Anda di halaman 1dari 6

*Catatan: buat materi ‘proses menghimpun berita’, yang di highlight jangan dimasukin ke

ppt. Sedangkan, buat materi ‘kendala menghimpun berita’, yang di bold itu nama bab nya
dan yang di highlight itu poin-poin yg mau dibahas beserta penjelasannya masukin aja
semua

PROSES MENGHIMPUN BERITA

1. Penentu berita
Tahap awal dari kerja redaksional adalah proses menentukan suatu peristiwa yang
mempunyai nilai berita. Dalam hal ini melibatkan redaktur dan reporter.
Tahap menentukan berita:
 Reporter sebaiknya membuat sebuah check-list (daftar periksa) yang biasa disebut
planningsheet
 Reporter membuat abstraksi dari peristiwa yang telah diliput
 Peristiwa yang diliput diserahkan ke meja redaktur untuk penilaian layak atau
kurang layaknya suatu berita dimuat
 Kemudian, berita ditentukan mengenai seberapa kuat unsur-unsur nilai berita
yang dimilikinya. Semakin banyak unsur nilai beritanya semakin tinggi kelayakan
beritanya dimuat
2. Dapur redaksi
Dalam organisasi surat kabar, redaktur dan pimpinan redaksi mengadakan rapat
guna menentukan berita apa saja yang akan dimuat besok sebelum reporter ditugaskan.
Secara garis besar struktur hierarki keorganisasian pada surat kabar terdiri dari:
 Pimpinan Umum= orang yang memiliki suratkabar atau orang yang mewakilinya.
 Pimpinan Redaksi= orang yang bertanggung jawab atas operasional redaksional.
 Pimpinan Perusahaan= orang yang bertanggung jawab atas administrasi, keuangan
dan pemasaran.
 Redaktur Pelaksana= orang yang bertugas mengawasi dan mengarahkan reporter.
 Reporter= peliput berita.
 Manager-manager= orang yang bertanggung jawab pada pimpinan perusahaan
yang berkaitan dengan iklan, promosi, sirkulasi dan lainnya.
3. Beat atau wilayah peliputan
Setiap reporter memiliki wilayah peliputan yang berbeda dalam satu kerangka
redaksional atau dalam istilah dunia suratkabar disebut dengan beat. Salah satu
contohnya adalah redaktur kota menempatkan reporter-reporternya dalam beat masing-
masing, seperti balai kota, pengadilan, kantor polisi, dinas sosial, bank dan tempat-tempat
lain yang mengalami perkembangan informasi yang secara umum dibutuhkan oleh
pembaca, dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan.
4. Wartawan dalam aksinya
 Mula-mula wartawan mencari gambaran peristiwa yang akan dimuat dalam surat
kabar dengan melihat beberapa surat kabar lain sebagai pembanding mencari
peristiwa
 Kemudian bermusyawarah dengan redaktur dan dibahas dalam rapat redaksi
 Setelah perihal berita yang akan diliput telah disepakati oleh redaktur, wartawan
pergi menuju beatnya untuk mencari, mewawancarai dan menghimpun berita
 Setelah pekerjaan itu selesai, maka hasilnya akan diberikan kepada redaktur untuk
dibahas kembali dalam rapat budgeting yaitu rapat yang mengalokasikan berita-
berita yang telah diliput oleh reporter yang biasa disebut rapat petang
 Dalam rapat budgeting ini akan dilakukan klasifikasi berita dan ditentukan mana
yang akan menjadi berita utama dan berita halaman lainnya kemudian baru
dikirim ke bagian composing untuk dicetak.
5. Syarat-syarat wartawan yang baik
Dalam dunia jurnalistik, seorang wartawan dituntut untuk memiliki daya
penciuman yang tajam, yang biasa dikenal dengan "hidung wartawan", yaitu kemampuan
yang mampu menjadikan sebuah informasi atau fakta menjadi sebuah berita yang layak
untuk diberitakan.
Menurut Charnley dalam bukunya reporting 1975, ada empat hal yang perlu
dimiliki oleh seorang wartawan, yaitu:
 Pengalaman
 Perasaan ingin tahu
 Daya khayal atau imajinasi tinggi
 Pengetahuan luas
6. Menggali berita
Pengertian menggali disini yaitu mencari aspek-aspek dalam kehidupan budaya
atau sosial masyarakat atau dalam kegiatan pemerintahan yang dapat diangkat menjadi
berita yang menarik perhatian khalayak.
Istilah menggali berita dalam surat kabar lebih dikenal sebagai "mencari berita".
Pengertian ini timbul dari asumsi wartawan yaitu tidak ada istilah "tidak ada berita"
dimana pun dan kapan pun wartawan itu berada.
7. Meliput berita dengan menyamar
Peliputan berita yang dilakukan dengan menyamar terkadang memang diperlukan
dalam menunjang proses pengumpulan berita. Peliputan ini dilakukan karena adanya
suatu hal yang tidak wajar atau sesuatu yang ditutup-tutupi.
Dalam etika jurnalistik, pemberitaan semacam ini dapat dipertanggungjawabkan
selama demi kepentingan umum dan dari sisi hukum tidak menyalahi undang-undang
yang berlaku. Penegasan ini diperjelas seiring dengan banyaknya masyarakat yang
mempertanyakan apakah pemberitaan ini dapat dipertanggungjawabkan secara etika
jurnalistik dan hukum. Tapi tidak semua peliputan ini dibenarkan, karena peliputan ini
hanya dilakukan secara kasus per kasus tergantung dari masalahnya.
KENDALA MENGHIMPUN BERITA

Berita Adalah Bisnis

Setelah era reformasi, pers berubah menjadi alat bisnis pengejar laba namun tidak melupakan
tugasnya dalam memberikan manfaat bagi masyarakat.

Kendala Internal

Pengekangan terhadap pers tidak selalu datang dari pemerintah, namun juga pihak internal ketika
misalnya berhadapan dengan pemasangan iklan yang menjadi penopang hidup media
bersangkutan.

Monopoli Kepemilikan

Surat kabar yang kuat secara finansial akan kuat pula independensinya. Karena berita akan
dibuat secara fair dan tidak memihak serta menyajikan komentarnya dalam bentuk multilitsed.

Kendala Iklan

Tumpukan uang memang dapat mepengaruhi sikap surat kabar dalam pemberitaannya, surat
kabar sendiri sebenarnya tidak perlu bernyali kecil untuk tetap melakukan fungsi sosialnya
secara dagang

Menyebut Merk Dagang

Sebagian sura tkabar melarang wartawannya untuk menulis berita dengan menyeNew merk
dagang suatu perusahaan atau produk. Harian New York Times memberikan pedoman dalam
penyebutan merk, yaitu ”Gunakan merk dagang jika merk dagang itu memberikan informasi
yang perlu; jika merk dagang itu memberikan informasi yang berkaitan; jika peniadaannya
menimbulkan tanda tanya; jika peniadaannya tamoak seperti pelit.

Hadiah dan Kedekatan dengan Sumber Berita

Amplop dan Hadiah Uang

Sering kita dengar istilah “wartawan amplop” yaitu uang yang diberikan kepada wartawan
dengan berbagai alasan. Ada yang menganggapnya sebagai balas jasa dana dan juga yang
menafsirkannya agar berita mengenai dirinya dinaikan. Hal ini terjadi karena wartawan tidak
akan menuliskan berita hasil wawancaranya jika tidak dibekali amplop. Pers Barat menyebutnya
sebagai “freebies” atau gratisan.Pemberian hadiah,

Jurnalisme Uang

Amplop, freebies atau sejenis lainnya disebut jurnalisme uang. Pers mengenalnya sebagai money
journalism atau barat sering menyebutnya dengan checkbook journalism.

Konflik Kepentingan

Pokja-pokja (kelompok kerja), seksi, atau unit endekatkan ditempatkan di beat-nya dianggap
akan mendekatkan wartawan dengan sumber berita. Hal ini tentuyna akan mempermudah
wartawan dalam bekerja khususnya dalam pekerjaannya.

Rambu-rambu Etika dan Hukum

Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik dibuat oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) pada februari 1947 yang
mengatur kode etik profesi seorang wartawan Indonesia. Kode Etik Jurnalistik PWI diubah
terakhir pada 2-5 Oktober 2001 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kode Etik Jrnalistik PWI
ini mengandalkan “kata hati” atau “hati nurani” wartawan.

Off-the-berita

Off-the-Record memiliki arti sebagai permintaan dari sumber berita untuk tidak menyiarkan
keterangan yang dieritakan oleh sumber berita yang merupakan perjanjian antara wartawan dan
narasumber.

Menyembunyikan Identitas Sumber Berita

Selalu ada kasus di mana narasumber tidak memperbolehkan keterangannya disiarkan atau
identitasnya dipublikasikan. Namun, ini biasanya taktik yang digunakan sumber berita untuk
melepaskan diri dari tanggung jawab mengenai keterangannya. Boleh melakukan itu, asalkan
informasinya dapat diverifikasi dan membuat narasumber merasa bahaya.
Undang-undang

Delik Pers

Delik pers berarti semua tindak pidana atau pelangaran yang dilakukan media massa. Dalam
bahasa Inggris, delik pers biasa disebut libel.

Public Libel

Jiwa kolonial masih hidup dalam Kitab Hukum Pidana (KUHP) yang terdapat pasal-pasal
mengatur mengenai kejahatan oleh pers terhadap negara dan pejabat negara serta masyarakat
(public libel).

Private Libel

Delik pers yang digolongkan private libel, yaitu delik pers terhadap orang perorangan yang
diatur dalam pasal-pasal KUHP mulai pasal 310-315.

Anda mungkin juga menyukai