Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TEORI KOMUNIKASI

SPIRAL OF SILENCE

KELOMPOK 13 :

Amanda Putri Anindya 222050528

Aura Rida Putri Danoerisa 222050559

Zidni

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Teori Komunikasi tentang "Spiral Of
Silence".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Ersyad
Muttaqien, S.Kom.I, M.I.Kom selaku dosen mata kuliah Teori Komunikasi yang telah memberikan
pengetahuan tentang mata kuliah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika beliau tidak
memberikan penjelasan terlebih dahulu.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah teori komunikasi ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah Teori Komunikasi ini.

Bandung,27 oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………….......1

LATAR BELAKANG……………………………………….…………….1

BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………….……….2

SPIRAL OF SILENCE…………………………………………………………….2

1. Asal-Usul Teori Spiral Of Silence………………………………………2

2. Elemen Kunci dari Teori Spiral Of Silence………………..……………3

3. Strategi Mengidentifikasi Spiral Of Silence……………………………4

4. Spiral Of Silence Dalam Demokrasi……………………………………5

5. Titik-titik Penting Tentang Spiral Of Silence…………………………6

BAB 3…………………………………………………………………………...…7

KESIMPULAN……………………………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...…8
BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sejak awal kemunculannya pada tahun 1972, teori spiral of silence menyedotperhatian
bidang keilmuan sosial (Lynda Lee 2004, p. 339). Beberapa penelitianmenggunakan teori ini sebagai
basis utama dalam menganalisa masalah. Teori Spiral of silence merupakan sebuah teori tentang
berubahnya public opinion. Dalam teori iniElisabeth Noelle-Neumann (1984) berasumsi bahwa
individu memiliki opini tentangberbagai isu, akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan
apakah individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara umum.

Publik opinion dalam teori ini didefinisikan menjadi dua yakni public opinionsebagai
sebuah rasionalitas dan public opinion sebagai suatu kontrol sosial. Sebagai sebuah rasionalitas
public opinion dijelaskan lebih pada pendapat sosial kebanyakan orang tentang suatu isu
berdasarkan pada pengetahuan mereka tentang isu tersebut. Sedangkan sebagai sosial kontrol adalah
sebuah opini yang dibuat sebagai bentuk penghindaran pada isolasi sosial.

Ketakutan isolasi sosial menjadi garis bawah teori ini. Seseorang tidak mengatakan
pendapat mereka (jika itu minoritas) dan cenderung diam demi menghindari isolasi. Dalam
perkembangannya teori ini sering membuat kesalah pahaman, ada banyak konsep yang tidak jelas
sehingga masih menimbulkan jejak sampai sekarang. Efeknya masih vis a vis,dibuktikan dengan
adanya beberapa penelitian menolak teori ini dan sebagian lagi masih menggunakan teori ini sebagai
pisau analisisnya.

Pergeseran media juga memberikan tantangan tersendiri bagi teori spiral of silence. Kini
opini tidak hanya bergulir dalam dunia nyata saja melainkan memiliki lingkungan baru yakni
lingkungan virtual yang memberikan fenomena baru dalam eksistensi teorispiral of silence.

Pada pemahasan ini Penulis dapat merumuskan :

1. Asal-usul Teori Spiral Of Silence


2. Elemen Kunci dari Teori Spiral Of Silence
3. Strategi Mengidentifikasi Spiral Of Silence
4. Spiral Of Silence Dalam Demokrasi
5. Titik-titik Penting Tentang Spiral Of Silence
BAB 2

PEMBAHASAN

SPIRAL OF SILENCE

A. Asal-Usul Teori Spiral Of Silence


Teori spiral keheningan muncul dari penemuan mengejutkan sehubungan dengan
penelitian pemilu yang dilakukan selama kampanye pemilu federal Jerman tahun 1965.
Beberapa bulan sebelum hari pemilu pada bulan September 1965, Noelle-Neumann dan
stafnya di Institut Penelitian Opini Publik Allensbach meluncurkan serangkaian survei
yang dirancang untuk melacak opini politik para pemilih selama kampanye. Dari bulan
Desember 1964 hingga beberapa saat sebelum hari pemilu, temuan survei mengenai niat
pemilih praktis tidak berubah. Bulan demi bulan, dua partai besar, yang
memerintahPersatuan Demokrat Kristen – Persatuan Sosial Kristen (CDU-CSU) dan pihak
penentangnyaPartai Sosial Demokrat Jerman (SDP), berada dalam situasi yang sulit,
dengan sekitar 45 persen penduduk berniat memilih masing-masing partai. Dalam kondisi
seperti ini, sulit untuk memprediksi partai mana yang paling berpeluang memenangkan
pemilu.
Namun, pada minggu-minggu terakhir masa kampanye, situasi tiba-tiba berubah,
dan temuan-temuan survei menunjukkan adanya perubahan pada menit-menit terakhir yang
berpihak pada CDU-CSU. Persentase responden yang menyatakan ingin memilih CDU-
CSU tiba-tiba meningkat hingga hampir 50 persen, sedangkan persentase responden yang
ingin memilih SDP turun menjadi kurang dari 40 persen. Pada akhirnya, hasil pemilu
membenarkan temuan-temuan tersebut: CDU-CSU menang dengan 48 persen suara,
dibandingkan dengan SDP yang memperoleh 39 persen suara.
B. Elemen Kunci Dari Spiral Of Silence
Menurut teori spiral keheningan, kebanyakan orang memiliki ketakutan alami—
dan sebagian besar tidak disadari—terhadap isolasi sosial yang mendorong mereka untuk
terus-menerus memantau perilaku orang lain untuk mencari tanda-tanda setuju atau tidak.
Orang-orang juga menyampaikan “ancaman” isolasi mereka—kebanyakan tanpa
disadari—melalui perilaku seperti mengkritik seseorang, berpaling dari seseorang,
merengut pada seseorang, menertawakan seseorang, dan sebagainya. Untuk menghindari
isolasi, masyarakat cenderung menahan diri untuk tidak menyatakan pandangan mereka
secara terbuka mengenai hal-hal kontroversial karena mereka menganggap hal tersebut
akan mengundang kritik , cemoohan, tawa, atau tanda ketidaksetujuan lainnya. Sebaliknya,
mereka yang merasa bahwa pendapat mereka akan mendapat persetujuan cenderung
menyuarakannya tanpa rasa takut dan kadang-kadang dengan lantang.
Memang benar berbicara dengan cara seperti itu cenderung meningkatkan
ancaman isolasi yang dihadapi oleh para pendukung pihak lawan, dan memperkuat
perasaan mereka bahwa mereka sendirian. Maka dimulailah proses yang berputar-putar,
kubu dominan menjadi semakin bersuara dan percaya diri, sementara kubu lain menjadi
semakin diam.
Yang penting, spiral keheningan hanya terjadi sehubungan dengan isu-isu
kontroversial yang memiliki komponen moral yang kuat . Yang memicu ketakutan
seseorang akan isolasi adalah keyakinan bahwa orang lain akan menganggap dirinya bukan
sekedar salah tapi juga buruk secara moral. Oleh karena itu, isu-isu yang tidak memiliki
komponen moral atau tidak memiliki konsensus umum tidak memberikan ruang untuk
diam.
Seperti yang ditunjukkan oleh pemilu federal Jerman tahun 1965 dan contoh-
contoh lainnya, popularitas suatu opini tidak serta merta menentukan apakah opini tersebut
pada akhirnya akan mendominasi pandangan-pandangan yang berlawanan. Suatu opini
bisa menjadi dominan dalam wacana publik meskipun mayoritas masyarakat sebenarnya
tidak setuju dengan opini tersebut, asalkan sebagian besar orang (secara keliru) percaya
bahwa pandangan tersebut tidak populer dan menahan diri untuk mengungkapkannya
karena takut dikucilkan.
C. STRATEGI MENGIDENTIFIKASI SPIRAL OF SILENCE
Sementara Spiral of Silence memang bisa menjadi sesuatu yang menakutkan, ada
beberapa strategi yang bisa membantu seseorang mengatasi rasa takut ini dan menyatakan
pendapat mereka. Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa keberagaman pendapat
adalah normal dan memiliki nilai. Alih-alih menghindari konflik, cobalah untuk
mendorong diskusi yang terbuka dan membangun pemahaman yang lebih baik di antara
orang-orang dengan pandangan yang berbeda.
Selain itu, berlatihlah dalam menyatakan pendapat yang konstruktif dengan
menggunakan argumen dan bukti yang kuat. Jika seseorang dapat mempertahankan
pendapatnya dengan argumen yang baik, itu akan lebih mudah bagi orang lain untuk
menerima pandangan mereka.
Terakhir, pastikan agar lingkungan di mana kamu berada terbuka untuk pendapat
yang berbeda. Bukalah diri untuk berbicara dengan orang-orang yang memiliki pandangan
berbeda denganmu, dan berlatihlah dalam mengekspresikan pendapatmu secara positif dan
terbuka.
Ketika kita mampu mengatasi Spiral of Silence, kita dapat menciptakan
lingkungan yang lebih terbuka dan inklusif. Ini adalah esensi penting dari kebebasan
berbicara dan demokrasi dalam masyarakat kita.
Namun, perlu dicatat bahwa konsep Spiral of Silence masih menjadi topik yang
diperdebatkan di antara para ahli komunikasi, dan ada beberapa yang mengkritik model ini
karena terlalu simplistik. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan perspektif
yang berbeda dan menjaga sikap kritis dalam mempelajari topik ini.
D. SPIRAL OF SILENCE DALAM DEMOKRASI

Spiral of Silence dapat berdampak pada kebebasan berbicara dengan terbuka


tentang isu tertentu. Jika orang merasa bahwa opini mereka tidak akan diterima oleh
mayoritas, mereka mungkin tidak akan mengemukakan pendapat mereka. Hal ini dapat
membawa konsekuensi yang serius terhadap kebebasan berbicara dan pluralisme di
masyarakat.
Salah satu dampak kecil yang menyebabkan terbentuknya spiral of silence adalah
hilangnya kebebasan berbicara dan pandangan dari orang-orang yang berbeda dalam suatu
masyarakat. Orang-orang dengan pandangan yang tidak populer lebih cenderung untuk
tidak mengekspresikan pandangan mereka. Hal ini kembali memperkuat pandangan
mayoritas, yang terus mendominasi diskusi dan kebijakan publik.
Dalam konteks demokrasi, hal ini dapat berdampak negatif pada kebebasan
berekspresi dan kesetaraan dalam mendapatkan pengaruh. Ketika spiral of silence terjadi,
kelompok-kelompok yang tidak populer tidak memiliki kesempatan untuk mengeluarkan
suara mereka dan mempengaruhi kebijakan publik. Ini merupakan hal yang berbahaya,
karena demokrasi didasarkan pada kebebasan berbicara dan pemikiran yang beragam,
bukan hanya pandangan mayoritas yang kuat.
Sebagai mahasiswa komunikasi, penting bagi Anda untuk menyadari dampak dari
spiral of silence dalam konteks demokrasi. Anda dapat mempromosikan diskusi terbuka
dan menghargai setiap pandangan, apapun pendapat mereka. Saat kita memperluas diskusi
dan memperhatikan pandangan yang berbeda, kita memastikan bahwa demokrasi tetap
berfungsi dengan baik dan setiap orang memiliki kesempatan untuk dipedulikan.

E. Titik-titik Penting Tentang Spiral Of Silence

• Kebanyakan manusia takut diasingkan secara sosial,


• maka manusia selalu mengobservasi perilaku orang lain untuk mempelajari opini dan perilaku
mana saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di ranah publik.
• Manusia memberikan “tekanan isolasi” pada manusia lain yang mengatakan atau melakukan
sesuatu yang tidak sejalan dengan opini publik.
• Manusia cenderung menyembunyikan opini yang mungkin dapat membuatnya menjadi target
tekanan isolasi dari orang lain.
• Manusia yang merasakan dukungan sosial cenderung mengungkapkan opini secara terbuka
dengan “suara keras”.
• Pengungkapan opini dengan “suara keras” di satu sisi dan keheningan opini di sisi lain yang
memicu terjadinya spiral keheningan.
• Proses ini biasanya terjadi pada isu-isu yang berat secara emosional atau moral.
• Spiral kehingan biasanya terjadi pada isu-isu kontroversial dalam Masyarakat

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam kesimpulannya, Spiral of Silence dapat memengaruhi banyak hal dalam kehidupan
kita, baik itu dalam diskusi informal dengan teman atau dalam debat publik. Namun, dengan
memahami alasan di balik rasa takut kita dan melatih kemampuan kita dalam menyatakan pendapat
yang terbuka dan konstruktif, kita dapat mengatasi Spiral of Silence dan menciptakan lingkungan
yang lebih inklusif

Teori spiral of silence pada intinya menjelaskan bagaimana suatu opini publik dibentuk
melalui pengaruh media massa, yang mana media massa cenderung mendukung pandangan
mayoritas dan menekan pandangan minoritas. Masyarakat dari kelompok pandangan mayoritas yang
memegang kekuasaan akan memberikan ancaman berupa isolasi terhadap mereka yang dianggap
kelompok pandangan minoritas, sehingga mereka yang mempunyai pandangan minoritas cenderung
memilih untuk bungkam dibandingkan menyuarakan pendapatnya karena takut akan isolasi yang
diberikan masyarakat dari kelompok mayoritas.

Semakin dekat seseorang percaya bahwa pendapat yang dimilikinya serupa dengan opini
publik yang berlaku, semakin mereka bersedia mengungkapkan opini mereka secara terbuka di
depan umum.
DAFTAR PUSTAKA

Detaq, A, (2019). Spiral of Silence Dalam Kasus Intoleransi di

Indonesia.

Eriyanto, (2012). Teori Spiral Kesunyian dan Negara Transisi Demokrasi:


Sebuah Pengujian di Indonesia. Jurnal Komunikasi Indonesia. Volume I Nomor 1
April 2012 ISSN 2301-9816, 13. Fibafitriani, (2011). Spiral of Silence Theory.

Syam, N. (2010). Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung:


Simbiosa Rekatama Media.

Thorvy, M, & Nurcahyo, A, (2017). Perkembangan Teori Spiral Keheningan


Dalam media Sosial

Anda mungkin juga menyukai