PENDAHULUAN
Awal April 2020 pembelajaran jarak jauh (PJJ) mulai diterapkan oleh
sebagian besar instansi pendidikan khususnya di kota-kota yang terdampak
penyebaran dan penularan Covid-19. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya
Pemerintah memutus rantai penyebaran dan penularan pandemi Covid-19
kepada peserta didik yang merupakan aset bangsa paling berharga. Kebijakan
Pemerintah tersebut sangat tepat dalam mengahadapi dan mengatasi pandemi
Covid-19 yang sudah mulai meresahkan masyarakat. Namun, dalam
implementasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) begitu banyak masalah yang
sangat kompleks harus dihadapi pendidik, peserta didik dan orangtua peserta
didik.
Beberapa masalah yang penulis temukan dalam penerapan pembelajaran
jarak jauh (PJJ) sebagai berikut:
2
pendidik yang melakukan pembelajaran jarak jauh seperti
pembelajaran yang dilaksanakan pada hari-hari biasanya.
PEMBAHASAN
Permasalahan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tersebut di atas hanya
bagian kecil yang penulis temukan, fakta di lapangan masih banyak masalah
yang begitu kompleks yang dihadapi pendidik, orangtua peserta didik atau wali
murid dan peserta didik.
Penulis yang juga sebagai pendidik berpendapat bahwa masalah tersebut
dapat diatasi atau diminimalisir dengan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu juga, penulis mengajak semua insan pendidik
untuk menerapakan secara maksimal empat kompetensi guru yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pasal 10 ayat (1), yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional dalam pembelajaran jarak jauh
(PJJ) sehingga kita dapat masksimal mendukung kebijakan pemerintah dalam
pencegahan penyebaran dan penularan Covid-19, namun tetap melakukan
pelayanan pendidikan dengan baik dan benar sesuai aturan yang berlaku.
1. Kompetensi Pedagogik
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
3
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadian
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3. Kompetensi Sosial
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Profesional
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri
5
bersama-sama. Maka tolong menolong merupakan salah satu cara kita
bersama-sama menghentikan pencegahan dan penularan Covid-19
lebih luas lagi. Contoh tolong menolong yang simple, mislanya kita
saling mengingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan
(mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker) dimana saja,
kapan saja dan dengan siapa saja.
3. Pada sila ketiga (3) “Persatuan Indonesia” nilai yang terkandung dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah
mengutamakan kepentingan bersama-sama. Menjaga jarak, mencuci
tangan dan menghindari kerumunan merupakan protokol kesehatan
yang wajib kita terapkan, hal demikian dilakukan untuk kepentingan
bersama supaya penyebaran dan penularan Covid-19 segera berakhir.
4. Pada sila keempat (4) “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan” nilai yang
terkandung dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari salah
satunya adalah menjalankan hasil musyawarah sesuai kesepakatan
bersama. Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) merupakan salah satu
hasil musyawarah Pemerintah yang didelegasikan kepada
Kementerian Pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran jarak jauh. Penulis merasa yakin jika semua pendidik
membaca dengan cermat isi surat edaran tersebut, orangtua peserta
didik atau wali murid dan peserta didik mendapatkan sosialisasinya
dari pendidik, kemudian menerapkannya dalam pembelajaran jarak
jauh, maka masalah – masalah tersebut di atas akan dapat diatasi
dengan bijak.
5. Pada sila kelima (5) “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
nilai yang terkandung dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari salah satunya adalah menjalankan segala sesuatu yang menjadi
kewajiban kita.
6
PENUTUP
Perlu kita ketahui bersama, bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah
ada pedomannya yang tertulis pada Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Namun karena ada
pendidik yang belum membacanya dengan cermat (Kurangnya literasi pendidik
terhadap aturan-aturan) maka menimbulkan permasalahan bagi pendidik itu
sendiri dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Selain itu, masih
banyaknya orangtua peserta didik atau wali murid dan peserta didik yang belum
mendapatkan informasi Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari
Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19)
dari pendidik yang menyebabkan mereka menganggap pembelajaran jarak jauh
(PJJ) dan pembelajaran tatap muka di sekolah tidak ada perbedaanya kecuali
tempat saja. Hal ini sangat keliru, karena sesuai Surat Edaran Nomor 15
Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah
dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) bahwa
pembelajaran jarak jauh bersifat menyesuaikan kondisi, dan ketersediaan
waktu dan sarana dan prasarana pembelajaran dan kegiatan belajar dari rumah
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
peserta didik, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum.
Bahkan belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup,
antara lain mengenai pandemi COVID-19 dan penerapan protokol kesehatan
dalam kehidupan pada masa “New Normal”.