Anda di halaman 1dari 8

Uraian Mengenai Jurnalis, Organisasi Pers di Indonesia, dan Organisasi

Jurnalistik

1. Jurnalis Atau Wartawan

1.1. Pengertian Jurnalis Atau Wartawan


Terdapat sebuah pemikiran yang tidak asing lagi yakni ketika seseorang memutuskan
menjadi seorang jurnalis harus dapat dipahami bahwa menjadi jurnalis berasal dari panggilan
hidup. Jika tidak, ia tidak akan pernah menjadi seorang jurnalis yang baik dan berhasil.
Dahulu, Ilmu mengenai ke-Jurnalistik-an ini lebih dikenal sebagai Publisistik, sekarang
terangkum dalam suatu disiplin Ilmu yakni Ilmu Komunikasi, Pemaparan ledih lanjut
mengenai Jurnalis yang merupakan komponen dari Jurnalistik adalah sebagai berikut :
Terdapat sebutan yang berbeda umtul sebuah profesi yang sama:
1. Jurnalis memiliki makna sama : sebuah profesi yang tugasnya mencari,
2. Wartawan mengumpulkan, menyeleksi dan menyebarluaskan informasi kepada
3. Reporter khalayak melalui media massa.

Di Indonesia ketiga definisi tersebut identik dengan pengetian :


1. Wartawan : Bekerja di Media cetak.
2. Reporter : Cenderung dipergunakkan untuk media massa dan televisi
dan Radio.
3. Jurnalis (Journalist) : Pengertian wartawan asing

Definisi wartawan yang tercantum dalam pasal 1 butir 4 undang-undang nomor 40 tahun
1999 perlu diubah, sehingga berbunyi : wartawan adalah profesi yang secara teratur
melakukan kegiatan jurnalistik dalam bentuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikna informasi kepada perusahaan pers atau kantor berita untuk
disiarkan/dipublikasikan kepada masyarakat umum, agar mereka memperoleh informasi yang
benar, tepat, akurat, dan objektif.
Wartawan, jangan diartikan sebagai orang seperti hartawan = orang yang mempunyai harta,
ilmuwan = orang yang memiliki ilmu ( orang berilmu ) dan dermawan = orang yang suka
beramal, karena hartawan, ilmuwan, dan dermawan, menunjukkan seseorang; sedangkan
wartawan, dokter, dan advokat menunjukkan profesi .
Dalam jurnalistik ada beberapa istilah yang perlu diketahui yang pada umumnya digunakan
dalam artian yang sama, diantaranya :
Jurnalisme : pekerjaan mengumpulkan , menulis , mengedit , dan menertbitkan berita dalam
surat kabar; kewartawanan.
Jurnalis : orang yang pekerajaanya mengumpulkan dan menulis berita dalam surat kabar atau
majalah atau yang biasa disebut wartawan.
Jurnal : buku atau catatan harian surat kabar harian , buku yang dipakai sebagai perantara
antara buku harian dengan buku besar , buku yang dipakai untuk mencatat transaksi
berdasarkan urutan waktu, majalah yang khusus membuat artikel dalam suatu bidang ilmu
tertentu.
Publisitik : ilmu yang berhubungan kewartawanan adan media massa; jurnalistik publik:
orang banyak (umum).
Publikasi : pengumunman atau penerbitan.
Publisis : ahli dalam publikasi, penyiar berita.
Publisitas : penyiar tentang sesuatau staukah seseorang kepada masyarakat luas.
Namun dalam ensklopedia pers Indonesia disebutkan , pers merupakan sebutan bagi :
1. Penerbit atau perusahaan tau kalangan yang berkaitan dengan media massa .
2. Wartawan
Perkataan pers seringkali identik dengan wartawan , sebagai mana terbukti dari :
1. Kartu pers merupakan kartu tanda pengenal atau identitas wartwan (kurniawan junaidhi,
ensklopedi pers Indonesia:120)
2. Jumpa pers adalah pertemuan untuk jurnalis yang diselenggarakan atas dasar inisiatif dari
pihak yang akan memberikan keterangan kepada wartawan beserta penjelasan-penjelasanya
untuk disiarkan dalam media massa .
Istilah lain dari wartawan adalah jurnalis atau journalist yang mempunyai arti :
1. Seorang yang melakukan tugas di bidang pers .
2. Seseorang yang bertugas mencari , menyusun , dan menyunting berita yang akan dimuat
dalam media massa .
3. Seseorang yang pekerjaanya mengedit, (merangkum) menulis berita, artikel, dan bahan
berita lainya, untuk dipublikasikan secara periodical : termasuk surat kabar serta majalah,
mingguan, dan bulanan .
1.2. Jenis-jenis Wartawan
Berdasarkan pasal 1 ayat 1 peraturan menteri penerangan RI nomor2/per/menpen/1998
tanggal 5 juni 1998 maka wartawan dibedakan :
1. Wartawan untuk pers
2. Wartawan untuk radio
3. Wartawan untuk televisi
4. Wartawan untuk film

1.3. Indikator Wartawan

Indikator wartawan
Beberapa indikator ini diharapkan dapat membantu pelaksanaan tugas kewartawanan
diantaranya :
1. Kompleksitas
2. Generalis
3. Peka terhadap setiap peristiwa
1.4. Fungsi Wartawan

Fungsi wartawan
Tugas kewartawanan pada dasarnya berkisar pada 3 fungsi , yakni :
a. Peliput ; seorang wartwan berfungsi meliput setiap peristiwa yang menjadi bahan berita.
b. Penyusun ; peristiwa yang diliput akan disusun menjadi suatu berita yang menarik buat
publik.
c. Penyebar informasi ; berita yang telah disusun akan disampaikan pada publik, berita itu
menjadi informasi buat mereka .

1.5. Sifat Wartawan


Sifat-sifat wartawan menurut J.ccasiy(meinanda1981:70) mengatakan pertama-tama orang
harus mempunyai mat adan telinga, bahkan lidah yang licin ada gunanya . mata digunakan
untuk mengamati seecermatnya. telinga dipergunakan untuk mendenbgarkan berita atau
informasi. sementara lidah yang licin dipeunakan untuk mengajak penbicara kepada
persoalan. dalam hubungan dengan profesi kewartawanan, Carl N. Warren (Meinanda,
1981:71-72) memberikan sepuluh pasangan untuk menjadi wartawan yang baik, yakni :
A. Perhatikan dengan sebaik-bainya. Dengarkan dengan sungguh-sungguh;
B. Isi persediaan otak dengan pengetahuan;
C. Tumbuhkan lapangan yang luas;
D. Membacalah dengan teratur dan dengan pikiran yang kritis;
E. Perlihatkan inisiatif dan kesanggupan;
F. Bekerja dengan rajin dan sabar;
G. Pergunakanlah pikiran. Janganlah memalsukan sesuatu;
H. Menulislah, dan teruslah menulis;
I. Berpikirlah dengan jelas dan cepat;
J. Pergunakanlah waktiu yang terluang dengan sebaik-baiknya.
1.6. Sepuluh Persyaratan Menjadi Jurnalis
Disamping harus memenuhi persyaratan umum, seperti pendidikan yang cukup (diutamakan
sarjana), berkelakuan baik, dan sehat jasmani dan rohani, untuk menjadi jurnalis atau
wartawan atau reporter juga mempunyai persyaratan khusus, yaitu:
1. Berakhlak;
Seorang jurnalis harus dan mutlak memiliki akhlak yang baik. Artinya memiliki kepribadian
yang jujur, adil, netral, berperi kemanusiaan, tidak provokatif, dan menghargai prinsip
praduga tidak bersalah terhadap suatu kasus hukum.
2. Memiliki keberanian;
Keberanian merupakan persyaratan penting untuk menjadi jurnalis atau wartawan atau
reporter. Hal ini terkait dengan tugas profesi seorang jurnalis yang sehari-harinya menggeluti
berbagai persoalan dan menghadapi berbagai pihak dengan berbagai latar belakang social,
politik, budaya, dan berbagai macam sifat dan perilaku orang.
Seorang jurnalis, bagaimanapun cerdas dan jujurnya, apabila tidak disertai dengan keberanian
untuk mengungkapkan kebenaran, maka ia akan menjadi wartawan atau jurnalis yang sia-sia.
Atau dengan kata lain, seorang jurnalis tidak boleh seorang pengecut.
3. Dapat dipercaya;
Seorang jurnalis atau wartawan atau reporter, di samping harus memilki keberanian juga
haruslah Dapat Dipercaya. Modal utama seorang reporter atau wartawan adalah
kepercayaan atau dapat dipercaya.
Dapat dipercaya berarti bermoral, jujur, netral dan bertanggung jawab. Dengan demikian,
ketika orang mengetahui bahwa di hadapanya adalah seorang wartawan, maka ia akan merasa
senang karena ada orang yang dapat dipercaya untuk mengungkapakan kebenaran. Namun,
sekali saja seorang reporteratau wartawan melakukan pemberitaan yang bohong, maka
selamanya ia tidaka akan pernah dipercaya meskipun ia sudah melakukan yang sebenarnya.
Hilangnya uang masih dapat dicari, tetapi hilangnya kepercayaan tidak akan pernah didapat
kembali.
4. Memiliki tingkat kecerdasan yang cukup;
Seorang jurnalis/wartawan/reporter haruslah orang cerdas. Disamping kejujuran dan
keberanian yang ada didalam dirinya, ia juga haruslah orang cerdas dengan tingkat
intellegensia yang cukup baik. Hal ini penting, agar jurnalis dapat melakukan analisis setiap
permasalahan yang dilaporkannya secara baik; factual, sistematis, dan logis.
5. Berwawasan yang luas;
Seorang wartawan/jurnalis/reporter harus memiliki wawasan yang luas. Untuk itu, seorang
jurnalis dituntut banyak membaca buku, surat kabar, majalah, tabloid, jurnal, baik dalam
bahasa Indonesia maupun dalam bahasa asing, banyak mendengar radio, menonton televisi,
baik dalam negeri maupun luar negeri, banyak bergaul dengan para akademisi, pejabat,
pengusaha, polisi, dan berbagai macam orang. Dengan demikian, seorang jurnalis akan
mengetahui banyak hal.
6. Komunikatif (mudah bergaul);
Mudah bergaul adalah salah satu ciri seorang jurnalis/wartawan /reporter yang paling
gampang diketahui orang. Mudah bergaul juga berarti memilki human relation yang baik.
Dengan demikian, seorang jurnalis dapat mengenal dan dikenal banyak orang.
7. Mampu berbahasa Indonesia dengan baik;
Tanpa mampu berbahasa Indonesia dengan baik, seorang wartawan/jurnalis/reporter akan
sulit membuat naskah berita atau laporan dengan baik.
8. Menguasai bahasa asing;
Seorang jurnalis yang mempunyai kemampuan berbahasa asing akan memilki banyak
kemudahan dalam bekerja. Disamping ia dapat berkomunikasi dengan orang asing dan
begrgaul di tingkat internasional, juga ahan dalam memperoleh kemudahan dalam membaca
buku-buku, majalah, surat kabar, mendengar radio dan menonton siaran televisi asing yang
sangat bermanfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan dan wawasan seorang wartawan atau
jurnalis.
9. Memilki suara khas reporter (Media Tv dan radio);
Khusus untuk media Televisi dan Radio, diperlukan persyaratan tambahan, yaitu memilki
suara khas reporter, yaitu suara yang cukup berwibawa. Hal ini dimaksudkan agar ketika ia
menyampaikan laporan akan terdengar jelas, terkesan berwibawan, menyakinkan, dan
membawa penonton dan pendengar kepada suatu perasaan menyakinkan terhadap reporter.
10. Bertahan dalam situasi stress;
Seorang wartawan betapapun ia pintar, berwawasan luas, mudah bergaul, mampu berbahasa
indonesi dan bahasa asing dengan baik, dan gemar membaca . setiap hari seorang wartawan
dipastikan akan selalu bergelut dengan berbagai hal dan masalah , ada yang ringan , berat,
tidak berisiko dan yang berisiko . dapat dikatakan bahwa masalah adalah bagian dari tugas
dan kehidupan seorang wartawan , oleh karena itu seorang wartawan harus seorang yang
tidak mudah setress atau orang yang mampu bertahan dalam situasi setress serta mampu
mengatasi situasi setress
1.7. Standar Wartawan Profesional
1. Melalui proses penerimaan yang baik (Well Selected)
Tidak semua orang cocok dan mampu menjadi wartawan , meskipun banyak orang ingin jadi
wartawan atau reporter . menjadi wartawan haruslah merupakan panggilan hidup . tidak
sekedar untuk mencari nafkah , dengan demikian dalam hal untuk mendapatkan calon
wartawan harus melalui seleksi yang baik . seleksi sangat penting , terutama untuk
mengetahui apakah orang itu memiliki kepribadian sebagai wartawan atau tidak , dan untuk
mengetahui tingkat kemampuan akademisnya
2. Berpendidikan formal yang cukup (Well Educated)
Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat berpengarugh terhadap
kualitas pekerjaan seseorang termasuk seorang reporter . sesuai dengan dengan
perkembangan iptek, saat ini , untuk menjadi wartawan atau reporter di prioritaskan mereka
yang sarjana (S1) atau lebih .penting , menginmgat tugas-tugas kewartawanan membutuhkan
kemampuan analisis yang tinggi serta kemampuan berkomunikasi dengan berbagai pihak
pada berbagai level .
3. Terlatih dengan baik (Well Trained)
Pendidikan formal yang cukup saja belum menjamin seorang wartawan dapat bekerja dengan
baik jika belum mendapat pelatihan khusus tentang profesi wartawan pelatihan kewartawanan
misalnyta terkait : kode etik jurnalistik , undang-undang dan peraturan-peraturan terkait
media massa . dengan demikian tanpa pelatihan khusus , maka seorang wartawan atau
jurnalis hanya akan memahami pekerjaanya secara umum untuk media ,masaa pada
umumnya , padahal setiap media masaa sudah pasti memiliki cirri dan kebijakan sendiri .
4. Dilengkapi dengan peralatan yang memadai (Well Equiped)
Dalam melaksanakan tugas liputan di lapangan seorang wartawan , juru kamera akan sulit
melakukan tugas dengan baik apabila tidak memiliki peralatan yang memadai . oleh karena
itu , supaya wartawan dapat bekerja dengan baik ia harus dilengkapi peralatan yang memadai
, seperti : alat tulis, tape recorder , kamera foto , kamera tv , alat komunikasi ,computer dan
tentu saja alat transportasi
5. Memperoleh gaji yang layak (Good Salary)
Bagaimana pun profesionalnya seseorang , akhirnya jumlah gaji yang diterima dari hasil
pekerjaanya tetap menentukan apakah ia dapat bekerja denganb baik atau tidak . dengan gaji
yang cukup ia dapat menafkahi keluarganya . sebaliknya , apabila gaji yang tidak cukup
pemikiranya akan terganggu terpecah antara memikirkan tugas dengan memikirkan apakah
anaknya bisa belajar dengan baik atau tidak , karena uang sekolahnya belum terbayarkan .
professional memang tetap di utamakan namun kesejahteraan tetap turut menetukan dan
mempengaruhi kelancaran dan kualitas pekerjaan wartawan . intinya , menjadi wartawan
haruslah menjadi panggilan hidup sehingga profesionalisme tidak dengan mudah terkalahkan
dalam hambatan dan tantangan dalam tugas .
6. Memilki motivasi yang baik dan idealisme yang tinggi (Well motivation and High
Idealism)
apabila seorang wartawan memiliki keduanya yaitu motivasi dan idealism kerja yang tinngi ,
maka sekompleks apapun tugas yang dihadapi dan kendala yang dihadapi pasti ditangani
dengan baik.

1.8. Tugas Jurnalis

Tugas Reporter atau Jurnalis, khususnya di Indonesia, secara prinsip diperkuat oleh Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 28 F Amandemen II, yang berbunyi : Setiap orang berhak
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperan oleh, memilki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan, informasi dengan menggunakkan segala jenis saluran yang tersedia.
Menurut Bill Kovach & Tom, Paling tidak ada 9 tugas utama seorang Jurnalis atau wartawan,
yaitu:
1. Memilki loyalitas kepada publik;
2. Memilki disiplin untuk melakukan verifikasi;
3. Memilki kemandirian terhadap liputannya;
4. Memilki kemandirian untuk memantau kemanusiaan;
5. Menjadikan forum bagi kritik dan kesepakatan publik;
6. Menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik;
7. Membuat berita secara komprehensif dan proporsional;
8. Memilki keleluasaan kerpada jurnalis untuk mengikuti nurani mereka;

2. Organisasi Pers
Organisasi Pers di Indonesia dinyatakan dalam Undang-Undang no . 21 tahun 1982 tentang
ketentuan pokok pers pasal 1 ayat 5. Pasal ini berbunyi : Organisasi adalah organisasi
wartawan, organisasi perusahaan dan pers, organisasi grafika dan pers, dan organisasi media
periklanan yang disetujui pemerintah. Namun, dalam Undang-undang pers no. 40 tahun
1999, secara ekslusif hanya dinyatakan dua organisasi pers. Pasa pasal 1 ayat 5 : Organisasi
pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. Dalam pasal 1 ayat 2
djelaskan bahwa perusahaan pers adalah badan hokum Indonesia yang menyelenggarakan
usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta
perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau
menyalurkan informasi.

Empat organisasi pers sampai sekarang masih menyelenggarakan pers adalah :


1. Organisasi wartawan seperti : Persatuan Wartawan Indonesia, dll.
2. Organisasi perusahaan pers, seperti : Sarikat penetbit surat kabar (SPS, dll)
3. Organisasi Grafika pers, seperti: Sarikat Gravika pers (SGP, dll)
4. Organisasi media periklanan, seperti Persatuan-persatuan Periklanan Indonesia (PPPI. Dll).
2.1. Persatuan Wartawan Indonesia

Persatuan wartawan Indonesia (PWI) sebagai organisasi profesi wartawan Indonesia yang
tertua, didirikan tanggal 9 Februari 1946 di kota Solo, Jawa Tengah dalam kongres
pertamanya , 9- 10 Februari 1946. Sesuai dengan keputusan Presiden nomor 5 tahun 1985
ditetapkan pada hari jadi Persatuan Wartawan Indonesia tanggal 9 Februari sebagai HARI
PERS NASIONAL .
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) lahir dalam masa pasukan Inggris dan Belanda sedang
meingkatkan operasi pendudukan wilayah Republik Indonesia. Pada masa perang
kemerdekaan Indonesia , wartawan-wartawan nasional sempat melakukan tiga kali kongres .
Menjelang meletusnya G30 S PKI tahun 1965, organisasi Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) sempat ditunggangi oleh Partai Komunis Indonesia(PKI) .Sebagian besar anggota PWI
masuk dalam organisasi PKI.
Persatuan Wartawan Indonesia berkembang dari tingkat pusat sampai daerah. Dalam
perkembanganya, PWI telah melakukan berbagai kongres, kerja latihan wartawan, dan
sebagainya .

Organsasi wartwan sebelum PWI


Sebelum PWI tewrbentuk tanggal 9 februari 1946, sudah muncul beberapa organisasi
wartawan antara lain :
1) Indlandsche Journalisten Bond (IJB) tahun 1914. Pendirian IJB didasarkan pada :
melalui penyatuan semua wartawan pribumi di Indonesia berperan serta dalam kekuatan
perjuangan demi kepentingan nasional dalam mempertahankan kepentingan wartawan . IJB
dirintis oleh Suratomo dan Sum,arko Kartodikromo . Tahun 1918, IJB berdiri di kota Medan .
2) Pada tahun 1931 , berdiri persatuan kaoem journalist di kota Semarang yang diketahui oleh
Wignjadisastera.
3) Pada bulan Desember 1933 terbentuk Persatoen Djouernalist Indonesia (PERDI) di
Surakarta . Pendukung PERDI ini adalah Sutopo Wonoboyo, Sudaryo Cokrosisworo dan
sebagainya
Organisasi wartawan setelah reformasi (1998)
Setelah reformasi bergulir, kebebasan pers seperti mendapat angin segar . Para pekerja pers
dengan bebas menerbitkan media massa dan membuat organisasi wartawan . Pada masa ini
setidaknya tercatat 26 organisasi wartawan selain PWI. Pada 6 agustus 1999 di Bandung
tercata 27 organisasi wartawan Indonesia( termasuk PWI)yakni : AJI, ALJI, AWANG, AWE,
HIPSI, HIPWI ,HIWAMI , HPPI , IJTI , IPPI , IWARI, IWI, KO-WAPPI, KOWRI, KWI,
KWRI, PEWARPI, PJI, PWFI, PWI, SEPERNAS, SERIKAT PEWARTA, SOMPRI,
SWAMi, SWWI, KOMNAS WI yang melahirkan kode etik wartawan Indonesia atau KEWI .

2.2. Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS)

Serikat penerbit surat kabar (sps) sebagai organisasi pers di Indonesia lahir secara resmi
tanggal 8 Juni 1946 dalam kongres pertamanya di Yogyakarta .
Kelahiran SPS sebenarnya telah dimulai sejak empat bulan sebelumnya oleh panitia usaha 10
orang yang telah dibentuk pada kongres pertama PWI tanggal 9-10 Februari 1946 di Solo
Jawa Tengah .
Dalam perkembanganya , pemerintah menyadari pentingnya serikat penerbit surat kabar
dengan membentuk Panitia Pengatur Produksi Kertas RI .
SPS memiliki sekretariat tetap di Persil Tugu Kidul nomor 58 Yogyakarta .
SPS sebagai salah satu organisasi pers dikukuhkan oleh pemerintah dengan surat keputusan
Menteri Penerangan RI.Nomor47/kep/menpen/1975 tentang pengukuhan PWI dan SPS ,
masing-masing sebagai satu-satunya organisasi wartawan dan organisasi penerbit pers
Indonesia .

2.3. Serikat Grafika Pers (SGP)

Serikat Grafika Pers (SGP) lahir tanggal 3 April 1974 sebagi salah satu organisasi pers di
Indonesia. Organisasi ini dikukuhkan oleh Pemerintah pada 1978 dalam Surat Keputusan
Nomor 184/Kep/Menpen/1978.
SGP lahir karena adanya kesadaran dalam memajukan pers Indonesia yaitu melalui
pengembangan kegiatan percetakan. Pengembangan pers nasional sangat berkaitan erat
dengan keadaan percetakan serta sarananya yang disebut dengan grafika pers. Dunia grafika
pers merupakan bagian yang amat vital sebagai sarana untuk memajukan dan pengembangan
penerbitan pers. Dengan demikian, pembinaan dan pengembangan grafika pers perlu
diusahakan untuk memajukan kehidupan dunia pers di Indonesia. Beriring dengan kemajuan
IPTEK di bidang grafika pers sangat diperlukan.
Jadi, grafika pers turut bertanggung jawab terhadap pers nasional yang sehat. Kemantapan
pelaksanaan tanggung jawab hanya dapat dicapai secara gotong royong dengan unsur-unsur
pers nasional lainnya. Selain itu SGP berupaya untuk:
1) Menumbuhkan, mengembangkan, dan membina grafika pers.
2) Menghimpun semua potensi grafika untuk bekerja sama, berpartisipasi dalam
pembangunan nasional (di bidang industri grafika pers).
3) Memantapkan grafika pers sebagai unsur penunjang utama pengembangan dan
perkembangan pers nasional.
Untuk memajukan grafika pers dalam pengembangan pers nasional agar mampu beriring
dengan kemajuan IPTEK dalam bidang percetakan, maka SGP Menjadi anggota Badan
Grafika Internasional (Grafika Arts Technical Foundation) di Amerika Serikat, sehingga
informasi tentang kemajuan di bidang grafika dapat diperoleh untuk memajukan pers
nasional.

2.4. Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI)

PPPI lahir tanggal 20 Desember 1972 di Jakarta. Sebelum PPPI lahir, sudah ada organisasi
media periklanan yang disebut Persatuan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Tanggal 20
Desember 1972 merupakan hari pelaksanaan kongres PBRI yang kemudian diubah menjadi
PPPI.PBRI adalah biro periklanan milik orang-orang Belanda yang memiliki anggota
diantaranya: Studio Berk, Contact, De Unie. F. Bodmer, Budi Ksatria, Grafica, Lintas, Frank
Klein, Life, Limas, dan Rosada.
Pada 1953 muncul Serikat Biro Reklame Nasional (SBRN) karena organisasi PBRI dikuasai
oleh orang-orang Belanda. Anggota SBRN diantaranya: Kinabalu, Trio,
Diposkan oleh Dippa Wiryatama di 07.47
Label: Dasjur, Kuliah Komunikasi

Anda mungkin juga menyukai