Disusun Oleh :
Linangkung Diah Ayu Rengganis
210510150091
A. Pendahuluan
Berdiskusi mengenai suatu hal adalah hal yang lumrah pada kehidupan manusia.
Dua orang atau lebih yang berdiskusi saling mengemukakan pendapat
mereka.
Perbedaan pendapat tentu pula hal yang biasa, karena manusia merupakan makhluk
yang memiliki akal sehingga mampu untuk berpikir dan memiliki sudut pandang
yang berbeda antara satu orang dengan orang lain. Namun, bagaimana jika dalam
suatu diskusi terkadap pendapat minoritas dan mayoritas? Akankah diskusi tetap
berjalan lancar?
Menurut penelitian Elisabeth Noelle, hal tersebut disebut disebut dengan opini
publik. Yang akhirnya melahirkan sebuah teori bernama spiral keheningan atau spiral
of silence. Menurut teori ini, pendapat kaum minoritas lebih ditekan atau lebih
berhati-hati dalam mengungkapkan pendapatnya. Dikarenakan adanya rasa takut
dikucilkan atau terisolasi oleh kaum mayoritas.
Pendapat minoritas biasanya menjadi kontrovensi terhadap pendapat mayoritas.
Karena keadaan ini, orang-orang yang memiliki pendapat mayoritas memiliki
kepercayaan diri untuk menyuarakan pendapat mereka. Penjelasan lebih lanjut
tentang teori spiral keheningan kan dijelaskan lewat makalah ini.
kembali
pada
tahun
1930-an
dan
1940-an.
Tetapi,
Ia
baru
mengonseptualiasikan Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence) pada awal 1970an. Dalam penelitiannnya tentang Teori Spiral Keheningan Noelle berfokus pada apa
yang terjadi ketika orang menyatakan opini mereka mengenai topik-topik yang telah
didefinisikan oleh media bagi publiknya.
D. Opini Publik
Opini Publik merupakan inti dari teori Spiral of Silence. Noelle-Neumann
berpendapat bahwa interprtasi mengenai opini publik sering kali keliru. Bahkan,
walaupun Ia mengidentifikasi lebih dari lima puluh definisi istilah ini semenjak teori
ini dicetuskan, taka da satu definisi pun yang dapat membuatnya puas.
Noelle-Neumann (1984,1993) memisahkan opini publik menjadi dua istilah yang
terpisah: opini dan publik. Ia melihat bahwa terdapat tiga makna dari publik. Pertama,
terdapat asosiasi hukum dengan istilah ini. Publik mengisyaratkan keterbukaan bagi
semua orang, seperti ruang publik. Kedua, publik berkaitan dengan konsep yang
berhubungan dengan isu-isu atau orang, seperti dalam tanggung jawab publik para
jurnalis. Ketiga, publik mewakili sisi sosial-psikologis dari manusia. Yaitu, orang
yang tidak hanya berpikir di dalam dirinya saja tetapi juga berpikir mengenai
hubungan mereka dengan orang lain.
Noelle-Numann menyimpulkan bahwa individu-individu mengetahui apakah
mereka terpapar atau terlindung dari tatpan publik, dan mereka menyesuaikan diri
berdasarkan hal tersebut. Ia menyatakan bahwa sisi sosial psikologis dari publik telah
diabaikan dalam interpretasi-interpretasi sebelumnya mengenai opini publik.
Opini adalah ekspresi dari suatu sikap. Opini dapat bervariasi baik dalam
intensitas dan stabilitas. Noelle-Neumann menyatakan bahwa opini adalah tingkat
persetujuan dari populasi tertentu. Dalam proses spiral of silence, opini sama artinya
dengan sesuatu yang dianggap berterima.
Menggabungkan kedua definisi tersebut, Noelle-Neumann mendefinisikan opini
publik sebagai sikap atau perilaku yang harus diekspresikan seseorang di depan
publik jika Ia tidak ingin menyebabkan dirinya terisolasi; dalam area-area kontroversi
atau perubahan, opini publik adalah sikap yang dpat diekspresikan tanpa harus
memunculkan bahaya akan isolasi terhadap dirinya.
Pada intinya, opini publik merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah populasi
terhadap subjek tertentu. Sering kali, media menentukan subjek apa yang menarik
bagi orang, dan media sering membuat suatu subjek menjadi kontroversial. NoelleNeumann (1991) menyatakan bahwa opini publik mungkin dipengaruhi oleh siapa
yang mengakui atau tidak mengakui pandangan kita.
Ketiga asumsi tersebut diperoleh oleh Noelle-Neumann dengan cara penelitian yang
bertahap. Penelitian- penelitian dilakukan tidak hanya satu kali melainkan berkali-kali
disertai sudut pandang yang berbeda.
1.
2.
3.
Orang yang pertama kali melihatnya, mungkin dengan cepat akan menjawab bahwa
garis nomor 3 sama panjang dengan garis di sebelah kiri. Tetapi kelompok subjek
penelitian tidak sepakat dengan hal ini. Setelah berkeliling ruangan, para asisten
peneliti (yang juga ikut menjadi partisipan dalm penelitian) semuanya menyebutkan
bahwa garis nomor satu adalah garis yang sama panjang dengan garis di sebelah kiri.
Para subjek penelitian ini mulai menyebutkan jawaban yang salah itu sebagai
jawaban yang benar. Asch percaya bahwa individu-individu sering kali merasa
tekanan yang besar untuk sepakat dengan orang lain, walaupun orang lain mungkin
saja tidak benar.
Merespons kritik utama terhadap penelitian Aschbahwa orang tidak benarbenar memiliki rasa takut akan isolasi melainkan hanya kekurangan rasa percaya diri
mengenai penilaian mereka sendiriNoelle-Neumann melakukan uji ancaman yang
lebih realistis. Ia yakin bahwa meminta subjek penelitian untuk menilai keyakinan
moral atau estetika lebih realistis disbandingkan dengan eksperimen laboraturium
mana pun yang dilakukan oleh Asch.
Asumsi kedua dari teori ini menyatakan bahwa orang secara terus-menerus
menilai iklim dari opini publik. Noelle-Neumann berpendapat bahwa individuindividu menerima informasi mengenai opini publik dari dua sumber : observasi
pribadi dan media.
Noelle-Neumann (1991) menyatakan bahwa orang terlibat di dalam
kemampuan kuasistatistik untuk menguasai opini publik. Indra kuasi-statistik berarti
bahwa orang mampu untuk memperkirakan kekuatan dari sisi-sisi yang berlawanan di
dalam sebuah debat publik. Kita mampu melakukan ini dengan mendengarkan
pendapat orang lain dan menggabungkan pengetahuan itu ke dalam pengetahuan
mereka sendiri.
Misalnya, kita sedang berada dalam sebuah diskusi dan membahas sebuah
topik. Dalam diskusi tersebut kita mendengarkan pendapat orang lain dan sudah
sebagian besar kita mendengar pendapat tersebut. Di sisi lain, beberapa orang belum
menyampaikan pendapatnya namun mengekspresikan secara nonverbal bahwa
mereka juga setuju dengan pendapat-pendapat sebelumnya. Apabila pendapt kita
kontra dengan pendapat-pendapat sebelumnya maka dapat dipastikan bahwa pendapat
kita kalah suara dengan pendapat-pendapat sebelumnya.
Noelle-Neumann menyebut hal ini sebagai organ frekuensi kuasi-statik karena
ia yakin bahwa dengan contoh tadi berarti kita mampu memperkirakan secara angka
dimana orang berpihak pada suatu topik. Para teoritikus menyatakan bahwa organ ini
sedang sangat waspada selama masa-masa ketidakstabilan. Jadi, indra kuasi-
statistik kita bekerja dengan keras ketika kita melihat bahwa opini kita mengenai
suatu topik berbeda dengan pendapat mereka yang mayoritas dan berada di sekeliling
kita.
Orang tidak hanya menggunakan observasi personal mereka mengenai opini
publik tetapi juga bergantung pada media. Tetapi, Noelle-Neumann bersikeras bahwa
dampak media sering kali tidak langsung. Karena orang pada dasarnya memiliki sifat
sosial, mereka berbicara mengenai pengamatan mereka kepada orang lain. Orang
mencari media untuk mengonfirmasi atau tidak mengonfirmasikan pengamatan
mereka dan kemudian menginterpretasikan pengamatan mereka sendiri melalui
media.
Asumsi yang terakhir dari teori ini adalah bahwa perilaku publik dipengaruhi
evaluasi opini publik. Noelle-Neumann (1991) mengemukakan bahwa perilaku publik
dapat berupa berbicara mengenai suatu topik atau tetap diam. Jika individu-individu
merasakan adanya dukungan mengenai suatu topik, maka mereka akan cenderung
mengomunikasikan hal itu; jika mereka merasa bahwa orang-orang lainnya tidak
mendukung suatu topik, maka mereka akan tetap diam. Ia melanjutkan, kekuatan
sinyal ari sekelompok pendukung dan kelemahan yang dari kelompok lain,
merupakan tenaga pendorong yang menggerakkan sebuah spiral.
Noelle-Neumann percaya bahwa manusia memiliki keengganan untuk
mendiskusikan suatu topik yang tidak memiliki dukungan dari kaum mayoritas.
G. Pengaruh Media
Kesediaan untuk mengemukakan pendapat sangat bergantung pada media. Tanpa
dukungan dari orang lain bagi pandangan yang berbeda, orang akan tetap bersikap
konsonan terhadap pandangan yang ditawarkan media. Noelle-Neumann percaya
bahwa media menyediakan berbagai kata atau frase sehingga orang dapat berbicara
dengan percaya diri mengenai suatu topik.
Noelle-Neumann percaya bahwa publik tidak diberi interpretasi peristiwa dalam
berita yang luas dan seimbang. Oleh karenanya, publik diberi pandangan mengenai
realitas yang terbatas. Pendekatan yang terbatas ini meliput berita yang
mempersempit persepsi seseorang.
Pertimbangan tiga karakteristik media yang dikemukakan oleh teoretikus:
ubikuitas, kekumulatifan, dan konsonansi.
Ubikuitas merajut pada fakta bahwa media adalah sumber informasi yang
berkuasa. Karena media ada dimana-mana, banyak orang bergantung pada media
ketika mencari informasi.
Kekumulatifan dari media merujuk pada proses media yang mengulangi dirinya
sendiri melintasi program dan waktu. Seringkali, kita akan membaca suatu cerita di
surat kabar pagi, mendengarkan cerita yang sama di radio ketika kita berkendara
menuju kantor, dan kemudian menonton cerita tersebut pada berita sore. NoelleNeumann menyebut hal ini pengaruh respirokal dalam berbentuk kerangka
referensi.
Konsonansi berhubungan dengan kesamaan keyakinan, sikap, dan nilai yang
dipegang oleh media. Noelle-Neumann menyatakan bahwa konsonansi dihasilkan
dari tendensi orang-orang berita untuk mengonfirmasikan ide dan opini mereka
sendiri, dan ini membuat bahwa sepertinya opini ini berasal dari publik. Tiap dati tiga
kualitas ini memungkinkan pendapat mayoritas untuk didengar. Mereka yang ingin
menghindari isolasi akan tetap diam.
Kesimpulannya, ketika orang melihat pada media untuk mendapatkan gambaran
dan persepsi dari populasi, mereka cenderung menerima apa pun kecuali representasi
yang tidak parsial. Iklim ganda dalam teori sering kali ada, yaitu iklim yang
dipersepsikan secara langsung oldh populasi dan iklim dari liputann media.
Pendukung dari opini yang dominan lebih bersedia untuk menyuarakan opini
kelompok usianya.
Orang akan mengemukakan pendapat jika itu sejajar dengan pandangan
masyarakat
Orang cenderung berbagi pendapat dengan mereka yang sepakat dibandingkan
I. Hard Core
Hard core adalah kelompok-kelompok pada ujung akhir dari spiral yang bersedia
untuk menyuarakan pendapat apa pun yang terjadi. Noelle-Neumann mengemukakan
mengenai karya dari psikolog sosial Gary Shulman dalam usahanya untuk lebih
memahami hard core. Shulman berargumen bahwa jika opini mayoritas menjadi
cukup besar suara mayoritas menjadi berkurang kekuatannya karena tidak terdapat
opini alternatif. Pada suasana seperti ini para hard core mungkin saja mengubah
pendapat mayoritas.
Noelle-Neumann menyimpulkan bahwa para hard core adalah kaum minoritas pada
ujung akhir spiral keheningan yang menentang ancaman akan isolasi.
J. Contoh Kasus
Orde Baru pada Pemerintahan Indonesia. Pada masa pemerintahan ini, masyarakat
di Indonesia tidak diberikan kebebasan berpendapat dan cenderung dilarang untuk
mengritik pemerintah.
Seolah-olah masyarakat pada masa pemerintahan ini, taat pada presiden dan mau
mengikuti semua aturan yang dibuat olehnya. Banyak orang takut bersuara karena,
jika ketahuan bahwa ada yang mengritik kinerja pemerintah maka akan langsung
ditangkap tak jarang juga ada yang ditangkap dan kembali dalam keadaan tidak
bernyawa.
Pada akhirnya, setelah 31 tahun (alm) Soeharto memimpin pemerintahan
Indonesia(1967-1998) para kaum hard core yaitu mahasiswa menunjukkan suaranya
menentang pemerintahan yang dipimpin oleh (alm) Soeharto. Meskipun banyak
rintangannya, banyak mahasiswa yang jadi korban selama menyuarakan pendapatnya.
Pada akhirnya mahasiswa mampu membuat sebuah revolusi di Indonesia dan
membawa Indonesia ke sistem Pemerintahan Reformasi.
Referensi
: Salemba Humanika.
academia.edu
document.tips