Anda di halaman 1dari 7

Nama: Agustinus Putra Lagadoni Hale

Nim : 2003040080
Semester : V/PI
Mata kuliah : Hubungan pusat dan daerah

Judul: KERJASAMA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH


DALAM PENGEMBANGAN DESTINASI PRIORITAS
PARIWISATA DI TANJUNG KELAYANG, BANGKA
BELITUNG
• Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja, Pemerintah Daerah berwenang mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan.
• UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sebagai upaya untuk mewujudkan
tujuan Negara Kesejahteraan melalui sektor Kepariwisataan.
• Destinasi Tanjung Kelayang yang tidak semua menjadi kewenangan atau domain
pemerintah pusat (Kementerian Pariwisata) melimpahkan kewenangan administrasi
(dekonsentrasi) ke pemerintah daerah dalam status KSPN Tanjung Kelayang.
• Pihak Dinas Pariwisata menginginkan pengembangan destinasi Tanjung Kelayang lebih
pada promosi dan pemasaran, akan tetapi usulan kegiatan yang mendukung terhadap
promosi pengalokasian dananya tidak ada bantuan, hal ini dikarenakan pengajuan kegiatan
usulan tidak termasuk dalam daftar menu kegiatan fisik kementerian pariwisata sehingga
usulan kegiatan tersebut tidak direalisasikan
• kurangnya aksesibilitas khususnya transportasi, kurangnya sadar wisata masyarkat,
kurangnya kreatifitas masyarakat.
• Kementerian Pariwisata mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada Gubernur
Provinsi Bangka Belitung dalam urusan pengembangan KSPN Tanjung Kelayang.
Selanjutnya Gubernur menentukan perangkat daerah yang akan diberi tanggung jawab
untuk menyelenggarakan kewenangan tersebut, perangkat daerah ini yaitu “Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bangka Belitung” dan “Dinas Pariwisata Kabupaten
Belitung”.
• kerjasma pemerintah pusat dan daerah ditemukan bahwa kerjasama dan koordinasi antara
Pem.prov Bangka Belitung (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) dengan Pemerintah
Kabupaten Belitung (Dinas Pariwisata) masih kurang.
• sebuah pariwisata tidak hanya dilihat dari kelestarian lingkungan wisata, tetapi juga
keberlangsungan sosial budaya msayarakat. Banyaknya wisatawan mancanegara yang datang
untuk berwisata maka banyak pula nilai-nilai sosial budaya yang mereka bawa ke Indonesia.

• Budaya-budaya mereka jelas tidak sama dengan bdaya masyarakat Indonesia. Adanya budaya
mereka yang masuk ke lingkungan masyarakat maka akan ada kecenderungan rasa
ketidaknyamanan terhadap budaya itu ataupun kecenderungan masyarakat menerima budaya
tersebut selagi masih dapat diterima
• dengan sosial budaya masyarakat sekitar.
SARAN

• Saran saya, dalam pengembangan pariwisata di Prov. Kep Bangka Belitung. Pemerintah
Pusat dan Daerah harus bekerja sama dengan baik dalam mengembangkan Destinasi
Tanjung Kelayang untuk menjadi “Destinasi Prioritas atau Bali Baru” di Indonesia, karena
masih terdapat permasalahan baik dalam pengembangan dalam status KSPN ataupun
KEK, dan permasalahan dari sisi pariwisatanya itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

• Buku dan Jurnal


• Antariksa, B. 2015. Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan. Malang: Intrans Publishing.
• Antwi-Boasiako, K. 2010. Administrative Decentralization: Should Districs and Regional elect their own
Leaders in Ghana? African Social Science Review, 34-51.
• Hartanti, E. 2010. Dekonsentrasi di Indonesia. Jurnal Alokasi Dana.... FE, UI, 36- 63.
• Hidayat, S. 2008. Desentralisasi dan Otonomi Daerah dalam Perspektif State- Society Relation. Jurnal
Poelitik Vol.1 No.1, 1-28.
• Kaho, J. R. 2012. Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah. Yogyakarta: Center for politics and
Government (Polgov) Fisipol UGM.
• Kristiana, Y. 2015. Peningkatan Peran Pemerintah Pusat dalam Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan Untuk Pengembangan Daya Tarik Wisata Di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jurnal
Barista Vol.2 No.2, 216-235.

Anda mungkin juga menyukai