagai berikut:

selanjutnya akan tampil menu sebagai berikut Klik "Next" dan akan muncul tampilan
"Drone take off checklist" harus dipastikan semuanya terceklist sebelum melakukan
misi pemetaan. Jika terdapat salah satu ceklist yang mengalami error atau tidak
terceklist maka disarankan untuk melakukan restart wahana dan remote dan lakukan
proses lock home seperti prosedur awal melalui DJI go 4 kemudian dilanjukan ke
pix4D capture.

Klik "Start" maka drone akan melakukan misi pemetaan secara auto pilot. Catatan
: Walaupun pemetaan dilakukan secara auto pilot, namun dibutuhkan fokus
dan konsentrasi pilot disaat drone sedang melakukan misi pemetaan dengan
memperhatikan semua telemetri yang tersedia pada pix4D capture.

Telemetri yang terdapat pada pix4D capture secara berurutan sebagai berikut: Jenis
drone, kamera drone, Persen Baterai Drone, Persen baterai remote, jumlah satelit,
ketersediaan memory card, kecepatan drone, ketinggian terbang dan jarak drone dari
posisi take off. Dapat dilihat pada gambar berikut:
Misi terbang akan dimulai dengan drone melakukan flight secara vertikal (take off)
hingga pada ketinggian yang telah ditentukan, selanjutnya akan terbang menuju pada
titik start misi (Going to mission). Sesampainya dititik start maka drone akan
mengcapture foto sesuai dengan pengaturan front dan side overlap (In mission)
Dalam jalur terbang yang sudah direncanakan dari start hingga end. Sesudah
menyelesaikan misi pemetaan maka drone akan terbang kembali pada titik take off
secara horizontal (going to land), jika sudah berada persis di atas titik take off maka
drone akan melakukan pendaratan secara vertical (landing). Misi pemetaan selesai.
Keluarkan memory card pada drone dan copy foto pada labtob atau komputer anda
dan mulai melakukan prose mosaic foto dengan aplikasi Agisoft photo scan.

Proses Pengolahan Data


Setelah drone yang digunakan selesai mengambil gambar langkah pertama yang
harus dilakukan adalah salin atau pindahkan seluruh gambar hasil mapping yang
dilakukan ke Laptop / Computer. Selanjutnya buatlah satu folder untuk menyimpan
semua hasil gambar yang akan di resizer. Langkah Resizer Gambar Menggunakan
Fastone Photo Rezier Bertujuan untuk merubah ukuran kapasitas gambar tanpa harus
mengurangi kualitas gambar.
1. Buka FastStone Photo Resizer
2. Cari folder penyimpanan gambar hasil mapping.
3. Klik Add all untuk input gambar yang ingin di resizer.
4. Atur Output Format JEPG, dan Output Folder pilih folder yang telah
disiapkan tadi untuk hasil Resizer, Klik pada Browse.
5. Centang pada kolom Use Advenced Option agar muncul tampilan Advenced
Options. Klik Pada Advanced Option
6. Klik pada pilihan Resizer dan Contreng pada kolom Resizer Pilih size
percentage yang ingin digunakan (Sesuai Kebutuhan), Lalu klik OK.
7. Klik Convert untuk tahapan resizer dimulai.

Agisoft PhotoScan Profesional


Agisoft PhotoScan Professional adalah sebuah software 3D modeling menggunakan
data citra/foto yang telah direkam. Bertujuan untuk pengelolaan data foto grametri
gambar digital dan menghasilkan data spasial 3D untuk digunakan dalam aplikasi
GIS.
1. Buka Software Agisoft PhotoScane Professional. Buat lembar kerja dengan
cara add chunk
2. Masukan gambar, klik add photos Cari folder penyimpanan gambar (Ctrl+A)
kemudian open gambar
3. Seluruh tahapan kerja berada pada workflow. Klik workflof pilih Align
Photos, Accuracy pilih Medium, lalu klik OK.
4. Masuk tahapan berikut pilih Workflof kembali lalu klik Build Dense Cloud.
Quality pilih Medium, lalu klik OK.
5. Masuk tahapan berikut pilih Workflof kembali lalu klik Build Mesh. Face
Count pilih Medium, lalu klik OK.
6. Masuk tahapan berikut pilih Workflof kembali lalu klik Build Texture.
Mapping Mode pilih Generic, lalu klik OK.
7. Masuk tahapan berikut pilih Workflof kembali lalu klik Build DEM. Tipe
nya pilih Geographic, lalu klik OK.
8. Masuk tahapan berikut pilih Workflof kembali lalu klik Build Orthomosaic.
Tipe nya pilih Geographic dan Surface pilih Mesh, lalu klik OK.
9. Export Orthomosaic dengan cara klik file, export Orthomosaic, export
JPG/PNG/TIFF, Export, Pilih lokasi Penyimpanan, Export.

ArcMap/ArcGis
ArcGis merupakan paket perangkat lunak system informasi geografis yang
diproduksi oleh ESRI. Bertujuan untuk data Ortho yang telah dikerjakan tadi dapat
di analisis dan layout menjadi sebuah peta sesuai kebutuhan. Sebelum masuk
keArcGis harap membuat sebuah folder khusus dahulu untuk project ini agar bisa
foldernya nanti tidak tercampur dan bisa di connect dengan ArcGis.
1. Buka Software ArcMap / ArcGis Klik Cancel pada icon yang muncul pada
tampalian awal.
2. Klik pada menu katalog lalu klik kanan pada folder connection dan klik
connect to folder, setelah itu pilih folder yang tadi sudah di buat sebelumnya.
3. Klik kanan pada folder yang sudah terkoneksi tadi pilih new lalu pilih file
geodatabase dan rename file geodatabase tersebut sesuai project, kalau sudah
klik kanan pada geodatabase lalu pilih make default geodatabase.
4. Setelah itu klik kanan pada layers untuk masukan data Ortho
5. Cari file penyimpanan data ortho, lalu Add
6. Untuk membuang area pinggiran agar terpotong dengan rapi, buat boundary
dengan polygon di dalam maps.
7. Klik Drawing pilih Convert Ghrapic to Features, centang Autometically
delete ghrapic after conversion dan pilih tempat penyimpanan lalu OK,
Untuk jadikan data Output bagian yang ingin di potong.
8. Klik ArcToolbox pilih Data Manejemen Tools – Raster – Raster Processing
dan klik double pada Clip. Setelah muncul icon Clip lalu masukan data Input
dan Output klik pada tanda segitiga hitam di samping, beri centang pada
kolom Use input Features for Clipping Geometry dan Maintain Clipping
Extent lalu OK.
9. Untuk melihat hasil Clip atau merapikan diatas, hilangkan cetang yang
terdapat pada data Clip dan Ortho yang sebagai input dan Output diatas tadi.
10. Proyeksikan Coordinat System sesuai Zona daerah lokasi pemetaan. Klik
kanan pada layers pilih Propertis setelah itu pilih Coordinat System. Setelah
muncul pengaturan klik Projected Coordinate Systems kemudian cari dan
klik UTM pilih WGS 1984, atur zona Northern dan Southern sosuai zona
lokasi pemetaan, Klik OK.
11. Jika ingin menghitung panjang jalan sekitar bangunan, lakukan digitasi
menggunakan line, Klik segitiga kecil yang terdapat tepat di samping
rectangle lalu pilih line untuk proses digitasi.
12. Klik Drawing pilih Convert Grapics to Features, centang kolom
Automatically delete graphics after conversion dan pilih tempat
penyimpanan.
13. Klik kanan pada contens Jalan yang ingin diukur, pilih open attribute table
akan muncul tampilan Table attribute. Setelah itu klik table options dan pilih
add field beri nama “Panjang”, Type diganti “Double” kemudian OK. Pada
table akan muncul penambahan kolom panjang pada table, klik kiri pada
table panjang stelah itu klik kanan pilih calculate geometry, akan muncul
icone pilihan pada calculate geometry, pilih units satuan “Meters”, lalu OK.
14. Jika ingin menghitung Luas Area, lakukan digitasi menggunakan Polygon,
Klik segitiga kecil yang terdapat tepat di samping rectangle lalu pilih Polygon
untuk proses digitasi.
15. Langkah selanjutnya sama seperti menghitung panjang jalan dimulai dari di
Converts graphics to features sampai pada menghitung hasil seperti di atas.
16. Klik Layout View untuk layout peta. Klik file pilih Page and Print Setup lalu
hilangkan contreng pada Use Printer Papper Settings, atur ukuran kertas
sesuai kebutuhan, atur satuan Inches rubah ke Centimeters, Orientation
sesuai kebutuhan lalu OK.
17. Atur Skala peta sesuai kebutuhan
18. Klik kanan boundary maps pilih properties lalu pilih grids lalu new grids,
pilih graticule, kemudian next pilih graticule and labels kemudian place
parallels every (2) dan place maridians every (2) next finish. Klik propertis
ubah size sesuai kebutuhan centang pada kolom left dan Right lalu OK.
19. Gunakan rectangle untuk membuat kotak tempat keterangan peta.
20. Buat Judul peta gunakan Taxt symbol (A). Klik taks lalu posisikan text pada
tempat yang ingin diberi judul klik double untuk menampilkan properties
text.
21. Buat Arah Mata Angin dan Skala batang, Klik insert lalu pilih North arrow
untuk arah mata angina, dan Scale bar untuk skala batang. Untuk skala batang
atur satuan pada propertis pilih units Division units meter.
22. Membuat legenda peta klik insert pilih legend setelah muncul icon pilihan
lalu pilihlah keterangan yang ingin dimasukan, lalu next dan lengkapi text
legenda dan next hingga finish.
23. Buat koordinat system, klik insert pilih Dinamic Text lalu pilih Coordinate
System. Buat Meta data Peta ketik menggunakan Text (A), lalu Letakan pada
table keterangan.
24. Membuat inset Peta, Klik Insert lalu klik Data Frame jika telah muncul frame
maka klik kanan pada frame tersebut lalu add data cari data inset sesuai
kebutuhan.
25. Klik kanan pada Boundery inset lalu pilih propertis dan buat gride seperti
tahapan di atas.
26. Export Peta Klik file pilih Export map Atur DPI lalu Rename, Type sesuai
kebutuhan dan Save.
BAB IX
PENGINDERAAN JAUH

C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui macam-macam perangkat lunak penginderaan jauh (Remote
Sensing)
2. Mampu mengoprasikan perangkat lunak arcgis untuk pengolahan data
DEMNAS menjadi peta topografi

D. DASAR TEORI
Menurut Efford (2000), pengolahan citra adalah istilah umum untuk
berbagai teknik yang keberadaannya untuk memanipulasi dan memodifikasi citra
dengan berbagai cara. Foto adalah contoh gambar berdimensi dua yang bisa diolah
dengan mudah.Setiap foto dalam bentuk citra digital (misalnya berasal dari kamera
digital) dapat diolah melalui perangkat-lunak tertentu.Sebagai contoh, apabila hasil
bidikan kamera terlihat agak gelap, citra dapat diolah agar menjadi lebih terang.
Dimungkinkan pula untuk memisahkan foto orang dari latarbelakangnya. Gambaran
tersebut menunjukkan hal sederhana yang dapat dilakukan melalui pengolahan citra
digital. Tentu saja, banyak hal lain yang lebih pelik yang dapat dilakukan melalui
pengolahan citra digital.

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi


tentang obyek, daerah, atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala
yang dikaji. Alat yang dimaksud adalah sensor dari satelit sedangkan data yang
dihasilkan berupa citra satelit. Saat ini satelit pengideraan jauh yang banyak
digunakan antara lain: Landsat, SPOT, NOAA, Ikonos, dan Quick Bird.
Perangkat lunak yang umum digunakan untuk Penginderaan Jauh atau
Pemetaan Geologi meliputi :

1. Google Earth
2. Globbal Mapper
3. ArcGIS
Google earth

Google Earth merupakan sebuah program globe virtual yang sebenarnya disebut
Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole, Inc. Program ini memetakan bumi dari
superimposisi gambar yang dikumpulkan dari pemetaan satelit, fotografi udara dan
globe GIS 3D.

Global Mapper
Global Mapper adalah salah satu perangkat lunak yang cukup populer dan sering
digunakan oleh kalangan praktisi GIS (geographics information system) atau orang-
orang yang berkecimpung di bidang pemetaan. Salah satu keistimewaan program ini
adalah kompatibilitasnya dengan banyak format file sehingga dapat digunakan oleh
banyak orang dari latar belakang pengetahuan perangkat lunak lain yang berbeda-
beda.
Global Mapper tidak hanya mampu menampilkan data raster yang paling populer,
elevasi, dan dataset vektor tetapi juga mampu mengkonversi, meng-edit, mencetak,
melacak GPS, dan memungkinkan Anda untuk memanfaatkan fungsi SIG pada
dataset. Global Mapper juga mencakup kemampuan untuk langsung mengakses
database seluruh TerraServer citra satelit dan peta topografi USGS secara gratis dan
untuk melihat data elevasi dalam 3D yang sesungguhnya dengan citra raster dan data
vektor dimuat tersampir di atasnya.

Arcgis
ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment
Science & Research Institue) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai
macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis
web.

Cara mendapatkan Data DEMNAS


1. Kunjungi Laman tanahair.indonesia.go.id/demnas
2. Klik Download dan pilih DEMNAS
3. Masukkan data username dan password. Jika belum ada lakukan registrasi
terlebih dahulu
4. Cari lokasi dimana DEMNAS yang dibutuhkan, kemudian klik kotak
tersebut, dan klik download.

Proses Pengolahan data demnas menjadi peta topografi


1. Buka Aplikasi Arcgis
2. Klik kanan pada layer, pilih add Data , dan cari data DEMNAS yang
sebelumnya sudah didownload

3. Setelah berhasil memasukkan data demnas, selanjutnya klik arctoolbox


4. Pilih Spatial Analyst Tools, pilih surface, dan pilih contour

5. Pilih data DEMNAS yang sudah dimasukkan dalam arcgis tadi. Isi Contour
interval sesuai dengan kebutuhan kita, setelah itu klik OK

6. Untuk memunculkan ketengan ketinggian pada garis kontur, klik kanan pada
SHP contour yang telah dibuat pilih propertis, dan pilih tab labels. Pada label
Field, pilih contour. Setelah itu klik OK
7. Keterngan Akan muncul pada setiap garis kontur

8. Selanjutnya, lakukan layout peta sesuai dengan kebutuhan.


DAFTAR PUSTAKA

Eigher Adventure Service Team, 2004, “Buku panduan MJC”, Bandung. Subagio,
2002, ”Pengetahuan Peta”, ITB, Bandung.
Takdir, 2006, ”Dasar-dasar Pengetahuan Lapangan” (unpublish), Makassar Team
Asisten Pemetaan Topografi, 2006, ”Resume Penuntun Praktikum
Pemetaan Topografi Acara Taping Kompas” Laboratorium Pemetaan
Topografi, Jurusan Teknik Geologi Unhas.
Modul argis dasar 2007.
Modul praktikum perpetaan universitas padjajaran.
Suroso, I. (2018). Analisis Pemetaan Daerah Rawan Banjir Dan Longsor Dengan
Drone Type Multicopter Di Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo. Teknika
STTKD Jurnal Teknik, Elektronik, Engine, 5(1), 34-43.
Zulfikar Mardiyadi, S.Hut, M.Si Frengky Narahaubun, Amd.Hut Armansyah K.
Rachim, S.Hut. 2020. Modul Pelatihan Menggunakan drone Tingkat
Dasar. Papua Mapping Center, Papua.
https://maestro.unud.ac.id/apa-itu-google-earth/ (Diakses Pada 8 Februari 2022 pada
Pukul 08.00 Wita)
https://www.guntara.com/2014/05/pengenalan-aplikasi-sistem-informasi (Diakses
Pada 8 Februari 2022 pada Pukul 08.10 Wita)
https://bentangalam-hutantropis.fkt.ugm.ac.id/2016/10/10/arc-gis/ (Diakses Pada 8
Februari 2022 pada Pukul 08.32 Wita)

Anda mungkin juga menyukai